PERENCANAAN
Standar KKS.1
Pimpinan unit layanan menetapkan latar belakang pendidikan, kompetensi, kewenangan, keterampilan,
pengetahuan dan pengalaman yang harus dimiliki anggota staf.
Rumah sakit memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan tentang syarat tingkat pendidikan,
kompetensi, kewenangan, keterampilan, pengetahuan dan pengalaman untuk setiap anggota staf serta
ketentuan yang mengaturjumlah staf yang dibutuhkan di setiap unit layanan (Lihat juga, PMKP.1;TKP.8)
Standar KKS.1.1.
Rumah sakit menetapkan regulasi yang mengatur setiap staf mempunyai tanggung jawab sesuai dengan
uraian tugas dan fungsinya.
Bagi mereka yang diijinkan menurut peraturan perundang-undangan melakukan praktik mandiri, harus
dilakukan proses untuk identifikasi dan memberikan wewenang melaksanakan praktik dengan dasar
latar belakang pendidikan, kompetensi, pelatihan, dan pengalaman (lihat juga, KKS.9). Persyaratan
standar ini berlaku untuk semua jenis staf yang harus ada uraian tugasnya. (Contoh, penugasan penuh
waktu,paruh waktu,dipekerjakan,suka rela,sementara, lihat juga PPI.1)
Standar KKS.2
Pimpinan unit layanan menyusun strategi kepegawaian tentang jumlah staf,jenis, pendidikan,
kompetensi, pelatihan, dan pengalaman yang dibutuhkan sesuai kebijakan dan prosedur yang
ditetapkan rumah sakit
Pola ketenagaan yang tepat dengan jumlah yang mencukupi adalah hal yang sangat penting bagi
asuhan pasien, termasuk bagi keterlibatan rumah sakit dalam semua kegiatan pendidikan dan riset.
Penempatan (placement) atau penempatan kembali (replacement) harus memperhatikan faktor
kompetensi. Sebagai contoh seorang perawat yang memiliki kompetensi hemodialisis tidak dirotasi ke
rawat jalan lain. Pimpinan unit layanan membuat rencana Pola ketenagaan dengan menggunakan
proses yang sudah diakui untuk menentukan jenjang kepegawaian.
Perencanaan kepegawaian meliputi hal hal sebagai berikut:
a. Penempatan kembali dari satu unit layanan ke lain unit layanan karena alasan kompetensi,
kebutuhan pasien atau kekurangan staf
b. Mempertimbangkan keinginan staf untuk ditempatkan kembali karena alasan nilai nilai,
kepercayaan agama
c. Memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan
Rencana dan pelaksanaan strategi di monitor secara berkelanjutan dan diperbaharui jika dibutuhkan.
Dilakukan proses koordinasi oleh pimpinan unit layanan untuk update perencanaan staf ini (lihat juga,
TKP.7; TKP.9)
Proses diatas dilakukan secara terpusat, agar menghasilkan proses seragam di semua tempat di rumah
sakit. Pimpinan unit layanan mengajukan rekomendasi jumlah dan kualifikasi staf yang dibutuhkan untuk
memberikan layanan klinik kepada pasien,termasuk untuk fungsi pendukung non klinik serta untuk
mengisi kegiatan pendidikan,riset,atau tanggung jawab lainnya. Pemimpin unit layanan juga membantu
membuat keputusan tentang orang-orang yang akan ditempatkan di staf.
Standar KKS.4
Rumah sakit menetapkan proses tertentu untuk menjamin bahwa pengetahuan dan keterampilan staf
klinis sesuai dengan kebutuhan pasien.
Untuk staf klinis yang mengikuti uraian tugas, prosesnya dijelaskan sebagai berikut:
a. Evaluasi awal dilakukan untuk memastikan bahwa seseorang mampu melaksanakan tanggung
jawab yang diuraikan didalam uraian tugas. Evaluasi ini dilakukan sebelum atau pada saat
seseorang mulai bekerja. Rumah sakit dapat memberikan masa percobaan di mana staf klinik
diawasi secara ketat dan dievaluasi. Apapun prosesnya, rumah sakit memastikan bahwa staf
yang memberikan layanan risiko tinggi atau memberikan asuhan pada pasien risiko tinggi
dievaluasi pada saat mulai memberikan pelayanan, sebelum masa percobaan atau masa
orientasi selesai. Evaluasi tentang keterampilan dan pengetahuan yang dibutuhkan, sikap,
perilaku yang diharapkan, dilakukan oleh Unit layanan di mana dia ditempatkan untuk bekerja.
b. Rumah sakit kemudian menetapkan jadwal evaluasi kinerja staf .
RS harus melakukan evaluasi minimal setahun sekali untuk memastikan bahwa staf mampu bila terjadi
perubahan tanggung jawab atau tugas baru bila perlu dilakukan pelatihan.
(Lihat juga, APN.3.1;LAB.3.1;MPO.6;TKP.11.1;KKS.11)
Standar KKS.5
Rumah sakit menetapkan proses untuk memastikan pengetahuan dan keterampilan staf non klinis
seperti yang dibutuhkan rumah sakit sesuai persyaratan jabatan.
Rumah sakit menggunakan proses yang ditetapkan untuk memastikan bahwa pengetahuan dan
ketrampilan staf non klinis konsisten dengan kebutuhan rumah sakit serta persyaratan jabatan.
Standar KKS.6
Rumah sakit menetapkan regulasi tentang file kepegawaian dari setiap anggota staf
Standar KKS.7
Semua staf klinis dan non klinis diberi orientasi tentang rumah sakit, Unit dimana staf akan bekerja dan
tanggung jawab spesifik pada saat diterima bekerja
Standar KKS.8
Setiap staf mengikuti pendidikan atau pelatihan di dalam atau di luar RS untuk mempertahankan atau
meningkatkan kompetensinya serta dalam rangka pendidikan profesi berkelanjutan.
Untuk mempertahankan kinerja staf, memberikan pendidikan keterampilan baru, dan memberi pelatihan
tentang teknologi dan prosedur medik baru,rumah sakit menyediakan fasilitas, pendidik, dan waktu untuk
memberi pendidikan dan pelatihan didalam dan diluar RS. Pelatihan ini harus sesuai dengan
perkembangan kebutuhan pasien. Sebagai contoh, anggota staf medik menerima pelatihan tentang
pencegahan dan pengendalian infeksi, pengembangan praktik medis tingkat lanjut, budaya keselamatan
pasien,atau tekhnologi medik baru. Hasil capaian dari pelatihan didokumentasikan dalam file
kepegawaian.
Pimpinan rumah sakit membantu pendidikan di dalam RS dengan cara menyediakan ruangan, peralatan
dan waktu untuk program pendidikan dan pelatihan serta biayanya.
Pelaksanaan pendidikan di dalam RS dilakukan juga agar dapat mendukung pengembangan
professional berkelanjutan. Teknologi informasi yang tersedia dapat membantu penyelenggaraan
pendidikan dan pelatihan. Pendidikan dan pelatihan diatur sedemikian rupa agar tidak mengganggu
pelayanan pasien.
Standar KKS.8.1
Setiap staf yang memberikan asuhan kepada pasien dan staf yang ditentukan oleh RS dilatih dan dapat
melaksanakan secara benar teknik resusitasi jantung paru.
Standar KKS.8.2
Rumah sakit menetapkan regulasi tentang penyelenggaraan program kesehatan dan keselamatan staf
Kesehatan dan keselamatan staf harus menjadi bagian dari program peningkatan mutu dan keselamatan
pasien. Bagaimana rumah sakit mengimplementasikan program kesehatan dan keselamatan kerja
dengan memberi orientasi dan pelatihan staf,menyediakan tempat kerja aman,memelihara peralatan dan
teknologi medik,mencegah dan mengendalikan infeksi terkait layanan kesehatan dan banyak faktor
lainnya dapat menentukan kesehatan dan keselamatan staf(lihat juga,PPI.5.1). Program kesehatan dan
keselamatan staf dapat diadakan mandiri atau diintegrasikan dengan program eksternal. Program juga
mengadakan skrining kesehatan awal sebelum penerimaan staf, pemeriksaan berkala, imunisasi
preventif berkala,pemeriksaan bila sakit, tindakan terhadap kondisi kesehatan terkait pekerjaan yang
umum, seperti cedera di punggung atau cedera lainnya. Staf harus mengerti bagaimana harus
melaporkan bila terjadi insiden agar mendapat pelayanan, konsultasi dantindak lanjut jika ada cedera
seperti misalnya tertusuk jarum atau terpapar masalah keselamatan lainya.
Standar KKS.9
Rumah sakit menetapkan regulasi untuk mengumpulkan dokumen kredensial dari anggota staf medik
yang diberi ijin memberikan asuhan kepada pasien secara mandiri.
Standar KKS.9.1
Rumah sakit menetapkan regulasi untuk melakukan verifikasi terkini terhadap pendidikan, registrasi, ijin,
pengalaman dan lainnya dalam kredensial dari staf medik.
Standar KKS.9.2
Rumah sakit menetapkan regulasi melaksanakan proses seragam dan transparan untuk menentukan
penerimaaan staf medik.
Dokumen kredensial bisa juga didapat dari rumah sakit, perorangan, badan hukum yang terkait dengan
riwayat profesional atau riwayat kompetensi dari pelamar,seperti: surat rekomendasi, semua riwayat
pekerjaan sebagai staf medik ditempat kerja yang lalu,catatan asuhan klinik yang lalu,riwayat
kesehatan,foto. Dokumen dokumen ini akan diminta rumah sakit sebagai bagian dari proses
kredensial.Ijazah dan STRharus diverifikasi ke sumber utamanya. Syarat untuk verifikasi kredensial
disesuaikan dengan posisi pelamar. Sebagai contoh,pelamar untuk kedudukan kepala departemen/unit
layanan dirumah sakit dapat diminta adanya verifikasi terkait jabatan dan pengalaman administrasi-nya
dimasa lalu. Juga untuk posisi staf medik dirumah sakit dapat diminta verifikasi dari riwayat pengalaman
kerjanya beberapa tahun yang lalu.
STAF MEDIK, adalah semua dokter, dokter gigi, yang memberikan layanan promotif, preventif, kuratif,
rehabilitatif, bedah, atau layanan medik/gigi lain kepada pasien,atau yang memberikan layanan
interpretatif terkait pasienseperti : patologi, radiologi, laboratorium, dan memiliki surat tanda registrasi
dan surat ijin praktik.
VERIFIKASI,adalah sebuah proses untuk memeriksa validitas dan kelengkapan kredensial dari sumber
yang mengeluarkan kredensial. Proses dapat dilakukan ke- fakultas/rumah sakit/perhimpunan didalam
maupun diluar negeri, melalui email/surat konvensional/pertanyaan on line/ atau melalui telepon.
Verifikasi dengan email, alamat email harus sesuai dengan alamat email yang ada pada website resmi
universitas/rumahsakit/perhimpunan profesi tersebut, bila melalui surat konvensional harus dengan pos
tercatat.
Kredensial
Adalah sebuah proses memeriksa dokumendari pelamar, wawancara dan ketentuan lain sesuai
kebutuhan rumah sakit untuk memutuskan apakah seorang memenuhi syarat diberi rekomendasi
kewenangan klinik untuk memberikan asuhan pasien yang dibutuhkan pasien. Untuk pelamar baru,
informasi yang diperiksa terutama berasal dari sumber luar.
Rekredensial
Adalah sebuah proses kredensial ulang setiap 3 tahun.
Bila staf medik mengalami gangguan kesehatan, kecacatan tertentu atau proses penuaan yang
menghambat pelaksanaan kerja, maka kepada yang bersangkutan dilakukan penugasan klinik ulang.
Jika seorang anggota staf medik mengajukan kewenangan baru terkait pelatihan spesialisasi canggih,
atau subspesialisasi maka dokumen kredensial harus segera diverifikasi dari sumber yang
mengeluarkan sertifikat tersebut.
Keanggotaan staf medik mungkin tidak dapat diberikan jika rumah sakit tidak mempunyai teknologi
medik khusus untuk mendukung kewenangan klinik tertentu. Sebagai contoh,seorang nephrolog
melamar untuk memberikan layanan dialisis di rumah sakit, bila rumah sakit tak memiliki pelayanan ini
maka kewenangan klinik untuk melakukan haemodialisis tak dapat diberikan.
Standar KKS.10
Rumah sakit menetapkan regulasi terstandar, obyektif, berdasar bukti (evidence based), untuk
memberikan wewenang kepada staf medik untuk menerima, menangani, memberikan layanan klinik
kepada pasien sesuai kualifikasinya.
Pertimbangan pemberian kewenangan klinik pada penugasan (appointment) pertama adalah sebagai
berikut:
1. Keputusan tentang kewenangan klinik yang akan diberikan kepada seorang staf medik,
didasarkan terutama atas informasi dan dokumentasi yang diterima dari sumber luar rumah
sakit. Sumber luar ini dapat berasal dari program pendidikan spesialis, surat rekomendasi dari
penempatan sebagai staf medik yang lalu atau dari organisasi profesi, kolega dekat,dan setiap
data informasi yangmungkin diberikan kepada rumah sakit. Secara umum,sumber informasi ini,
terpisah dari yang diberikan oleh institusi pendidikan seperti program dokter spesialis, tidak
diverifikasi dari sumber kecuali ditentukan lain oleh kebijakan rumah sakit,paling sedikit area
kompetensi sudah dapat dianggap benar. Evaluasi tentang praktik profesionalnya akan menjadi
bahan validasi tentang kebenaran anggapan kompetensi ini (KKS.11)
2. Program pendidikan spesialis menentukan dan membuat daftar secara umum tentang
kompetensinya di area diagnosis dan tindakan profesi dan Konsil kedokteran Indonesia
mengeluarkan standar kompetensi atau kewenangan klinik. Perhimpunan profesi lain membuat
daftar secara detail jenis/tindak medik yang dapat dipakai sebagai acuan dalam proses
pemberian kewenangan klinik.
3. Didalam setiap area spesialisasi proses untuk merinci kewenangan ini seragam.
4. Seorang dokter dengan spesialisasi yang sama dimungkinkan memiliki kewenangan klinik
berbeda yang disebabkan perbedaan pendidikan dan pelatihan tambahan, pengalaman, atau
hasil kinerja yang bersangkutan selama bekerja serta kemampuan motoriknya.
5. Keputusan kewenangan klinik dirinci dan akan direkomendasikan kepada pimpinan rumah sakit
dalam sebuah area spesialisasi terkait dengan proses lain, diantaranya:
Penilaian kinerja staf medik berkelanjutan setiap tahun yang dikeluarkan rumah sakit yang
berisi jumlah pasien per penyakit/tindakan yang ditangani pertahun, rerata lama dirawat
serta angka kematiannya. Angka ILO, kepatuhan terhadap PPK meliputi penggunaan
obat, penggunaan penunjang diagnostik, penggunaan darah, produk darah dan lainnya.
Hasil Evaluasi Praktik professional berkelanjutan (OPPE) dan terfokus (FPPE)
Hasil pendidikan dan pelatihan tambahan dari pusat pendidikan, kolegium, perhimpunan
profesi dan RS yang kompeten mengeluarkan sertifikat.
6. Untuk kewenangan tambahan pada pelayanan risiko tinggi, rumah sakit menentukan area
pelayanan risiko tinggi, seperti prosedur cathlab, penggantian sendi lutut dan panggul,
pemberian obat kemoterapi,obat radioaktif, obat anestesi dan lainnya. Prosedur dengan risiko
tinggi tersebut, staf medik dapat diberikan kewenangan klinik secara khusus. Prosedur risiko
tinggi, obat-obat, atau layanan yang lain ditentukan di kelompok spesialisasi dirinci
kewenangannya secara jelas. Beberapa prosedur mungkin digolongkan berisiko tinggi
disebabkan karena peralatan yang digunakan,seperti dalam kasus penggunaan robot atau
penggunaan tindakan dari jarak jauh melalui komputer. Juga pemasangan implant yang
memerlukan kaliberasi, presisi dan monitor, jelas membutuhkan kewenangan klinik secara
spesifik (periksa juga,LAB.7.4)
7. Kewenangan klinik tidak dapat diberikan jika rumah sakit tidak mempunyai peralatan khusus atau
staf khusus untuk mendukung pelaksanaan kewenangan klinik. Sebagai contoh, seorang
nefrolog kompeten melakukan dialisis, atau kardiolog kompeten memasang stent, tidak dapat
diberi kewenangan klinik jika rumah sakit tidak memiliki peralatannya.
Catatan: jika anggota staf medik juga mempunyai tanggung jawab administrasi, seperti ketua kelompok
staf medik (KSM), administrator rumah sakit, atau posisi lain, tanggung jawab peran ini diuraikan di
uraian tugas atau job description (lihat juga, KKS.1.1). Rumah sakit menetapkan sumber utama untuk
memverifikasi peran administrasi ini.
Surat Penugasan Klinik dan Rincian Kewenangan Klinik tersedia dan diumumkan kepada setiap staf
medik serta ke semua unit pelayanan.
Surat Penugasan Klinik dan Rincian Kewenangan Klinik tersedia dalam bentuk tercetak maupun
elektronik (softcopy) pada semua unit pelayanan untuk menjawab pertanyaan dari berbagai pihak
termasuk pasien, apakah seorang staf medik berwenang melakukan tindakan klinik tertentu (lihat
juga,TKP.5.2;KKS.3)
Standar KKS.11
Rumah sakit menetapkan regulasi melaksanakan proses terstandar evaluasi mutu dan keselamatan
asuhan pasien yang diberikan oleh setiap anggota staf medik
Monitor dan evaluasi berkelanjutan dari staf medik menghasilkan informasi kritikal dan penting terhadap
proses mempertahankan keanggotaan staf medik dan proses pemberian kewenangan klinik (lihat
juga,KKS.9 dan KKS.9.2). Walaupun dibutuhkan 3 tahun untuk memperpanjang keanggotaan staf medik
dan kewenangan kliniknya,prosesnya dimaksudkan berlangsung sebagai proses berkelanjutan dan
dinamis. Masalah mutu dan insiden keselamatan pasien bisa terjadi jika isu tentang kinerja klinik dari
anggota staf medik tidak dikomunikasikan dan dilakukan tindakan.
Monitoring dan evaluasi berkelanjutan dari staf medik memuat 3 (tiga) area umum yaitu: perilaku,
pengembangan profesional dan kinerja klinik.
Perilaku
Anggota staf medik adalah model atau mentor dalam menumbuhkan budaya aman (safety culture) di
rumah sakit. Budaya aman ditandai dengan partisipasi penuh dari semua staf untuk melaporkan bila
ada insiden keselamatan pasien, tanpa ada rasa takut untuk melaporkan dan disalahkan (no blame
culture). Budaya aman juga sangat menghormati satu samalain, antar kelompok profesional dan tidak
terjadi sikap saling mengganggu. Umpan balik staf dalam bentuk survei atau mekanisme lain dapat
membentuk sikap dan perilaku yang diharapkan dapat mendukung anggota staf menjadi model untuk
menumbuhkan budaya aman.
Proses monitoring dan evaluasi bekelanjutan harus dapat mengenali hasil pencapaian, pengembangan
potensial terkait kewenangan klinik dari anggota staf medik dan layanan yang diberikannya. Evaluasi
perilaku dilaksanakan secara kolaboratif antara sub komite etik dan disiplin, manajer SDM, manajer
pelayanan dan kepala unit kerja.
PENGEMBANGAN PROFESIONAL
Anggota staf medik berkembang dengan menerapkan teknologi baru dan pengetahuan klinik baru.
Setiap anggota staf medik dari segala tingkatan, akan merefleksikan perkembangan dan perbaikan dari
pelayanan kesehatan dan praktik profesional sebagai berikut:
a. Asuhan pasien, penyediaan asuhan penuh kasih, tepat dan efektif dalam promosi kesehatan,
pencegahan penyakit, pengobatan penyakit, asuhan diakhir hidup. Alat ukurnya adalah layanan
preventif dan laporan dari pasien dan keluarga (lihat juga,HPK.3)
b. Pengetahuan medik/klinik, termasuk pengetahuan tentang biomedik, klinik, epidemiologi, ilmu
pengetahuan sosial budaya, dan pendidikan kepada pasien.Alat ukurnya adalah penerapan
panduan praktik klinik (clinical practice guidelines), termasuk revisi pedoman, hasil pertemuan
profesional dan publikasi (lihat juga,TKP.11.2)
c. Praktik belajar berdasar bukti (practice-bases learning) dan pengembangan, penggunaan bukti
ilmiah dan metoda pemeriksaan, evaluasi, perbaikan asuhan pasien berkelanjutan berdasar
evaluasi dan belajar terus menerus (contoh alat ukur survei klinik, memperoleh kewenangan
berdasar studi dan keterampilan klinik baru, partisipasi penuh di pertemuan ilmiah)
d. Kepandaian berkomunikasi antar personal, termasuk menjaga dan meningkatkan pertukaran
informasi dengan pasien,keluarga pasien dan anggota tim layanan kesehatan yang lain (contoh
partisipasi aktif di ronde ilmiah, konsultasi tim dan kepemimpinan tim)
e. Profesionalisme, janji mengembangkan profesionalitas terus menerus, praktik etik, pengertian
terhadap perbedaan, perilaku bertangung jawab terhadap pasien, profesi dan masyarakat
(contoh, alat ukur : pendapat pimpinan di staf medik terkait isu klinik dan isu profesi, aktif
membantu diskusi panel tentang etik, ketepatan waktu pelayanan di rawat jalan maupun rawat
inap dan partisipasi di masyarakat)
f. Praktik berbasis sistem, sadar dan tanggap terhadap jangkauan sistem pelayanan kesehatan
yang lebih luas (Contoh alat ukur: pemahaman terhadap regulasi rumah sakit yang terkait
dengan tugasnya, seperti sistem asuransi medik, asuransi kesehatan (JKN), sistem kendali mutu
dan biaya. Peduli pada masalah resistensi antimikroba).
g. Mengelola sumber daya, memahami pentingnya sumber daya dan berpartisipasi melaksanakan
asuhan yang efisien, menghindari penyalahgunaan pemeriksaan diagnostik dan terapi yang
tidak ada manfaatnya bagi pasien dan meningkatkan biaya pelayanan kesehatan (Contoh, alat
ukur: berpartisipasi dalam kendali mutu dan biaya, kepedulian terhadap biaya yang ditanggung
pasien, berpatisipasi dalam proses seleksi pengadaan)
Sebagai bagian dari proses penilaian, proses monitoring dan evaluasi berkelanjutan harus mengetahui
kinerja anggota staf medik yang relevan dengan potensi pengembangan kemampuan professional staf
medik.
Kinerja klinik
Proses monitoring dan evaluasi berkelanjutan dari staf medik harus dapat memberi indikasi, sebagai
bagian dari proses peninjauan, bahwa kinerja anggota staf medik terkait upayanya mendukung budaya
aman/ keselamatan.
Penilaian atas informasi bersifat umum, berlaku bagi semua anggota staf medik dan juga tentang
informasi spesifik terkait kewenangan dari anggota staf medik dalam memberikan pelayanannya.
Contoh, sumber data potensial seperti itu adalah lama hari rawat (length of stay), frekuensi (jumlah
pasien yang ditangani), angka kematian, pemeriksaan diagnostik, pemakaian darah, pemakaian obat
obat tertentu, angka ILO dan lain sebagainya.
Monitoring dan evaluasi dari anggota staf medik, berdasarkan berbagai sumber data, termasuk data
cetak, data elektronik, observasi dan interaksi teman sejawat
Kebijakan rumah sakit mengharuskan ada tinjauan (review) paling sedikit selama 12 bulan.Review
dilakukan secara kolaborasi diantaranya oleh kepala KSM/Unit layanan, kepala bidang pelayanan medik,
subkomite mutu profesi komite medik dan bagian IT. Temuan, kesimpulan, dan tindakan yang dijatuhkan
atau yang direkomendasikan, dicatat di file praktisi dan tercermin di kewenangan kliniknya.
Pemberitahuan diberikan kepada tempat dimana praktisi memberikan layanan (lihat juga,PMKP.4 dan
KKS.3)
Standar KKS.12
Rumah sakit menetapkan regulasi melaksanakan ketentuan paling sedikit setiap 3 (tiga) tahun apakah
keanggotaan staf medik dan kewenangan klinik dilanjutkan dengan atau tanpa modifikasi kewenangan
klinik, sesuai hasil monitoring dan evaluasi berkelanjutan setiap anggota staf medik.
Penempatan kembali
Penempatan kembali adalah proses tinjauan file anggota staf medik untuk menentukan:
a. Kelanjutan ijin (licence)
b. Apakah anggota staf medik tidak terkena tindakan etik dan disiplin dari MKEK dan MKDKI
c. Apakah dokumen file memuat cukup catatan mendukung penambahan kewenangan klinik atau
tanggung jawab di rumah sakit
d. Apakah anggota staf medik mampu secara fisik dan mental memberikan asuhan dan
pengobatan tanpa supervisi
Informasi yang dibutuhkan untuk tinjauan ini dikumpulkan dari internal, dari monitoring dan evaluasi
berkelanjutan setiap anggota staf, termasuk juga dari sumber luar seperti organisasi profesi atau sumber
instansi resmi. File kredensial dari seorang anggota staf medik harus menjadi sumber informasi yang
dinamis dan selalu ditinjau secara teratur. Contohnya, jika seorang anggota staf menyerahkan sertifikat
kelulusan sebagai hasil dari pelatihan spesialisasi khusus, kredensial baru ini harus diverifikasi segera
dari sumber yang mengeluarkan sertifikat. Sama halnya, jika instansi dari luar(MKEK/MKDKI)
menyelidiki kejadian sentinel terkait seorang anggota staf medik dan memberi sanksi, informasi ini harus
digunakan untuk evaluasi muatan kewenangan klinik darianggota staf medik. Untuk menjamin bahwa file
staf medik lengkap dan akurat, file diperiksa paling sedikit 3 (tiga) tahun sekali dan ada catatan di file
tindakan yang diberikan atau tindakan tidak diperlukan sehingga penempatan staf medik bisa berlanjut.
Pertimbangan untuk merinci kewenangan klinik waktu penempatan kembali sebagai berikut:
a. Anggota staf medik dapat diberikan kewenangan klinik tambahan berdasar pendidikan dan
pelatihan lanjutan. Pendidikan dan pelatihan diverifikasi dari sumber utamanya. Pemberian
penuh kewenangan klinik tambahan mungkin ditunda sampai proses verifikasi lengkap atau jika
dibutuhkan waktu harus dilakukan supervisi sebelum kewenangan klinik diberikan. Contoh,jumlah
kasus yang harus di supervisi dari kardiologi intervensi.
b. Kewenangan klinik anggota staf medik dapat dilanjutkan, dibatasi atau dihentikan berdasar:
Hasil dari proses tinjauan praktik profesional berkelanjutan
Pembatasan kewenangan klinikdari organisasi profesi, KKI, MKEK, MKDKI atau badan resmi
lainnya
Temuan rumah sakit dari hasil evaluasi kejadian sentinel atau kejadian lain
Kesehatan staf medik
Permintaan staf medik
❖ STAF KEPERAWATAN
Standar KKS.14
Rumah sakit mempunyai standar prosedur untuk mengidentifikasi tanggungjawab pekerjaan dan
penugasan klinis berdasarkan kredensial staf perawat dan peraturan perundang-undangan.
Standar KKS.15
Rumah sakit mempunyai standar prosedur untuk staf keperawatan berpartisipasi dalam kegiatan
peningkatan mutu rumah sakit, termasuk mengevaluasi kinerja individu.
Standar KKS16
Rumah sakit mempunyai standar prosedur untuk mengumpulkan, memverifikasi dan mengevaluasi
kredensial staf kesehatan professional lainnya (Pendidikan, registrasi, sertifikasi, izin, pelatihan dan
pengalaman).
Standar KKS.17
Rumah sakit mempunyai standar prosedur untu mengidentifikasi tanggungjawab pekerjaan dan
penugasan kerja klinis berdasarkan kredensial staf kesehatan professional lainnya dan peraturan
perundang-undangan.
Standar KKS.18
Rumah sakit mempunyai standar prosedur untuk staf kesehatan professional lainnya berpartisipasi
dalam kegiatan peningkatan mutu rumah sakit, termasuk mengevaluasi kinerja individu.