Disusun Oleh :
6. Risiko Infeksi (Kode 00004) Penyembuhan luka (1102) Kontrol Infeksi (6540)
Domain 11 : Keamanan Domain II : Kesehatan Fisiologis Domain 4 : Keamanan
Perlindungan Kelas L : Integritas Jaringan Kelas V : Manajemen Risiko
Kelas 1 : Infeksi 110201 Kondisi luka - Pertahankan teknik aseptic
110214 Pembentukan bekas luka - Cuci tangan sebelum ataupun sesudah
Definisi : Rentan mengalami invasi 110209 eritema di kulit sekitarnya melakukan perawatan pada pasien
dan multiplikasi organisme 110211 Bau luka busuk (-) - Berikan teknik rawat luka yang tepat
patogenikyang dapat mengganggu 110210 Peningkatan Suhu Kulit - Pertahankan intake nutrisi adekuat dan
kesehatan. pemberian cairan yang tepat
Keparahan Infeksi (kode: 0703) - Ajarkan pasien atau keluarga mengenai
Faktor Risiko : Domain II : Kesehatan Fisiologi bagaimana menghindari infeksi
Prosedur invasive (pembedahan, Kelas H : Respon Imun
kateter menetap) Tidak ditemukan tanda-tanda infeksi - Kolaboratif: beri antibiotic, sesuai indikasi
Kurang pengetahuan untuk 070301 Kemerahan (-)
menghindari pemajanan 070303 cairan/ luka berbau busuk (-) Perlindungan Infeksi (6550)
pathogen 070305 drainase purulent (-) Domain 4 : Keamanan
Penyakit kronis 070307 demam (-) Kelas V : Manajemen Risiko
Malnutrisi 070329 hipotermi (-)
070333 nyeri (-) - Monitor adanya tanda dan gejala infeksi
070311 malaise baik sistemik ataupun lokal (nadi cepat,
070331 letargi (-) malaise, suhu tubuh, menggigil,
070326 leukositosis(-) gelisah,kondisi luka dan proses
0703127 leukopeni (-) penyembuhan luka/ drainase (bila
menggunakan) : kemerahan, nyeri, pus.
Kontrol Risiko Proses Infeksi - Monitor kerentanan terhadap infeksi
Domain IV : Pengetahuan tentang - Pantau WBC
Kesehatan dan Perilaku - Perawatan luka yang tepat
Kelas T : Kontrol Risiko dan
Keamanan - Tingkatkan asupan nutrisi adekuat dan
192426 Mengidentifikasi faktor risiko cairan yang tepat
(berhubungan dengan hygiene dan Kolaboratif : pemberian antibiotic sesuai
steril jika pada perawatan luka) indikasi
192408 Memonitor perilaku diri yang
berhubungan dengan faktor infeksi
192415 mencuci tangan
7. Gangguan eliminasi urin pada Eliminasi Urin Mendorong eliminasi urin
kasus urolitiasis Berkemih dalam jumlah normal 1. Tindakan independen
lebih dari atau sama dengan 30 a. Catat haluaran dan karateristik urine
Gangguan eliminasi urin ml/jam dan pola biasa. b. Tentukan pola berkemih normal klien
berhubungan dengan obstruksi Tidak mengalami retensi dan catat variasinya
anatomik c. Anjurkan peningkatan asupan cairan,
jika tidak mual
d. Saring semua urine, dokumentasikan
semua batu yang keluar dan kirim ke
laboratorium untuk analisis
e. Kaji laporan rasa penuh pada kandung
kemih; palpasi adanya distensi
suprapubik. Catat penurunan haluaran
urin dan adanya edema periorbital atau
dependen
f. Observasi perubahan status mental,
perilaku, atau tingkat kesadaran
2. Tindakan kolaboratif
a. Pertahankan kepatenan kateter menetap
– ureteral, uretral, atau nefrostomi –
jika dipasang
b. Beri medikasi sesuai indikasi, misalnya
:
Azetazolamide dan alopurinol
Penyeka adrenergik alfa
Kortikosteroid
Penisilin, tiopronin dan kalium sistrat
Amonium klorida dan kalium atau
natrium fosfat
antibiotik
c. Pantau pemeriksaan laboratorium
Elektrolit, BUN, dan kreatinin
Kultur dan sensitivitas urine
d. Siapkan klien dan bantu untuk
melakukan prosedur endoskopik seperti
berikut ini :
Basket prosedure (prosedur bedah
untuk menangani batu ginjal), litotripsi
ultrasonik perkutaneus dan pemasangan
stent Extracorporeal shock wave
lithotripsy, Nefrolitotomi perkutaneus
atau pengeluaran batu melalui insisi
terbuka.
8. Kelebihan volume cairan pada Menunjukkan haluaran urine yang Manajemen hipervolemia
kasus gagal ginjal akut tepat disertai berat jenis spesifik 1. Tindakan independen
dan pemeriksaan laboratorium a. Catat asupan dan haluaran secara akurat.
Kelebihan volume cairan lainnya yang mendekati normal; Mencakup cairan tersembunyi seperti
berhubungan dengan penurunan berat badan dan tanda-tanda vital tambahan antibiotik intravena, obat
mekanisme pengaturan ( gagal stabil dalam rentang normal klien berbentuk cair, ice chips, dan sesuatu
ginjal ) dan tidak ada edema yang beku, Mengukur kehilangan GI dan
memperkirakan kehilangan yang tidak
tampak, seperti diaforesis
b. Pantau berat jenis spesifik urin
c. Timbang berat badan setiap hari pada
waktu yang sama, menggunakan
timbangan yang sama, dengan peralatan
dan pakaian yang sama
d. Kaji kulit, wajah dan area dependen
untuk edema. Evaluasi tingkat edema
(pada skala +1 hingga +4).
e. Pantau denyut jantung, BP, dan tekanan
vena sentral (CVP), jika ada.
f. Lakukan auskultasi suara paru dan
jantung
g. Kaji tingkat kesadaran; cari tahu
perubahan dalam mentasi dan adanya
kegelisahan
h. Rencanakan penggantian cairan oral
bersama klien dengan pembatasan
beragam. Diselingi dengan minuman
yang diinginkan selama 24 jam.
Tawarkan berbagai minuman, seperti
panas, dingin dan beku.
2. Tindakan kolaboratif
a. Koreksi semua penyebab gagal ginjal
akut yang bersifat reversibel, seperti
menggantikan kehilangan darah,
memaksimalkan curah jantung,
menghentikan penggunaan obat
nefrotoksik, dan menghilangkan
obstruksi melalui pembedahan
b. Pasang dan pertahankan kateter menetap
c. Pantau pemeriksaan laboratorium dan
diagnostik seperti BUN, Cr, Natrium
serum, kalium serum, Hb/Ht, dan
pemeriksaan serial sinar x dada
d. Beri dan batasi cairan, jika diindikasikan
e. Beri medikasi, jika diindikasikan,
misalnya : Diueretik (seperti furosemid,
bumetanid, torsemid, dan manitol),
vasodilatatot (seperti fenolodopam),
antihipertensi (seperti klonidin,
metildopa, dan prazopin)
f. Persiapkan untuk terapi sulih ginjal jika
diindikasikan, seperti hemodialisis,
dialisis peritoneal, atau terapi sulih ginjal
kontinue ( CRRT)
Kolaboratif
1. Pantau pemeriksaan laboratorium dan
diagnostik, sebagai berikut :
elektrolit-kalium, natrium, kalsium,
magnesium; BuN/Cr ; Ketidakseimbangan
dapat mengubah konduksi listrik dan
fungsi jantung sinar-X dada
2. Kolaborasi dengan penanganan penyakit
atau kondisi yang mendasari, jika
memungkinkan
3. Berikan medikasi sesuai dengan indikasi,
misalnya : Inhibitor ACE, seperti
enapril,atau penghambat reseptor
angiotensin (ARB), seperti irbesartan dan
losartan agens penstimulasi eritropoeitin
4. Berikan oksigen sesuai indikasi
5. Siapkan untuk terapi sulih ginjal seperti
hemodialisis
6. Bantu dengan perikardiosentesis, jika
diindikasikan.
10. Resiko perdarahan pada kasus Keparahan kehilangan darah : Kewaspadaan perdarahan :
prostatektomi Tidak menunjukkan perdarahan aktif Independen
1. Pantau asupan dan haluaran ( I dan 0)
Resiko perdarahan 2. Pantau tanda-tanda vital, catat
Faktor resiko : peningkatan nadi dan pernapasan,
Efek samping terkait terapi penurunan tekanan darah, diaforesis,
(misalnya, pembedahan-sifat palor, pengisian kapiler yang melambat
pembuluh darah area yang dibedah dan membran mukosa yang kering
) 3. Kaji kegelidahan, konfusi, dan
perubahan perilaku
4. Inspeksi balutan dan drain luka.
Definisi : Rentan mengalami Timbang balutan, jika diperlukan. Catat
penurunan volume darah, yang pembentukan hematoma
dapat mengganggu kesehatan 5. Anjurkan peningkatan asupan cairan,
lebih dipilih air putih, hingga 2.000-
2.500 ml/hari kecuali
dikontraindikasikan oleh kondisi medis
Reduksi Perdarahan:
Independen :
1. Menjangkatkan kateter ureter dan
menghindari manipulasi berlebihan
2. Observasi drainase kateter uretra dan
supraubik, catat perdarahan berlebihan
atau kontinue
3. Evaluasi warna, konsistensi urine,
misalnya : warna merah terang dengan
bekuan darah berwarna merah terang;
merah gelap dengan bekuan berwarna
gelap dan peningkatan viskositas;
perdarahan tanpa beluan
4. Hindari mengukur suhu rektal dan
penggunaan slang rektal atau enema
Kolaboratif
1. Pantau pemeriksaan laboratorium,
sesuai indikasi, seperti :
hemoglobin/hematokrit dan sel darah
merah, pemeriksaan koagulasi dan
hitung trombosit
2. Berikan terapi intravena (IV) atau
produk darah , jika diindikasikan
3. Pertahankan traksi pada kateter
menetap; plester keteter ke paha dalam
4. Lepaskan traksi dalam 4 hingga 5 jam
Dokumentasikan periode pemasangan
dan pelepasan traksi, jika digunakan
5. Beri pelunak feses atau laksatif, jika
diperlukan
Pertanyaan:
1. Apakah ada sop perawatan kateter dengan menggunakan balutan kassa didaerah perineum?dan pembersihan perineum
mengunakan savlon?SOP tentang perawatan kateter menggunakan balutan kassa tidak ada, biasanya perawatan dilakukan
pada daerah perineum dengan menggunakan kapas basah dan tidak memakai sabun. Sabun tidak dianjurkan karna dapat
mengiritasi kulit karena perbedaan PH.Di Kalimantan penggunaan sabun Dettol digunakan untuk pembersihan perineum.
2. Perhitungan balance cairan ditentukan berdasarkan input dan output. Pada output terdapat IWL(indeks water loss)misalnya
keringat, nafas