Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

HISTREKTOMI

I. Anatomi dan fisiologis uterus


Uterus merupakan organ yang berdinding tebal, muskular, bentuknya seperti
buah pir yang sedikit gepeng ke arah depan belakang. Ukurannya sebesar
telur ayam dan mempunyai rongga. Dindingnya terdiri dari otot – otot polos.
Ukuran panjangnya 7-7,5cm, lebar di atasnya 5,25cm tebal 2,5cm dan tebal
dindingnya 1,25cm. Uterus normal memiliki berat kurang lebih 57 gram.

Uterus terletak di pelvis minor, antara kandung kencing di depan dan rektum di
bagian belakang. Di tutupi oleh dua lembar peritonium, yang di sebelah kanan
dan kiri membentuk ligamentum latum. Uterus terdiri dari 3 lapisan jaringan
yaitu lapisan terluar berupa perimetrium, lapisan tengah miometrium dan lapisan
paling dalam adalah endometrium. Miometrium adalah lapisan yang paling tebal
dan merupakan otot polos berlapis tiga yaitu yang disebeah luar longitudinal,
yang disebelah dalam sirkuler dan diantara kedua lapisan ini beranyaman.Uterus
akan membesar pada saat kehamilan akibat peningkatan kadar estrogen dan
progesteron pada bulan-bulan pertama. Pembesaran ini pada dasarnya disebabkan
oleh hipertropi otot polos uterus, disamping itu serabut-serabut kolagen yang ada
menjadi higroskopi akibat meningkatnya kadar estrogen sehingga uterus dapat
mengikuti pertumbuhan janin. Setelah Menopause, uterus pada wanita
nulipara maupun multipara, mengalami atrofi dan kembai ke ukuran pada masa
predolesen.
II. Konsep Dasar Histrektomy
2.1 Definisi
Histerektomi adalah tindakan operatif yang dilakukan untuk mengangkat
rahim, baik sebagian (subtotal) tanpa serviks uteri ataupun seluruhnya (total)
berikut serviks uteri (Prawirohardjo, 2001).

2.2 Etiologi
Alasan terbanyak dilakukan histerektomi karena Mioma uteri. Selain itu
adanya perdarahan uterus abnormal, endometriosis, prolaps uteri (relaksasi
pelvis) juga dilakukan histerektomi. Hanya 10 % dari kasus histerektomi
dilakukan pada pasien dengan karsinoma. Fibrosis uteri (dikenal juga
leiomioma) merupakan alasan terbanyak dilakukannya histerektomi.
Leiomioma merupakan suatu perkembangan jinak (benigna) dari sel-sel otot
uterus, namun etiologinya belum diketahui. Meskipun jinak dimana artinya
tidak menyebabkan/berubah menjadi kanker, leiomioma ini dapat
menyebabkan masalah secara medis, seperti perdarahan yang banyak, yang
mana kadang-kadang diperlukan tindakan histerektomi. Relaksasi pelvis
adalah kondisi lain yang menentukan tindakan histerektomi. Pada kondisi ini
wanita mengalami pengendoran dari otot-otot penyokong dan jaringan
disekitar area pelvik. pengendoran ini dapat mengarah ke gejala-gejala seperti
inkontensia urine (Unintensional Loss of Urine) dan mempengaruhi
kemampuan seksual. Kehilangan urine ini dapat dicetuskan juga oleh bersin,
batuk atau tertawa. Kehamilan mungkin melibatkan peningkatan resiko dari
relaksasi pelvis, meskipun tidak ada alasan yang tepat untuk menjelaskan hal
tersebut.
Histerektomi juga dilakukan untuk kasus-kasus karsinoma uteri/beberapa pre
karsinoma (displasia). Histerektomi untuk karsinoma uteri merupakan tujuan
yang tepat, dimana menghilangkan jaringan kanker dari tubuh. Prosedur ini
merupakan prosedur dasar untuk penatalaksanaan karsinoma pada uterus.

2.3 Indikasi
Histerektomi memang sesuatu yang sangat tidak diharapkan, terutama bagi
wanita yang masih mendambakan memiliki anak. Namun demikian, seringkali
dokter tidak memiliki pilihan lain untuk menangani penyakit secara permanen
selain dengan mengangkat rahim. Beberapa jenis penyakit yang mungkin
mengharuskan histerektomi antara lain:
 Fibroids (tumor jinak yang tumbuh di dalam dinding otot rahim)
 Kanker serviks, rahim atau ovarium
 Endometriosis, kondisi berupa pertumbuhan sel endometrium di bagian
lain dari rahim
 Adenomyosis, kelainan di mana sel endometrium tumbuh hingga ke
dalam dinding rahim (sering juga disebut endometriosis interna)
 Prolapsis uterus, kondisi di mana rahim turun ke vagina karena
ligamen yang kendur atau kerusakan pada otot panggul bawah
 Inflamasi Pelvis karena infeksi

2.4 klasifikasi
1. Histerektomi Abdominal Totalis
Ini merupakan suatu tipe Histerektomi yang sangat dan sering dilakukan.
Selama histerektomi abdominalis totalis, dokter-dokter sering mengangkat
uterus bersama servik sekaligus. Parut yang dihasilkan dapat berbentuk
horizontal atau vertikal, tergantung dari alasan prosedur tersebut dilakukan
dan ukuran atau luasnya area yang ingin di terapi. Karsinoma ovarium dan
uterus, endometriosis, dan mioma uteri yang besar dapat dilakukan
histerektomi jenis ini. Selain itu histerektomi jenis ini dapat dilakukan pada
kasus-kasus nyeri panggul, setelah melalui suatu pemeriksaan serta evaluasi
penyebab dari nyeri tersebut, serta kegagalan terapi secara medikamentosa.
Setelah dilakukan prosedur ini wanita tidak dapat mengandung seorang anak.
Maka dari itu metode ini tidak dilakukan pada wanita usia reproduksi, kecuali
pada kondisi-kondisi yang sangat serius seperti karsinoma. Histerektomi
abdominal totalis memperbolehkan operator mengevaluasi seluruh kavum
abdomen serta panggul, dimana sangat berguna pada wanita-wanita dengan
karsinoma atau penyebab yang tidak jelas. Dokter juga perlu melihat kembali
keadaan medis untuk memastikan tidak terjadinya resiko yang diinginkan saat
metode ini dilakukan, seperti jaringan parut yang luas (adhesi). Jika wanita
tersebut mempunyai resiko adhesi, atau ia mempunyai suatu massa panggul
yang besar, histerektomi secara abdominal sangatlah cocok.

ADHESIOLISIS (PEMBEBASAN PERLENGKETAN)

Perlengketan pada organ kelamin wanita dapat disebabkan oleh tiga hal,yakni
infeksi, endometriosis, dan riwayat operasi organ perut. Perlengketan ini
sesungguhnya merupakan proses penyembuhan alami tubuh untuk
memperbaiki jaringan yang cedera atau terluka.
Cedera atau luka akibat operasi, infeksi maupun endometriosis ini diperbaiki
dengan membentuk jaringan baru di permukaan jaringan yang rusak. Jaringan
baru yang terbentuk inilah yang dapat menyebebkan lengketnya organ tersebut
dengan luka sayatan operasi atau dengan organ lain disekitarnya. Pada
sebagian orang perlengketan ini tidak menimbulkan gejala. Apabila
perlengketan ini menyebabkan tarikan, puntiran Atau perubahan posisi dapat
menimbulkan berbagai keluhan terutama nyeri. Pada wanita, selain nyeri,
Perlengketan ini dapat pula menimbulkan infertility,terutama apabila
perlengketan terjadi pada organ saluran telur. Diagnosis perlengketan organ
kelamin dalam wanita ini didasarkan pada adanya factor resiko riwayat operasi
perut (open surgery), infeksi,keluhan nyeri serta pemeriksaan dalam yang
mendukung adanya perlengketan organ kelamin dalam. Namun demikian,
seringkali perlengketan ini dijumpai tanpa sengaja saat dilakukan tindakan
laparoskopi diagnostik.Perlengketan ini dapat dihilangkan dengan melakukan
fisioterapi(misalnya Wurn technique)untuk perlengketan ringan,dan tindakan
operatif untuk perlengketan yang lebih hebat.

2. Histerektomi Vaginalis

Prosedur ini dilakukan dengan cara mengangkat uterus melalui vagina.


Vaginal histerektomi ini merupakan suatu metode yang cocok hanya pada
kondisi-kondisi seperti prolaps uteri, hiperplasi endometrium, atau displasia
servikal. Kondisi ini dapat dilakukan apabila uterus tidak terlalu besar, dan
tidak membutuhkan suatu prosedur evaluasi operatif yang luas. Wanita
diposisikan dengan kedua kaki terangkat pada meja litotomi. wanita yang
belum pernah mempunyai anak mungkin tidak mempunyai kanalis vaginalis
yang cukup lebar, sehingga tidak cocok dilakukan prosedur ini. Jika wanita
tersebut mempunyai uterus yang sangat besar, ia tidak dapat mengangkat
kakinya pada meja litotomi dalam waktu yang lama atau alasan lain mengapa
hal tersebut terjadi, dokter-dokter biasanya mengusulkan histerektomi secara
abdominalis. Secara keseluruhan histerektomi vaginal secara laparaskopi lebih
mahal dan mempunyai komplikasi yang sangat tinggi dibanding histerektomi
secara abdominal.

3. Histerektomi Vaginal dengan Bantuan Laparoskopi

Metode jenis ini sangat mirip dengan metode histerektomi secara vaginal
hanya saja ditambah dengan alat berupa laparoskopi. Sebuah laparoskopi
adalah suatu tabung yang sangat tipis dimana kita dapat melihat didalamnya
dengan suatu kaca pembesar di ujungnya. Pada wanita-wanita tertentu
penggunaan laparaskopi ini selama histerektomi vaginal sangat membantu
untuk memeriksa secara teliti kavum abdomen selama operasi. Penggunaan
laparoskopi pada pasien-pasien karsinoma sangat baik bila dilakukan pada
stadium awal dari kanker tersebut untuk mengurangi adanya penyebaran atau
jika direncanakan suatu oovorektomi. Dibandingkan dengan vaginalis
Histerektomi atau abdominal, metode ini lebih mahal dan lebih riskan
terjadinya komplikasi, pengerjaannya lama dan berhubungan dengan lamanya
perawatan di Rumah Sakit seperti pada vaginal histerektomi uterus tidak boleh
terlalu besar.

4. Histerektomi Supraservikal

Supraservikal Histerektomi digunakan untuk mengangkat uterus sementara


serviks ditinggal. Serviks ini adalah suatu area yang dibentuk oleh suatu
bagian paling dasar dari uterus, dan berada di bagian akhir (atas) dari kanalis
vaginalis. Prosedur ini kemungkinan tidak berkembang menjadi karsinoma
endometrium terutama pada bagian serviks yang ditinggal.
Wanita yang mempunyai hasil papsmear abnormal atau kanker pada daerah
serviks tidak cocok dilakukan prosedur ini. Wanita lain dapat melakukan
prosedur ini jika tidak ada alasan yang jelas untuk mengangkat serviks. Pada
beberapa kasus serviks lebih baik ditinggal seperti pada kasus-kasus
endometriosis. Prosedur ini merupakan prosedur yang sangat simple dan
membutuhkan waktu yang singkat. Hal ini dapat memberikan suatu
keuntungan tambahan terhadap vagina, juga menurunkan resiko terjadinya
suatu protrusi lumen vagina (Vaginal prolaps).

5. Histerektomi Radikal

Prosedur ini melibatkan operasi yang luas dari pada histerektomi abdominal
totalis, karena prosedur ini juga mengikut sertakan pengangkatan jaringan
lunak yang mengelilingi uterus serta mengangkat bagian atas dari vagina.
Radikal histerektomi ini sering dilakukan pada kasus-kasus karsinoma serviks
stadium dini. Komplikasi lebih sering terjadi pada histerektomi jenis ini
dibandingkan pada histerektomi tipe abdominal. Hal ini juga menyangkut
perlukaan pada usus dan sistem urinarius.
6. Ooforektomi dan Salpingooforektomi (Pengangkatan Ovarium dan atau
Tuba Falopii)
Ooforektomi merupakan suatu tindakan operatif mengangkat ovarium,
sedangkan salpingooforektomi adalah pengangkatan ovarium. Kedua metode
ini dilakukan pada kasus-kasus : kanker ovarium, curiga tumor ovarium atau
kanker tuba falopii (jarang). Kedua metode ini juga dapat dilakukan pada
kasus-kasus infeksi atau digabungkan dengan histerektomi. Kadang-kadang
wanita dengan kanker ovarium atau payudara tipe lanjut dilakukan suatu
ooforektomi sebagai tindakan preventif atau profilaksis untuk mengurangi
resiko penyebaran dari sel-sel kanker tersebut. Jarang sekali terjadi kelainan
secara familial.

2.5 prosedur Histrektomy


Histerektomi dapat dilakukan melalui sayatan di perut bagian bawah atau
vagina, dengan atau tanpa laparoskopi. Histerektomi lewat perut dilakukan
melalui sayatan melintang seperti yang dilakukan pada operasi sesar.
Histerektomi lewat vagina dilakukan dengan sayatan pada vagina bagian atas.
Sebuah alat yang disebut laparoskop mungkin dimasukkan melalui sayatan
kecil di perut untuk membantu pengangkatan rahim lewat vagina.

Histerektomi vagina lebih baik dibandingkan histerektomi perut karena lebih


kecil risikonya dan lebih cepat pemulihannnya. Namun demikian, keputusan
melakukan histerektomi lewat perut atau vagina tidak didasarkan hanya pada
indikasi penyakit tetapi juga pada pengalaman dan preferensi masing-masing
ahli bedah.

Histerektomi adalah prosedur operasi yang aman, tetapi seperti halnya bedah
besar lainnya, selalu ada risiko komplikasi. Beberapa diantaranya adalah
pendarahan dan penggumpalan darah (hemorrgage/hematoma) pos operasi,
infeksi dan reaksi abnormal terhadap anestesi.
2.6 pathway post Histrectomy
2.7 komplikasi
Komplikasi histerektomi menggunakan laparoskopi pada umumnya sama
dengan tindakan operasi laparoskopi lainnya, diantaranya :
‐ Cedera pada organ sekitar seperti usus, kandung kencing, ureter. Hal ini
terutama timbul apabilan didapatkan perlengketan hebat pada organ‐organ
tersebut.
‐Perdarahan : perdarahan yanga cukup banyak kadangkala memerlukan
transfusi darah
‐Infeksi : Jarang dijumpai
‐Perubahan teknik operasi menjadi open surgery : pada beberapa keadaan
misalnya perlengketan yang sangat hebat, operasi laparoskopi lebih membawa
resiko sehingga open surgery lebih dipilih.

2.8 pemeriksaan penunjang


Begitu banyak teknik-teknik operasi pada tindakan histerektomi. Prosedur
operatif ideal pada wanita bergantung pada kondisi mereka masing-masing.
Namun jenis-jenis dari histerektomi ini dibicarakan pada setiap pertemuan
mengenai teknik apa yang dilakukan dengan pertimbangan situasi yang
bagaimana. Namun keputusan terakhir dilakukan dengan diskusi secara
individu antara pasien dengan dokter-dokter yang mengerti keadaan pasien
tersebut. Perlu diingat aturan utama sebelum dilakukan tipe histerektomi,
wanita harus melalui beberapa test untuk memilih prosedur optimal yang akan
digunakan :
 Pemeriksaan panggul lengkap (Antropometri) termasuk mengevaluasi
uterus di ovarium.
 Papsmear terbaru.
 USG panggul, tergantung pada temuan diatas.
2.9 Penatalaksanaan
1. Preoperative
Setengah bagian abdomen dan region pubis serta perineal dicukur dengan
sangat cermat dan dibersihkan dengan sabun dan air (beberapa dokter bedah
tidak menganjurkan pencukuran pasien). Traktus intestinal dan kandung
kemih harus dikosongkan sebelum pasien dibawa keruang operasi untuk
mencegah kontaminasi dan cidera yang tidak sengaja pada kandung kemih
atau traktus intestinal. Edema dan pengirigasi antiseptic biasanya diharuskan
pada malam hari sebelum hari pembedahan, pasien mendapat sedative.
Medikasi praoperasi yang diberikan pada pagi hari pembedahan akan
membantu pasien rileks.
2. Postoperative
Prinsip-prinsip umum perawatan pasca operatif untuk bedah abdomen
diterapkan, dengan perhatian khusus diberikan pada sirkulasi perifer untuk
mencegah tromboflebitis dan TVP (perhatikan varicose, tingkatkan sirkulasi
dengan latihan tungkai dan menggunakan stoking.
III. Rencana Asuhan Keperawatan yang mungkin muncul dengan histrectomy
3.1 Pengkajian
Data dasar periode pra-operasi:
a. Riwayat atau adanya faktor-faktor yag mengharuskan pembedahan
1. Karsinoma serviks, ovarium, atau rahim.
2. Mioma uteri besar (vibroid).
3. Endometriosis berat
4. Perdarahan uterin disfungsional krisis (perdarahan pasca
menopause, metroragia Gejala prolaps pada uteri
b. Pemeriksaan fisik berdasarkan pemeriksaan umum (apendiks F) untuk
menetapkan nilai dasar.
c. Kaji perasaan dan keprihatinan pasien terhadap pembedahan serta
pengetahuan mereka mengenai kejadian dalam pra-operasi dan pasca
operasi.
d. Lihat perawatan pra-operasi dan pascaoperasi untuk rencana perawatan
praoperasi selanjutnya
Periode pasca operasi
Pada saat menerima pasien:
1) Laksanakan pengkajian rutin pascaoperasi (Apendiks L)
2) Periksa jumlah drainase pada balutan perineum

3.2 Diagnosa keperawatan


1. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan terputusnya jaringan
sekunder akibat luka post operasi
2. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan seksualitas, fertilitas,
dan hubungan dengan pasangan dan keluarga
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan nyeri
4. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan
sekunder dari imunosupresan
3.3 intervensi keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan terputusnya
jaringan sekunder akibat luka post operasi
Tujuan : Rasa nyaman nyeri berkurang.
Kriteria hasil : Eskspresi wajah klien rileks, skala nyeri berkurang, tanda-
tanda vital stabil.
Intervensi :
a. Kaji pencetus intensitas, kualitas, lokasi, dan durasi nyeri.
b. Monitor tanda-tanda vital.
c. Berikan informasi kepada klien bahwa rasa nyeri hal yang wajar.
d. Ajarkan teknik relaksasi dan distraksi
e. Berikan posisi yang nyaman.
(Carpenito, 2001)
2. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan seksualitas,
fertilitas, dan hubungan dengan pasangan dan keluarga.
Tujuan : Klien menerima diri setelah kehilangan ovarium
Kriteria hasil : Klien dapat menerima keadaanya.
Intervensi :
a. Kaji pengetahuan klien.
b. Beri informasi tentang efek samping histerektomi.
c. Beri support mental pada klien
d. Dengarkan keluhan klien.
e. Anjurkan keluarga memberikan dukungan dan menerima klien apa
adanya
(Smeltzer & Bare, 2001)
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketrbatasan beraktifitas.
Tujuan : Klien mampu mencukupi kebutuhan ADL mandiri
Kriteria hasil : Terjadi peningkatan latihan dan aktivitas
Intervensi :
a. Kaji kemampuan pola aktivitas klien
b. Bantu pasien dalam memenuhi kebutuhan sehari.
c. Bantu pasien latihan pasif aktif secara bertahap.
d. Berikan terapi sesuai advis dokter
e. Libatkan keluarga dalam perawatan pasien.
(Carpenito, 2001)
4. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan
pertahanan sekunder dari imunosupresan.
Tujuan : Tidak terjadi infeksi
Kriteria hasil : Tidak ditemukan tanda-tanda infeksi.
Intervensi :
a. Kaji adanya tanda-tanda infeksi
b. Monitor tanda-tanda vital.
c. Tingkatkan prosedur cuci tangan.
d. Kolaborasi pemberian antibiotik.
e. Kolaborasi pengecekan darah rutin.
(Doengoes, 1999)
IV. Daftar Pustaka
Carpenito, Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Terjemahan
oleh. Monica Ester. Jakarta: EGC

Doengoes, Marylinn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. EGC :


Jakarta

Herdman, T. Heather. 2012. Diagnosis Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi


2012-2014. Jakarta: EGC

Smeltzer, S.C., dan Bare B.G., 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner &. Suddarth. Edisi 8. Jakarta :EGC

Tidy, Collin. 2012. Benign Ovarian Tumours. Diunduh tanggal 11Januari 2018.
http://www.patient.co.uk/doctor/Benign-Ovarian-Tumours.htm

Yatim, Faisal. 2008. Penyakit Kandungan. Myoma, kanker rahim/leher rahim dan
indung telur, kista serta gangguan lainnya. Jakarta: Pustaka Populer Obor

Palangkaraya januari 2018

Preseptor klinik

( )

Anda mungkin juga menyukai