PENDAHULUAN
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
b. Fisiologi Lensa
Lensa berisi 65% air, 35% protein dan mineral penting. Lensa yang normal
adalah struktur posterior iris yang jernih, transparan, berbentuk seperti kancing
baju, mempunyai kekuatan refraksi yang besar. Lensa mengandung tiga
komponen anatomis. Pada zona sentral terdapat nukleus, di perifer ada korteks,
dan yang mengelilingi keduanya adalah kapsula anterior dan posterior. Dengan
bertambahnya usia, nukleus mengalami perubahan warna menjadi coklat
kekuningan . Di sekitar opasitas terdapat densitas seperti duri di anterior dan
poterior nukleus. Opasitas pada kapsul posterior merupakan bentuk katarak yang
paling bermakna seperti kristal salju.4
Katarak bisa terjaadi bilateral, dapat disebabkan oleh kejadian trauma atau
sistemis (diabetes) tetapi paling sering karena adanya proses penuaan yang
normal. Faktor yang paling sering berperan dalam terjadinya katarak meliputi
radiasi sinar UV, obat-obatan, alkohol, merokok, dan asupan vitamin antioksidan
yang kurang dalam jangka waktu yang lama.9
5
Fungsi utama lensa adalah memfokuskan berkas cahaya ke retina. Untuk
memfokuskan cahaya yang datang dari jauh, otot-otot siliaris relaksasi,
menegangkan serat zonula dan memperkecil diameter anteroposterior lensa
sampai ukurannya yang terkecil, daya refraksi lensa diperkecil sehingga berkas
cahaya paralel atau terfokus ke retina. Untuk memfokuskan cahaya dari benda
dekat, otot siliaris berkontraksi sehingga tegangan zonula berkurang.Kapsul lensa
yang elastik kemudian mempengaruhi lensa menjadi lebih sferis diiringi oleh
peningkatan daya biasnya. ³
Kerjasama fisiologik tersebut antara korpus siliaris, zonula, dan lensa
untuk memfokuskan benda dekat ke retina dikenal sebagai akomodasi. Seiring
dengan pertambahan usia, kemampuan refraksi lensa perlahan-lahan berkurang.
Selain itu juga terdapat fungsi refraksi, yang mana sebagai bagian optik bola mata
untuk memfokuskan sinar ke bintik kuning, lensa menyumbang +18.0- Dioptri. ³
6
dan melepaskan diri dari ektoderm permukaan membentuk vesikel lensa dan
bebas terletak di dalam batas-batas dari optic cup. Segera setelah vesikel lensa
terlepas dari ektoderm permukaan, maka sel-sel bagian posterior memanjang dan
menutupi bagian yang kososng. Pada stadium ini, kapsul hialin dikeluarkan oleh
sel-sel lensa. Serat-serat sekunder memanjangkan diri, dari daerah ekuator dan
tumbuh ke depan di bawah epitel subkapsuler, yang hanya selapis dan ke belakang
di bawah kapsula lentis. Serat-serat ini saling bertemu dan membentuk sutura
lentis, yang berbentuk huruf Y yang tegak di anterior dan Y yang terbalik di
posterior. Pembentukan lensa selesai pada usia 7 bulan penghidupan foetal. Inilah
yang membentuk substansi lensa, yang terdiri dari korteks dan nukleus.
Pertumbuhan dan proliferasi dari serat-serat sekunder berlangsung terus selama
hidup tetapi lebih lambat, karenanya lensa menjadi bertambah besar lambat-
lambat. Kemudian terjadi kompresi dari serat-serat tersebut dengan disusul oleh
proses sklerosis. 4
8
1. Katarak nuklear, insidennya 30 % dari keseluruhan kasus katarak senilis
9
Gambar Katarak subkapsular posterior yang disebabkan oleh
pemakaian prednison
Katarak senelis
10
2.4.2 Epidemiologi
Katarak senilis terjadi pada usia lanjut, yaitu usia di atas 50 tahun.
Insidensi katarak di dunia mencapai 5-10 juta kasus baru tiap tahunnya. Di Afrika
katarak senile merupakan penyebab utama kebutaan. Katarak senilis sangat sering
ditemukan pada manusia, bahkan dapat dikatakan sebagai suatu hal yang dapat
dipastikan timbulnya dengan bertambahnya usia penderita. Horlacher
mendapatkan bahwa 65% dari seluruh individu antara usia 51-60 tahun menderita
katarak, sedangkan Barth menemukan bahwa 96% dari individu di atas usia 60
tahun mempunyai kekeruhan lensa yang dapat terlihat jelas pada pemeriksaan
slitlamp. Di negara berkembang katarak merupakan 50-70% dari seluruh
penyebab kebutaan, selain kasusnya banyak dan munculnya lebih awal. Di
Indonesia tahun 1991 didapatkan prevalensi kebutaan 1,2% dengan kebutaan
katarak sebesar 0,67%, dan tahun 1996 angka kebutaan meningkat 1,47%.4,5
2.4.3 Etiologi dan Patofisiologi
Sejalan dengan usia, lensa bertambah berat, padat dan daya akomodasinya
menurun. Dengan terbentuknya lapisan baru dari serat kortikal nucleus lensa
menjadi terkompresi dan memadat (nuclear sklerosis). Modifikasi kimia dan
proteolisis dari kristalin(protein lensa) menghasilkan formasi agregat protein berat
molekul besar. Agregat ini cukup besar untuk menyebabkan terjadinya fluktuasi
mendadak dalam indeks refraktif lokal lensa sehingga menghamburkan cahaya
dan menurunkan transparansi.6
Modifikasi kimia dari protein nuclear lensa juga meningkatkan
pigmentasi, seperti lensa menjadi kuning atau kecoklatan sejalan dengan
pertambahan usia. Hubungan dengan usia lainnya adalah menurunnya konsentrasi
dari glutation dan kalium dan meningkatnya konsentrasi natrium dan kalsium
dalam sitoplasma sel lensa. Penyebab paling sering gangguan penglihatan pada
orang tua adalah katarak senilis, patogenesisnya multifaktorial dan belum
sepenuhnya dimengerti.6
Faktor resiko terjadinya katarak senilis adalah :
11
1. Herediter
Herediter memiliki peran yang perlu dipertimbangkan, usia mulai timbulnya
katarak berbeda pada keluarga yang berbeda.
2. Paparan Ultraviolet
Berdasarkan studi epidemiologi, paparan sinar UV yang berlebihan dapat
menyebabkan timbulnya katarak pada usia yang lebih awal dan maturasi yang
lebih cepat pada katarak senilis.
3. Faktor diet
Defisiensi zat makanan berupa protein tertentu, asam amino, vitamin
(riboflavin, vit E, Vit C) dan elemen-elemen esensial berperan dalam
terjadinya dan matangnya katarak pada usia yang lebih awal.
4. Krisis dehidrasi
Ditemukan juga hubungan cepatnya usia kemunculan dan kematangan
katarak dengan krisis dehirasi yang terjadi pada seorang individu (seperti:
diare, kolera, dan lain-lain)
5. Merokok
Merokok telah dilaporkan memeiliki beberapa efek terhadap usia munculnya
katarak. Rokok menyebabkan akumulasi dari pigmen molekul -3
hydroxykynurinine dan chompores yang menyebabkan kekuningan. Sianat
pada rokok meyebabkan carbamylation dan denaturasi protein.5,6
Terdapat beberapa teori konsep penuaan menurut Ilyas (2005) sebagai berikut:
Teori putaran biologik (“A biologic clock”).
- Jaringan embrio manusia dapat membelah diri 50 kali → mati.
- Imunologis; dengan bertambah usia akan bertambah cacat imunologik yang
mengakibatkan kerusakan sel.
- Teori mutasi spontan.
- Teori ”A free radical”
Free radical terbentuk bila terjadi reaksi intermediate reaktif kuat.
Free radical dengan molekul normal mengakibatkan degenerasi.
Free radical dapat dinetrralisasi oleh antioksidan dan vitamin E
- Teori “A Cross-link”.
12
Ahli biokimia mengatakan terjadi pengikatan bersilang asam nukleat dan
molekul protein sehingga mengganggu fungsi.6
Perubahan lensa pada usia lanjut :
1. Kapsul
- Menebal dan kurang elastis (1/4 dibanding anak)
- Mulai presbiopia
- Bentuk lamel kapsul berkurang atau kabur
- Terlihat bahan granular
2. Epitel → makin tipis
- Sel epitel (germinatif) pada ekuator bertambah besar dan berat
- Bengkak dan fakuolisasi mitokondria yang nyata
3. Serat lensa:
- Lebih iregular
- Pada korteks jelas kerusakan serat sel
- Brown sclerotic nucleus, sinar ultraviolet lama kelamaan merubah protein
nukleus (histidin, triptofan, metionin, sistein dan tirosin) lensa, sedang
warna coklet protein lensa nukleus mengandung histidin dan triptofan
dibanding normal.
- Korteks tidak berwarna karena:
· Kadar asam askorbat tinggi dan menghalangi fotooksidasi.
· Sinar tidak banyak mengubah protein pada serat muda.
Kekeruhan lensa dengan nukleus yang mengeras akibat usia lanjut biasanya
mulai terjadi pada usia lebih dari 60 tahun.6
1. Katarak Nuklear
Beberapa tingkat sklerosis nuclear dan kekuningan pada lensa adalah normal
pada pasien dewasa yang telah melewati usia pertengahan. Secara umum,
13
kondisi ini hanya mempengaruhi fungsi visual secara minimal.
Penghamburan cahaya dan kekuningan yang parah disebut sebagai katarak
nuklear, yang menyebabkan opasiti sentral. Nukleus cenderung menjadi gelap
dan keras (sklerosis), berubah dari jernih menjadi kuning sampai coklat.
Biasanya mulai timbul sekitar usia 60-70 tahun dan progresivitasnya lambat.
Bentuk ini merupakan bentuk yang paling banyak terjadi. Meskipun biasanya
bilateral, namun biasanya asimetris. Pandangan jauh lebih dipengaruhi
daripada pandangan dekat (pandangan baca), bahkan pandangan baca dapat
menjadi lebih baik yang disebut juga sebagai second sight., sulit menyetir
pada malam hari. Perubahan kekuningan dan kecoklatan yang progresif pada
lensa menyebabkan diskriminasi warna yang buruk, khususnya terhadap
spectrum warna biru sehingga penderita mengalami kesulitan membedakan
warna, terutama warna biru dan ungu.6
Katarak Nuklear
2. Katarak Kortikal
Katarak menyerang lapisan yang mengelilingi nukleus atau korteks. Biasanya
mulai timbul sekitar usia 40-60 tahun dan progresivitasnya lambat. Katarak
kortikal biasanya bilateral tetapi sering asimetris. Terdapat wedge-shape
opacities/cortical spokes atau gambaran seperti ruji. Banyak pada penderita
DM.Keluhan yang biasa terjadi yaitu penglihatan jauh dan dekat terganggu,
penglihatan merasa silau.6
14
3. Katarak Subkapsular Posterior atau Kupuliformis
Bentuk ini terletak pada bagian belakang dari kapsul lensa. Katarak
subkapsularis posterior lebih sering pada kelompok usia lebih muda daripada
katarak kortikal dan katarak nuklear. Biasanya mulai timbul sekitar usia 40-
60 tahun dan progresivitasnya cepat. Pada keadaan awal, katarak subkapsular
posterior adalah salah satu dari tipe utama katarak yang berhubungan dengan
penuaan. Bagaimanapun, ini bisa juga terjadi sebagai akibat dari trauma,
penggunaan kortikosteroid jangka panjang (sistemik, topical, atau
intraokuler), inflamasi, paparan radiasi ion, dan alkholisme. Katarak ini
menyebabkan kesulitan membaca, silau, pandangan kabur pada kondisi
cahaya terang. 7
Katarak senilis secara klinik dikenal dalam empat stadium yaitu insipien,
imatur, matur dan hipermatur :
15
1. Katarak Insipien
Pada katarak stadium insipien terjadi kekeruhan mulai dari tepi ekuator
menuju korteks anterior dan posterior (katarak kortikal).Vakuol mulai terlihat di
dalam korteks. Pada katarak subkapsular posterior, kekeruhan mulai terlihat
anterior subkapsular posterior, celah terbentuk antara serat lensa dan korteks berisi
jaringan degeneratif (benda Morgagni) pada katarak insipien.6,7
Kekeruhan ini dapat menimbulkan polipia oleh karena indeks refraksi
yang tidak sama pada semua bagian lensa. Bentuk ini kadang-kadang menetap
untuk waktu yang lama. Pada stadium ini kekeruhan lensa tidak teratur,tampak
seperti bercak-bercak yang membentuk geligi dengan dasar di perifer dan daerah
jernih diantaranya. Kekeruhan ini pada awal nya hanya tampak jika pupil
dilebarkan.6,7
2. Katarak Imatur
Pada katarak senilis stadium imatur sebagian lensa keruh atau katarak
yang belum mengenai seluruh lapis lensa. Pada katarak imatur akan dapat
bertambah volume lensa akibat meningkatnya tekanan osmotik bahan lensa yang
degeneratif. Jika mengambil air lensa akan menjadi intumesen. Pada katarak
intumesen terjadi kekeruhan lensa disertai pembengkakan lensa akibat lensa yang
degeneratif menyerap air.6,7
Masuknya air ke dalam celah lensa mengakibatkan lensa menjadi bengkak
dan besar yang akan mendorong iris sehingga bilik mata menjadi dangkal
16
dibanding dengan keadaan normal. Pencembungan lensa ini akan dapat
memberikan penyulit glaukoma. Katarak intumesen biasanya terjadi pada katarak
yang berjalan cepat dan mengakibatkan miopia lentikular. Pada keadaan ini dapat
terjadi hidrasi korteks hingga lensa akan mencembung dan daya biasnya akan
bertambah, yang memberikan miopisasi. Pada pemeriksaan slitlamp terlihat
vakuol pada lensa disertai peregangan jarak lamel serat lensa.6,7
Katarak imatur
3. Katarak Matur
Pada katarak senilis stadium matur kekeruhan telah mengenai seluruh
massa lensa. Kekeruhan ini bisa terjadi akibat deposisi ion Ca yang menyeluruh.
Bila katarak imatur atau intumesen tidak dikeluarkan maka cairan lensa akan
keluar, sehingga lensa kembali pada ukuran yang normal. Akan terjadi kekeruhan
seluruh lensa yang bila lama akan mengakibatkan kalsifikasi lensa. Bilik mata
depan akan berukuran kedalaman normal kembali, tidak terdapat bayangan iris
pada lensa yang keruh, sehingga uji bayangan iris negatif.6,7
17
KATARAK MATUR
4. Katarak Hipermatur
Pada katarak stadium hipermatur terjadi proses degenerasi lanjut, dapat
menjadi keras atau lembek dan mencair. Massa lensa yang berdegenerasi keluar
dari kapsul lensa sehingga lensa menjadi mengecil, berwarna kuning dan kering.
Pada pemeriksaan terlihat bilik mata dalam dan lipatan kapsul lensa. Kadang-
kadang pengkerutan berjalan terus sehingga hubungan dengan zonula Zinn
menjadi kendor. Bila proses katarak berjalan lanjut disertai dengan kapsul yang
tebal maka korteks yang berdegenerasi dan cair tidak dapat keluar, maka korteks
akan memperlihatkan bentuk sebagai sekantong susu disertai dengan nukleus yang
terbenam di dalam korteks lensa karena lebih berat. Keadaan ini disebut sebagai
katarak Morgagni.6,7
18
Katarak Hipermatur
19
Insipien Imatur Matur Hipermatur
Kekeruhan Ringan Sebagian Seluruh Masif
Cairan lensa Normal Bertambah Normal Berkurang (air
(air masuk) keluar)
Iris Normal Terdorong Normal Tremulans
Bilik mata Normal Dangkal Normal Dalam
depan
Sudut bilik Normal Sempit Normal Terbuka
mata
Shadow test - + - Pseudopsitif
Penyulit - Glaukoma - Uveitis +
Glaukoma
22
Katarak seringkali berkaitan dengan terjadinya penurunan ketajaman
penglihatan, baik untuk melihat jauh maupun dekat. Ketajaman penglihatan dekat
lebih sering menurun jika dibandingkan dengan ketajaman penglihatan jauh, hal
ini mungkin disebabkan adanya daya kontriksi pupil yang kuat. Penglihatan
menurun tergantung pada derajat katarak. Katarak imatur dari sekitar 6/9 sampai
1/60, pada katarak matur hanya 1/300 sampai 1/~.7
2. Miopisasi
Perkembangan katarak pada awalnya di dapat meningkatkan kekuatan
dioptri lensa, biasanya menyebabkan derajat myopia yang ringan hingga sedang.
Ketergantungan pasien presbiopia pada kacamata bacanya akan berkurang karena
pasien ini mengalami penglihatan kedua. Namun setelah sekian waktu bersamaan
dengan memburuknya kualitas lensa, rasa nyaman ini berangsur menghilang dan
diikuti dengan terjadinya katarak sklerotik nuclear. Perkembangan miopisasi yang
asimetris pada kedua mata akan menyebabkan anisometropia yang tidak dapat
dikoreksi lagi, dan cendrung diatasi dengan ekstraksi katarak. 7
2.4.8 Diagnosis
Diagnosis katarak senilis dibuat berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan
fisik. Pemeriksaan laboratorium diminta sebagai bagian dari proses screening pra
operasi untuk mendeteksi penyakit yang menyertai, seperti diabetes mellitus,
hipertensi, dan penyakit jantung. Penyakit seperti diabetes mellitus dapat
menyebabkan perdarahan perioperatif. Dengan demikian deteksi dini harus
dilakukan sebelum operasi.7
Pemeriksaan pencitraan pada mata seperti USG, CT SCAN, dan MRI
diperlukan jika dicurigai terdapat kelainan pada bagian posterior dan penglihatan
yang kabur akibat katarak. Hal ini bermanfaat dalam pengelolaan pembedahan
dan untuk memberikan prognosis pemulihan penglihatan pasien pasca operasi.7
Stadium katarak senilis ditentukan berdasarkan ketajaman penglihatan
pasien. Pasien yang visusnya kurang dari 20/200 dikatakan menderita katarak
matur. Jika lebih dari 20/200, kataraknya dikatakan imatur. Katarak insipien
23
ditemukan pada pasien masih bisa membaca pada 20/20 , akan tetapi kejernihan
dari lensa dapat diperiksa dengan slit lamp.7
Pada pemeriksaan slit lamp biasanya dijumpai keadaan palpebra,
konjungtiva, kornea, iris, pupil, dan COA dalam keadaan normal. Pada lensa
pasien katarak, didapatkan lensa keruh. Selanjutnya bisa dilakukan pemeriksaan
shadow test untuk menentukan stadium pada penyakit katarak senilis.7
ICCE ECCE
3. Phacoemulsification
Phakoemulsifikasi (phaco) maksudnya membongkar dan memindahkan
kristal lensa. Pada tehnik ini diperlukan irisan yang sangat kecil (sekitar 2-
3mm) di kornea. Getaran ultrasonic akan digunakan untuk menghancurkan
katarak, selanjutnya mesin PHACO akan menyedot massa katarak yang telah
hancur sampai bersih. Sebuah lensa Intra Okular yang dapat dilipat
dimasukkan melalui irisan tersebut. Karena incisi yang kecil maka tidak
diperlukan jahitan, akan pulih dengan sendirinya, yang memungkinkan pasien
dapat dengan cepat kembali melakukan aktivitas sehari-hari. Tehnik ini
bermanfaat pada katarak kongenital, traumatik, dan kebanyakan katarak
senilis. Tehnik ini kurang efektif pada katarak senilis padat, dan keuntungan
incisi limbus yang kecil agak kurang kalau akan dimasukkan lensa
intraokuler, meskipun sekarang lebih sering digunakan lensa intra okular
fleksibel yang dapat dimasukkan melalui incisi kecil seperti itu.8
27
4. SICS
Teknik operasi Small Incision Cataract Surgery (SICS) yang merupakan
teknik pembedahan kecil. Teknik ini dipandang lebih menguntungkan karena
lebih cepat sembuh dan murah.
5. YAG Laser
Melubangi kapsul posterior sehingga terdapat lubang. Prosedur ini kerjanya
cepat dan tidak sakit. Indikasi: Opasifikasi kapsul posterior pada katarak
sekunder, Perifer Iridotomy pada penderita glaukoma sudut tertutup akut, pan
retinal photocoagulation pada penderita diabetic retinopathy.
28
Apabila lensa mata penderita katarak telah diangkat maka penderita
memerlukan lensa pengganti untuk memfokuskan penglihatannya dengan cara
sebagai berikut:
a. Kacamata afakia yang tebal lensanya
b. Lensa kontak
c. Lensa intra okular, yaitu lensa permanen yang ditanamkan di dalam mata
pada saat pembedahan untuk mengganti lensa mata asli yang telah diangkat.
Kekuatan implan lensa intraokuler yang akan digunakan dalam operasi
dihitung sebelumnya dengan mengukur panjang mata secara ultrasonik dan
kelengkungan kornea.8
Pasca operasi, pasien diberikan tetes mata steroid dan antibiotik jangka
pendek. Kacamata baru dapat diresepkan setelah beberapa minggu, ketika bekas
insisi telah sembuh. Rehabilitasi visual dan peresepan kacamata baru dapat
dilakukan lebih cepat dengan metode phacoemulsification. Karena pasien tidak
dapat berakomodasi maka pasien membutuhkan kacamata untuk pekerjaan jarak
dekat meski tidak dibutuhkan kacamata untuk jarak jauh. Saat ini digunakan lensa
intraokuler multifokal, lensa intraokuler yang dapat berakomodasi sedang dalam
tahap pengembangan.8
29
Perawatan pasca bedah
Jika digunakan tehnik insisi kecil, maka penyembuhan pasca operasi
biasanya lebih
pendek. Pasien dapat bebas rawat jalan pada hari itu juga, tetapi dianjurkan untuk
bergerak dengan hati-hati dan menghindari peregangan atau mengangkat benda
berat selama sekitar satu bulan, olahraga berat jangan dilakukan selama 2 bulan.
Matanya dapat dibalut selama beberapa hari pertama pasca operasi atau jika
nyaman, balutan dapat dibuang pada hari pertama pasca operasi dan matanya
dilindungi pakai kacamata atau dengan pelindung seharian. Kacamata sementara
dapat digunakan beberapa hari setelah operasi, tetapi biasanya pasien dapat
melihat dengan baik melui lensa intraokuler sambil menantikan kacamata
permanen (Biasanya 6-8 minggu setelah operasi ). Selain itu juga akan diberikan
obat untuk :
1. Mengurangi rasa sakit, karena operasi mata adalah tindakan yang menyayat
maka diperlukan obat untuk mengurangi rasa sakit yang mungkin timbul
beberapa jam setelah hilangnya kerja bius yang digunakan saat pembedahan.
2. Antibiotik mencegah infeksi, pemberian antibiotik masih dianggap rutin dan
perlu diberikan atas dasar kemungkinan terjadinya infeksi karena kebersihan
yang tidak sempurna.
3. Obat tetes mata steroid. Obat yang mengandung steroid ini berguna untuk
mengurangi reaksi radang akibat tindakan bedah.
4. Obat tetes yang mengandung antibiotik untuk mencegah infeksi pasca
bedah.7,8
Komplikasi Pembedahan
1. Komplikasi Intra Operatif
Edema kornea, COA dangkal, ruptur kapsul posterior, pendarahan atau efusi
suprakoroid, pendarahan suprakoroid ekspulsif, disrupsi vitreus, incacerata
kedalam luka serta retinal light toxicity.
2. Komplikasi dini pasca operatif
a. COA dangkal karena kebocoran luka dan tidak seimbangnya antara
cairan yang keluar dan masuk, adanya pelepasan koroid, block pupil
dan siliar, edema stroma dan epitel, hipotonus, brown-McLean
syndrome (edema kornea perifer dengan daerah sentral yang bersih
paling sering)
b. Ruptur kapsul posterior, yang mengakibatkan prolaps vitreus
c. Prolaps iris, umumnya disebabkan karena penjahitan luka insisi yang
tidak adekuat yang dapat menimbulkan komplikasi seperti
penyembuhan luka yang tidak sempurna, astigmatismus, uveitis
anterior kronik dan endoftalmitis.
d. Pendarahan, yang biasa terjadi bila iris robek saat melakukan insisi.
31
Rehabilitasi Visual Pasca Operasi Katarak
Pengangkatan lensa pada operasi katarak menimbulkan afakia, yang
menyebabkan:
1. Hipermetropia tinggi
2. Astigmatisma
3. Hilangnya daya akomodasi
4. Berkurang nya persepsi warna
Karena itu diperlukan rehabilitasi visual pasca operasi, dengan
menggunakan beberapa alat bantu, yaitu :
1. IOL
Merupakan metode terbaik untuk mengatasi afakia. IOL yang tersedia saat
ini aman, tidak mahal dan memiliki kualitas optik yang baik. ImplantasiIOL dapat
dilakukan setelah pengangkatan lensa pada saat operasi. Meskipun memiliki
banyak keuntungan, IOL tidak dapat mengatasi masalah hilangnya daya
akomodasi yang terjadi pasca operasi, dan pasien tetap harus menggunakan alat
bantu saat melihat dekat /membaca.7,8
2. Kacamata
32
Koreksi refraksi dengan menggunakan kacamata digunakan kekuatan sebesar
+10D . Tingginya kekuatan lensa merupakan suatu masalah bagi fisik dan optik.
Dan masalahnya akan semakin berat bila mata yang afakia unilateral (mata yang
lain normal). Masalah yang biasa timbul akibat pemakaian kacamata antara lain :
Masalah fisik Kacamata yang berat dan tebal akan terasa tidak nyaman saat
dipakai. IOL tidak menimbulkan masalah ini
Diplopia
Roving Sign Scotoma
Jack in the box phenomenon. Keadaan ini membuat lapang pandang perifer
terganggu Pin Cushion Effect Objek terlihat tertarik ke sudut, pada tepi objek
yang dilihat terlihat lebih besar.
Aberasi Spheris Objek yang dilihat akan tampak tidak fokus.
Aberasi kromatisDifraksi saat melihat cahaya, dan saat melihat objek warna
putih akan terlihat warna pelangi.
Masalah ini dapat diatasi dengan membuat beberapa modifikasi pada lensa
seperti:
Aspherical lenses
High index lenses
Lenticular lenses
3. Lensa kontak
Kekuatan yang dimiliki lensa kontak adalah +12 D. Dapat mengatasi masalah
afakia unilateral (yang tidak menggunakan IOL). Tetapi untuk pasien berusia
lanjut kurang efektif.7
2.4.12 Prognosis
Apabila pada proses pematangan katarak senilis dilakukan penanganan
yang tepat sehingga tidak menimbulkan komplikasi serta dilakukan tindakan
pembedahan pada saat yang tepat maka prognosis pada katarak umumnya baik.8
2.4.13 Pencegahan
Katarak senilis tidak dapat dicegah karena penyebab terjadinya katarak
senilis ialah oleh karena faktor usia, namun dapat dilakukan pencegahan terhadap
hal-hal yang memperberat seperti mengontrol penyakit metabolik, mencegah
paparan langsung terhadap sinar ultraviolet dengan menggunakan kacamata gelap,
dan sebagainya. Pemberian intake antioksidan seperti vitamin A, C, dan E secara
teori bermanfaat.8
34
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi
akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau terjadi
akibat kedua-duanya. Biasanya kekeruhan mengenai kedua mata dan berjalan
progresif ataupun dapat tidak mengalami perubahan dalam waktu yang lama.2
Katarak umumnya merupakan penyakit pada usia lanjut, akan tetapi dapat
juga akibat kelainan kongenital, atau penyulit penyakit mata lokal menahun.
Berbagai macam penyakit mata dapat mengakibatkan katarak seperti glaukoma,
ablasi, uveitis dan retinitis pigmentosa. Katarak juga dapat berhubungan dengan
penyakit vascular lanilla.2
Berdasarkan usia dapat diklasifikasikan dalam : Katarak kongenital ,
Katarak yang sudah terlihat pada usia dibawah 1 tahun, Katarak juvenile, Katarak
yang terjadi sesudah usia 1 tahun, dan Katarak senilis katarak setelah usia 50
tahun
Katarak senilis adalah semua kekeruhan lensa yang terdapat pada usia
lanjut,yaitu usia diatas 50 tahun. Penyebab terjadinya katarak senilis ialah karena
proses degeneratif. Selain itu katarak senilis juga dapat disebabkan oleh berbagai
faktor seperti adanya penyakit metabolisme, trauma serta paparan sinar ultraviolet.
Katarak senilis secara klinis dikenal dalam empat stadium, yaitu stadium insipien,
imatur, matur dan hipermatur.2
Gejala umum gangguan katarak meliputi penglihatan tidak jelas seperti
terdapat kabut menghalangi objek, peka terhadap sinar atau cahaya, dapat terjadi
penglihatan ganda pada satu mata memerlukan pencahayaan yang baik untuk
dapat membaca, lensa mata berubah menjadi buram seperti kaca susu. Pengobatan
pada katarak adalah pembedahan. Untuk menentukan kapan katarak dapat dibedah
ditentukan oleh keadaan tajam penglihatan. Tajam penglihatan dikaitkan dengan
tugas sehari-hari penderita. Apabila dibiarkan katarak akan menimbulkan
35
gangguan penglihatan dan komplikasi seperti glaukoma, uveitis dan kerusakan
retina. Katarak senilis tidak dapat dicegah karena penyebab terjadinya katarak
senilis ialah disebabkan oleh faktor usia, namun dapat dilakukan pencegahan
terhadap hal-hal yang memperberat seperti mengontrol penyakit metabolik,
mencegah paparan langsung terhatap sinar ultraviolet dengan menggunakan kaca
mata gelap dan sebagainya.2
Gambaran umum gejala katarak yang lain, seperti: Berkabut, berasap,
penglihatan tertutup film, perubahan daya lihat warna, gangguan mengendarai
kendaraan malam hari, lampu besar sangat menyilaukan mata, lampu dan
matahari sangat mengganggu, sering meminta ganti resep kaca mata, melihat
ganda, (hipermetropia). Pada pemeriksaan klinis, ketajaman penglihatan dan
dengan melihat lensa melalui senter tangan, kaca pembesar, slit lamp, dan
oftalmoskop sebaiknya saat pupil berdilatasi. Dengan penyinaran miring (45
derajat dari poros mata) dapat dinilai kekeruhan lensa dengan mengamati lebar
pinggir iris pada lensa yang keruh (iris shadow).2
Pemberian intake antioksidan (seperti asam vitamin A, C dan E) secara
teori bermanfaat. Apabila pada proses pematangan katarak dilakukan penanganan
yang tepat sehingga tidak menimbulkan komplikasi serta dilakukan tindakan
pembedahan pada saat yang tepat maka prognosis pada katarak senilis umumnya
baik.2
Penatalaksanaan pada katarak adalah tindakan pembedahan. Pengobatan
yang diberikan biasanya hanya memperlambat proses, tetapi tidak menghentikan
proses degenerasi lensa. Beberapa obat-obatan yang digunakan untuk
menghambat proses katarak adalah vitamin dosis tinggi, kalsium sistein, iodium
tetes.2
Prognosis penglihatan pasien katarak anak – anak yang memerlukan
pembedahan tidak sebaik prognosis pasien katarak terkait usia.2
36
DAFTAR PUSTAKA
37