Berlian, mendengar kata itu apa yang terlintas di pikiran Anda?

Sebuah benda
yang berkilauan, mahal, dan indah mungkin itulah yang sedang anda pikirkan. Berlian
memang sebuah lambang kemewahan dan kekayaan, tak heran begitu banyak orang
yang mendambakannya dan bekerja keras untuk bisa memilikinya. Bahkan berlian juga
disebut sebagai “Sahabat Wanita” karena setiap wanita pasti menyukainya dan
menginginkannya. Kata berlian (diamond) berasal dari kata Yunani “adamas” yang
berarti tak terkalahkan atau tak dapat dihancurkan. Hal ini mengacu pada kekerasan
berlian yang tertinggi pada kalangan batu permata. Sejak zaman purbakala bahkan
pada saat penamaan berlian itu sendiri, berlian terkenal sebagai material yang paling
keras ke tiga setelah “Aggregated Diamond Nanorods” dan “Ultrahard Fullerite”.

Berlian merupakan kristal transparan yang mengikat empat bagian karbon atom
yang berasal dari bagian terdalam unung berapi yang kemudian terbawa ke permukaan
bumi saat letusan vulkanik. Berlian terbentuk pada bermil-mil bagian dalam permukaan
bumi, yaitu pada kedalaman 150 km (90 mil), pada tekanan kira-kira 5 giga pascal
dengan temperatur sekitarnya 1200 derajat celcius (2200 derajat Fahrenheit). Berlian
bisa menjadi bentuk alami lain sesuai tingginya tekanan, secara relatif pada saat
temperatur rendah, tetapi berlian tidak bisa terbentuk dari bawah laut.

Berlian terbuat dari unsur tunggal yang hampir 100 % karbon. Atom karbon
penyusunnya berikatan dengan cara yang unik yang menghasilkan struktur yang indah
dan langka. Tetapi ternyata atom karbon yang menjadi penyusun berlian ini juga
merupakan penyusun utama bagi benda lain misalnya batubara, kokas atau arang, dan
grafit. Jika batubara, berlian, dan grafit terbuat dari satu unsur yang sama yaitu karbon,
lantas mengapa mereka terlihat sangat berbeda?

Batubara, granit, dan berlian terlihat berbeda meskipun atom penyusunnya

sama yaitu karbon karena susunan atom karbon dalam batubara, berlian, dan granit
berbeda sehingga menghasilkan tampilan yang berbeda.