Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH EKOLOGI

KOMUNITAS HEWAN

OLEH

NAMA: LEO YOHANES MAU DURUS

NIM :1606050044

KELAS: B
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas karunia-Nya
penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul ”komunitas hewan” Penulis menyadari
bahwa tulisan ini masih jauh dari kesempurna, sehingga kritik dan saran yang bersifat
membangun sangatlah diharapkan guna untuk memperbaik karyah ini agar dapat mempunyai
manfaat bagi Kita sekalian.

Kupang 14 Oktober 2017

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Komunitas merupakan kumpulan dari berbagai populasi yang hidup pada suatu waktu
dan daerah tertentu yang saling berinteraksi dan mempengaruhi satu sama lain. Komunitas
memiliki derajat keterpaduan yang lebih kompleks bila dibandingkan dengan individu dan
populasi. Nama komunitas harus dapat memberikan keterangan mengenai sifat-sifat komunitas
tersebut. Cara yang paling sederhana, memberi nama itu dengan menggunakan kata-kata yang
dapat menunjukkan bagaimana wujud komunitas seperti padang rumput, padang pasir, hutan jati.
Komunitas mempunyai lima cirri cirri yang telah diukur dan dikaji yaitu:
1. Keanekaragaman spesies
2. Bentuk dan sttruktur pertumbuhan
3. Dominansi
4. Kelimpahan relative nisbi
5. Structure tropic
I.2 Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini antara lain sebagai berikut :
1. Mengetahui dan memahami pengertian komunitas
2. Mengetahui dan memahami cirri cirri komunitas
3. Mengetahui dan memahami mencari indeks keanekaragaman Shannon-Wiener
4. Mengetahui dan memahami suksesi pada hewan
5. Mengetahui dan memahami interaksi antar spesies anggota populasi
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Komunitas


Komunitas ialah kumpulan dari berbagai populasi yang hidup pada suatu waktu dan
daerah tertentu yang saling berinteraksi dan mempengaruhi satu sama lain. Komunitas memiliki
derajat keterpaduan yang lebih kompleks bila dibandingkan dengan individu dan populasi.
Komunitas ialah beberapa kelompok makhluk yang hidup bersama-sama dalam suatu
tempat yang bersamaan, misalnya populasi semut, populasi kutu daun, dan pohon tempat mereka
hidup membentuk suatu masyarakat atau suatu komunitas. Dengan memperhatikan
keanekaragaman dalam komunitas dapatlah diperoleh gambaran tentang kedewasaan organisasi
komunitas tersebut. Komunitas dengan populasi ibarat makhluk dengan sistem organnya, tetapi
dengan tingkat organisasi yang lebih tinggi sehingga memiliki sifat yang khusus atau kelebihan
yang tidak dimiliki oleh baik sistem organ maupun organisasi hidup lainnya.( Soedjiran
Resosoedarmo, 1990)
Perubahan komunitas yang sesuai dengan perubahan lingkungan yang terjadi akan
berlangsung terus sampai pada suatu saat terjadi suatu komunitas padat sehingga timbulnya jenis
tumbuhan atau hewan baru akan kecil sekali kemungkinannya. Namun, perubahan akan selalu
terjadi. Oleh karena itu, komunitas padat yang stabil tidak mungkin dapat dicapai. Perubahan
komunitas tidak hanya terjadi oleh timbulnya penghuni baru, tetapi juga hilangnya penghuni
yang pertama.
Komunitas, seperti halnya tingkat organisasi makhluk hidup lain, juga mengalami serta
menjalani siklus hidup. Komunitas Ditinjau dari segi fungsinya, tumbuhan dan hewan dari
berbagai jenis yang hidup secara alami di suatu tempat membentuk suatu kumpulan yang di
dalamnya setiap individu menemukan lingkungan yang dapat memunuhi kebutuhan hidupnya
dalam kumpulana ini terdapat pula kerukunan untuk hidup bersama, toleransi kebersamaan dan
hubungan timbal balik yang menguntungkan sehingga dalam kumpulan ini terbentuk suatau
derajat keterpaduan. Kelompok seperti itu yang tumbuhan dan hewannya secara bersama telah
menyesuaikan diri dan mempunyai suatu tempat alami disebut komunitas. Konsep komunitas
cukup jelas, tetapi sering kali pengenalan dan penentuan batas komunitas tidaklah mudah.
(Suwasono Heddy, 1986)
2.2 Ciri Ciri Komunitas

2.2.1 Keanekaragaman Spesies (Diversitas)


Kepadatan individu dalam suatu populasi langsung dapat dikaitkan dengan
pengertian keanekaragaman. Istilah ini dapat diterapkan pada pelbagai bentuk, sifat, dan ciri
suatu komunitas. Misalnya, keanekaragaman di dalam spesies, keanekaragaman dalam pola
penyebaran. Margalef (1958) mengemukakan bahwa untuk menentukan keanekaragaman
komunitas perli dipelajari aspek keanekaragaman itu dalam organisasi komunitasnya. Misalnya
mengalokasikan individu populasinya ke dalam spesiesnya, menempatkan spesies tersebut ke
dalam habitatnya, menentukan kepadatan relatifnya dalam habitat tersebut dan menempatkan
setiap individu ke dalam tiap habitatnya dan menentukan fungsinya. Dengan memperhatikan
keanekaragaman dalam komunitas dapat diperoleh gambaran tentang kedewasaan organisasi
komunitsas tersebut. Hal ini menunjukkan tingkat kedewasaannya sehingga keadaannya lebih
mantap. (M. RuslanUmar, 2004)
Ada dua konsep keanekaragaman spesies yang terdapat dalam komunitas,yakni

1. Kekayaan spesies (spesies richness) :


yakni jumlah cacahspesies yang ada di komunitas tersebut.
2. Heterogenitas
Merupakan penggabungan dari konsep kelimpahan relative.artinyadalam menganalisa
keanekaragaman spesies yang terdapat didalam komunitas, disamping factor jumlah spesies yang
ada di dalam komunitas tersebut, factor kelimpahan relatifdarimasing masing spesies yang
terdapat pada komunitas tersebut turut diperhitungkan.
Sehingga untukrumus Indeks equitabilitas dinyatakan :

Rounded Rectangle: E = H’ / H’ Max

Untuk E = indeks Equitabilitas


H’ = Indeks keanekaragaman
Daerah tropika sering disebut sebagai daerah keanekaragaman spesies yang tinggi,
termasuk Indonesia. Hal inidijelaskan oleh sejumlah hipotesis oleh para ahli, yakni sebagai
berikut:
1. Hipotesis hipotesis ekilibrium, yang meliputi :
a) Laju di daerah tropika lebih tinggi karena populasinya yang bersifat sedenter (mobilitas rendah)
dan evolusi yang terjadi di daerah tropikaberlangsung lebih cepat. Hal ini disebabkan karena
produktivitasnya yang tinggi.
b) Laju kepunahan di daerah tropika rendah dikarenakan persaingan yang kurang keras akibat
ketersediaan sumber daya yang melimpah dan heterogenitas ruang lebih tinggi.
2. Hipotesis Non-ekilibrium
Yakni suatu hipotesis yang mengemukakan tidak ada hubungannya dengan keseimbangan.
Hipotesis ini meliputi :
- Hipotesis waktu : daerah tropika relative berusia lebih tua dan lebih stabil dibandingkan dengan
daerah lainnya.
- Komunitas komunitas tropika lebih banyak waktu untuk berkembang menghasilkan lebih
banyak spesies.

2.1.2 Struktur Komunitas


Struktur komunitas dapat dibedakan menjadi struktur fisik da struktur biologi. Struktur
fisik merupakan struktur yang tampak pada komunitas itu,bila mana komunitas itu diamati atau
dikunjungi. Sedangkan struktur biologi meliputi komposisi spesies, perubahan temporaldalam
komunitas dan hubungan antar spesies dalam suatu komunitas.
Berdasarkan fedelitasnya, spesies yang menyususn pada suatu kominitas dapat dibedakan
sebagai berikut :
1. Eksklusif, yakni jika suatu spesies itu hanya ada disuatu daerah tunggal atau komunitas tunggal.
2. Karakteristik ( preferensial), yakni jika spesies tersebut melimpah dalam suatu daerah namun
juga terdapat didaerah lain dalam jumlah kecil.
3. Ubiquitos, yakni jika suatu spesies penyebarannya sama dalam berbagai komunitas.
4. Predominant, jika jumlah individu suatu spesies lebih besar atau sama dengan 10% dari jumlah
individu keseluruhan spesies yang ada dalam komunitas tersebut.
2.2.3 Dominansi
Dominansi merupakanpengendalian nisbi yang diterapkan makhluk hidup atas
komposisi spesies dalam komunitasnya. Spesies dominan adalah spesies yang secara ekoligik
sangant berhasil dan yang mampu menentukan kondisi yang diperlukan untuk pertumbuhannya.
Atau spesies yang paling berpengaruh dan yang mampu dari jumlah maupun aktivitasnya dalam
komunitas.. derajat dominansi terpusat didalam satu, beberapa atau banyak spesies dapat
dinyatakan dengan indeks dominansi, yaitu jimlah kepentingan tiap-tiap spesies dalam
hubungandengan komunitas secara keseluruhan.

2.2.4 Suksesi dan Klimaks


Suksesi adalah suatu proses perubahan, berlangsung satu arah secara teratur yang
terjadi pada suatu komunitas dalam jangka waktu tertentu hingga terbentuk komunitas baru yang
berbeda dengan komunitas semula. Dengan kata lain, suksesi dapat diartikan sebagai
perkembangan ekosistem tidak seimbang menuju ekosistem seimbang. Suksesi terjadi sebagai
akibat modifikasi lingkungan fisik dalam komunitas atau ekosistem. Ketika habitat berubah,
spesies yang baru akan datang menyerbu untuk menjadi mantap di tempat itu, dan spesies
yang lama akan menghilang.
Suksesi akan berlangsung secara terus menerus hingga mencapai suatu tingkat akhir
yang disebut dengan klimaks. Pada keadaan klimaks ini komunitas telah mencapai homeostatis,
artinya komunitas dapat mempertahankan kestabilan internalnya dalam menanggapi respon
terhadap factor lingkungan. Deretan langkah atau deretan komunitas yang menyusunurutan
suksesional yang menuntun kearah klimaks disebut sere.( Tim Dosen, 2012).
Dalam kasus Suksesi hewan, akan terjadi suksesi tumbuhan terlebih dahulu pada
komunitas tersebut lalu di ikuti oleh munculnya suksesi hewan. Hal ini disebabkan karena
tumbuhan merupakan makhluk autotrof yang menyediakan sumber energy bagi hewan tersebut.
Ketersediaan sumberdaya pada komunitas terjadinya suksesi sangant mempengaruhi banyak
tidaknya hewan yang ditemukan dalam proses suksesi tersebut.
Berdasarkan kondisi habitat pada awal suksesi, dapat dibedakan dua macam suksesi, yaitu
suksesi primer dan suksesi sekunder.

a) Suksesi Primer
Suksesi primer terjadi jika suatu komunitas mendapat gangguan yang mengakibatkan
komunitas awal hilang secara total sehingga terbentuk habitat baru. Gangguan tersebut dapat
terjadi secara alami maupun oleh campur tangan manusia. Gangguan secara alami dapat
berupa tanah longsor, letusan gunung berapi, dan endapan lumpur di muara sungai.
Gangguan oleh campur tangan manusia dapat berupa kegiatan penambangan (batu bara,
timah, dan minyak bumi).

Tahapannya terjadinya suksesi primer dapat dilihat sebagai berikut:

1. suatu komunitas rusak yang diakibatkan berbagai hal, missal bencana alam letusan
2. gunung berapi.
3. Kolonisasi Awal
Spora lumut, biji tumbuhan atau bakteri autrotrof sebagai organism
fotosintesis pertama yang muncul akibat terbawa oleh angin dan tertanam di daerah
tersebut.
4. Pertumbuhan pioneer
Benih-benih yang tumbuh di lahan kosong tumbuh dan berkembang biak. Jenis
organisme yang datang pertama dan menjadi penghuni pemula di lahan kosong sebagai
pioner. Tumbuhan pioner akan membentuk koloni-koloni.
5. Invasi
Selama proses kolonisasai di tempat yang baru anak-anak dari organism pioner yang
adaptasinya paling baik terhadap lingkungan mampu bertahan dan terus menyebar atau
mengadakan invasi secara luas.

6. Stabilisasi
Habitat dan ekosistem yang baru terbentuk terus mengalami perubahan,
baik dalam hal kondisi lingkungan fisik maupun komponen biotik yang menghuninya.
Perubahan akan terus terjadi sampai ekosistem mencapai keaadan yang stabil
7. Klimaks
Hubungan antara jenis-jenis organisme yang dominan pada komunitas
klimaks dengan habitat atau lingkungannya sudah sangat harmonis, dan komunitas
klimaks ini bersifat stabil atau tudak berubah selama kondisi iklim dan keaadaan
fisiografisnya tetap sama.
b) Suksesi sekunder
Suksesi sekunder terjadi jika suatu gangguan terhadap suatu komunitas tidak bersifat
merusak total tempat komunitas tersebut sehingga masih terdapat kehidupan / substrat
seperti sebelumnya. Proses suksesi sekunder dimulai lagi dari tahap awal, tetapi tidak dari
komunitas pionir. Suksesi sekunder dapat disebabkan oleh kebakaran, banjir, gempa bumi
atau aktivitas manusia.(Anonim, 2012)
BAB III
KESIMPULAN

 Komunitas adlah kumpulan/kelompok populasi makhluk hidup dalam suatu habitat yang
saling berinteraksi.
 Komunitas memiliki lima ciri-ciri, yaitu :
 Keanekaragaman spesies (diversitas)
 Bentuk dan struktur pertumbuhan
 Dominansi
 Kelimpahan relative nisbi
 Struktur tropic
 Keanekaragaman spesies terdapat 2 konsep, yaitu kekayaan spesies (species richness) dan
heterogenitas.
 Hipotesis para ahli mengenai diversity daerah tropika ada dua, yaitu Hipotesis Ekilibrum
(keseimbangan), meliputi laju : a) laju spesialisasi di daerah tropika lebih tinggi dan b) laju
kepunahan di daerah tropic lambat, serta Hipotesis Non Ekilibrum, meliputi : a) Hipotesis
Waktu, dan b) Komunitas tropic lebih banyak waktu untuk berkembang.
 Struktur komunitas dapat dibedakan menjadi stuktur fisik dan struktur biologis. Sedangkan
berdasarkan fidelitasnya (derajat keterbatasan suatu spesies untuk situasi tertentu ).
 Berdasarkan fedelitasnya (derajat keterbatasan suatu spesies untuk situasi tertentu), spesies
diklasifikasikan atas 5, yaitu : eksklusif, karakteristik, ubiquitos dan predominant.
 Dominansi merupakan pengendalian nisbi yang diterapkan makhluk hidup atas dan bertahap
dari komunitas pada suatu wilayah ekosistem tertentu.
 Sere adalah seluruh seri komunitas yang terbentuk pada keadaan atau waktu tertentu.
 Klimaks adalah suatu keadaan seimbang- dinamis dari populasi yang menentukan dalam
perjalanan suksesi ekologis yang optimum.
 Suksesi dibagi menjadi dua yaitu suksesiprimer dan suksesi skunder.
 Suksesi primer adalah perubahan komunitas yang terjadi pada habitat dimana komunitas
awalnya telah hilang secara total.
 Suksesi sekunder adalah perubahan komunitas yang terjadi bilamana suatu komunitas atau
ekosistem mendapat gangguan, baik secara alami maupun secara buatan, akan tetapi
gangguan tersebut tidak merusak total tempat tumbuh organism sehingga dalam komunitas
tersebut substrat lama dan kehidupan masih ada.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim.2012.suksesi.http://haeryn.wordpress.com/2012/05/21/suksesi/ (diakses tanggal 19 desember


2012).

Heddy, Suwasono. 1986. Pengantar Ekologi. Jakarta : CV Rajawali.

Resosoedarmo, Soedjiran. 1990. Pengantar Ekologi. Jakarta :PT Remaja Rosdakarya.

Umar, M. Ruslan. 2004. Ekologi Umum Dalam Praktikum. Makassar : Universitas Hasanuddin.

Tim Dosen. 2012. Dasar Dasar Ekologi Hewan. Medan : FMIPA Unimed.

http://zantedescia.blogspot.co.id/2013/01/makalah-komunitas-hewan.html

Anda mungkin juga menyukai