Anda di halaman 1dari 12

PERLINDUNGAN KONSUMEN, PROBLEMATIKA DAN

IMPLEMENTASI di INDONESIA

MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Ekonomi Politik
Yang dibina oleh Dr. Agus Hermawan, Grad Dip Mgt., M.Si., M.Bus.

Oleh
M. Ilyas (150413603239)
M. Samsul Zaeni (150413600069)
Nabita Fitrasari (150413602028)
Nely Indiana (150413602436)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN MANAJEMEN
April 2016
Perlindungan Konsumen, Problematika dan Implementasi di
Indonesia

Perlindungan Konsumen adalah bagian dari hukum yang memuat asas-


asas atau kaidah-kaidah yang bersifat mengatur dan juga mengandung sifat yang
melindungi kepentingan Konsumen. Adapun hukum Konsumen diartikan sebagai
keseluruhan asas-asas dan kaidah-kaidah hukum yang mengatur hubungan dan
masalah antara berbagai pihak satu sama lain yang berkaitan dengan barang
dan/atau jasa Konsumen dalam pergaulan hidup. Dalam perlindungan konsumen
juga terdapat hak dan kewajiban konsumen serta pelaku usaha antara lain:

A. Hak dan Kewajiban Konsumen


1. Hak-hak konsumen
Sebagai pemakai barang/jasa, konsumen memiliki sejumlah hak dan
kewajiban. Pengetahuan tentang hak-hak konsumen sangat penting agar orang
bisa bertindak sebagai konsumen yang kritis dan mandiri. Tujuannya, jika
ditengarai adanya tindakan yang tidak adil terhadap dirinya, ia secara spontan
menyadari akan hal itu. Konsumen kemudian bisa bertindak lebih jauh untuk
memperjuangkan hak-haknya. Dengan kata lain, ia tidak hanya tinggal diam saja
ketika menyadari bahwa hak-haknya telah dilanggar oleh pelaku usaha.
Berdasarkan UU Perlindungan konsumen pasal 4, hak-hak konsumen sebagai
berikut :
Hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengonsumsi
barang/jasa.
a) Hak untuk memilih dan mendapatkan barang/jasa sesuai dengan nilai tukar
dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan .
b) Hak atas informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan
barang/jasa.
c) Hak untuk didengar pendapat keluhannya atas barang/jasa yang digunakan.
d) Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya
penyelesaian sengketa perlindungan konsumen secara patut.
e) Hak untuk mendapatkan pembinaan dan pendidikan konsumen.
f) Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak
diskrimainatif.
g) Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi, atau penggantian, jika
barang/jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak
sebagaimana mestinya.
h) Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya.
Disamping hak-hak dalam pasal 4 juga terdapat hak-hak konsumen yang
dirumuskan dalam pasal 7, yang mengatur tentang kewajiban pelaku usaha.
Kewajiban dan hak merupakan antinomi dalam hukum, sehingga kewajiban
pelaku usaha merupakan hak konsumen. selain hak-hak yang disebutkan tersebut
ada juga hak untuk dilindungi dari akibat negatif persaingan curang. Hal ini
dilatarbelakangi oleh pertimbangan bahwa kegiatan bisnis yang dilakukan oleh
pengusaha sering dilakukan secara tidak jujur yang dalam hukum dikenal dengan
terminologi ” persaingan curang” yaitu tentang larangan praktek monopoli dan
persaingan usaha tidak sehat. Dengan demikian jelaslah bahwa konsumen
dilindungi oleh hukum, hal ini terbukti telah diaturnya hak-hak konsumenyang
merupakan kewajiban pelaku usaha dalam UU No. 8 tahun 1999 tentang
perlindungan konsumen, termasuk didalamnya juga diatur tentang segala sesuatu
yang berkaitan apabila hak konsumen, misalnya siapa yang melindungi
konsumen, bagaimana konsumen memperjuangkan hak-haknya.

2. Kewajiban Konsumen
Kewajiban Konsumen Sesuai dengan Pasal 5 Undang-undang
Perlindungan Konsumen, Kewajiban Konsumen adalah :
a) Membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur pemakaian atau
pemanfaatan barang dan/atau jasa, demi keamanan dan keselamatan.
b) Beritikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang dan/atau jasa.
c) Membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati.
d) Mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan konsumen
secara patut.
B. Hak dan Kewajiban Pelaku Usaha
1. Hak Pelaku Usaha
Seperti halnya konsumen, pelaku usaha juga memiliki hak dan kewajiban.
Hak pelaku usaha sebagaimana diatur dalam Pasal 6 UUPK adalah:
a) Hak untuk menerima pembayaran yang sesuai dengan kesepakatan mengenai
kondisi dan nilai tukar barang dan/atau jasa yang diperdagangkan.
b) Hak untuk mendapat perlindungan hukum dari tindakan konsumen yang
beritikad tidak baik.
c) Hak untuk melakukan pembelaan diri sepatutnya di dalam penyelesaian
hukum sengketa konsumen.
d) Hak untuk rehabilitasi nama baik apabila terbukti secara hukum bahwa
kerugian konsumen tidak diakibatkan oleh barang dan/atau jasa yang
diperdagangkan.
e) Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya.

2. Kewajiban Pelaku Usaha


Sedangkan kewajiban pelaku usaha menurut ketentuan Pasal 7 UUPK
adalah sebagai berikut ;

a) Beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya.


b) Memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan
jaminan barang dan/atau jasa serta memberi penjelasan penggunaan, perbaikan
dan pemeliharaan.
c) Memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur serta tidak
diskriminatif.
d) Menjamin mutu barang dan/atau jasa yang diproduksi dan/atau
diperdagangkan berdasarkan ketentuan standar mutu barang dan/atau jasa
yang berlaku.
e) Memberi kesempatan kepada konsumen untuk menguji, dan/atau mencoba
barang dan/atau jasa tertentu serta memberi jaminan dan/atau garansi atas
barang yang dibuat dan/atau yang diperdagangkan;
f) Memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian atas kerugian akibat
penggunaan, pemakaian dan pemanfaatan barang dan/atau jasa yang
diperdagangkan;
g) Memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian apabila barang dan/atau
jasa yang dterima atau dimanfaatkan tidak sesuai dengan perjanjian.

C. Problematika Konsumen

Setiap orang, pada suatu saat, keadaan apapun pasti menjadi Konsumen
untuk suatu produk barang atau jasa tertentu. Keadaan universal ini pada beberapa
sisi menunjukkan adanya kelemahan, pada Konsumen sehingga Konsumen tidak
mempunyai kedudukan yang “aman”. Oleh karena itu secara mendasar Konsumen
juga membutuhkan perlindungan hukum yang sifatnya universal juga. Mengingat
lemahnya kedudukan Konsumen pada umumnya dibandingkan dengan kedudukan
produsen yang relatif lebih kuat dalam banyak hal misalnya dari segi ekonomi
maupun pengetahuan mengingat produsen lah yang memperoduksi barang
sedangkan konsumen hanya membeli produk yang telah tersedia dipasaran, maka
pembahasan perlindungan Konsumen akan selalu terasa aktual dan selalu penting
untuk dikaji ulang serta masalah perlindungan konsumen ini terjadi di dalam
kehidupan sehari-hari.

Perlindugan terhadap Konsumen dipandang secara materi maupun non


materi makin terasa sangat penting, mengingat makin lajunnya ilmu pengetahuan
dan teknologi yang merupakan penggerak bagi produktifitas dan efisiensi
produsen atas barang atau jasa yang dihasilkannya dalam rangka mencapai
sasaran usaha. Dalam rangka mengejar dan mencapai kedua hal tersebut, akhirnya
baik langsung atau tidak langsung, maka Konsumenlah yang pada umumnya
merasakan dampaknya. Dengan demikian upaya-upaya untuk memberikan
perlindungan yang memadai terhadap kepentingan Konsumen merupakan suatu
hal yang penting dan mendesak, untuk segera dicari solusinya, terutama di
Indonesia, mengingat sedemikian kompleksnya permasalahan yang menyangkut
perlindungan Konsumen, lebih-lebih menyongsong era perdagangan bebas yang
akan datang guna melindungi hak-hak konsumen yang sering diabaikan produsen
yang hanya memikirkan keuntungan semata dan tidak terlepas untuk melindungi
produsen yang jujur.

Masalah perlindungan konsumen semakin banyak dibicarakan.


Permasalahan ini tidak akan pernah habis dan akan selalu menjadi bahan
perbincangan di masyarakat. Selama masih banyak konsumen yang dirugikan,
masalahnya tidak akan pernah tuntas. Oleh karena itu, masalah perlindungan
konsumen perlu diperhatikan. Hak konsumen yang diabaikan oleh pelaku usaha
perlu dicermati secara seksama. Pada era globalisasi dan perdagangan bebas saat
ini, banyak bermunculan berbagai macam produk barang/pelayanan jasa yang
dipasarkankepada konsumen di tanah air, baik melalui promosi, iklan, maupun
penawaran barang secara langsung. Jika tidak berhati-hati dalam memilih produk
barang/jasa yang diinginkan, konsumen hanya akan menjadi objek eksploitas dari
pelaku usaha yang tidak bertanggung jawab. Tanpa disadari, konsumen menerima
begitu saja barang/jasa yang dikonsumsinya.

Di bidang perindustrian dan perdagangan nasional telah menghasilkan


berbagai variasi barang dan/atau jasa yang dapatdikonsumsi.Di samping itu,
globalisasi dan perdagangan bebas yang didukung oleh kemajuan teknologi
telekomunikasi dan informatika telah memperluas ruang gerak arus transaksi
barang dan/atau jasa melintasi batas-batas wilayah suatu negara, sehingga barang
dan/atau jasa yang ditawarkan bervariasi baik produksi luar negeri maupun
produksi dalam negeri. Kondisi yang demikian pada satu pihak mempunyai
manfaat bagi konsumen karena kebutuhan konsumen akan barang dan/atau
jasayang diinginkan dapat terpenuhi serta semakin terbuka lebar kebebasan untuk
memilih aneka jenis dan kualitas barang dan/atau jasa sesuai dengan keinginan
dan kemampuan konsum Di sisi lain, kondisi dan fenomena tersebut di atas dapat
mengakibatkan kedudukan pelaku usaha dan konsumen menjadi tidak seimbang
dan konsumen berada pada posisi yang lemah. Konsumen menjadi objek aktivitas
bisnis untuk meraup keuntungan yang sebesar-besarnya oleh pelaku usaha melalui
kiat promosi, cara penjualan, serta penerapan perjanjian standar yang merugikan
konsumen.Perkembangan perekonomian, perdagangan, dan perindustrian yang
semakin meningkat telah memberikan kelebihan dan manfaat yang besar kepada
konsumen karena ada beragam variasi produk barang dan jasa yang bias
dikonsumsi.
Perkembangan globalisasi dan perdagangan besar didukung oleh teknologi
informasi dan telekomunikasi yang memberikan kesempata yang sangat bebas
dalam setiap transaksi perdagangan, sehingga barang/jasa yang dipasarkan bisa
dengan mudah dikonsumsi. Permasalahan yang dihadapi konsumen tidak hanya
sekedar bagaimana memilih barang, tetapi lebih dari itu yang menyangkut pada
kesadaran semua pihak, baik pengusaha, pemerintah maupun konsumen itu sendiri
tentang pentingnya perlindungan konsumen. Pengusaha menyadari bahwa mereka
harus menghargai hak-hak konsumen, memproduksi barang dan jasa yang
berkualitas, aman untuk digunakan atau dikonsumsi, mengikuti standar yang
berlaku, dengan harga yang sesuai. Pemerintah menyadari bahwa diperlukan
undang-undang serta peraturan-peraturan disegala sektor yang berkaitan dengan
berpindahnya barang dan jasa dari pengusaha ke konsumen. Pemerintah juga
bertugas untuk mengawasi berjalannya peraturan serta undang-undang tersebut
dengan baik.
Tujuanpenyelenggaraan, pengembangan dan pengaturan
perlindungan konsumen yang direncanakan adalah untuk meningakan kesadaran
konsumen, dan secara tidak langsung mendorong pelaku usaha dalam
menyelenggarakan kegiatan usahanya dengan penuh rasa tanggung jawab. Yang
perlu disadari oleh konsumen adalah mereka mempunyai hak yang dilindungi
oleh undang-undang perlindungan konsumen sehingga dapat melakukan kontrol
terhadap perbuatan dan perilaku pengusaha dan pemerintah. Dengan lahirnya
undang-undang No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen diharapkan
upaya perlindungan konsumen di indonesia dapat lebih diperhatikan. Menurut
Penjelasan Umum Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen (UU Perlindungan Konsumen), faktor utama yang menjadi penyebab
eksploitasi terhadap konsumen sering terjadi adalah masih rendahnya tingkat
kesadaran konsumen akan haknya. Tentunya, hal tersebut terkait erat dengan
rendahnya pendidikan konsumen.

DalamUndang-Undang Perlindungan Konsumen Pasal 29 ayat 1


dinyatakan bahwa “Pemerintah bertanggung jawab atas pembinaan
penyelenggaraan perlindungan konsumen yang menjamin diperolehnya hak
konsumen dan pelaku usaha serta dilaksanakannya kewajiban konsumen dan
pelaku usaha”. Dalam Penjelasan Umum Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun
2001 tentang Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Perlindungan
Konsumen, disebutkan bahwa pembinaan perlindungan konsumen yang
diselenggarakan oleh pemerintah adalah sebagai upaya untuk menjamin
diperolehnya hak konsumen dan pelaku usaha serta dilakukannya kewajiban
masing-masing sesuai dengan asas keadilan dan asas keseimbangan
kepentingan.Tugas pembinaan dalam penyelenggaraan perlindungan konsumen
dilakukan oleh menteri atau menteri teknis terkait. Menteri ini melakukan
koordinasi atas penyelenggaraan perlindungan konsumen. Beberapa tugas
pemerintah dalam melakukan pembinaan penyelenggaraan perlindungan
konsumen telah dijabarkan dalam Peraturan 93 Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, Pemerintah
Nomor 58 Tahun 2001 tentang Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan
Perlindungan Konsumen

Banyak orang beranggapan bahwa satu-satunya yang berkewajiban


memberikan perlindungan konsumen adalah organisasi konsumen. Anggapan ini
tentunya tidak benar. Perlindungan konsumen sebenarnya menjadi tanggung
jawab semua pihak yaitu pemerintah, pelaku usaha, organisasi konsumen, dan
konsumen itu sendiri. Tanpa adanya andil dari keempat unsur tersebut, sesuai
dengan fungsinya masing-masing maka tidaklah mudah mewujudkan
kesejahteraan konsumen. Pemerintah bertindak sebagai pengayom masyarakat,
dan juga sebagai Pembina pelaku usaha dalam meningkatkan kemajuan industri
dan perekonomian negara. Bentuk perlindungan konsumen yang diberikan adalah
dengan mengeluarkan undang-undang, peraturan-peraturan pemerintah, atau
Penerbitan Standar Mutu Barang.

Di samping itu, tidak kalah pentingnya adalah melakukan pengawasan


pada penerapan peraturan, ataupun standar-standar yang telah ada. Sikap yang adil
dan tidak berat sebelah dalam melihat kepentingan konsumen dan produsen
diharapkan mampu memberikan perlindungan kepada konsumen. Perlindungan
kepada konsumen tidak harus berpihak pada kepentingan konsumen yang
merugikan kepentingan pelaku usaha, jadi harus ada keseimbangan. Bagi pelaku
usaha atau produsen, mereka perlu menyadari bahwa kelangsungan hidup
usahanya sangat tergantung pada konsumen. Untuk itu mereka mempunyai
kewajiban untuk memproduksi barang dan jasa sebaik dan seaman mungkin dan
berusaha untuk memberikan kepuasan kepada konsumen. Pemberian informasi
yang benar tentang produk pangan terlebih lagi yang bersumber dari luar negeri
contohnya produk pangan hasil teknologi informasi produk tersebut sangat
penting bagi konsumen karena hal ini akan berhubungan dengan masalah
keamanan, kesehatan maupun keselamatan konsumen. Hal-hal tersebut perlu
disadari produsen. Pemahaman bahwa yang dimaksud dengan “konsumen” adalah
“kita semua” sangatlah penting. Karena tidak ada yang dapat menjamin adanya
ketidakcurangan ataupun masalah-masalah yang dapat terjadi, dan siapa yang
menjamin bahwa pemerintah juga tidak dapat terjebak suatu transaksi atas suatu
produk pangan .

Sebenarnya yang tidak kalah penting perannya dalam mewujudkan


perlindungan konsumen adalah konsumen itu sendiri. Mereka mempunyai potensi
dan kekuatan yang cukup, untuk melindungi diri mereka sendiri ataupun
kelompoknya apabila terorganisir dengan baik, dan sangat mengharapkan adanya
penegakan hukum dalam ruang lingkup perlindungan konsumen. Selain
kurangnya tingkat kesadaran konsumen akan hak-hak dan kewajibanya yang
terkait dengan tingkat pendidikannya yang rendah,pemerintah selaku penentu
kebijakan, perumus, pelaksana sekaligus pengawas atas jalanya peraturan yang
telah dibuat sepertinya masih kurang serius dalam menjalankan kewajibannya.
Produsen yang yang mencari keuntungan pun masih membandel dengan
menghalalkan segala cara untuk memaksimalkan laba yang diperoleh tanpa
memperhatikan undang-undang yang berlaku serta keselamatan konsumennya.
Perlindungan konsumen yang dijamin oleh undang-undang ini adalah adanya
kepastian hukum terhadap segala perolehan kebutuhan konsumen, yang bermula
dari ”benih hidup dalam rahim ibu sampai dengan tempat pemakaman dan segala
kebutuhan diantara keduanya”. Kepastian hukum itu meliputi segala upaya
berdasarkab atas hukum untuk memberdayakan konsumen memperoleh atau
menentukan pilihannya atas barang dan/atau jasa kebutuhannya serta
mempertahankan atau membela hak-haknya apabila dirugikan oleh perilaku
pelaku usaha penyedia kebutuhan konsumen.

D. Hambatan Perlindungan Konsumen

1. Keamanan dalam bertransaksi, karena keamanan dalm transaksi sangatlah


mutlak diperlukan demi menjamin keamanan konsumen akan data-data
pribadinya maupun nomor kartu kredit, nomor password, dari penyalahgunaan
oleh orang-orang yang tidak berkepentingan.
2. tingkat pengetahuan hukum dan kesadaran konsumen akan haknya yang masih
rendah, kondisi seperti ini oleh pelaku usaha dimanfaatkan untuk meraup
keuntungan sebesar-besarnya dengan tidak mengidahkan kewajiban-kewajiban
yang sudah seharusnya melekat pada para pelaku usaha
3. konsumen yang kurang kritis terhadap iklan dan promosi dan jangan mudah
terbujuk, kebanyakan orang hanya tergiur dengan iklan yang di berikan
sehingga konsumen sering kali mengabaikan mutu barang dan aspek
keamanan, keselamatan, kenyamanan dan kesehatan
4. kebanyakan konsumen tidak melaporkan tentang kasus yang ada, merka
berfikir pelaporan tersebut hanya membuang-buang waktu dan proses hokum
terlalu rumit dan mungkin konsumen takut bila pelaku usaha melakukan
penuntutan balik terhadap konsumen

E. Solusi Perlindungan Konsumen di Indonesia


1. BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan) lebih intensif beraksi, dengan
melakukan razia dan sitaan kepada pedagang-pedagang yang bertindak
curang, demi terjaganya perlindungan kepada konsumen dan tidak hanya
melakukan razia pada produk kadaluarsa atau barang ilegal impor..
2. Meningkatkan kesadaran, kemampuan, dan kemandirian konsumen untuk
melindungi diri;
3. Mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara menghindarkannya
dari ekses negatif pemakaian barang dan/atau jasa;
4. Meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih, menentukan, dan
menuntut hak-haknya sebagai konsumen;
5. Menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung unsur
kepastian hukum dan keterbukaan informasi serta akses untuk mendapatkan
informasi;
6. Menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya perlindungan
konsumen sehingga tumbuh sikap yang jujur dan bertanggung jawab dalam
berusaha;
7. Meningkatkan kualitas barang dan/atau jasa yang menjamin kelangsungan
usaha produksi barang dan/atau jasa, kesehatan, kenyamanan, keamanan, dan
keselamatan konsumen.
8. Konsumen harus membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur
pemakaian atau pemanfaatan barang dan/atau jasa, demi keamanan dan
keselamatan.
DAFTAR RUJUKAN

https://mardyantongara.wordpress.com/2013/04/16/perlindungan-
konsumen.(online) (diakses pada 11 April 2016)
https://id.wikipedia.org/wiki/Perlindungan_konsumen.(online) (diakses pada 11
April 2016).
http://digilib.uin-suka.ac.id/17002/2/11340117_bab-i_iv-atau-v_daftar-
pustaka.pdf.(online) (diakses pada 11 April 2016)
http://eprints.ums.ac.id/28804/21/NASKAH_PUBLIKASI.pdf.(online)
(diakses pada 11 April 2016)
http://e-journal.uajy.ac.id/5807/1/JURNAL.pdf.(online) (diakses pada 11 April
2016)
Barkatullah, Abdul Halim (2010). Hak-hak konsumen, Bandung:Nusa Media

Anda mungkin juga menyukai