I. Konsep Penyakit
1.1 Definisi
Pneumotorak merupakan suatu keadaan dimana terdapat akumulasi udara
ekstrapulmoner dalam rongga pleura, antara plura visceral dan parinteral yang
dapat menyebabkan timbulnya kolaps paru. Pada keadaan normal rongga
pleura tidak berisi udara, supaya paru-paru leluasa mengembang terhadap
rongga dada ( Rahajoe, 2012).
1.2 Etiologi
1.2.1 Infeksi saluran nafas
1.2.2 Trauma dada
1.2.3 Acute lung injury yang disebabkan materi fisik yang terinhalasi dan
bahan kimia
1.2.4 Penyakit inflamasi paru akut dan kronis
1.2.5 Keganasan/metastasis paru
1.4 Patofisiologi
1. Alveoli disangga oleh kapiler yang lemah dan mudah robek dan udara
masuk kearah jaringan peribronkhovaskuler. Apabila alveoli itu melebar,
tekanan dalam alveoli akan meningkat.
1.6 Komplikasi
1.6.3 Emfiema
1.7 Penatalaksanaan
Membuat hubungan antara rongga pleura dengan lingkungan luar dengan cara:
1.7.1.1 Menusukkan jarum melalui dinding dada hingga masuk ke rongga pleura,
dengan demikian tekanan udara yang positif di rongga pleura akan berubah
menjadi negatif. Hal ini disebabkan karena udara keluar melalui jarum
tersebut. Cara lainnya adalah melakukan penusukkan jarum ke rongga pleura
melaluitranfusion set.
3) Pencabutan drain
4) Tindakan bedah
PNEUMOTHORAX
Primary Survey
Airway
Assessment :
perhatikan patensi airway
dengar suara napas
perhatikan adanya retraksi otot pernapasan dan gerakan dinding dada
Management :
inspeksi orofaring secara cepat dan menyeluruh, lakukan chin-lift dan
jaw thrust, hilangkan benda yang menghalangi jalan napas
re-posisi kepala, pasang collar-neck
lakukan cricothyroidotomy atau traheostomi atau intubasi (oral / nasal)
Breathing
Assesment
Periksa frekwensi napas
Perhatikan gerakan respirasi
Palpasi toraks
Auskultasi dan dengarkan bunyi napas
Management:
Lakukan bantuan ventilasi bila perlu
Lakukan tindakan bedah emergency untuk atasi tension pneumotoraks
Circulation
Assesment
Periksa frekwensi denyut jantung dan denyut nadi
Periksa tekanan darah
Pemeriksaan pulse oxymetri
Periksa vena leher dan warna kulit (adanya sianosis)
Management
Resusitasi cairan dengan memasang 2 iv lines
Torakotomi emergency bila diperlukan
Operasi Eksplorasi vaskular emergency
2.1.1 B1 (Breathing)
a. Inspeksi
Taktil fremitus menurun disisi yang sakit. Disamping itu, pada palpasi
juga ditemukan pergerakan dinding dada yang tertinggal pada dada yang
sakit. Pada sisi yang sakit, ruang antar –iga bisa saja normal atau
melebar.
c. Perkusi
Suara ketuk pada sisi yang sakit hipersonor sampai timpani. Batas
jantung terdorong ke arah thoraks yang sehat apabila tekanan intrapleura
tinggi.
d. Auskultasi
2.1.2 B2 (Blood)
2.1.3 B3 (Brain)
Pada inspeksi, tingkat kesadaran perlu dikaji. Selain itu, diperlukan juga
pemeriksaan GCS, apakah compos mentis, samnolen atau koma.
2.1.4 B4 (Bladder)
2.1.5. B5 (Bowel)
2.1.6. B6 (Bone)
Pada trauma di rusuk dada, sering didapatkan adanya kerusakan otot dan
jaringan lunak dada sehingga meningkatkan risiko infeksi. Klien sering
dijumpai mengalami gangguan dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari
disebabkan adanya sesak napas, kelemahan dan keletihan fisik secara
umum.
2.2 Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul
Kriteria hasil :
a. Memperlihatkan frekuensi pernapasan yang efektive.
b. Mengalami perbaikan pertukaran gas-gas pada paru.
c. Adaptive mengatasi faktor-faktor penyebab.
Intervensi :
3. Baringkan klien dalam posisi yang nyaman, atau dalam posisi duduk.
6.Bantu dan ajarkan klien untuk batuk dan napas dalam yang efektif.
2. Nyeri akut berhubungan dengan trauma jaringan dan reflek spasme otot
sekunder
Kriteria hasil :
INTERVENSI
4. Berikan kesempatan waktu istirahat bila terasa nyeri dan berikan posisi
yang nyaman; misal waktu tidur, belakangnya dipasang bantal kecil.
Kriteria hasil :
c. ADLs mandiri
INTERVENSI
Kriteria hasil:
INTERVENSI
1. Kaji warna kulit/ suhu dan pengisisan kapiler pada area operasi dan tandur
kulit.
2. Pertahankan kepala tempat tidur tinggi 30-45 derajat. Awasi edema wajah
(biasanya meningkat pada hari ketiga -kelimapascaoperasi).
3. Lindungi lembaran kulit dan jahitan dari tegangan atau tekanan. Berikan
bantal/ gulungan dan anjurkan pasien untuk menyokong kepala/ leher
selama aktivitas.
4. Awasi drainase berdarah dari sisi operasi, jahitan dan drein. Ukur
drainase dari hemovak (bila digunakan).
7. Bersihkan insisi dengan air garam faal steril dan peroksida setelah balutan
diangkat.
5. Resiko infeksi berhubungan dengan masuknya organisme sekunder terhadap
trauma
Kriteria hasil:
INTERVENSI
Nurarif Huda Amin dan Kusuma Hardhi. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis dan NANDA NIC NOC jilid 2. Yogyakarta:
Mediaction
Kumala, Poppy et all. Kamus Saku Kedokteran Dorland. Edisi 25. Jakarta :
EGC,1998.
Slamet Suyono, (2001). Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II, FKUL : Jakarta
Sudoyo, Aru W. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid II Ed. IV. Jakarta:
Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia
Price, Sylvia A dan Lorraine McCarty Wilson. 1995. Patofisiologi Konsep Klinis
Proses-Proses Penyakit. Jakarta: Penerbit buku kedokteran EGC
Palangkaraya, 2017
( ) ( )
LAPORAN PENDAHULUAN
STASE KEPERAWATAN GAWAT DARURAT DAN KRITIS DENGAN
KLIEN PNEUMOTHORAK DI UNIT GAWAT DARURAT RS.DORIS
SYLVANUS PALANGKARAYA
Oleh :
NURUL MAWADDAH
1614901210785
PALANGKARAYA, 2017