Anda di halaman 1dari 12
PENGAJARAN ESP PADA TINGKAT PERGURUAN TINGGT Lia Angela Setiawati Sofyan Unika Atma Jaya 1.0. PENDANULUAN YTelah menjadi rahasia umum bahwa banyak mahasiswa yang belum mampu menba- ca buku-buku ceks ataupun mengikuti perkuliahan serta seainar yang disajikan dalam bahasa Inggris. Ini terjadi pada mereka yang bukan dari Fakultas Sastre dan Seni jurusan Bahasa Inggris. Kelemahan ini merupakan penghambat utama bagi para wahasiswa dalam menyelesaikan studi, bekerja dan ketkut-sertaan mereka da- lam forua-forum internasional. Hal ind sangat erat hubungannya dengan pengarahan pengajaran ESP, yang saya istilahi dengan ITK (Bahasa Inggris untuk Tujuan Khusus), yang diterapkan pada setiap perguruan tinggi. Pengarahan pengajaran bahasa Inggris dengan Tu- juan Umum, yang saya singkat dengan ITU, tidak sama dengan pengarahan pengejar- an TTR. Untuk dapaz menerapkan pengajaran ITK sesuai dengan tujuan-tujuan yang telah digariskan, mahasiswa dituntut untuk setidak-tidaknya telah memiliki pe- mahanan dasar bahasa Inggris (basic English) yeng kuat. Sebenarnya pengajaran ITK merupakan suatu hal yang masih baru bila diban~ d4ngkar dengan perkenbangan pengajaran ITU. Dengan melihat laju pengembangan pengajaran bahasa dewasa ini, sudah sewajarnya apabila pengajaran ITK lebih ba- nyak dikenal, diterapkan, serta dikembangkan di negara kita. Dalam kertas ker- ja ini diajukan suatu pengenalan pengajaran ITK ini. Penelaahan berkisar pada apa sebenarnya ITK itu, tujuan sorta makna pengajaran ITK, aspek-aspek yang ‘mempengaruhi pengajaran ITK, materi serta sillabus ITK, dan kesulitan-kesulitan yang dihadapi dalam pengajaran ITK. 2.0, PENGERTIAN 17K 2.1, Sejarah Perkembangan ITK Pengajaran bahasa Inggris di negara kita merupakan pengajaran bahasa asing yang pertama yang secara resmi mulai diterapkan pada Sekolah Menengah Tingkat Pertama. Pada umumnya pengajaran bahasa Inggris ini masih bersifat umum dan belum diarahkan kepada tujuan-tujuan khusus. Hal ini lebih menjurus kepada ITU. 44 Pada tingkat perguruan tinggi, pengajaran bahasa Inggris mulai diarahkan sesu- ai dengan jurusan masing-masing. Pemakaian istilah ITK secara umum sebenarnya belum lama. Bila diteliti dengan cermat, pengajaran ITK merupakan hasil pengembangan yang lebih lanjut dari LSP (Language(s) for Special Purposes). Strevens berpendapat bahwa peng- ajaran 'German for Science Students" merupekan bentuk yang terdahulu dalam SP-LT (Special Purpose Language Teaching) dan tahun 1576 merupakan tahun pe~ nerbitan buku ungkapar 1940, 15). Para ahli bahasa melihat perkenbangan pengajaran ITK ini dari be~ berapa aspek. Lee Kok Cheong dan Tickoo melihat perkembangan ITK dari segi pandangan gejala~gejala analisa linguistik dan pemilihan matéri, di mana ta- ‘-ungkapan yang pertana untuk para turis asing (Robinson, hap pertama dalam pengembangan ITK adalah ‘eclectic’ den ‘pre-linguietic’. : analisa kosakata dan Lee Kok Cheong membagi "studi register" dalam dua taht studi sintaksis. Sedangkan gejala yang terakhir dalam ITK adaleh “analis wacana" yang dianggap sebagai perkembangan yang paling maju. -Tickoo berpen- dapat bahwa ekibat dari°studi register terdapat perhatian terhadap "Materi berdasarkan kecakapan" ('Skills-based Materials'); seperti misalnya EAP (English for Academic Purposes), yang saya istilahi dengan ITA (Bahasa Inggris untuk Tujuan -Akadémis). Beliau menghubungkan hal yang sama dengan "Materi yang Terorientasi Dalam Kemampuan Berbicara" ('Communicative-Competence Oriented Material') dengan mendukung ‘electicism' dalam teori dan materi (anthology Series 2, 1975, 4; 98). Pada tahun 1977, Brumfit berhasil menga- mati bahwa ITK erat hubungannya dengan tradisi analisa dari bentuk fungsio- egister". Gagasan “register” ini dengan jelas dilibatkan dalam nil atau " yarankan bahwa ITY, dalam arti ‘English for Special Purposes’ harus me- nunjukkan guatu penakaian bahasa yang khusus atau "register". Perren ber- pendapat behwa memang terdapat kesulitan-kesulitan yang bersifat teoritis dalam usaha memisahkan bahasa khusus (bahasa spesialisme). Gagasan bahwa suatu register khusus yang berbeda dapat diidentifikasikan dengan membeda- kannya dengan register umum sangatlah membingungkan. Dalam hal ini beliau sependapat dengan Halliday yang menyarankan bahwa pada saat tidak adanya register umm perlulah untuk mengenali kategori dari bahasa dengan tujuan khusus atau variasi-variasi bahasa (Robinson, 1980, 16). Salah satu hal yang menakjubkan dari hasil penelitian Thakur, Porter, Ewer, dan Latorre dalah banyaknya variasi yang terdapat dalam bahasa Inggris Ilmiah, antare Jain yaitu bahwa "sub register" yang berbeda memfliki struktur yang berbeda pula, White menyarankan bahwa dengan data yang cukup akan memungkinkan untuk mendapatkan serentetan spesifikasi register di mana ciri-ciri konstelasi khas dapat dispesifikasikan untuk setiap register. Beliau pun menganjurkan suatu teknik pengukuran data untuk ‘verb phrasc', ‘noun phrase’, ‘type of adjunct" dan untuk kalimat. White, Strevens, dan Candlin berpendapat bahva "tujuan” merupakan suatu pertimbangan yang sangat penting. Dalam hal ini White mena~ makannya "“faktor yang penting sckali dari bentuk bahasa", Candlin menyebutnya “tujuen komunikatif” ("communicative purpose’) di mana analisa dilakukan ter- hadap studi kata-kata dan struktur yang terdapat di dalamnya; tentunya terha- dap kalimat yang tidak menyimpang dari teks tersebut. Spencer membatasi studi register yang terikat pada teks dan menyarankan bahwa "peranan” (‘role') meru- pakan faktor penting dalam mompelajari suatu bahasa baru atau suatu variasi bahasa baru. Beliau meragukan apakah seseorang dapat mengajarkan LSP tanpa melibatkan 'roic activity’ (Robinson, 1980, 18: 20). Garwood mengidentifikasikan register dengan leksis dan menyarankan agar dalam penyusunan sillabus dimulai dengan mencantunkan daftar kata-kata, kemu- dian daftar struktur (Robinson, 1980, 18). Menurut Anthony LSP dalam arti "Lexicon for Special Purposes’ nenegang peranan penting dalam pengajaran ITK. LSP benar-benar merupakan studi dari cara di mana kelompok-kelompok tertentu bertindak dalam hubungannya dengan kegiatan-kegiatan khusus yang membentuk mereka menjadi suatu kelompok dan bagaimana mercka saling berkomunikast necata lecksikal. Scnakin kompleks kegiatan mercka, semakin kompléks pula 1cksikon komunikatif (communicative lexicon) itu merefleksikannya. Apabila suaty bidang studi tidek menyangkut bahasa, sescorang tidak dapat semata~ ata memahami bidang tersebut dengan mempelajari bahasa yang berhubungan dengan bidang studi itu. Karenanya seseorang harus menggabungkan akumslasi pengalaman (accumulation of experience) dalam bidang itu sendiri dengan lek- sikon yang merupakan karakteristik dari bidang tersebut. Berdasarkan elasan ini, LSP khususnya dalam pengajaran IST (Bahasa Inggris untuk Sains dan Tek- nology) merupakan problema yang lebih besar bagi para pengajar bile diban- 4ingkan dengan problema yang dihadapi oleh para mahasiswa (Anthology Series 2, 1976,93). Widdowson menggolongkan studi register tradisional dari leksis dan Struk- tur sebagai kwantitatif. Di sini, yang diperlukan adalah suatu pendekatan 46 kwantitatif yano, baru yang dapat menentukan komunikatif kompetenei (communi~ cative competence) dan peranan penampilan (role performance) (Robinson, 1980, 20) Beliau berpendapat bahwa komunikatif kompetensi mencakup kemanpuan mem- pergunakan bentuk-bentuk linguistik untuk menampilkan segala kegiatan komuni- kasi dan memahami fungsi komunikatif dari kalinat-kalimat serta hubungannya dengan kalimat-kalimat lain, Ini terjadi pada tingkat "wacana" yang antara Jain melibatkan pengetahuan dari kebiasaan—kebiasaan retoris yang menentukan pola yang demikian, interpretasi si pemakai bahasa dan arti kontekatual suatu ungkapan (Munby, 1980, 26). Dalam tahun-tahun terakhir ini "wacana' dan “analisa wacana" banyak men- dapat perhatian dalam pengajaran ITK. Widdewson dan Halliday berpendapat bahwa bahasa untuk tujuan khusus dapat ditandai oleh penyampaian yang berbeda dari pola~pola gramatika, arti-arti khusus dari pola~pola yang terjadi pada vmumya dan oleh ciri-ciri wacana dari teks yang saling berhubungan. Menurut pendapat Mackay, ciri-ciri wacana (yaitu kata-kata penghubung) ini sering se~ kali ditemsi serta penting artinya dalam hubungan yang erat ini; hal ini me~ ngembangkan penyajian informas! ilmiah. Penggunaan dari kata~kata penghubung (connectives) merupakan salah satu ciri yang dikembangkan oleh Porter dalam membedakan bermacam-macam teks ilmiah, Trimble dkk.. Selinker, Lackstrom, dan Vroman mempergunakan identifikasi fungsi retoris dalam teks atau pun dalam bagian teks, mengingat rangkaian fungsi yang ada, dan menganalisa bentuk- bentuk realisasi linguistik, khususnya bentuk-bentuk verba (Robinson, 1980, 21). Allen menyatakan bahwa suatu program IST harus diarahkan untuk memberiken pengaruh terhadap pandangan kommikatif bahasa. Widdowson menunjang hal ini dengan menyatakan bahwa perhatian terhadap ITK atau IST perlu untuk memberikan suatu perhatian komunikatif kompetensi. Beliau menyarankan bahwa hal ini pen~ ting bagi para mahasiswa untuk merasakan bahwa mereka ikut terlibat dalam ke- giatan -keglatan kommikatif dan tidak hanya mempelajari tentang pemakaian kata-kata saja, Kepada mereka perlu diberikan masaleh-masalah untuk dipecahkan. Sedapat mmgkin hal ini akan mengarahken kepada semacam proses kognitif yang merupakan tujuan dari pengajaran sains untuk mengenbangkannya, Widdowson ber~ asumsi bahwa bidang-bidang penyelidikan dalam Ilmu-ilmu Terapan ditetapkan oleh sistim-sistim komunikatif yang muncul sebagai suatu jenis ‘cognitive deep structure’ yang secara independen ’ berasal dari realisasi verorangan dalam bahasa-bahasa yang berbeda, Beliau pun mengasumsikan bahwa mahasisw2 sudah a7 memiliki pemshaman sains dan pemahaman bahasa Inggtie. Kedua pemahaman int harus digabungkan, sehingga pengajaran bahasa Ingeris tidak lagi mengajarkan bahasa serta pemakaian kaidah-keidah yang demikian tetapi memberikan sustu kesempatan untuk memahaminya berdasarken referensi dari pemahaman pengetahuan yang telah dimiliki. Dengan perkataan lain, dengan melengkapi pengetahuan sains dalam bahasa mereka sendiri, mahasiswa akan mencari mekanisme untuk ung- kapan dari pengetahuan tersebut dalam bahasa Inggris (Robinson, 1980, 23: 24). 2.2, Difintes ITK Rira-kira limabelas tahun terakhir ini, istilah "Language(s) for Special Purposes’ (LSP), yang dalam bahasa Indonesia seyogienya dinamakan "Pengajaran Bahasa untuk Tujuan Khusus" atau "PBIK", mulai semakin berkembang. Mackay ber~ pendapat bahwa masa ini dianggap sebagei masa di mana konsep dari Pengajaran Bahasa untuk Tujuan Khusus ini mulaimutakhir. Konperensi yang pertama menge~ nai PBIK mulai bersidang pada tahun 1969 di mana telah ditetapkan titik tolak pertimbangan untuk sepuluh tahun mendatang. Selama periode sepuluh tahun per- tama ini terjadi perkembangan istilah. LSP yang merupakan istilah internasional untuk menyatakan Pengajaran Bahasa untuk Tujuan Khusus, tidak hanya meliputi satu macam bahasa saja. Tada kenyataannya LSP banyak membicarakan masalah-masalsh mengenai pengajaran baha- sa Inggris. Sebenarnya pengajaran ITK merupakan salah satu bidang pengajaren dalam PBIK ini. Semula ESP merupakan kepanjangan dari ‘English for Special Purposes’, Sekarang istileh ini dipergunakan secara lebih luas dan lebih me- ningkat, khususnya pada lenbaga-lenbaga pendidikan tinggi dan lembaga-leubage Jatnnya, Berdasarkan alasan tersebut maka pengertian ES? berubsh menjadi 'En~ glish for Specific Purposes’ (Munby, 1980, 3). "English for Special Purposes’ diperkirakan untuk menyarankan bahasa- bahasa khusus, seperti misalnya bahasa-bahasa yang terbatas, yang mane bagi banyak orang hanya merupakan sebagian kecil dari ESP. Demtkiin pula halaya "English for Specific Purposes’ memusatkan perhatiannya pada tujuan dari para siswa yang berhubungan dengan seluruh bidang dari sunber-sumber bahasa (Robin- son, 1980, 5). Pada umumya ITK dipergunakan sehubungan dengan proses belajar-dan- mengajar behasa asing untuk suatu tujuan yang jelas dan bermanfaat serta mantap. Pada umumnya tujuan yang bermanfaat inf dirasakan dalam rangka keberhasilan 48 sesorang dalam pekerjaan, di mana bahasa Inggris memegeng peranan tanbahcn. Jadi ITK diartikan sebagai "pengajaran bahasa Inggris, tidak sebagai suatu titik akhir melainkan sebagai suatu maka yang borarti bagi suatu tujuan yang jelas" (Mackay, 1978, 28). Dalam mendifinisikan ITK, Strevens mengungkankan bahwa tujuan werupakan faktor yang terpenting dalam pengajaran ITK, Pengajar serta siswa hendaknya mengetahui benar tujuan-tujuan yang telah digariskan dan tidak menyajikan materi yang tidak rckevan (menyimpang) dalam pengajaran ITK. Yang lebih penting legi yaitu bahwa pengajaran ITK hendaknya merupakan ‘learner centred’ ("pemusatan perhatien siswa") (Robinson, 1980, 10). Munby (1980, 2) menjadikan 'learner-centredness’ ("femusatan perhatian siswa") bagian dari di- finisinya dengan menbedakan tujuan-tujuan dari matapelajaran-matapelajaran ITK dengan kriteria 'nonleamner-centred’ seperti misalnya preferensi guru atau institut yang telah ditentukan sebelumya untuk pengajaran ITU. Hal ini men- jadi lebih jelas bahwa perhatian terhadap kebutuhan siswa dalam mempelajari 11K merupakan unsur yang sangat penting. Ini tidaklah berarti bahwa pemusatan perhatian siswa adalah unik bagi ITK. Seperti apa yang dikemukakan olch Brumfit, ITK bukanlahmerupakan suatu pendekatan baru tetapi suatu perhatian baru dalam pongajaran bahasa Inggris, yang lebih didasarkan pada kebutuhan siswa. Hal mana biasanya dinyatakan dalam istilah-istilah fungsionil. Dongan demikian pengajaran ITK benar-benar disesuaikan dengan pengarshan unum terha- dap “pengajaran kouunikatif" (‘communicative teaching’) pada masa kira-kira sepuluh tahun terakhir ini (Robinson, 1980, 11). Dalam hubungan ini ada dua kategori utama dalam pengajaran ITK: (1) pengajaran bahasa Inggris dengan tujuan untuk bekerja, yang saya singkat dengan ITB, bissa dikenal dengan EOP (English for Occupational Purposes), (2) pengajaran bahasa Inggris dengan tujuan akademis yang saya singkat dengan ITA, biasa dikenal dengan EAP (English for Academic Purposes) 3.0. _TUJUAN DAN MAKNA PENGAJARAN ITK Dalam proses belajar-dan-mengajar ITK, faktor "tujuan" memegang peranan yang sangat penting. Mackay dan Mountford. (1978, 2) mengemukakan tiga macan kebutuhan yang sengat penting artinya dalam penjarahan pengajaran ITK, yaitu: merupakan kebutuhan-kebutuhan yang berhubungan dengan bidang pekerjaan (1) occupational requirements 49 (2) vocational training programmes -. - merupakan progran-program latihan kejuruan, (3) academic or professional study ---- merupakan studi akademis atau studi keahlian Strevens mongklasifikasikan ITK berdasarkan perbedaan-perbedaan bentuk ITK yang timbul berdasarkan tujuan serta kebutuhen para siswa dalam mempele- Jari IIK, Hel ini digambarksn oleh Kementerian Penbangunan Luar Negeri Ing~ gris dalan diagram berikut (Robinson, 1980, 7): -Sebelum menasuki bidang { pekerjean tertentu — 118 J (op) | Program latihan jabatan (In-service) Im® _| - Studi pendehuluan (sp) (Pre-study) Untuk menpelajari suatu bidang studi khusus — 1 (eep) | Saat belajar Sebagai suatu mata (In-study) kuliah Catatan: -1TB = pengajaran bahasa Inggris dengan Tujuan untuk Bekerje BOP -1TP English for Occupational Purposes pengajaran bahasa Inggris dengan Tujuan untuk Pendidikan ~EEP English for Educational Purposes Pongajaran ITK diterapkan pada verguruan tinggi dengan tujuan utama yaitu: (1) menberikan pengarehan agar mahasiswa mampu membaca buku-buku teks, majalah~ majalah serta literatur dalam bahasa Inggris dengan baik, terutama menge nai bidang studi yang mereka pelajari; (2) agar mahasiswa dapat wengucapkan bahasa Inggris dengan cukup memuaskan: (3) agar mahesiswa dapat mengerti serta mampu nengikuti suatu keterangas/pen— jelasan atau kuliah dalam baliasa Inggris, umpananya oleh dosen-dosen asing 50 yang mungkin datang untuk beberapa waktu dan tidak dapat menguasai baha~ sa Indonesia dengan lancar untuk memberi kuliah dalam bahasa Indonesia. Setelah ketiga tujuan ini tercapei, mahasiewa diherapkan dapat mengenbangkan diri dengan tujuan: agar mahasiswa dapat sekedar mampu berpartisipasi dalam raker, seminar, dan sebagainya di mana bahasa Inrgris dipergunakan sebagai bahasa pengantar. 4.0, ASPEK-ASPEK YANG MCMPENGARUAT PENGAJARAN ITK +L. Aspek Sostologis Siapa dan bagaimena mahasiswa yang mengikuti program pengajaran ITK ini? Dan apa tujuan serta kebutuhan yang dirasakan mahasiswa dalam mempelajari ITK? Faktor usia, dasar kemampuan bahasa yang telah dimiliki dan spesialisasi serta hasil yang akan dicapai sangat menentukan keberhasilan seseorang dalan mempe- lajari IT. 4.2. Aspek Linguistik Pilihan makna linguistik dari behasa yang akan dipergunakan untuk tujuar- Khusus bergantung pada deskripsi yang cukup dan tepat dari sifat khas bahasa yang mana mahasiswa wajib melaksanakannya, Deskripsi ini tidak dapat dipero- Jeh hanya dengan mengunpulkan artikel-artikel yang terdapat dalam teks-teks pilihan. Tetapi daftar demikian dapat, dipergunakan untuk memastikan bahwe keistimevaan-keistimewaan sandi (code features) dipusatkan pada materi. 4,3... Aspek Paikologis Orientasi terhadap teori perilaku belajar adalah sesuai untuk pengajaran TK: untuk menggambarkan perhatian kita terhadap pengajaran komumikatif seba- gaimana halnya dengan kompetensi linguistik (linguistic competence). 4.4, Aspek Pédagogt Haruslah diketahui dengan jelas kecakapan-kecakapan mana yang akan dia- rahkan guna menentukan prosedur-prosedur pedagogi yang sebenarnya akan me~ ngembangkan kecakapan-kecakapan tersebut. Materi yang disiapkan tanpa memperhitungkan karakteristik kelompok siswa, dan berdasarkan pada contoh-contoh bahasa dan unit-unit deskripsi yang tidak 51 sesuai atau tidak relevan , akan mempunyai nilai motivesi siswa yang rendah. Hal ini penting untuk mengembangkan metodologi pengajaran di kelas guna mene- nuhi motivasi khusus dan kedewasaan intelektualitas siswa. 5.0. MATERI DAN SILLABUS ITK 5.1, Materi Pengajaran 17K Pengajaran ITK yang diterapkan di perguruan tinggi lebih diarahkan kepada pengajaran ITK yang memusatkan perhatiannya kepada kebutuhan ‘academic or professional study". Pada umumya program pengajaran ITK diterapkan pada tingkat dasar. Meng- ingat akan kemampuan yang lemah akan pemahaman dasar bahasa Inggris mahasiswa tingkat persiapan, materi yang disajiken merupakan 'Remodial Materials’. Pada tingkat Sarjana Muda I, materi pengajaran ITK sudah benar-benar dipusatkan ke- pada teks-teks yang sesuai dengan bidang studi setiap jurusan. Faktor materi ini merupakan faktor yang layak mendapatkan perhatian yang cukup besar, Kebanyakan dosen ITK mengeluh karena sulitnya mendapatkan bahan- bahan atau buku-buku teks yang cocok untuk pengajaran ITK ini, Pada umumnya sebagian besar buku-buku teks ITK yang ada yaitunengenai perniagaan (‘con merce’), teknologi, ilmu-iimu eksakta, ilmi-ilmu sosial dan ilms kedokteran, Dewasa ini, buku-buku ini pun sulit didapat dan pada umumnya merupakan buku~ buku import. Dalam menanggulangi hal ini, beberapa ahli kita telah menulis buku teks yang khususnya ditujukan bagi mahasiswa tingkat persiapan. Dianta- - Dra. Sukartini Djojohadikusumo Silitonga, English For Students Of Economics. - Greta C. Librata dkk, Bahasa Inggris Untuk Fakultas I1mu-I1mu Sosial, Jekarta, Bhratara Karya Aksara, 1980, Sebagai suatu contoh lain dalam menanggulangi masaleh meteri ini, akan ranya yait diuraiken sedikit mengenai koordinasi pengajaran ITK yang diterankan pada fekultas-fakultas yang ade di Unike Atma Jaya. Sejak tahun 1978, Lembaga B2~ hasa Unika Atma Jaya (LBA) mulai membentuk suatu koordinasi yang khususnys nenangeni masalah-masaleh pengajaran ITK ini. Dalam menanggulangi maseleh ma- teri pengajaran ITK, LBA telah mengelola serta menyediakan buku-buku teks yang dipergunakan di fekultas-fakultas serta menberikan fasilitas peminjaman buku-buku perpustakaan kepada para dosen ITK. Pada tangnal 8 Juld 1978, LBA 32 menyelenggarakan seminar untuk para dosen ITK dengan tema "Metode dan Bahar TK", Diharapkan seminar semacam ini akan lebih sering diselenggarakan. 5.2. Sillabus ITK Dalam program pengajaran bahasa Inggris, sillabus ITK sangat berbeda de- ngan sillabus ITU, Munby (1980, 1) berpendapat bahwa pada tahun-tahun tera~ Khir int pengajaran ITK merupakan pengembangan utama dalam ‘communicative syllabus design and materials production’, Hal ini mengalami kelemahan dalam sistim penyusunan spesifikasi sillabus yang tepat berdasarkan kebutuhan- kebutuhan komunikasi yang menadai. Seperti apa yang ditemui pada kebanyakan sillabus IIK kita, pengajaran ITK tingkat persiapan merupakan ‘Remedial Course’ yang lebih banyak ditekankan kepada materi tatabshasa, ‘Remedial Course’ ini perlu diberikan tetapi scbaiknya lebih ditekankan kenada ‘functional grammar’ dan tidak kepada ‘pure basic grammar’. Sebenarnya apa yang dibutubkan oleh mahasiswa adalah ITK yang merupakan bahasa Inggris yang berguna serta relevan dengan bidang studi mercka, misalnya,ckonomi, hukum, pendidikan, teknik, atau bidang lainnya. Pada umumnya sillabus ITK yang ad2 belum merupakan ‘communicative sylla~ bus", cebingge tidak jelas apé yang menjadi ‘minimum requirements’ dari peng~ ajaran ITK yang diterapkan. Berdasarkan hal terscbut, dirasakan perlu adanya suatu 'teilor-made syllabus’ yang-merupakan ‘communicative syllabus', sehing- ga pengajaran ITK yeng diterapkan pada setiap perguruan tinggi ekan lebit ter- arahkan sesuai dengan tujuan serta makna ITK itu sendiri. 6.0, KESULITAN-KESULITAN YANG DIHADAPI (2) Belum adanya sillabus ITK yang terurei, (b) Keterbatasan waktu yang disediskan untuk program ITK — setu kali dalam seminggu (90 menit), (c) Kemampuan pemahaman dasar bahasa Inggris yang dimiliki mahasiswa tingkat persiapan tidak sama sehingga menimbulkan suatu gap yang besar antara mahasiswa yang sudah cukup siap untuk menerima program ITK yang sebenar~ nya dan mereka yang sama sekali lemah dalam pemahaman dasar bahasa Inggris, (a) Junlah mahasiswa terlampau banysk sehingga ada kalanya seorang dosen harus menangani, lebih dari seratus mahasiswa, (e) Sangat langkanya buku-buku tcks serta kamus yang memadai, (£) Karangaya dosen 1 53 7.0, KESIMPULAN DAN SARAN 7.1. Resimpulan Pengajaran 11K diartikan sebagai vengajaran bzhasa Ingeris tidak sebagai suatu titdk akhir melainkan sebagai suatu makna yang berarti bagi suatu tujuan yang jelas. Dalam hubungan ini pengajaran ITK tidak merupakan suatu pendekatan baru tetapi suatu perhatian baru dalam pengajaran bahasa Ingeris yang lebih didasarkan pada 'learner-centredness'. Karenanya pengajaran ITK benar-benar disesuaikan dengan pengarahan umum terhadap 'conmunicative teaching’. Pada umumnya pengajaran ITK mulei diterapkan pada tingkat perguruan tinggi dengan harapan mahasiswa sudeh memiliki pemahaman dasar bahasa Inggris yeng kust serta pemahaman dasar akan ilmu yang mercka pelajari. Adanya "tailor-made syllabus" yang merupaken ‘communicative syllabus’ dan materi yang cukup serta menadai ekan menjamin keberhasilan pengarahan pengajar- an ITK. 7.2. Saran-Saran (a) Mengingat besarnya jumlah mahasiswa tingkat persiapan serta belum adanya kesadaran mahasiswa akan makna ilmu dari bidang studi yang dinelajari. pengajaran ITK sebaiknya wulai diterapkan pada tingkat Sarjana Muda II. (b) Hendaknya pengajaran ITK tidak terhenti sampai tingkat Sarjana Muda I saja tetapi hendaknya dosen ITK mampu menimbulkan minat membaca buku, majalah, serta literatur dalam bahasa Inggris. Hendaknya dosen dari bideng studi lain ikut mengembangkannya dengan menugaskan mahasiswa membaca literatur. Dengan demtkian ditiarapkan wahasiswa dibinbing oleh dosennya untuk mampu menbaca lebih banyak sehingga studi danet diselesaikan sesuai dengan ku- rikulum yang berlaku. (c) Hendaknya mulai disusun suatu sillabus terurai yang merupakan 'communica- tive syllabus' sehingga pengajaran ITK dapat lebih terarahkan. (4) Dirasakan perlu adanya penataran guru-guru bahasa Inggris pada tingkat SMTP dan SMTA secara berkala untuk meningkatkan mutu pengajaran bahesa ‘Inggris pada tingkat SMIP dan SMTA. (e) Dirasakan perlu adanya seminar-seminar serta lokakarya yang khusus mem- bahas mengenai pengajaran ITK. 54 DAFTAR PUSTAKA British Council, English Teaching Information Centre.1978. English for Specific Purposes. ELT Documents 191. British Council. » English Teaching Information Centre. 1978. Individualisation in Language Learning. ELT Documents 103. British Council. » English Teaching Information Centre. 1978. Pre-sessional Courses for Overseas Students. An ETIC occasional paper. British Council. Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, 1979, Kurikulum Dan Silabus Minimal Fakultas Ekonomi. Fakultas Hukum Unika Atma Jaya.1981. Buku Pedoman Fakultas Teknologi Unika Atma Jaya.1980. Buku Pedonan. Mackay, R. den A. Mountford.1978. English for Special Purposes. London, Longman. Munby, John, 1980, Communicative Syllabus Design. Cambridge: Cambridge University Press. RELC Journal SEAMEO Regional English Language Centre, Anthology series 2; 3. Robinson, Pauline.1980. English for Specific Purposes. Oxford: Pergamon Press.

Anda mungkin juga menyukai