Anda di halaman 1dari 26

PERSPEKTIF WIRAUSAHA, SIKAP DAN

MENTAL WIRAUSAHA

OLEH :
Kelompok 2 :
Ni Putu Ari Astari (1415644013)
Sakina (1415644016)
Luh Putu Saptika Devi (1415644023)

D4 AKUNTANSI MANAJERIAL
POLITEKNIK NEGERI BALI
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
rahmat dan karunia-Nya penulis bisa menyusun makalah ini dengan baik dan tepat waktu.
Dalam makalah ini penulis akan membahas tentang “Perspektif Wirausaha, Sikap dan
Mental Wirausaha”.
Makalah ini dibuat dengan mencari data dari berbagai sumber terpercaya untuk
membantu dalam menyelesaikan hambatan-hambatan selama mengerjakan makalah. Oleh
karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam pembuatan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah yang penulis buat ini masih mempunyai banyak
kekurangan. Oleh karena itu, penulis meminta kritik dan saran yang membangun dari
pembaca agar penulis bisa membuat makalah yang lebih baik untuk selanjutnya.
Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Jimbaran, 9 Maret 2017

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar........................................................................................................... i
Daftar Isi .................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ….................................................. .......................................... 1
C. Tujuan ………………………………………………. ......................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Perspektif Wirauasaha .......................................................................................... 3
B. Sikap dan Mental Wirausaha……. ....................................................................... 15
BAB III KESIMPULAN
A. Kesimpulan ........................................................................................................... 20
B. Saran ………………………………………………… ........................................ 21
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kewirausahaan (Entrepreneurship) adalah proses mengidentifikasi,
mengembangkan, dan membawa visi kedalam kehidupan. Visi tersebut bisa berupa ide
inovatif, peluang, cara yang lebih baik dalam menjalankan sesuatu. Hasil akhir dari proses
tersebut adalah penciptaan usaha baru yang dibentuk pada kondisi risiko atau
ketidakpastian. Menjadi seorang wirausahawan berarti memadukan sikap pribadi,
keuangan, dan sumber daya yang ada di sekitar kita. Setiap wirausahawan memiliki gaya
tersendiri dalam mengelola usahanya, maka dalam berwirausaha tidak hanya
mengandalkan modal berupa uang, namun sebagai wirausahawan kita juga harus memiliki
modal dalam bentuk sikap dan kepribadian.
Di Indonesia, kewirausahaan dipelajari baru terbatas pada beberapa sekolah atau
perguruan tinggi tertentu saja. Sejalan dengan perkembangan dan tantangan seperti adanya
krisis ekonomi, pemahaman kewirausahaan baik melalui pendidikan formal maupun
pelatihan-pelatihan di segala lapisan masyarakat kewirausahaan menjadi berkembang.
Orang yang melakukan kegiatan kewirausahaan disebut wirausahawan. Muncul
pertanyaan mengapa seorang wirausahawan (entrepreneur) mempunyai cara berpikir yang
berbeda dari manusia pada umumnya. Mereka mempunyai motivasi, panggilan jiwa,
persepsi dan emosi yang sangat terkait dengan sikap dan mental sebagai manusia unggul.
Namun pada prakteknya tidak mudah bagi setiap orang untuk memulai suatu usaha baru.
Terkadang timbul kekhawatiran yang berlebihan akan kegagalan dan kerugian saat ingin
merintis usaha. Untuk mengatasi hal tersebut, perlu bagi wirausahawan untuk mengetahui
bagaimana perspektif wirausaha dari segi ekonomi, sosiologi, dan psikologi agar tidak
terjadi lagi kekhawatiran yang serupa sehingga nantinya akan dimiliki sikap dan mental
sebagai wirausahawan sejati. Berdasarkan hal tersebut, penulis menulis makalah dengan
judul Perspektif Wirausaha, Sikap dan Mental Wirausaha.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, yang dijadikan pokok permasalahan adalah
sebagai berikut :
1. Bagaimanakah perspektif kewirausahaan ?
2. Bagaimanakah sikap dan mental wirausaha ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui dan memahami perspektif kewirausahaan.
2. Untuk mengetahui dan memahami sikap dan mental wirausaha.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Perspektif Wirausaha
1. Kewirausahaan dari Perspektif Ekonomi
a. Pengantar
Kewirausahaan dalam perspektif ekonomi dapat dijelaskan dari peluang usaha. Titik
fokus pertama dalam kegiatan berwirausaha adalah apakah seseorang melihat peluang
usaha disekitarnya. Peluang usaha ini akan dibahas 3 hal yaitu:
1) Dua perspektif besar peluang usaha yaitu Schumpeterian (1934) dan Kiznerian (1973)
2) Tiga sumber utama peluang usaha yaitu perkembangan teknologi, perubahan kebijakan/
politik, dan perubahan sosial/demografi.
3) Bentuk lain dari peluang usaha seperti organisasi baru, pasar baru, proses bisnis baru
dll.
b. Peluang Usaha
Merupakan situasi dimana orang memungkinkan menciptakan kerangka fikir baru
dalam rangka mengkreasi dan mengkombinasikan sumber daya, ketika pengusaha merasa
yakin terhadap keuntungan yang diperoleh (Shane, 2003). Perbedaan utama antara
peluang kewirausahaan dengan situasi yang lain adalah dalam peluang usaha adalah orang
mencari keuntungan yang membutuhkan suatu kerangka fikir yang baru dari pada sekedar
mengoptimalkan kerangka fikir yang telah ada.
c. Peluang usaha: Schumpeterian (1934) dan Kiznerian (1973)
Schumpeter (1934) percaya bahwa informasi baru merupakan suatu yang penting
dalam menjelaskan eksistensi peluang usaha. Perubahan teknologi, tekanan politik, faktor-
faktor lingkungan makro dan kecenderungan sosial dalam menciptakan informasi baru
yang dapat digunakan pengusaha untuk mendapatkan dan mengkombinasikan kembali
sumber daya dalam bentuk yang lebih bernilai. Kizner (1973) berpendapat bahwa peluang
kewiarusahaan hanya membutuhkan cara baru untuk membuat inovasi berdasarkan
informasi yang telah tersedia yaitu belief mengenai cara menggunakan sumber daya yang
seefisien mungkin.

3
Table 1. Perbedaan antara peluang Schumpeterian vs Kiznerian
Schumpeterian Kiznerian
Disequilibrating Equilibrating
Requires new information Does not requires new information
Very innovative Less innovative
Rare Common
Involves creation Limited to discovery

Berdasarkan perbedaan tersebut terlihat bahwa Kiznerian lebih mengutamakan


peluang dari sesuatu yang telah mapan (cateris paribus). Informasi yang diperlukan bukan
informasi yang bersifat radikal sehingga inovasi yang muncul biasa terjadi. Sangat
berlainan dengan Schumpeterian, peluang terjadi dalam situasi ketidakseimbangan. Dalam
situasi ini, informasi yang didapatkan banyak dan sering kali bersifat radikal. Sifat radikal
ini menyebabkan inovasi jarang terjadi karena situasi yang radikal juga jarang terjadi.
d. Sumber Peluang usaha: Schumpeterian (1934)
Ada tiga kategori sumber peluang usaha yaitu:
1) Perubahan Teknologi
2) Perubahan Politik dan Kebijakan
3) Perubahan Sosial dan Demografi
Ketiga sumber ini menunjukkan perubahan dalam membuat perbedaan nilai sumber
daya tertentu dan menciptakan keuntungan yang menjanjikan.
1) Perubahan Teknologi
Perubahan teknologi merupakan sumber penting dalam kewirausahaan karena
memungkinkan untuk mengalokasikan sumber daya dengan cara yang berbeda dan lebih
potensial (Casson, 1995). Faksimili, surat, dan telepon sering digunakan sebelum
ditemukannya e-mail. Email ternyata lebih produktif untuk mengirim informasi
dibandingkan tipe yang lain. Penemuan internet ini memungkinkan orang membuat
kombinasi sumber daya baru yang disebabkan perubahan teknologi. Blau (1978) meneliti
wirausahawan mandiri di AS selama dua dekade dan menemukan bahwa perubahan
teknologi meningkatkan jumlah wirausahawan mandiri.

4
Demikian juga dengan hasil penelitian Shane (1996) memperlihatkan bahwa jumlah
organisasi dari tahun ke 1899 sampai dengan 1988 meningkat seiring dengan
meningkatnya perubahan teknologi.
2) Perubahan politik dan kebijakan
Perubahan politik dan kebijakan terkadang menjadi sumber peluang kewirausahaan
karena perubahan tersebut memungkinkan rekombinasi sumber daya agar lebih produktif.
Beberapa kejadian empiris mendukung argumen bahwa perubahan politik adalah
peluang usaha. Delacoxroix dan Carool (1993) meneliti Koran Argentina dari tahun 1800 -
1900 da Koran Irlandia 1800 – 1925 yang menemukan bahwa ada hubungan positif antara
perubahan politis dengan meningkatnya pertumbuhan perusahaan baru. Bahkan perang
pun dapat menjadi peluang usaha dengan menyediakan peralatan perang. Di Indonesia
dengan perubahan dalam Pemilihan Kepala Daerah secara langsung, baik ditingkat
nasional, propinsi, dan kaputen/ kota memberikan ruang berwirausaha sablon, percetakan,
dll.
Kebijakan juga dapat menumbuhkan minat berwirausaha. Regulasi ini penting
karena menyangkut legalitas sebuah perusahaan. Studi yang dilakukan oleh Kelly & Kelly
dan Amburgey (1991) menemukan bahwa pertumbuhan airline di Amerika meningkat
setelah adanya paket deregulasi airline. Demikian juga di Indonesia, jika jaman orde baru
hanya didominasi dengan 2 atau 3 airline, dalam era reformasi ini lebih dari 10 airline.
Sebelum terkena banjir lumpur, Sidoarjo adalah kabupaten yang menerapkan layanan satu
atap. Hasilnya memang mampu mendorong iklim usaha karena kemudahan wirausaha
mendapatkan ijin usaha. Pengalaman sukses ini telah diadopsi oleh kabupaten yang lain
seperti halnya Kota Yogyakarta dan kabupaten Sragen.
3) Perubahan demografi
Struktur demografi mempengaruhi pola usaha. Kita ambil contoh Bali. Pulau yang
dikenal sebagai daerah pariwisata ini memiliki berbagai peluang sector usaha sesuai
dengan kegiatan pariwisata yang dilakukan. Hal ini membawa dampak bagi jenis usaha
yang dikembangkan di provinsi Bali.
e. Institusi Pendidikan
Institusi pendidikan adalah sumber peluang usaha karena sebagai pusat penelitian.
Hasil hasil penelitian tersebut menjadi dasar peluang usaha. Zucker dkk (1998) meneliti
tentang berdirinya perusahaan bioteknologi. Mereka menemukan bahwa jumlah ilmuwan

5
dan universitas ternama dalam suatu daerah tersebut meningkatkan stok dan peningkatan
jumlah perusahaan bioteknologi. Universitas bergengsi menghasilkan hak paten yang
lebih banyak. UGM dengan Research University merupakan salah satu langkah
menghasilkan penelitian-penelitian yang dapat menghasilkan paten dan dapat diterima di
pasar.

2. Kewirausahaan dalam perspektif Sosiologi


Sosiologi, pada perkembangannya merupakan suatu bidang ilmu tersendiri. Menurut
Soeryono Soekanto, sosiologi jelas merupakan ilmu sosial sosial yang objeknya adalah
masyarakat. Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri, karena telah
memenuhi segenap unsur-unsur ilmu pengetahuan.
Seiring berjalannya waktu, bidang kajian sosiologi juga semakin berkembang
dengan pesat. Sosiologi yang pada awalnya lebih banyak berkutat pada kajian
kemasyarakatan dan permasalahannya, saat ini telah merambah berbagai bidang
kehidupan seperti mengkaji ranah kewirausahaan seperti diungkapkan oleh Reis (1968
dalam Peck & Bryant, 2007: 2). Namun demikian, jika ditelaah lebih lanjut, kajian ini
memiliki perbedaan dengan kajian psikologi industri dan ekonomi dalam tiga aspek (Luef
& Lounsbury, 2007:2) yaitu:
 Targetnya diluar individu wirausaha, cenderung mengarah pada peran yang dijalankan
oleh jaringan interpersonal, struktur organisasi, populasi dan proses tingkat lapangan,
sebagaimana lingkungan institusional yang lebih luas.
 Terdapat usaha menyeimbangkan penekanan umum pada aspek material dari venture
formation (contoh kondisi pemasaran dan keuangan) dengan penekanan pada dimensi
simbolik dan budaya dari aktivitas kewirausahaan.
 Terdapat kecenderungan untuk memahami kewirausahaan dalam sebuah konteks yang
berbeda, termasuk hal-hal seperti ilmu pengetahuan, perawatan kesehatan dan seni
rupa, yang cenderung pada perhitungan pasar yang sederhana.
Terkait gagasan dimuka, maka tampak bahwa sosiologi memiliki kacamata
tersendiri dalam mengkaji fenomena kewirausahaan pada umumnya, dan kewirausahaan
sosial pada khususnya.

6
a. Sosiologi Kewirausahaan
Sosiologi, sebagai sebuah ilmu yang mengkaji masyarakat dan manusia-manusia
yang berada di dalamnya, juga tidak luput untuk membahas fenonema kewirausahaan.
Salah satu pelopornya adalah Max Weber yang (walaupun dengan terminologi yang
berbeda) telah berusaha mengupas sebuah semangat/etos kerja yang tinggi untuk
memajukan usaha berbasis spirit keagamanaan lewat protestan etiknya. Perkembangan
lanjutan dari Sosiologi kewirausahaan dinyatakan oleh Albany (2005:1-2). Ia menyatakan
bahwa sosiologi kewirausahaan sudah bergeser dari analisa mengenai wacana asimilisasi
dan prasangka kelompok etnik tertentu, namun sudah lebih mengarah pada bagaimana
kelompok tersebut mengembangkan kemampuannya untuk mempertahankan usaha yang
dijalankannya. Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa inilah sosiologi yang berusahan
mendorong manusia menolong dirinya sendiri (sociology of self-help), yang membantu
kelompok mencapai stabilitas ekonomi sebagai dampak dari kewirausahaan. Konsep ini
tentu sangat selaras dengan konsep kewirausahaan sosial secara umum, yaitu bagaimana
individu dapat berdiri mandiri diatas kakinya sendiri, dengan (pada waktu yang
bersamaan) juga bermanfaat bagi orang lain.
Ada beberapa simpulan yang dapat diambil dari pernyataan para ahli, yang pertama
yaitu bahwa bidang ilmu sosiologi, secara khusus juga mengkaji masalah kewirusahaan.
Yang kedua adalah bahwa sosiologi kewirausahaan menganalisis konteks sosial dan efek
dari aktivitas wirausaha.
b. Pendekatan dalam Sosiologi Kewirausahaan
Sosiologi, sebagai sebuah bidang ilmu yang berdiri sendiri, memiliki perbedaan cara
pandang dalam mengkaji kewirausahaan. Hal ini dikuatkan oleh Thorton (1999:33) yang
menyatakan bahwa penelitian kewirausahaan telah dilaksanakan dengan dasar tiga ilmu
yang berbeda yaitu psikologi (McClelland, 1961), ekonomi (Schumpeter, 1934) dan
sosiologi (Weber, 1904). Setiap disiplin menanyakan pertanyaan-pertanyaan yang
berbeda, menggunakan meta teori yang berbeda dan memfokuskan pada tingkatan
analisis yang berbeda pula (Martinelli, 1994, dalam Thorton, 1999:34).
Berbasis uraian dimuka, satu hal yang menjadi ciri atau asumsi dasar penelitian
sosiologis adalah sebuah pemahaman bahwa individu dan organisasi mempengaruhi dan
dipengaruhi oleh konteks sosial dimana ia berada. Seperti diungkap oleh Thorton
(1999:3).

7
Maka hal inilah menurut penulis yang menjadi titik tekan penelitian kewirausahaan
oleh bidang ilmu sosiologi, yaitu bagaimana kinerja individu atau organisasi sangat
tergantung, atau bersifat saling mempengaruhi dengan lingkungan/konteks sosialnya.
Penelitian ini dalam hal ini, mencoba membongkar bagaimana keterhubungan dan dampak
dari aktivitas kewirausahaan sosial terhadap masyarakatnya. Pandangan bahwa individu
mempengaruhi konteks sosial dalam aspek kewirausahaan, dikenalluaskan oleh Weber
(1904) dan Mclelland (1961). Sedangkan, sebaliknya, bagaimana konteks lingkungan
(infrastruktur) mampu membentuk jiwa-jiwa wirausaha pada masyarkatknya
disebarluaskan oleh Burt (1992).
Penelitian telah menjelaskan bahwa karakteristik psikologis dan non psikologis dari
seseorang mempengaruhi tendensinya untuk mengihat peluang kewirausahaan. Secara
umum, yang menyebabkan seseorang mampu melihat peluang usaha dibandingkan yang
tidak adalah pertama mereka memiliki akses yang lebih baik akan informasi tentang
keberadaan peluang. Kedua, mereka dapat mengenali peluang lebih baik daripada yang
lain, walaupun diberikan sejumlah informasi yang sama tentang hal peluang. Biasanya,
hanya orang yang memiliki kemampuan kognitif superior yang memiliki kemampuan
tersebut.Adapun hal-hal yang menyebabkan seseorang mampu melihat peluang usaha
dijabarkan sebagai berikut:
1) Akses informasi
Beberapa orang mampu mengenali peluang lebih baik karena mereka memiliki
informasi lebih dibandingkan orang lain (Hayek, 1945; Kirzner, 1973). Informasi ini
memungkinkan seseorang untuk mengetahui bahwa sebuah peluang adalah sebuah
anugerah ketika orang lain mengabaikan situasi tersebut. Informasi pengalaman hidup
yang spesifik, seperti pekerjaan atau kehidupan sehari-hari dapat memberikan akses pada
informasi dimana orang lain belum tentu mendapatkannya (Venkataraman, 1997).
Pengalaman hidup ini memberikan proses permulaan pada informasi bahwa orang lain
telah menggunakan sumberdaya secara tidak lengkap atau tidak proporsional, seperti
perubahan teknologi atau perkembangan peraturan yang baru.
2) Pengalaman hidup
Aktivitas tertentu memberikan referensi pada pengatahuan yang dibutuhkan untuk
mengetahui peluang. Dalam faktanya, penelitian sebelumnya telah menunjukkan kejadian

8
dari dua aspek pengalaman hidup yang meningkatkan probabilitas seseorang untuk
mengetahui peluang yaitu pekerjaan dan pengalaman yang berbeda.
3) Pekerjaan
Pekerjaan seseorang dapat mengantarkan seseorang untuk menemukan peluang
baru. Sebagai contoh, ahli kimia atau fisika lebih dulu dalam menemukan teknologi
dibandingkan ahli sejarah karena penelitian memberikan mereka akses pada informasi
tentang peluang dimana orang lain tidak mendapatkannya (Freeman, 1982). Diantara tipe-
tipe pekerjaan yang menyediakan akses pada informasi, yang paling signifikan adalah
Research and Development (Klepper dan Sleeper, 2001), Karena penelitian dan
pengembangan menciptakan sebuah informasi baru yang menyebabkan perubahan
teknologi, sehingga menjadi sebuah sumber utama dari peluang (Aldrich,1999) maka
orang yang bekerja dalam bidang penelitian dan pengembangan akan lebih
cepat mengetahui tentang adanya peluang dan perkembangan teknologi dibandingkan
orang lain.
4) Variasi dalam pengalaman hidup
Variasi dalam pengalaman hidup menyediakan akses pada informasi yang baru dan
dapat membantu seseorang dalam menemukan peluang. Penemuan peluang ini kadang
seperti menyusun puzzle, karena sebuah kepingan informasi yang baru kadang memiliki
elemen yang hilang dan membutuhkan kecermatan bahwa peluang baru telah hadir.
Variasi dalam pengalaman menyebabkan seseorang akan menerima informasi yang baru.
Selanjutnya, dari hal tersebut individu dapat menemukan kepingan peluang (Romanelli
dan Schoonhoven, 2001) karena individu dengan pengalaman hidup danpekerjaan yang
banyak akan memiliki akses dalam pengalaman yang beranekaragam (Casson, 1995).
Delmar dan Davidsson (2000) telah membandingkan sampel secara acak dari 405 orang
yang memiliki bisnis dengan sebuah kelompok kontrol yang juga dipilih secara acak dan
menemukan bahwa dalam proses memulai sebuah bisnis umumnya mereka adalah orang
yang sering berpindah-pindah kerja dibandingkan kelompok kontrol.
5) Ikatan Sosial
Salah satu cara yang penting agar individu bisa mendapatkan akses informasi
tentang peluang kewirausahaan adalah melalui interaksi dengan orang lain atau jejaring
sosial mereka. Struktur dari jejaring sosial seseorang akan mempengaruhi informasi apa
yang mereka terima dan mengkategorikan informasi tersebut.Ikatan yang kuat pada

9
seseorang yang kita percayai sepenuhnya, juga sangat menguntungkan dalam menemukan
peluang. Dalam ikatan yang kuat, terdapat kepercayaan sehingga individu dapat
mempercayai sepenuhnya keakuratan informasi yang datang dari orang tersebut.
Kepercayaan dalam keakuratan informasi merupakan hal yang penting untuk penemuan
peluang karena wirausahawan membutuhkan akses informasi, dan selanjutnya
mensintesiskannya. Beberapa penelitian mendukung pendapat ini bahwa ikatan sosial
meningkatkan kemungkinan seseorang dalam menemukan peluang kewirausahaan.
Sebagai contoh, Zimmer dan Aldrich (1987) mempelajari kelompok etnik yang bekerja
secara mandiri di tiga kota di Inggris dan menemukan bahwa kebanyakan pemilik usaha
mendapatkan informasi tentang peluang kewirausahaan melalui channel mereka.

3. Kewirausahaan dalam Perspektif Psikologi


Berbagai literatur keilmuan telah membahas munculnya gelombang wirausaha di
penjuru dunia. Demikian pula psikologi yang secara spesifik menganalisa tingkah laku
manusia telah membahas sisi kewirausahaan dari perspektif keilmuan jiwa.
Kewirausahaan merupakan suatu bentuk pekerjaan yang memuat beragam potensi
psikologis. Dalam modul kewirausahaan dari perspektif psikologi, Avin Fadilla Helmi &
Rista Bintara Megasari menilai bahwa kewirausahaan secara psikologis adalah bagaimana
seseorang memanfaatkan sebuah peluang. Setiap orang memiliki kemampuan yang
berbeda dalam memanfaatkan sebuah peluang usaha. Barangkali itulah kenapa muncul
istilah ‘bakat wirausaha’.
Setiap orang, setiap hari, disuguhi bermacam-macam peluang yang dapat menjadi
wahana berwirausaha. Namun, tidak semua orang mampu menangkap sinyal baik dan
kemudian menindaklanjutinya menjadi sebuah usaha yang sukses. Kemampuan dan
kepekaan dalam mengelola peluang inilah yang menjadi ciri seseorang itu berbeda dengan
orang lain dalam mengelola usaha (berwirausaha).
Sebuah peluang menjadi awal suatu ide untuk menancapkan sebuah roda usaha.
Namun, hal tersebut perlu ditindaklanjuti dengan upaya eksploitasi peluang sehingga
menciptakan keuntungan yang menjanjikan. Dalam hal ini, tidak Semua orang mampu
melihat peluang usaha.
Faktor-faktor psikologi dan keputusan mengeksploitasi, seseorang yang memiliki
kemampuan mengeksploitasi peluang wirausaha akan membuat keputusan berbeda dari

10
orang lain pada keadaan dimana informasi dan keahlian sama dan karakter psikologis
lebih mempengaruhi kemampuan mengeksploitasi.Karakteristik psikologi yaitu :
a. Kepribadian
Karakter mendasar pada seseorang yang membawa mereka untuk berperilaku
dengan cara tertentu.Ada 3 (tiga) aspek kepribadian, yaitu :
1) Ekstraversi merupakan sikap yang terkait dengan sikap sosial, asertivitas, keaktifan,
ambisi, inisiatif, dan eksibisionis. Sikap-sikap tersebut akan menunjang seorang
wirausaha berinteraksi dengan rekan kerja, karyawan, maupun orang-orang di
sekitarnya yang mempengaruhi usahanya. Sikap aktif didukung ambisi dan inisiatif
yang kuat akan mempengaruhi bagaimana seorang wirausahawan memecahkan
permasalahan dan memutuskan suatu tindakan.
2) Agreeableness merupakan kesepahaman, merupakan sikap yang terkait dengan
keramahan, konformitas sosial, keinginan untuk mempercayai, kerjasama, keinginan
untuk mempercayai kerjasama, keinginan untuk memaafkan, toleransi, dan
fleksibilitasdengan orang lain. Sikap-sikap ini menjadi kebutuhan yang tidak dapat
dilepaskan dari aktivitas berwirausaha.
3) Pengambilan Risiko merupakan sikap yang sering disebut wirausahawan pada
umumnya sebagai suatu tindakan berspekulasi. Pengusaha dituntut untuk mampu
mengambil risiko atas keputusan spekulatif yang dibuatnya. Seorang wirausaha yang
‘berbakat’ tentu memiliki kemampuan yang baik dalam mengambil keputusan yang
penuh risiko.
b. Motivasi
Dorongan kejiwaaan untuk berwirausaha dapat tumbuh dari beragam alasan.
Keinginan untuk menjadi mandiri merupakan dorongan terbesar yang melandasi motivasi
seseorang untuk menjadi enterpreneur. Dorongan/motivasi untuk berwirausaha dapat
muncul dari adanya dua kebutuhan yaitu :
1) Need of achievement, adanya penentuan tujuan, perencanaan, dan pengumpulan
informasi serta kemauan untuk belajar serta kemampuan membawa dan
mengimplementasikan ide kepada masyarakat.
2) Need for independence, selain tidak ingin ditentukan oleh orang lain, kebutuhan ini
akan memicu seorang entrepreneur untuk menghasilkan produk yang berbeda dengan

11
orang lain dan lebih berani membuat keputusan sendiri dalam mengeksploitasi peluang
berwirausaha
Sifat – sifat pribadi yang terkait dengan motivasi kewirausahaan adalah kebebasan
(berpikir secara independen dantidak konvensional), percaya diri ( kepercayaan untuk
dapat melakukan dengan berhasil mencapi tujuan dan mengatasi hambatan), motivasi
berprestasi (keinginan untuk memperbaiki, memenuhi standar tinggi dan mencapai
tujuan), proaktif (kecenderungan untuk bertindak dan membuat sesuatu terjadi), ambisi
(keinginan yang kuat untuk mencapai hasil yang tinggi), energi (tahan banting, daya
tahan), semangat ego (bertindak dalam minat sendiri), keuletan (tidak kenal kata
menyerah).
c. Evaluasi diri
Aspek ini mengandung dua aspek yang mendukung seseorang dalam mengelola
peluang usaha yaitu:
1) Locus of control
Locus of control didefinisikan sebagai kepercayaan seseorang bahwa ia mampu
mengendalikan lingkungan di sekitarnya. Seorang entrepreneur yang memiliki internal
locus of control lebih mampu dalam memanfaatkan peluang kewirausahaan. Mereka
memiliki kepercayaan dapat memanfaatkan peluang, sumber daya, mengorganisasikan
perusahaan, dan membangun strategi. Hal ini dikarenakan esuksesan dalam menjalankan
aktivitas entrepreneur tergantung pada keinginan seseorang untuk percaya pada
kekuatannya sendiri.
2) Self Efficacy
Self-efficacy adalah kepercayaan seseorang pada kekuatan diri dalam menjalankan
tugas tertentu. Entrepreneursering membuat penilaian sendiri pada keadaan yang tidak
menentu, oleh karena itu mereka harus memiliki kepercayaan diri dalam membuat
pernyataan, keputusan mengenai pengelolaan sumber daya yang mereka miliki.
d. Sifat kognitif
Karakteristik kognitif seseorang memiliki pengaruh yang kuat terhadap pola
berpikirnya. Pola berpikir seorang pengusaha mempengaruhi pengambilan keputusan yang
dibuat dan bagaimana mengelola sumber daya usaha yang ada. Karakteristik kognitif yang
dapat membantu enterpreneur dalam memanfaatkan peluang di antaranya:

12
1) Overconfidence, sikap kepercayaan diri yang berlebihan tidak selalu negatif karena
dapat membantu seorang enterpreneur dalam situasi yang belum pasti.
2) Representatif, merupakan bentuk generalisasi atas suatu sample yang bisa jadi tidak
mewakili suatu populasi. pengambilan keputusan yang didasarkan atas representasi
dapat mempercepat pengambilan keputusan atas sebuah peluang yang ada.
3) Intuisi, merupakan sarana psikologis yang banyak digunakan dalam menganalisis
informasi dan mengambil keputusan. Intuisi juga berguna dalam mengorganisasi usaha
serta meningkatkan performa enterpreneurship.
e. Peluang
Sebagai sebuah kemungkinan untuk memuasakan kebutuhan pasar melalui sebuah
kombinasi sumber-sumber baru yang akan memberikan nilai tambah.Faktor yang
mempengaruhi peluang :
1) Faktor internal, peluang usaha diciptakan dengan kreasi dan inovasi dari pengusaha.
Dengan adanya inovasi maka pluang baru bagi pengusaha.
2) Jaringan sosial, para pengusaha yang mengalami kontak sosial yang berbeda mampu
mengidentiikasi lebih banyak peluang-peluang. Jaringan sosial biasanya terdiri dari 4
hal, yaitu : lingkaran dalam (hubungan yang stabil dengan orang-orang terdekat),
kumpulan aktivitas (para pekerja/karyawan), partnership ( awal pembentukan anggota-
anggota team), ikatan lemah (dengan kenalan dan teman-teman jauh).
f. Minat
Minat merupakan elemen penting dalam melakukan perilaku kewirausahaan. Minat
adalah tolak ukur yang mempengaruhi seseorang dalam bertindak.
g. Berani mengambil resiko
Merupakan salah satu ciri dari seorang wirausaha. Apabila seseorang takut
mengambil resiko dalam berusaha maka tidak mungkin orang tersebut berhasil dalam
menjalankan usahanya. Seorang wirausaha biasanya dihadapkan pada tiga ketakutan yaitu
pertama takut rugi, memang usaha apapun selalu beresiko untuk rugi tetapi berpeluang
untuk untung. Kedua takut terhadap ketidakpastian, terutama dalam penghasilan. Ketiga
takut mencoba, sebenarnya takut mencoba tersebut dapat disamakan takut tenggelam.
Wirausaha adalah orang yang mengorganisir, mengelola dan berani menanggung
resiko untuk menciptakan usaha baru dan peluang berusaha. Secara esensi pengertian
entrepreneurship adalah suatu sikap mental, pandangan, wawasan serta pola pikir dan pola

13
tindak seseorang terhadap tugas-tugas yang menjadi tanggungjawabnya dan selalu
berorientasi kepada pelanggan
h. Kreatif dan inovatif
Seorang wirausahawan adalah orang-orang yang memiliki jiwa wirausaha dan
mengaplikasikan hakekat kewirausahaan dalam hidupnya. Orang-orang yang memiliki
kreativitas dan inovasi yang tinggi dalam hidupnya. Wirausahawan adalah mereka yang
melakukan upaya-upaya kreatif dan inovatif dengan jalan mengembangkan ide, dan
meramu sumber daya untuk menemukan peluang (opportunity) dan perbaikan
(preparation) hidup. Kewirausahaan (entrepreneurship) muncul apabila seseorang
individu berani mengembangkan usaha-usaha dan ide-ide barunya. Esensi dari
kewirausahaan adalah menciptakan nilai tambah di pasar melalui proses pengkombinasian
sumber daya dengan cara-cara baru dan berbeda agar dapat bersaing. Menumbuhkan jiwa
kewirausahaan juga harus meningkatkan daya kreatifitas, yaitu mengubah sesuatu yang
biasa menjadi komoditas yang bernilai tinggi dan mengguncang pasar. Mengembangkan
keterampilan dan ilmu pengetahuan dari buku atau sumber informasi lainnya dan aktif
memodifikasi bagian-bagian yang diperlukan sangat penting untuk menciptakan terobosan
baru untuk produk, iklan, maupun mencari pelanggan.
i. Menumbuhkan pola pikir kewirausahaan
Menumbuhkan jiwa kewirausahaan akan membantu kita menguasai seluruh
kemampuan berwirausaha, mulai dari pola pikir, kemampuan, karakter, serta pengetahuan
wirausaha itu sendiri. Pendidikan dan pengajaran dianggap kunci untuk meningkatkan
pola pikir dan cara pandang kewirausahaan sebagai kunci untuk menumbuhkan
kompetensi, pekerjaan dan kepuasan pribadi. Kewirausahaan merujuk pada sebuah
kemampuan perorangan yang dapat mengubah ide menjadi kegiatan nyata. Pola pikir
kewirausahaan dididik melalui penciptaan iklim sosial kewirausahaan yang lebih
menyenangkan, adanya kebijakan yang terpadu dengan tinjauan untuk tidak hanya
menguabah pola pikir tetapi juga meningkatkan keterampilan-keterampilan,
menyingkirkan hambatan-hambatan untuk mengembangkan usaha atau bisnis.

14
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Karakteristik Wirausaha
a. Lingkungan keluarga dan masa kecil
Beberapa penelitian yang berusaha mengungkap mengenai pengaruh lingkungan
keluarga terhadap pembentukan semangat berwirausaha. Penelitian bertopik urutan
kelahiran menemukan bahwa anak dengan urutan kelahiran pertama lebih memilih untuk
berwirausaha. Namun, penelitian ini perlu dikaji lebih lanjut. Selanjutnya pengaruh
pekerjaan orang tua terhadap pertumbuhan semangat kewirausahaan ternyata memiliki
pengaruh yang signifikan.
b. Pendidikan
Faktor pendidikan juga tak kalah memainkan penting dalam penumbuhan semangat
kewirausahaan. Pendidikan tidak hanya mempengaruhi seseorang untuk melanjutkan
usahanya namun juga membantu dalam mengatasi masalah dalam menjalankan usahanya.
c. Nilai-nilai Personal
Faktor selanjutnya adalah nilai-nilai personal yang akan mewarnai usaha yang
dikembangkan seorang wirausaha. Nilai personal akan membedakan ia dengan pengusaha
lain terutama dalam menjalin hubungan dengan pelanggan, suplier, dan pihak-pihak lain,
serta cara dalam mengatur organisasinya.
d. Pengalaman Kerja
Pengalaman kerja tidak sekedar menjadi salah satu hal yang menyebabkan seseorang
untuk menjadi seorang entrepreneur. Pengalaman ketidakpuasan dalam bekerja juga turut
menjadi salah satu pendorong dalam mengembangkan usaha baru.

B. Sikap dan Mental Wirausaha


Sikap adalah potensi atau sering juga disebut pendorong yang ada didalam individu
untuk bereaksi terhadap segala hal yang ada dalam lingkungannya. Dapat diartikan setiap
orang memiliki pendorong untuk melakukan hal yang tadinya hanya didengar atau dilihat
saja. Sikap inilah yang akan membentuk suatu kreatifitas ketika kita mengembangkannya.
Sedangkan kata mental dapat diartikan sebagai rangkaian sistem abstrak yang hidup
dalam pikiran mengenai apa yang harus dianggap penting dan berharga dalam hidup.
Jika digabungakan antara penggertian sikap dan mental kemungkinan yang akan
terjadi pada diri seseorang adalah mempunyai konsepsi atau perilaku yang dari jiwanya
sebagai reaksi atas situasi yang mempengaruhinya.

15
Seorang wirausaha harus memiliki modal dalam bentuk materi dan non mater.
Dalam bentuk materi seorang wirausaha harus memiliki modal yang berupa uang, lahan,
dan lain sebagainya yang bersifat fisik (materi). Sedangkan dalam bentuk non materi
seorang wirausaha haruslah memiliki sikap dan mental sesuai dengan keadaan dibidang
wirausaha. Beberapa sikap dan mental yang harus dimiliki seorang wirausaha adalah
sebagai berikut :
1. Percaya Diri
Kepercayaan diri merupakan sikap dan mental yang harus dimiliki oleh seorang
wirausaha. Sudah selayaknya seorang wirausaha tidak ragu dalam mempraktekkan
gagasannya agar menjadi kenyataan. Artinya didalam sikap percaya diri terkandung nilai-
nilai optimis, ketidaktergantungan, cekatan, serta yakin akan kemampuannya untuk
mencapai satu keberhasilan. Jadi tingkat percaya diri seseorang dapat dilihat dari
kemampuan menyelesaikan tugasnya dengan cekatan, berencana efektif dan efisien. Selain
itu juga harus energik, bersemangat dalam bekerja, jujur terhadap orang lain, dan selalu
menepati janji. Jadi, seorang yang memiliki sikap dan mental wirausaha mampu
menyelesaikan masalahnya sendiri tanpa menunggu bantuan dari orang lain.
2. Berpikir Positif
Berpikir positif adalah berpikir untuk kemungkinan mendapatkan kebahagiaan dari
sebuah peristiwa. Misalnya, tetangga anda baru saja membeli mobil baru. Jika anda dapat
berpikir positif, maka berpikirlah manfaat dan kebahagiaan yang bisa diperoleh.
Hindarilah berpikir negatif, yang isinya mencemooh tanpa ada manfaat yag bisa diperoleh.
Oleh sebab itu, wirausaha harus berpikir jernih dan berhati bersih harus dijaga dan
dibiasakan. Jika dapat melakukan hal tersebut maka seorang wirausaha bisa mencapai
tujuan secara efisien dan lebih pandai meraih kesempatan.
3. Sanggup Bergaul
Seorang wirausaha harus kaya akan gagasan dan kaya teman bergaul. Kaya akan
gagasan membuat unggul dalam persaingan dan teman membuat wirausaha memperoleh
keuntungan. Untuk sanggup bergaul lebih baik ada beberapa kebiasaan yang harus
dilakukan seperti : selalu menghargai orang lain, mengetahui karakter teman, bertoleransi
dan tidak egois, sopan santun, suka bertukar pikiran, ramah, dan terampil bicara agar enak
didengar.

16
4. Berorientasi pada Tugas dan Hasil
Seorang wirausaha yang selalu mengutamakan tugas dan hasil adalah orang yang
selalu mengedepankan nilai-nilai motif berprestasi, ketekunan, tekad, kerja keras, energik,
dan mempunyai dorongan keras dalam meraih tujuan atau sasaran bisnis. Untuk mendapat
hasil yang optimal, seorang wirausaha harus berinisiatif, disiplin diri, berpikir kritis,
tanggap, dan semangat berprestasi.
5. Berani Mengambil Resiko
Keberanian dan kemampuan mengambil resiko merupakan nilai utama dalam
kewirausahaan. Misalnya, seorang wirausaha yang takut mengambil risiko bisnis akan
menyebabkan wirausahawan tersebut mengalami kesulitan dalam berinisiatif.
Pengambilan resiko ini dilaksanakan setelah melalui pemikiran, analisis, perhitungan,
serta pertimbangan yang matang.
6. Kepemimpinan
Seorang wirausaha yang sukses tidak terlepas dari sikap kepemimpinannya,
kepeloporannya, keteladanannya dalam mengendalikan usaha bisnisnya. Selain hal
tersebut, pemimpin juga harus menjalankan tugasnya secara transparansi dan jujur dengan
tujuan tidak hanya mencari laba saja, tetapi juga meningkatkan kesejahteraan para
karyawannya. Pemimpin harus merasa dekat dengan karyawannya agar karyawannya
menganggap bahwa pemimpinnya adalah mitra kerjanya bukan sebatas sebagai buruh
terhadap majikan. Hal ini membuat karyawan menganggap bahwa perusahaan adalah
bagian dari hidupnya.
7. Berorientasi pada Masa Depan
Seorang wirausahawan harus berwawasan kedepan, mempunyai visi ke depan, dan
mengetahui kemana kegiatan bisnisnya tersebut akan dibawa, apa yang ingin dicapai,
strategi-strategi apa saja yang harus dilakukan agar kegiatan dan kelangsungan hidup
usaha dapat terus terjamin. Jadi, dalam hal ini perusahaan diharapkan dapat berkembang
dan tetap terjamin kelangsungan hidupnya dalam jangka panjang.
8. Kreatif dan Inovatif
Seorang wirausaha harus memiliki sikap kreatif, yaitu kemampuan menciptakan
gagasan dan menemukan cara baru dalam melihat permasalahan dan peluang yang ada.
Selain itu, seorang wirausaha juga harus memiliki sikap inovatif, yaitu kemampuan
mengaplikasikan solusi yang kreatif terhadap permasalahan dan peluang yang ada untuk

17
menjadi lebih memakmurkan dunia usaha. Jadi, kreativitas adalah menciptakan gagasan
baru, sedangkan inovatif adalah melakukan sesuatu yang baru. Sikap inovatif sebagai
karakteristik wirausaha menunjukkan selalu mendekati berbagai masalah dan selalu
berusaha dengan cara-cara yang baru dan lebih bermanfaat. Selain itu, kecenderungan
untuk meniru, tetapi melalui penyempurnaan-penyempurnaan tertentu juga termasuk sikap
inovatif.
9. Kemandirian
Sikap kemandirian yang dimiliki seorang wirausaha menunjukkan bahwa ia selalu
mengembalikan perbuatannya sebagai tanggung jawab pribadi. Keberhasilan dan
kegagalan merupakan konsekuensi pribadi wirausaha. Sikap kemandirian ini juga
menunjukkan bahwa seorang wirausaha cenderung lebih suka bekerja sendiri dan memilih
cara kera sesuai dengan dirinya. Dengan sikap kemandirian ini seorang wirausaha dapat
menerapkan ide-ide barunya dalam meningkatkan produk dan kualitas, perluasan pasar,
promosi, dan sebagainya. Jadi, kemandirian seorang wirausaha tercermin dalam otonomi
melaksanakan kegiatan, pengambilan keputusan, menentukan kebijaksanaan, startegi
perusahaan, dan tidak terikat oleh perintah orang lain.
10. Memiliki Tanggung Jawab
Ide, perilaku, dan implementasi dari aktivitas seorang wirausaha tidak terlepas dari
tuntutan dan tanggung jawab. Oleh karena itu, komitmen sangat diperlukan dalam
pekerjaan sehingga mampu melahirkan tanggung jawab. Perilaku wirausahawan yang
bertanggung jawab memiliki disiplin, patuh komitmen, bersungguh-sungguh, jujur,
konsisten, dan tidak pernah ingkar janji. Kejujuran dan transparansi manajemen dalam
perusahaan akan meningkatkan loyalitas dan motivasi kerja para karyawan.
11. Selalu Mencari Peluang Usaha
Seorang wirausaha biasanya mampu melakukan beberapa pekerjaan dalam satu
waktu. Kemampuan inilah yang membuatnya mampu menangani berbagai persoalan yang
dihadapi oleh perusahaan. Semakin tinggi kemampuan seorang wirausaha dalam
mengerjakan tugas sekaligus, semakin besar pula kemungkinan untuk mengelola
perusahaan menjadi lebih produktif.
Seorang wirausaha juga harus selalu belajar, karena kehidupan ini penuh dengan
berbagai peluang dan kesempatan untuk maju, tumbuh, dan berkembang. Semakin tinggi
kompetensi yang dimiliki, semakin mudah membaca banyak peluang atau kesempatan

18
usaha di berbagai bidang sehingga dapat memanfaatkan peluang usaha tersebut sesuai
dengan kemampuan yang kita miliki.
12. Memiliki Kemampuan Personal
Seorang wirausaha harus belajar terus tentang berbagai pengetahuan, misalnya
dengan membaca buku, mengikuti seminar, dan sebagainya terutama yang berhubungan
dengan bisnis. Dengan demikian wawasan atau kompetensi wirausaha akan meningkat.
Hal ini dapat membantu kelancaran bisnis dan dapat mempermudah membaca peluang
bisnis baru. Seorang wirausaha harus memiliki kompetensi tinggi artinya ia memiliki
pengetahuan yang luas, memiliki keahlian atau keterampilan, dan memiliki perilaku atau
moralitas yang baik.
Pentingnnya Sikap dan Mental Wirausaha adalah dapat mengembangkan dan
merubah pola piker dari pencari kerja menjadi pencipta kerja sehingga dapat menjadi
alternative dalam mengatasi permasalahan di negara-negara miskin, seperti: kemiskinan,
keterbelakangan, ketenagakerjaan atau pengangguran dan pertumbuhan ekonomi rendah.

19
BAB III
KESIMPULAN

A. Kesimpulan
1. Kewirausahaan dari perspektif ekonomi dapat dijelaskan dari peluang usaha dimana
sumber peluang usaha tersebut berasal dari:
a. Perubahan teknologi
b. Perubahan politik dan kebijakan
c. Perubahan social dan demografi
d. Pendidikan
Kewirausahaan dari perspektif sosiologi mengkaji fenomena kewirausahaan pada
umumnya dan kewirausahaan sosial pada khususnya. Pendekatan dalam sosiologi
kewirausahaan berkaitan tentang hal-hal yang menyebabkan seseorang mampu melihat
peluang usaha. Diantaranya:
a. Akses informasi
b. Pengalaman hidup
c. Pekerjaan
d. Variasi dan pengalaman hidup
e. Ikatan sosial
Kewirausahaan dari perspektif psikologi yaitu kepribadian, motivasi, evaluasi diri, sifat
kognitif, peluang, minat, berani mengambil resiko, kreatif dan inovatif, dan
menumpuhkan pola piker kewirausahaan. Factor-faktor yang mempengaruhi
karakteristik wirausaha yaitu:
a. Lingkungan keluarga dan masa kecil
b. Pendidikan
c. Nilai-nilai personal
d. Pengalaman kerja
2. Sikap adalah potensi atau sering juga disebut pendorong yang ada didalam individu
untuk bereaksi. Sedangkan kata mental diartikan sebagai rangkaian sistem abstrak yang
hidup dalam pikiran mengenai apa yang harus dianggap penting dan berharga dalam
hidup. Jadi, antara penggertian sikap dan mental kemungkinan yang akan terjadi pada
diri seseorang adalah mempunyai konsepsi atau perilaku yang dari jiwanya sebagai

20
reaksi atas situasi yang mempengaruhinya. Berikut ini adalah sikap dan mental
wirausaha: percaya diri, berpikir positif, sangggup bergaul, berorientasi pada tugas dan
hasil, berani mengambil resiko, kepemimpinan, berorientasi pada masa depan, kreatif
dan inovatif, kemandirian, memiliki tanggung jawab, selalu mencari peluang usaha,
dan memiliki kemampuan personal. Sikap dan Mental Wirausaha ini penting agar dapat
mengembangkan dan merubah pola piker dari pencari kerja menjadi pencipta kerja
sehingga dapat menjadi alternative dalam mengatasi permasalahan di negara-negara
miskin.
B. Saran
Berdasarkan pemaparan dari makalah ini, penulis berharap bahwa perspektif
kewirausahaan serta sikap dan mental wirausaha dapat dijadikan pedoman bagi
wirausahawan maupun calon wirausahawan baru dalam merintis usahanya sehingga
nantinya dapat memberikan dampak positif pada perekonomian nasional dan dapat
dijadikan literature oleh mahasiswa dalam mengikuti perkuliahan kewirausahaan 1.

21
DAFTAR PUSTAKA
Hisrich, R.D. dkk. 2005. Entrepreneurship.sixth edition. New York:
McGraw-Hill.
Shane, S. 2003. A General Theory of Entrepreneurship.the Individualopportunity
Nexus. USA: Edward Elgar.
Adair, J. 1996. Effective Innovation. How to Stay Ahead of the Competition. London: Pan
Books.
Byrd, J & Brown, P.L. 2003. The Innovation Equation. Building Creativity and Risk
Taking in Your Organization. San Fransisco: Jossey-Bass/Pfeiffer. A Wiley Imprint.
www.pfeiffer.com
http://elisa.ugm.ac.id/chapter_browse.php?Kewirausahaan
http://sseptianludy.blogspot.co.id/2014/10/kewirausahaan-dari-perspektif-ekonomi.html
https://propagandajiwa.wordpress.com/2014/03/21/teori-wirausaha/
http://dokumen.tips/documents/makalah-sikap-dan
mentalwirausaha.htmlhttp://dokumen.tips/documents/makalah-sikap-dan-mental-
wirausaha.html
http://top-studies.blogspot.co.id/2013/11/perlunya-pengembangan-sikap-mental.html

http://mangsawitri09.blogspot.co.id/2016/03/perspektif-kewirausahaan.html

https://www.academia.edu/6358356/PERSPEKTIF_ENTREPRENEURSHIP_INDIVIDU
_DAN_ENTREPRENEURSHIP_PERUSAHAAN

http://alimuliasantoso.blogspot.co.id/2014/08/contoh-makalah-kewirausahaan.html

http://kwhjevon.blogspot.co.id/
KATA LATAR BELAKANG : http://coretanmbon.blogspot.co.id/2011/10/makalah-
kewirausahaan.html

https://cefeindo.wordpress.com/2007/05/02/kewirausahaan-dalam-berbagai-perspektif/

Anda mungkin juga menyukai