Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN OBSERVASI

“PENGARUH NEGATIF GADGET TERHADAP PERILAKU SOSIAL DAN


SEMANGAT BELAJAR PADA ANAK”

Identitas Observee :Nama : Ayu Tri Astuti

Jenis kelamin : Perempuan

Usia : 18 tahun

Pekerjaan : Mahasiswi

Tujuan Observasi : Untuk mengetahui pengaruh negatif gadget terhadap perilaku sosial
dan semangat belajar pada anak.

Tempat Observasi : Di RT 03, Dusun Pengkol 2, Desa Jatiayu, Kecamatan Karangmojo,


Kabupaten Gunungkidul, Provinsi DIY.

Waktu Observasi : Tanggal 6-10 Januari 2016

Hasil Observasi :

1. Nama : Sisca Putri Utami


Umur : 15 tahun
Pekerjaan : Pelajar
Observee : Ayu Tri Astuti
Tanggal : 6-8 Januari 2016

Sisca adalah seorang pelajar, saat ini dia duduk di bangku kelas 1 di SMA N 1
Karangmojo. Di umurnya yang masih 15 tahun dia sudah memiliki ketergantungan yang
tinggi terhadap gadget. Saat ini dia memiliki 2 buah smartphone, tetapi hanya satu
smartphone saja yang sering dia gunakan karena di smartphone tersebut terdapat berbagai
macam akun sosial media yang dia miliki mulai dari facebook, BBM, whatsapp, hingga
instagram. Sedangkan smartphone yang satunya kebanyakan hanya dia gunakan untuk
bermain game, sms, ataupun telfon. Dalam sehari banyak sekali waktu yang dia gunakan
untuk menggunakan gadget, bahkan hal pertama yang dia lakukan saat bangun tidur adalah
melihat gadget. Dia selalu membawa gadget kemanapun dia pergi. Saat di sekolah, bermain,
bahkan di rumah pun dia terus mengutak-atik smartphonenya. Dengan adanya smartphone
dan sosial media Sisca juga menjadi pribadi yang konsumtif dia rela menghabiskan uang
sakunya untuk membeli aksesoris smartphone dan kuota internet.

Saat berkumpul dengan teman-teman ataupun saudaranya dia kurang fokus pada
mereka tetapi matanya justru terfokus pada layar gadget yang dia pegang. Hanya sesekali dia
berbicara dengan mereka dan topik pembicaraannya pun tak jauh dari social media. Kadang
dia membahas mengenai display picture salah satu kontak BBM nya yang lucu,
menggosipkan PM terkini kontak-kontak di BBMnya, ataupun membahas mengenai
postingannya di instagram. Saat di rumah Sisca juga lebih senang untuk bermain gadgetnya
ketimbang berkumpul dan berbincang-bincang dengan anggota keluarganya yang lain. Dia
lebih sering berada di kamar sambil bermain gadget dan sesekali mengisi baterai gadgetnya
tersebut. Dia lebih peduli dengan akun- akun media sosial yang dia miliki, dia sibuk dengan
menggonta-ganti DP BBM dan memposting foto-foto baru di akun instagram miliknya. Dia
juga banyak pergi ke tempat- tempat tertentu hanya untuk mendapatkan foto untuk diupload
ke akun instagramnya. Karena ketergantungannya kepada gadget tersebut, waktu belajarnya
pun menjadi berkurang dan semangat belajarnya pun menjadi menurun sehingga dia sering
begadang untuk megerjakan tugas yang sudah dikejar deadline dan saat ulanganpun dia
menggunakan sistem kebut semalam.

2. Nama : Oki Yuwanda Putra


Umur : 8 tahun
Pekerjaan : Pelajar
Observee : Ayu Tri Astuti
Tanggal : 9-10 Januari 2016

Oki Yuwanda Putra adalah seorang siswa kelas 4 di SD N Candi II. Di umurnya yang
masih sangat belia ini dia sudah mengenal dan memiliki berbagai macam gadget, mulai dari
PSP, Playstation, bahkan smartphone. Dia sangat suka bermain game sehingga dia
mengoleksi berbagai macam gadget untuk bermain game sehingga dia berkembang menjadi
pribadi yang konsumtif.. Dia adalah anak pertama dan bisa dibilang ‘cukup’ manja, barang
apa yang ia minta harus ia dapatkan dan tak jarang dia membelinya dengan uang hasil
tabungannya. Smartphone yang ia miliki pun kebanyakan hanya dia gunakan untuk bermain
game. Bahkan dia sering pergi ke tempat- tempat yang terdapat jaringan wifi gratis untuk
mendownload game-game baru. Di umur yang sekecil itu dia bahkan sudah memiliki akun
sosial media seperti facebook dan BBM. Untungnya untuk urusan sosial media tersebut masih
bisa terkendali dan tidak kecanduan seperti ketergantungannya pada game. Akun facebook
yag ia miliki jarang dibuka dan untuk akun BBM hanya terdapat beberapa kontak saja tidak
sampai 10 kontak.
Kecanduannya pada game ini membuatnya jarang bermain di luar rumah dan hanya
menghabiskan waktu untuk bermain game di dalam rumah. Dia kurang bersosialisasi dengan
teman- teman seumurannya, dia hanya sesekali bermain dengan teman-teman sebayanya
yaitu pada saat mereka bersepeda bersama. Dengan ketergantungannya pada gadget tersebut
dia juga kurang mengenal permainan tradisional, padahal dengan bermain permainan
tradisional ada banya nilai-nilai yang bisa dia ambil mulai dari nilai kejujuran, kerjasama,
gotong royong, hingga kreatifitas. Saat pulang sekolah hal yang paling dia suka adalah
bermain game, dia jadi lupa akan PR yang diberikan oleh gurunya. Dia hanya akan
mengerjakan PR apabila orangtuanya yang mengingatkannya dan menyuruhnya
mengerjakan. Sehingga dapat disimpulkan seperti observasi sebelumnya bahwa gadget dapat
menurunkan semangat belajar pada anak.

Pembahasan :
Manusia yang hidup di jaman sekarang ini berada pada masa yang serba canggih,
banyak informasi dari belahan dunia manapun bisa di akses dengan mudah hanya dengan alat
atau barang elektronik yang mempunyai fungsi khusus. Sangat menguntungkan memang bisa
melakukan aktivitas seperti browsing-browsing atau berselancar di dunia maya hanya dengan
sebuah perangkat canggih yang bisa dengan mudah kita operasikan. Saat ini telah kita
rasakan arus globalisasi yang tidak terkendali. Budaya barat telah menggeser posisi segala
bidang atau aspek kehidupan di Negara kita. Sejauh ini, teknologi telah meluas hingga ke
berbagai macam kalangan. Tidak hanya digunakan oleh kalangan atas saja, tetapi merambah
ke kalangan bawah. Pengaruh besar terhadap teknologi terjadi pada perkembangan anak.
Pada masa kini, sudah banyak anak-anak yang menjadikan gadget sebagai dunia kedua pada
dirinya. Banyak dari mereka yang menjadi konsumen gadget berteknologi tinggi. Bahkan
mengalahkan para orangtuanya yang terdahulu mengenali teknologi. Pengaruh gadget bagi
perkembangan anak sangat signifikan.
Laporan observasi ini ingin mengungkapkan agar para orangtua mengawasi anak –
anak mereka dalam menghadapi perkembangan teknologi gadget. Berhati-hati dan bersikap
profesional dalam menghadapi perkembangan teknologi gadget yang semakin canggih.
Banyak anak masa kini yang salah fungsi dalam menggunakan gadget yang hari demi hari
dapat membuat setiap orang yang melihatnya menjadi tertarik. Didesain dengan semaksimal
mungkin sehingga manusia tidak bosan untuk menggunakannya, tetapi kesalahannya mereka
tidak tahu akan fungsi gadget yang sebenarnya. Selain itu, diharapkan juga kepada para anak
untuk was-was terhadap perkembangan teknologi gadget yang semakin canggih ini. Karena
pada dasarnya, penggunaan gadget pintar, bukan dari seberapa mahal harga dari gadget
tersebut. Tetapi seberapa pintar para anak masa kini sebagai pengguna gadget berteknologi
tinggi. Selain itu kita dapat mengetahui ilmu perkembangan zaman. Karena banyak remaja
masa kini yang sudah menjalani tetapi tidak mengerti akan fungsi dan tujuan dari sebuah
gadget yang sebenarnya.

Gadget dalam pengertian umum dianggap sebagai suatu perangkat elektronik yang
memiliki fungsi khusus pada setiap perangkatnya. Contohnya : komputer, handphone, dan
lainnya. Gadget pada masa kini tidak hanya digunakan oleh kalangan orang dewasa. Tetapi
juga digunakan oleh kalangan remaja bahkan anak. Banyak terlihat di lingkungan kita
beberapa anak yang sudah dapat menggunakan gadget, seperti handphone smartphone
maupun laptop. Dalam kehidupan sehari-hari tentunya kita melihat bermacam-macam
jenis gadget yang hampir digunakan oleh semua orang. Gadget sangat berperan penting bagi
kehidupan manusia guna untuk berkomunikasi, memperbanyak relasi, menambah wawasan
dan pengetahuan, pendidikan, bisnis. Namun disisi lain terjadi hal yang berlawanan
disebabkan oleh faktor keteledoran pemakainya atau kekurang tepatan dalam memanfaatkan
fungsi yang sebenarnya sehingga gadget akan memiliki pengaruh negatif terhadap
pemakainya.

Dari hasil observasi dapat diketahui bahwa terdapat banyak pengaruh negatif
penggunaan gadget pada anak terhadap perilaku sosial dan semangat belajar mereka. Dampak
negatif dan jangka panjang yang terlihat berdasarkan hasil observasi antara lain :
1. Cenderung autis atau asyik dengan gadgetnya sendiri sehingga tidak memperhatikan
hal-hal yang ada disekitarnya.
2. Cenderung tidak bisa mengkontrol diri sendiri akibat sosialisasi yang terjadi secara
tidak langgsung.
3. Lebih banyak konflik yang terjadi dan tidak ada upaya untuk menyelesaikan masalah.
4. Cenderung cepat bosan ketika ada orang yang menasihati.
5. Lunturnya adat atau kebiasaan yang berlaku di daerah tersebut karena
kesibukan menggunakan gadget misalnya kurangnya anak mengenal permainan
tradisional.
6. Kemajuan teknologi dan penggunaan gadget juga berpotensi mendorong anak untuk
menjalin relasi secara dangkal.
7. Mengakibatkan penurunan konsentrasi pada anak baik saat belajar maupun saat
bersosialisasi dengan orang-orang di sekitarnya.
8. Mengurangi kemampuan menganalisa permasalahan anak.
9. Gadget dapat menurunkan semangat belajar pada anak.
10. Membuat anak menjadi malas menulis dan membaca.
11. Mendorong seorang anak untuk menjadi pribadi yang konsumtif.

Peran yang bisa dilakukan orangtua demi mencegah dan menanggulangi dampak
negatif dari perkembangan teknologi dan gadget antara lain :

1. Nilai-nilai Ketuhanan

Memberikan nilai-nilai ketuhanan bukan berarti mendoktrin anak-anak untuk menjadi


pribadi yang fanatik dalam agama tertentu. Melainkan berikan pengertian sederhana bahwa
kita hidup ada yang mengawasi. Tidak sendiri, dan bebas semau kita. Segala apa yang kiata
lakukan yang kita ucapkan yang kita refleksikan sekecil apapun itu akan dimintai
pertanggung jawaban. Dengan demikian, ketika mengakrabi teknologi dan segala tetek-
bengeknya, anakpun akan berpikir dua kali jika ia hendak melakukan perilaku atau tindakan
yang menyimpang dan membahayakan.Mengembangkan nilai-nilai ketuhanan pada anak
dapat membantu orang tua untuk mempersiapkan perspektif agamis anak dalam memandang
kehidupan dalam memilah-milah pergaulan dan pemanfaatan teknologi.

2. Pendidikan karakter

Apa itu pendidikan karakter? Menurut David Elkind & Freddy Sweet Ph.D. (2004),
pendidikan karakter dimaknai sebagai berikut: “character education is the deliberate effort to
help people understand, care about, and act upon core ethical values. When we think about
the kind of character we want for our children, it is clear that we want them to be able to
judge what is right, care deeply about what is right, and then do what they believe to be right,
even in the face of pressure from without and temptation from within”.
Dalam hal ini jelas apa yang diungkapkan oleh David dan Freddy bahwa kita sebagai
orang tua hendaknya melibatkan diri, memahami dan memberi perhatian penuh mendukung
anak untuk bertindak dan berlaku berdasarkan nilai-nilai etika yang terkontrol dan
bertanggung jawab. Mengarahkan mereka untuk bisa menilai mana yang benar , dan mampu
konsisten dengan kebenaran itu sendiri walau banayak godaan dan terpaan dari budaya lokal
yang terkontaminasi maupun budaya asing.

Pendidikan karakter menjadi hal yang paling mendasar dalam mendidik anak. Kontrol
orang tua terhadap anak sangat penting dalam pembentukan karakter anak ke arah positif.
Orang tua dalam hal ini harus memberi contoh yang baik dan nyata untuk anak. Saya masih
ingat ketika kecil dulu, orang tua selalu wanti wanti untuk melarang kami anaka-anaknya
melihat tontonan televisi yang hanya layak dikomsumsi orang dewasa. Dan mereka memang
tidak sekedar melarang saja, karena sepanjang saya menapaki usia hingga beranjak dewasa
pun, belum pernah sekalipun saya mendapati mereka menonton acara televisi yang banyak
mendatangkan mudlorotnya ketimbang manfaatnya. Hatta, sampai sekarang saya sangat
alergi terhadap tontonan TV macam sinetron, gosip murahan ataupun sekedar lawakan tak
bermutu.

3. Rules : do’s and don’t’s

DO’S (Yang harus dilakukan)

a. Memberikan gambaran positif dan negatif tentang dampak teknologi pada


anak. Dalam sesi ini orang tua hendaknya memperhatikan daily mood anak kita. Ini penting
karena ada kalanya ketika kita hendak membicarakan sesuatu atau sekedar memberi
pengertian atau saran tapi anak-anak cenderung merasa tak nyaman dan dihakimi. Tapi ketika
kita paham kapan waktu yang tepat di situlah kita biasanya mengambil kesempatan untuk
berbicara.

b. Jika memungkinkan, sediakan akses internet di rumah yang tentunya bisa


digunakan bersama. Ketika anak mengakses internet dirumah maka kita lebih mudah
mengawasinya. Buatlah suasana keluarga senyaman mungkin. Jadikan rumah
sebagai space yang membetahkan mereka untuk beristirahat dari aktivitas dan kegiatan
seharian mereka. Home sweet home istilah lumrahnyamah ya. Sehingga mereka tidak mencari
pelarian diluar rumah dan lebih betah di warnet atau tempat PS. Miris sekali ketika ada siswa
SD yang keranjingan game hingga menginap di warnet yang memang bisa di akses 24 jam.
c. Jadwalkan kegiatan anak dalam menggunakan internet dengan memberi batasan
tertentu sehingga mereka tidak tenggelam berjibaku seharian di depangadget-nya. Dengan
begitu aktivitas dunia maya dan nyatanya seimbang dan pembentukan karakter mereka
sebagai individu sosial tetap dapat terealisasi.

DON’T’S (Jangan dilakukan)

a. Jangan pernah menggurui anak ataupun turut campur dengan aktifitas


berselancarnya di dunia maya ataupun dalam penggunaan teknologi. Posisikan kita sebagai
temannya ketimbang sebagai orang dewasa yang sok bijak dan sok tau dimatanya. Dengan
begitu, anak akan merasa nyaman dan terbuka ketika dia menghadapi masalah maka tak
sungkan-sungkan dia akan memposisikan kita sebagai teman berbagi bukannya untuk
dihindari dan ditakuti.

b. Jangan menggunakan nada tinggi ketika mendapati mereka sudah terlanjur


kecanduan teknologi, jika bisa diusahakan untuk menggunakan nada netral. Jangan pernah
merepet panjang lebar. Kita sendiri tidak suka jika harus mendengarkan hal serupa, bukan?
Anak cenderung lebih menurut pada tegoran yang singkat padat dan jelas daripada yang terus
di ulang-ulang dan menyudutkan mereka hingga merasa menjadi anak yang paling durhaka.

c. Jangan sekali-sekali memberi contoh negatif tentang pemanfaatan teknologi pada


anak. Ketika sedang menghabiskan waktu bersama misalnya, usahakan
penggunaan gadget diminimalisir dengan tetap mengedepankan kehangatan dan komunikasi
verbal secara harmonis. Bukannya masing-masing anggota keluarga sibuk sendiri dengan
piranti gadget-nya.

Penutup :
Perkembangan teknologi yang sangat pesat pada saat ini telah menciptakan berbagai
macam gadget. Gadget memiliki dampak positif dan negatif tergantung pada pemakaiannya.
Gadget memiliki beberapa pengaruh negatif terhadap perilaku sosial dan semangat belajar
pada anak sehingga diperlukan peran orangtua untuk menanggulangi dampak negatif dari
gadget.
LAPORAN OBSERVASI

“PENGARUH NEGATIF GADGET TERHADAP PERILAKU SOSIAL


DAN SEMANGAT BELAJAR PADA ANAK”

Disusun Oleh :

Nama : Ayu Tri Astuti

NIM : 15302241027

Jurusan Pendidikan Fisika

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Negeri Yogyakarta

Yogyakarta

2015

Anda mungkin juga menyukai