DESKRIPSI PROSES
Pada dasarnya ada tiga proses untuk memproduksi monosodium glutamat, yaitu :
1. Proses Hidrolisis
2. Proses Sintesis
3. Proses Fermentasi
Uraian masing-masing reaksi diatas adalah sebagai berikut :
1. Proses Hidrolisis
Proses hidrolisis yaitu proses hidrolisis protein dengan asam sulfat, yang diperoleh dari
kacang-kacangan, jagung atau padi-padian. Bahan baku biji jagung yang sudah digiling
ϑSO2 untuk dijadikan larutan gluten yang mengandung 70% protein. Selanjutnya
dilakukan pemisahan antara filtrat (gluten) dengan ampas jagung (pati, serat, abu, dan
minyak) menggunakan filter press. Kemudian gluten tersebut dihirolisis pada suhu
110°C dan tekanan 1 atm dengan penambahan H2SO4, sehingga terurai menjadi asam
amino.
Reaksi hidrolisis :
C5H7NO3(ϑ) + H2O(ϑ) C5H9NO4(ϑ)
2. Reaksi Fridel-Crafts
3. Proses fermentasi
Secara umum tahapan pembuatan MSG dengan menggunakan proses fermentasi adalah
sebagai berikut:
- Seeding
Tangki seeding ini mirip tangki fermentor tapi lebih kecil volumenya. Di tangki ini
bakteri tersebut dibiarkan berkembangbiak dengan baik, dilengkapi dengan
penganduk, alat pendingin, pemasukan udara dan lain-lain.
- Fermentasi
Setelah dari tangki seeding, bakteri tersebut dipindahkan ke tangki fermentor. Di
tangki ini mulailah proses fermentasi yang sebenarnya berjalan. Pengawasan proses
merupakan pekerjaan yang sangat penting. Pengaturan pH dengan pemberian NH3,
pemberian udara, jumlah gula, jumlah bakteri harus selalu diamati.
- Pengambilan asam glutamat
Setelah fermentasi selesai ± 30-40 jam cairan hasil fermentasi yaitu TB (Thin
Broth) dipekatkan untuk mengurangi kadar airnya kemudian ditambahkan HCl
10
B. Pemilihan Proses
Disamping membandingkan kondisi operasi, faktor ekonomi juga turut berperan, hal ini
dapat dilihat pada perbandingan ekonomi kasar dan energi bebas gibbs pada tiap reaksi.
11
Mol 25 25 -
Reaksi 20 20 20
Sisa 5 5 20
Berdasarkan hal diatas maka proses pembuatan monosodium glutamat yang dipilih
adalah metode fermentasi dengan alasan:
1. Ketersediaan bahan baku molasses yang melimpah di Indonesia, sehingga menjaga
kelangsungan berdirinya pabrik monosodium glutamat.
2. Proses fermentasi tidak memerlukan tekanan operasi yang tinggi seperti suhu 30oC
sehingga biaya produksi lebih bisa ditekan dan yield yang dihasilkan lebih tinggi.
3. Dari perhitungan ekonomi kasar proses fermentasi jauh lebih menguntungkan
dibandingkan proses hidrolisis
4. Dari energi bebas gibbs dapat diketahui reaksi fermentari lebih spontan, dengan
kata lain tidak memerlukan energy yang besar agar dapat bereaksi.
Berdasarkan tabel diatas maka dapat disimpulkan bahwa bakteri yang dipilih ialah
Microccocus glutamicus karena memiliki waktu fermentasi yang relative cepat dan
memiliki yield yang cukup tinggi yaitu 86 %.
Secara garis besar proses produksi MSG melalui tahap-tahap persiapan bahan baku dan
bahan pembantu, fermentasi, kristalisasi, dan netralisasi serta pengeringan dan
pengayakan.
Dalam pembuatan MSG digunakan bahan baku berupa tetes tebu sebagai sumber
karbohidrat. Tetes tebu diolah terlebih dahulu untuk menghilangkan kandungan Ca
dengan menambahkan H2SO4. Setelah itu tetes disterilisasi dengan menggunakan uap
panas bersuhu maksimum 120oC selama 10 hingga 20 menit dan siap di fermetasi dalam
tabung yang juga disterilisasi (Said, 1991).
Selain bahan baku utama juga terdapat bahan pembantu dalam pembuatan MSG. Bahan
pembantu tersebut adalah amina (NH2), asam sulfat (H2SO4), HCl, NaOH, karbon aktif,
“beet molasses” dan “raw sugar” (Susanto dan Sucipto, 1994).
17
2. Fermentasi
Fermentasi adalah suatu reaksi oksidasi reduksi di dalam sistem biologi yang
menghasilkan energi. Fermentasi menggunakan senyawa organik yang biasanya
digunakan adalah karbohidrat dalam bentuk glukosa. Senyawa tersebut akan diubah oleh
reaksi reduksi dengan katalis enzim menjadi bentuk lain (Winarno, 1990).
Hasil dari fermentasi adalah asam glutamat dalam bentuk cair yang masih tercampur
dengan sisa fermentasi.
6,6-7,0 yang kemudian berubah menjadi MSG. Pada keadaan asam glutamat akan
bereaksi dengan Na dan membentuk larutan MSG. Larutan ini mempunyai derajat
kekentalan 26 -280Be. Pada suhu 300C dengan konsentrasi MSG sebesar 55
gram/larutan (Winarno, 1990).
Penambahan arang aktif sebanyak % (w/v) digunakan untuk menjernihkan cairan MSG
yang berwarna kuning jernih dan juga menyerap kotoran lainnya, kemudian didiamkan
selama satu jam lebih untuk menyempurnakan proses penyerapan warna serta bahan
asing lainnya yang berlangsung dalam keadaan netral. Cairan yang berisi arang aktif dan
MSG kemudian disaring dengan menggunakan “vacuum filter” yang kemudian
menghasilkan filter serta “cake” berisi arang aktif dan bahan lainnya. Bila kekeruhan
dan warna filter tersebut telah sesuai dengan yang diinginkan maka cairan ini dapat
dikristalkan (Said, 1991).
Larutan MSG yang telah memiliki kekentalan 260Be diuapkan pada kondisi vakum
bertekanan 64 cmHg atau setara dengan titik didih 69 gram MSG pelarutan. Pemberian
umpan akan menyebabkan terbentuknya MSG karena larutan dalam keadaan jenuh.
Umpan yang diberikan sekitar 2% lalu inti kristal yang terbentuk secara perlahan-lahan
akan diikuti dengan pemekatan larutan sehingga menghasilkan kristal yang lebih besar.
Proses kristalisasi berlangsung selama 14 jam (Said, 1991).
Kristal MSG yang dihasilkan dari proses kristalisasi dipisahkan dengan metode
sentrifugasi dari cairannya. Filtrat hasil penyaringan dikembalikan pada proses
pemurnian dan kristal MSG yang dihasilkan setelah disaring kemudian dikeringkan
dengan udara panas dalam lorong pengeringan, setelah itu diayak dengan ayakan
bertingkat sehingga diperoleh 3 ukuran yaitu LLC (“Long Large Crystal”), LC (“Long
Crystal”), dan RC (“Regular Crystal”), sedangkan FC (“Fine Crystal”) yang merupakan
kristal kecil dikembalikan ke dalam proses sebagai umpan. Hasil MSG yang telah
diayak dalam bentuk kering kemudian dikemas dan disimpan sementara dalam gudang
sebelum digunakan untuk tujuan lainnya (Said, 1991).
19