Anda di halaman 1dari 3

Devi Ayu Mandasari

160342606249 / Biologi Offering G


Senin, 5 Februari 2018 dan Rabu,

JURNAL BELAJAR II
I. Known
I. 1 Tata Nama Takson di Atas Family
Divisi dan filum terdapat pada peringkat yang sama. Pada penamaan tingkat divisi
atau phylum, nama diakhiri kata –phyta. Pada divisi atau filum dari Alga berakhiran -phycota
dan untuk Fungi berakhiran –mychota. Penamaan tingkat subdivisi atau subphylum
berakhiran –phytina. Pada subdivisi atau subfilum dari Alga berakhiran -phycotina dan untuk
jamur –mychotina. Kelas untuk alga berakhiran –felceae, subkelasnya berakhiran -phycidae,
sedangkan untuk kelas jamur berakhiran –mycetes, subkelasnya berakhiran –mycetidae. Pada
kelas tanaman berakhir –opsida, subkelasnya berakhiran –idea (tapi tidak -viridae). Nama
yang ditandai secara otomatis dan tidak sesuai, harus dikoreksi tanpa melakukan perubahan
dari kutipan atau tanggal publikasi. Jika penghentian nama berdasarkan non-latin, maka
penerbitan nama tersebut tidak sah. Prinsip prioritas tidak berlaku untuk takson di atas famili.
tapi melihat ulang pada rekomendasi 16A, yaitu yang berinti dalam menentukan nama-nama
di atas takson famili, penulis hendaknya memperhatikan kembali prinsip prioritas. Nama ordo
atau subordo otomatis berakhiran -ales (bukan -virales) dan –ineae. Dengan melihat pada
rekomendasi 17A, nama baru tidak boleh diterbitkan untuk ordo yang namanya sudah ada
yang berdasarkan jenis yang sama dengan nama famili yang termasuk. Apabila terdapat nama
yang tidak sesuai dengan itu maka nama takson di atas suku, menurut kode ini, nama tidak
dapat diterima.
Nama itu ada dua macam, ada automatis, atau didasarkan pada tingkatan nama
takson dibawahnya (familia). Nama genus merupakan nama istimewa karena genus dijadikan
dasar nama familianya, familia dijadikan nama dasar ordonya, dan ordo dijadikan nama dasar
divisinya. Genus Lycopodium dijadikan dasar penamaan famili Licopodiaceae, ordonya
Licopodiales, Kelasnya Lycopodiopsida, dan divisinya Licopodiophyta. Pada Antophyta,
merupakan divisi tumbuhan yang berbunga (berdasarkan deskripsinya), Chlorophyta
(berdasarkan klorofil), Ascomycetes (jamur yang membentuk askus), Angiospermae
(tumbuhan berbiji tertutup), dan Cornifereae (tumbuhan berkornus). Angiospermae bukan
nama takson, tetapi nama kelompok tumbuhan. Jika dikehendaki sebagai nama kelas, maka
dibuat Spermopsidae. Penamaan tumbuhan berbiji tertutup bukan nama takson, tetapi nama
kelompok tumbuhan. Nama kelompok belum tentu termasuk nama takson. Nama takson
adalah nama yang berakhiran -phyta dan sebagainya, sedangkan tumbuhan tingkat tinggi
bukan nama takson, tetapi termasuk nama kelompok. Sehingga, pada kelompok ditentukan
nama-nama takson tertentu. Yang tidak sesuai dengan kode, maka nama tidak dapat diterima.
Karena tatanama jamur telah dipisahkan dengan tumbuhan, maka jamur memiliki tatanama
sendiri. Yang berlaku adalah nama yang dengan kode terbaru, sedangkan nama dengan kode
yang lama sudah tidak berlaku lagi.
II. 2 Tata Nama Takson Sesuai dengan Tingkatannya (Nama Famili, Subfamili, Rumpun, dan
Anak Rumpun)
Famili adalah kata sifat berbentuk jamak yang dipakai sebagai kata benda. Nama
generik dari nama famili yang dibentuk menghasilkan jenis nama famili, namun bukan
merupakan dasar nama (basionim) tersebut. Nama famili dibentuk dari nama generik asal
klasik, misalnya Rosaceae (dari nama rosa, rosae). Nama famili dibentuk dari nama generik
asal non-klasik, misalnya Ginkgoaceae (dari ginkgo, sehingga tidak dapat dirubah
bentuknya). Nama famili dapat dibentuk dari nama genus yang diterbitkan secara sah, bahkan
yang tidak ada dapat digunakan. Nama yang diberi tanda kurung, menunjukkan orang yang
pertama kali memberikan nama itu. Jika nama itu berdasarkan tingkatan genus, maka nama
famili menggunakan singular dari genus, atau salah satu nama saja dari banyak anggota
genus. Bila akhiran bahasa latin tidak tepat, maka nama harus diubah agar sesuai dengan
pasal 18.1. Tetapi, jika akhiran non-latin, maka dalam hal ini nama tidak dapat dipublikasikan
secara sah. Nomen alternativum = nama laternatif. Nama lama diganti baru, atau nama
alternatif. Hal ini dilakukan tanpa keluar dari kaidah penamaan. Nama subfamili merupakan
kata sifat berbentuk jamak yang dipakai sebagai kata benda. Pada akhiran –oideae sebagai
pengganti –aceae. Tidak semua nama pada subfamili bisa diangkat sebagai nama pada
subordo. Tribus merupakan takson di bawah famili, di atas genus. Pada Tribus, nama
memiliki akhiran –eae. Sedangkan pada subtribus memiliki akhiran –inae (bukan -virinae).
Nama bagian dari sebuah famili berdasarkan nama umum adalah tidak sah kecuali jika nama
umum atau nama famili yang sesuai dapat dipertahankan. Setiap tingkatan takson
diberlakukan akhirannya sendiri-sendiri. Dalam ICN, akhiran ini berlaku sendiri-sendiri
untuk algae, fungi, maupun tumbuhan. Aturan ini juga berlaku untuk tumbuhan yang pernah
ada dan akan ada.
Pada pasal 20 dijelaskan bahwa intinya, nama dari genus tidak dapat terdiri dari dua
kata sehingga harus dihubungkan dengan tanda hubung. Contoh: uva-ursi diupayakan untuk
tidak membuat nama yang mirip dengan spesies. Penamaan genus harus tunggal. Apabila
tidak tunggal, harus diberi tanda penghubung. Nama genus sebaiknya bukan merupakan
istilah yang biasa digunakan. Pada pasal 23 dijelaskan bahwa intinya nama spesies, nama
kombinasi biner yang terdiri dari nama genus yang diikuti oleh satu epithet atau penunjuk
tunggal dalam bentuk kata sifat. Nama spesies harus ada nama genus dan nama penunjuk
spesies. Kalau satu kata, bukan nama spesies. Yang belakang adalah penunjuk spesies. Pada
nama di bawah spesies, nama dari takson intraspesifik merupakan gabunan dari nama sebuah
spesies dan penunjuk intraspesifik. Istilah penghubung penting dalam menunjukkan
namanya. Hal ini merujuk pada rekombinasi 24A dan 24B. Pada rekombinasi 24B, dijelaskan
intinya ketika takson intraspesifik dinaikkan ke tingkat spesies atau sebaliknya, penunjuk
harus tetap dipertahankan kecuali hasil kombinasinya berlawanan dengan kode. Pada nama
takson intraspesifik yang mengandung jenis yang diadopsi, mengesahkan penunjuk. Hal ini
diaplikasikan hanya untuk nama takson subordinat yang mengandung tipe nama yang
diadopsi dari nama spesies. Dengan mengulang penunjuk akhir spesies, menunjukkan takson
intraspesiesnya. Nama-nama takson budidaya di atur di bawah komisi internasional dan
mengurusi khusus tanaman budidaya. Apabila hibrida penamaan dapat dari bibit induknya.
Apabila tanaman budidaya diambil oleh kode tersendiri dan tidak diatur oleh ICN.
Intraspesifik merupakan nama di bawah spesifik. Pada tatanama ini, penamaan tidak
hanya berhenti pada spesies. Tumbuhan paku bukan merupakan tingkatan takson. Penamaan
–phyta tidak selalu berarti tumbuhan. Akhiran tersebut tidak menunjukkan tumbuhan, tetapi
menunjukkan tingkatan atau kedudukan divisi. Plantae merupakan posisi pada kingdom. ICN
tidak mempedulikan apapun kingdomnya. Sebab apabila mempedulikan banyaknya
spesifikasi, maka bisa jadi kemungkinan terjadi perubahan yang banyak. Botani memerlukan
sistem tatanama sederhana yang dapat dipakai seluruh negara, hal ini bertujuan sebagai
rujukan atau sarana pada penamaan tingkatan-tingkatan takson. Sistem tatanama tidak
menunjukkan cirinya, atau sejarahnya. Sirkumskripsi merupakan batasan atau yang
membatasi (rentangan). Tetapi berupa perawakan, misal tinggi dari sekian sampai sekian,
masa berbunga mulai sepanjang tahun atau tiap tahun. Pada takson akan diberi akhiran pada
setiap kedudukan itu. Genus harus kata benda. Kata benda bisa berarti gender. Oryza dan
Pivum menunjukkan gender, sedangkan untuk Sativa dan Sativum merupakan penunjuk
spesies.
Automatical name, misal varietas pertama adalah dirinya sendiri. Varietas kedua baru
merupakan penunjuk. Autonim tidak diperbolehkan pada kode tumbuhan atau tidak boleh
memiliki makna yang sama. Urutan takson intraspesies dimulai dari spesies: Spesies –
subsppesies – varietas – subvarietas – forma –subforma. Pada ICN, kingdom ada tetapi tidak
diatur. Apabila jamak itu disebut taksa sedangkan single-nya disebut takson. Kira-kira satu
individu memiliki nama takson atau tingkatan nama sekurang-kurangnya adalah enam.
Tingkatan-tingkatan takson itu apabila dikehendaki, boleh ditambahkan. Penambahan boleh
beberapa di atasnya, atau beberapa di bawahnya. Jika diperkirakan, total ada 25 tingkatan
takson. Hal ini boleh digunakan, asalkan tidak membingungkan pengguna.

II. Want to Know


Dengan sistem tatanama yang demikian, apakah dan manakah yang dimaksud dengan
nama final?
III. Learn
Nama final merupakan nama yang digunakan para peneliti di seluruh negara dengan
adanya terbitan yang sah sesuai dengan ICN. Sehingga dengan kurang lebih total 25
tingkatan takson, dapat digunakan nama final yang telah disahkan pada tingkatan takson
tersebut, namun sekurang-kurangnya tetap merujuk pada enam tingkatan takson dasar.
Refleksi:

Dalam mempelajari International Code of Nomenclature memang tidak


mudah, karena pada tingkatan mulai divisi hingga intraspesies cukup memerlukan
waktu banyak dalam memahami keanekaragaman yang dimiliki tiap individu.
Namun, pada pembelajaran ini sebaiknya dapat memahami konsep dalam mengenali
pada tingkatan manakah nama individu tersebut. Kesulitan dalam memahami materi
ini adalah banyaknya pasal yang sulit untuk dipahami dan banyaknya rujukan yang
dituju sehingga menyebabkan lamanya proses pemahaman terhadap materi.

Anda mungkin juga menyukai