Kelompok 3-4
YAMIN AHMAD
B04120050
RETNO WULANDARI
NENI FITRIANI
B04120052
B04120053
B04120
Sejarah
Transmisi/Penularan
Sejarah
Kasus anthrak di Jawa Tengah tahun 1990 tercatat 97 kasus pada manusia
di kabupaten marang dan Bojolali, sedang di Jawa Barat pada tahun 1975
-1974 tercatat 36 kasus di kabupaten Kawarang, 30 kasus di kabupaten
Purwakarta, di kabupaten Bekasi 22 kasus pada tahun 1983 dan 25 kasus
pada tahun 1985.
Transmissi/Penularan
Tipe kulit gejala klinis yang terlihat adalah demam tinggi, sakit kepala, ulcus dengan jaringan
nekrotik warna hitam di tengahdan dikelilingi oleh vesikel-vesikel dan oedema.
Pada tipe pencernaan (gastrointestinal anthrax), B.anthracis dapat masuk melalui makanan
terkontaminasi, dan masa inkubasinya 2 sampai 5 hari. Mortalitas tipe ini dapat mencapai 2560% dan dibedakan menjadi antraks intestinal dan antraks oropharingeal.
Tipe pernafasan (Pulmonary anthrax) terjadi karena terhirupnya spora B. Anthracis dengan
masa inkubasi 2-6hari. Jalannya penyakit perakut sulit bernafas, sianosis, koma dan mati.
Tingkat kematian bisa mencapai 86% dalam waktu 24 jam.
Tipe meningitis, merupakan komplikasi gejala demam tinggi, sakit kepala, sakit otot, batuk,
susah bernafas atau lanjutan dari ke-3 bentuk antraks yang telah disebutkan di atas . Tingkat
kematian dapat mencapai 100% dengan gejala klinik pendarahan otak (WHO, 1998)
Pengobatan
Penicillin
Ciprofloxacin
Doxycycline
Tetrasiklin,
Hewan dapat tertular antraks melalui pakan (rumput) atau minum yang
terkontaminasi spora.
Spora yang masuk ke dalam tubuh melalui oral dan akan mengalami
germinasi, multiplikasi di sistem limfe dan limpa, menghasilkan toksin
sehingga menyebabkan kematian (biasanya mengandung 109 kuman/ml
darah) (OIE,2000).
waktu
tanggap
parenteral (suntik).
kebal
yang
terbatas,
pemberian
secara
Konvesional
Serologis
Uji ascoli
Enzyme linked immunosorbent assay (ELISA)
Uji DFA
Molekuler
Konfirmasi virulensi dengan polymerase chain reaction (PCR)
Pengujian Konvensional
Cairan tersebut disebut presiptinogen yang dipertemukan secara pelanpelan dengan serum presipitasi (presipitin) dalam tabung sempit. Reaksi
positif akan ditandai dengan terbentuknya cincin putih pada batas
pertemuan antara kedua cairan tersebut.
sebagai
antigen
pada
pH
tinggi
(9,5)
menggunakan
carbonate-coating buffer.
Enzyme
linked
immuno-sorbent
assay
(ELISA)
digunakan
untuk
mendeteksi adanya antibodi yang ada dalam sampel serum dan banyak
digunakan untuk evaluasi vaksinasi, studi epidemiologi pada manusia,
hewan ternak maupun hewan liar. Jika uji ini digunakan untuk diagnosa
harus juga dilakukan pemeriksaan laboratorium yang lain (OIE, 2000
;WHO, 1998).
Bacillus spp ditumbuhkan selama 18-20 jam pada blood agar pada suhu 37 0C.
Bakteri yang tumbuh disuspensikan dengan PBS, dan diletakan pada object glass.
Suspensi dilarutkan untuk mendapatkan 5 sampai 20 sel dalam tiap lapangan
pandang.
Preparat pada object glass difiksasi. Preparat dapat dicuci dengan PBS jika
diperlukan. Kira-kira 40l konjugat yang telah dibuat ditambahkan.
Preparat kemudian diinkubasikan pada ruang pelembab selama 1 jam dalam suhu
ruangan. Preparat kemudian dicuci dengan PBS sebanyak 3 kali.
Lihat di bawah mikroskop fluorescent. Intensitas pewarnaan dicatat dalam skala dari
negatif (tidak ada fluoresens) sampai positif 4 untuk pewarnaan yang terlihat sama
dengan kontrol (Bacillus antracis galur Sterne).
dapat
digunakan
untuk
PCR.
Target
gen
yang
Teknik PCR mulai digunakan secara luas untuk mendeteksi adanya gen
faktor virulensi (kapsul dan toksin PA). Jadi dalam hal ini dapat
dipastikan suatu isolat adalah virulen atau tidak . Metode ini relatif
cepat dengan sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi (OlE,2000; WHO,
1998).