Email : rinikd@yahoo.co.id
Abstrak. Daerah Poncokusumo Tumpang Kabupaten Malang, merupakan salah satu potensi besar penghasil apel
selain Kota Batu. Dengan adanya curah hujan yang tinggi dan perubahan musim yang tidak menentu menjadikan
apel yang dihasilkan tidak sesuai dengan kualitas yang diinginkan.. Peneliti mencoba menngunakan apel afkir ini
untuk diproses menjadi sumber energi alternatif bahan bakar terbarukan dengan proses Reaksi Simultan
Sakarifikasi dan Fermentasi (SSF) yang selanjutnya dilakukan proses destilasi. Waktu dalam Proses Fermentasi
yang dilaksanakan selama 7 hari dengan kondisi temperatur 30 oC dan pH 4-4.5 sedangkan temperatur destilasi
yang digunakan mulai dari 50, 60, 70, 80 oC. Analisa yang dilakukan adalah analisa etanol dengan menggunakan
Gas Kromatografi. Dari hasil didapatkan konsentrasi etanol tertinggi adalah sebanyak 30.066 % dengan
temperatur 80 oC.
Abstract. Tumpang region is one of great potential producer apples another Batu city. High rainfall and seasonal
changes that make the apples produced does not match the expected quality. Researches used salvage for
processing apples into alternative energy renewable fuels with Sacarification Simultan of Reaction process and
Fermentation, distillation process is the performed. Fermentation process carried out for 7 days with temperature
30 oC and pH 4-4.5, while the distillation temperature used ranging from 50, 60, 70 and 80 oC. Analysis was
performed using analysis of ethanol by Gas Cromatography. Result obtained the highest ethanol concentration was
30.066% with temperature 80 oC.
B - 211
Prosiding Seminar Nasional Kimia, ISBN : 978-602-0951-00-3
Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 20 September 2014
B - 212
Prosiding Seminar Nasional Kimia, ISBN : 978-602-0951-00-3
Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 20 September 2014
B - 213
Prosiding Seminar Nasional Kimia, ISBN : 978-602-0951-00-3
Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 20 September 2014
B - 214
Prosiding Seminar Nasional Kimia, ISBN : 978-602-0951-00-3
Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 20 September 2014
apel adalah sekitar 38,69%. Selanjutnya lambat sekali prosesnya apabila tanpa
proses kami lanjutkan ke proses hidrolisa perlakuan apapun. Sehingga untuk
dengan menggunakan asam HCl. mempercepat terjadinya reaksi selain
Tabel 1.Data Hasil Glukosa Dari Proses Hidrolisa pengaruh jumlah pelarut yang ditambahkan
Konsentrasi
Sampel Perbandingan
asam
Kadar glukosa seperti yang sudah dijelaskan diatas maka
1% 80,256
3% 85,099 adanya penambahan katalisator juga
1 1:9 5% 86,386
7% 87,212 merupakan faktor yang mempengaruhi
9% 87,212
1% 86,212 proses hidrolisa. Katalisator yang kami
3% 80,256
2 1:10 5% 82,445 gunakan pada penelitian ini adalah berupa
7% 84,512
9% 82,445 larutan asam HCl, HCl merupakan asam
1% 77,792
3% 87,212
3 1:12 5% 86,386
yang bersifat paling kuat sehingga lebih
7% 88,228
9% 89,845 mudah terionisasi dalam H2O selain itu HCl
juga mempunyai sifat elektronegatifannya
Dari hasil penelitian yang kami lebih besar, sehingga lebih memudahkan
lakukan, dapat diketahui bahwa dengan terlepasnya ion hidrogen. Karena mudah
semakin banyak jumlah pelarut air (rasio tidak terlepasnya H+ dipengaruhi oleh sifat
perbandingan bahan dan air) yang keelektronegatifan suatu bahan. Dilihat dari
digunakan dalam proses hidrolisa (proses konsentrasi asam yang dipergunakan, maka
dimana terjadi penguraian karbohidrat dari hasil penelitian terlihat semakin tinggi
menjadi maltose dan glukosa) maka jumlah konsentrasi asam yang ditambahkan
glukosa yang dihasilkan semakin tinggi. Hal semakin tinggi pula glukosa yang
ini dikarenakan dengan jumlah pelarut air dihasilkan, hal ini dikarenakan dengan
yang semakin banyak akan menjadikan konsentrasi asam yang semakin tinggi akan
proses ekstraksi karbohidrat yang mempercepat terjadinya reaksi, sehingga
terkandung dalam buah apel afkir semakin menyebabkan konversi karbohidrat menjadi
cepat. Karbohidrat tersebut apabila glukosa semakin baik. Selain itu dengan
dilakukan proses hidrolisa akan terurai bertambahnya konsentrasi asam sebagai
menghasilkan glukosa. katalis akan menyebabkan tumbukan antara
Proses penguraian karbohidrat dalam molekul-molekul air dan molekul pati
buah apel afkir dapat dihidrolisa membentuk semakin cepat dan banyak sehingga
glukosa, dimana proses tersebut dapat sangat
B - 215
Prosiding Seminar Nasional Kimia, ISBN : 978-602-0951-00-3
Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 20 September 2014
mengakibatkan energy aktivasi reaksi turun produk ethanol. Di dalam proses fermentasi
sehingga laju reaksinya semakin cepat. ethanol selain jenis mikroorganisme juga
dipengaruhi oleh suhu, pH, waktu reaksi,
Tabel. 2. Data Pengamatan Kadar Etanol nutrisi yang ada dalam bahan. Pada
Hasil Fermentasi penelitian ini kondisi proses fermentasi
Rasio HCl 1% 3% 5% 7% 9%
dijaga pada suhu 30 oC dan pH 4,5 dengan
Bahan :Air
Jam Kadar Ethanol (%) kondisi anaerobik
24 1,102 1,624 3,450 2,340 2,340
48 1,825 2,246 4,567 4,125 4,125
Jumlah beaker yeast yang ditambahkan
1:9 72 2,123 3,562 5,215 5,606 5,606
dalam penelitian ini adalah 4,5 gram.
120 2,561 3,684 5,653 7,237 7,237
148 3,455 4,565 7,235 8,656 8,656 Dikarenakan apabila jumlah beaker yeast
24 2,240 1,102 1,143 2,300 1,143
48 4,100 1,825 2,105 4,123 2,105
yang ditambahkan terlalu sedikit, maka
1:10 72 5,622 2,123 3,566 5,602 3,566 hanya sedikit glukosa yang dapat dirubah
120 7,453 2,561 4,218 7,384 4,218
148 8,623 3,455 4,402 8,202 4,402 menjadi ethanol atau bisa juga substrat yang
24 1,250 2,240 2,340 3,800 3,854
ada masih banyak sehingga produk
48 1,886 4,100 4,125 5,202 5,503
1:12 72 1,886 5,622 5,606 7,804 8,022 ethanolnya kecil. Begitu juga apabila jumlah
120 2,105 7,453 7,237 9,125 10,502
148 2,456 8,623 8,656 10,480 11,602 beaker yeast yang ditambahkan terlalu
banyak tidak akan dihasilkan ethanol yang
Berdasarkan hasil penelitian terlihat bahwa tinggi, karena akan menghambat perubahan
semakin besar jumlah glukosa yang glukosa menjadi ethanol. Sehingga jumlah
dihasilkan didapatkan kadar ethanol yang beaker yeast yang ditambahkan pada
besar pula. Sehingga bisa dikatakan penelitian sudah cukup yaitu apabila
konsentrasi asam meruapakan salah satu mikroorganisme yang ditambahkan tidak
faktor yang mempengaruhi perubahan melebihi dari jumlah substrat yang ada maka
karbohidrat menjadi glukosa yang diproses hasil fermentasi akan terus meningkat
lebih lanjut menjadi ethanol. Dilihat dari hingga pada suatu titik optimum (jumlah
waktu fermentasi maka semakin lama mikroorganisme sama dengan substrat),
semakin besar ethanol yang dihasilkan, hal karena kemudian hasil fermentasi akan turun
ini dikarenakan mikroorganisme atau beaker setelah terjadi fase stasioner atau konstan
yeast yang ditambahkan berkembang biak yang kemudian fase kematian, hal ini sesuai
dengan baik dan mampu merombak glukosa dengan kurva pertumbuhan mikrrorganisme.
yang ada dalam sampel menghasilkan
B - 216
Prosiding Seminar Nasional Kimia, ISBN : 978-602-0951-00-3
Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 20 September 2014
B - 217
Prosiding Seminar Nasional Kimia, ISBN : 978-602-0951-00-3
Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 20 September 2014
B - 218