Anda di halaman 1dari 5

BAB I

ARTIKEL CAMPAK

Tarakan Dinyatakan KLB Campak Waspadai Anak yang Belum Diimunisasi


Rabu, 02 November 2016 10:16

PROKAL.CO, TARAKAN-Awal November kemarin, Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota


Tarakan telah menetapkan status merebaknya penyakit campak di Tarakan sebagai
Kejadian Luar Biasa (KLB).
Penetapan status KLB campak ini cukup beralasan. Sebab selama tiga bulan berturut-turut
mulai Agustus, September dan Oktober 2016 terjadi peningkatan kasus campak di
Tarakan. Puncaknya ada di bulan Oktober kemarin.
“Tanggal 20 Oktober lalu petugas survei dari Puskesmas Mamburungan dan Puskesmas
Gunung Lingkas melaporkan ke Dinas Kesehatan bahwa ada kasus yang lagi merebak di
Mamburungan. Di sana ada 19 kasus campak,” kata Murniyati, Petugas Survey Dinas
Kesehatan Tarakan.
Laporan tersebut kemudian ditindaklanjuti pada 21 Oktober oleh Dinas Kesehatan bersama
petugas puskesmas dengan cara mengambil spesimen berupa serum darah dan urine siswa,
lalu dilakukan penyelidikan epidemologi.
“Setelah dilakukan penyelidikan, terjadi penambahan kasus dari 19 menjadi 30 kasus.
Setelah itu kami mengirim spesimen ke salah satu laboratorium di Jakarta dan dinyatakan
semuanya positif campak,” ujarnya.
Melihat peningkatan jumlah kasus ini, Dinkes langsung menyatakan merebaknya penyakit
campak sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) di Tarakan.
Dari sejumlah kasus campak yang ditemui, ada sejumlah pasien yang mengalami
konjungtiviti atau terjadi pembengkakan pada mata, dan berair.
“Penderita campak biasanya disertai dengan demam, batuk dan pilek. Gejala awal demam
terjadi dua sampai tiga hari,” jelasnya.
Setelah dipelajari oleh Dinas Kesehatan, dari sejumlah kasus campak yang ditemui,
sebagian besar penderita campak tidak diimunisasi pada saat masih kecil.
“Dari data puskesmas, 11 kasus terjadi di Mamburungan, Gunung Lingkas 7 kasus, dan 1
kasus dari Karang Rejo,” ungkap Murniyati.
Dikatakannya, dalam kasus campak, jikalau tidak terjadi komplikasi pada radang paru atau
infeksi dalam telinga, kemungkinan sembuh akan sedikit lama. Tetapi jika daya tahan
tubuh baik, kemungkinan sembuh bisa dalam waktu seminggu atau sepuluh hari.
“Penyakit campak ini menular melalui mulut. Jika terkena campak cepat berobat karena
ada beberapa penanganan pengobatannya,” kata Tri Astuti Sugiatmi, Seksi Pencegahan
dan Pengendalian Penyakit Dinkes Tarakan.
Meski sudah ditetapkan KLB, pencegahan dan pengendalian penyakit yang berpotensi
wabah masih tetap diupayakan oleh pemerintah melalui imunisasi.
Sebab imunisasi sangat penting diberikan kepada bayi dan balita untuk mencegah penyakit
yang mewabah seperti campak dan DBD.
Masalah yang sering dihadapi oleh petugas kesehatan selama ini, masik banyak orang tua
yang enggan memberikan imunisasi kepada anaknya sehingga dikhawatirkan pada usia
tertentu mereka rawan terserang penyakit.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Tarakan, Ir Subono, M.T mengatakan pihaknya sudah
melakukan sosialisasi melalui promosi dan edukasi lewat petugas kesehatan, baik di dinas
maupun puskesmas.

Sumber: http://kaltara.prokal.co/read/news/7531-tarakan-dinyatakan-klb-campak.html
BAB II
INVESTIGASI WABAH

II.1 Pendahuluan

II.1.1 Latar Belakang

Masalah kesehatan yang masih menjadi prioritas di Indonesia adalah penyakit


menular, salah satu penyakit menular ada yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I)
yaitu campak. Campak adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus campak
dengan gejala prodormal seperti demam, batuk, coryza/pilek dan konjungtivitas, kemudian
diikuti dengan munculnya ruam makulopapuler yang menyeluruh diseluruh tubuh.
Penularan dapat terjadi melalui udara yang telah terkontaminasi oleh secret orang yang
telah terinfeksi. Campak lebih banyak menyebabkan keparahan pada anak-anak di bawah
lima tahun (balita). Hal ini disebabkan karena sistem imun belum matang pada usia muda.
Berdasarkan data statistik WHO (2010) menyebutkan bahwa 1% kematian pada
anak usia dibawah lima tahun disebabkan oleh campak. Virus campak menyebar
melalui udara dengan penyebran droplet, kontak langsung, melalui sekret hidung atau
tenggorokan dari orang- orang yang terinfeksi dikarenakan ada orang yang tidak vaksinasi
campak. Infeksi virus campak terdapat di sebagian besar masyarakat metropolitan dengan
keadaan endemis dan mencapai proporsi untuk terjadi KLB setiap 2-3 tahun.
Setiap tahun diperkirakan terdapat 30 juta kasus campak di dunia dengan 777.000
kasus kematian dan 202.000 kasus diantaranya berasal dari area Asia Tenggara (Depkes,
2006). Indonesia termasuk negara berkembang yang insiden kasus campaknya cukup
tinggi pada tahun 2010 terdapat 16.529 kasus campak dan dilaporkan Incidence Rate
campak sebesar 0,73 per 10.000 penduduk.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Banten (2010) dilaporkan incidence
rate campak sebesar 2,21 per 10.000 penduduk. Jumlah kasus yang terjadi pada KLB
campak sebanyak 1759 kasus dengan jumlah kasus meninggal sebanyak 6 kasus. Dari data
Kabupaten Serang diketahui kasus campak menimbulkan KLB campak dimana terjadi
disepanjang tahun dan terdapatnya kematian akibat kasus campak pada tahun 2010
sebanyak 2 orang.
II.1.2 Tujuan
1. Tujuan Umum
a. Untuk mengetahui gambaran besarnya masalah KLB campak yang terjadi di Kota
Tarakan.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk memastikan apakah telah terjadi KLB campak.
b. Untuk mendapatkan gambaran epidemiologi KLB campak.

II.2 Metodologi
a. Metode Pengumpulan Data
Data didapatkan dari data sekunder, berupa laporan KLB campak bersumber dari
data surveilans Dinkes Tarakan.
b. Waktu dan Lokasi
Penelitian dilakukan di wilayah Dinas Kesehatan Tarakan menggunakan data
sekunder.
c. Responden
Semua penderita campak usia 0-14 tahun yang tercatat pada laporan C-1 kasus
campak di pada tahun
d. Tim PE
Tim penyelidikan epidemiologi KLB campak meliputi petugas dari Puskesmas
dan Dinkes Tarakan, antara lain :
1) Dokter
2) Perawat
3) Bidan
4) Tenaga Laboratorium
5) Epidemiolog
e. Peralatan
1) Obat-obatan
2) Peralatan pengmabilan sampel
3) APD (sarung tangan, masker)
4) Antiseptik
5) Instrumen (kuesioner PE campak)
II.3 Hasil Investigasi
1. Memastikan adanya KLB
Peningkatan kasus campak secara teori sudah termasuk kejadian luar biasa. Sebab,
dengan melihat catatan laporan bulanan maka peningkatannya hampir dua kali lipat
dibandingkan dengan kasus campak bulan sebelumnya.
2. Diagnosis
Tujuan dalam pemastian diagnosis adalah
a. Untuk memastikan bahwa masalah tersebut telah didiagnosis dengan benar.
b. Untuk menyingkirkan kemungkinan kesalahan laboratorium yang menyebabkan
peningkatan kasus yang dilaporkan.
Diagnosis pasti campak ditentukan melalui pemeriksaan laboratorium berupa IgM
campak dengan tetap mempertimbangan biaya, waktu dan fasilitas pemeriksaan
penunjang. Diagnosis secara klinis didapatkan pada responden dengan gejala klinis
seperti demam, bercak kemerahan/ rash, batuk, pilek, dan mata merah/ conjunctivitis.
Selanjutnya, dari gejala klinis diatas dibandingkan dengan gejala klinis pada diagnosis
banding yang ada diduga kejadian peningkatan kasus di wilayah Tarakan.
3. Gambaran epidemiologi

Anda mungkin juga menyukai