Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

Bumi merupakan salah satu planet dalam tata surya matahari. Sebagai planet bumi
merupakan planet yang dinamik. Ilmu yang mempelajari bumi disebut ilmu geologi. Ilmu
geologi juga merupakan ilmu yang dinamik, yang mengkaji dan menguraikan proses-proses
yang menghasilkan suatu perubahan-perubahan yang berlangsung terus menerus pada bumi
ini terutama pada kerak bumi. Perubahan yang terjadi pada bumi ini atau lebih tepatnya pada
lapisan kerak bumi disebabkan oleh aktifitas fisik, kimia maupun biologi.

Bumi sebagai planet yang dinamika diketahui dari perubahan yang selalu terjadi pada
permukaannya. Sehingga kedinamikan dari bumi sangat besar terjadi pada bagian bumi
terluar yaitu kerak bumi. Kedinamikaan bumi mulai menjadi perhatian para ilmuwan setelah
ditemukannya benua Amerika beberapa abad yang lalu. Dari hasil pengamatan dan penelitian
yang dilakukan pada masa itu terdapat kesesuaian bentuk antara benua Amerika dengan
benua Eropa. Hal ini merupakan awal dari lahirnya konsep-konsep tentang kedinamikan
bumi.

A. Beberapa Pandangan mengenai Bumi di masa lalu


1. Eratosthenes
Eratosthenes adalah salah seorang ahli astronomi Yunani yang hidup sekitar 250
tahun sebelum masehi. Ia melakukan pengukuran keliling bumi dengan menggunakan
ilmu astronomi. Pengukuran keliling bumi ini dilakukan sesuai dengan pendapat para
ahli astronomi lainnya yang mengatakan bahwa bumi ini tidak datar melainkan
berbentuk bulat. Pengukuran yang dilakukan oleh Eratosthenes menghasilkan bahwa
keliling bumi adalah 40 000 km.
2. Steno
Pada masa lampau, beberapa gejala dalam ilmu geologi seperti keterdapatan fosil
dalam batuan, gempa bumi dan gunung berapi merupakan hal masih diluar jangkauan
pemikiran manusia. Barulah pada abad ke 17, Nicholas Steno menafsirkan bahwa
fosil merupakan sisa-sisa kehidupan atau organisme yang tersimpan dan terawetkan di
dalam batuan endapan. Hukum-hukum yang menjadi dasar dari pemikiran mengenai
batuan endapan adalah :
- Hukum Horizontalitas. Hukum ini menyatakan bahwa batuan endapan yang
terbentuk pada lingkungan air, pada awalnya diendapkan sebagai lapisan-lapisan
yang umumnya mendatar (horisontal) dan sejajar dengan permukaan batuan
dasarnya.
- Hukum Superposisi. Hukum ini menyatakan bahwa pada setiap urutan lapisan-
lapisan sedimen atau batuan sedimen yang belum mengalami gangguan
(deformasi), lapisan yang terletak di bawah akan berumur lebih tua daripada
lapisan yang berada di atasnya.
Hukum-hukum tersebut di atas merupakan konsep pertama yang memperkenalkan
dimensi waktu dalam proses pembentukan batuan dan proses-proses geologi. Dengan
konsep ini ditunjukkan bahwa proses pembentukan batuan sedimen tidak terjadi pada
waktu yang bersamaan.
3. Werner
Pada abad ke 18, Abraham Wenner mengemukakan suatu teori mengenai asal
daripada batuan penyusun kerak bumi. Beliau menyatakan bahwa kerak bumi disusun
oleh batuan yang berlapis, diawali oleh batuan kristalin yang sifat fisiknya semakin ke
atas batuannya semakin lunak dan kurang sifat kristalinnya. Batuan-batuan tersebut
terbentuk pada suatu samudera purba yang sangat luas. Batuan kristalin yang
terbentuk pada dasar kerak bumi terbentuk oleh proses kimiawi. Sedangkan batuan
yang letaknya di bagian atas dan mengandung fosil terbentuk oleh proses fisika
(mekanik), dan materialnya berasal dari batuan kristalin yang mengalami
pengangkatan dan tererosi. Teori ini yang menyebutkan adanya samudera yang sangat
luas di masa lampau disebut dengan teori Neptunisme.
4. Hutton
Menjelang akhir abad ke 18, James Hutton (1726 – 1797) mengemukakan teorinya
yang menggoyahkan teori-teori sebelumnya seperti teori katastrofisme dan
neptunisme. Hutton menyatakan bahwa semua proses pembentukan batuan yang
menyusun kerak bumi terbentuk dengan proses yang sangat lama. Selain itu beliau
juga menyatakan bahwa perubahan yang terjadi pada permukaan bumi dapat juga
disebabkan karena adanya gaya-gaya yang bekerja di dalam bumi.
Hutton juga berpendapat bahwa pembentukan batuan granit dan basalt yang
dijumpainya pada waktu itu adalah hasil dari terobosan material kental dan panas
yang berasal dari dalam bumi. Material tersebut telah memanaskan batuan di
sekitarnya. Teorinya mengenai material cair dan sangat panas dari dalam bumi ini
selanjutnya dikenal dengan nama teori plutonisme. Kata ini berasal dari Pluto yaitu
dewa neraka dalam mitologi Yunani.
5. Lyell
Pada awal abad ke 19, Charles Lyell (1797 – 1875) mengemukakan teorinya yang
lebih menegaskan dan menyempurnakan konsep yang telah dikemukakan oleh
Hutton. Dengan konsepnya yang terkenal yaitu uniformitarianism, lebih
menyakinkan orang mengenai waktu yang sangat lama yang diperlukan suatu proses
geologi.
Buku ini merupakan awal dari pemikiran-pemikiran modern tentang ilmu geology.
Konsep uniformitarianism menyatakan bahwa segala kejadian yang terjadi pada bumi
merupakan proses yang sama sejak masa lampau sampai masa kini. Berdasarkan
konsep tersebutlah maka muncul pendapat yang menyatakan “the present is the key
to the past” atau masa sekarang merupakan kunci bagi masa lampau. Di dalam
bukunya tersebut Lyell mengutarakan hal-hal yang menunjang pendapatnya tersebut.
Jadi dengan konsep uniformitarianism inilah maka proses-proses geologi yang terjadi
di masa sekarang merupakan kunci untuk memberikan penjelasan tentang kejadian
atau proses-proses geologi yang terjadi di masa lampau. Konsep inilah yang akhirnya
tidak mengakui tentang konsep katatrofisme. Selanjutnya konsep inilah yang
memunculkan konsep-konsep baru mengenai bumi ini.

B. Perkembangan ilmu Geologi di zaman modern


Setelah munculnya konsep uniformitarianism, maka sejak awal abad ke 20,
perkembangan ilmu geologi mengalami kemajuan dengan pesat. Kemajuan pemikiran tentang
ilmu geologi ini, juga sangat ditunjang dengan kemajuan teknologi yang mampu untuk
menerapkan hukum-hukum fisika dan kimia yang merupakan dasar dari ilmu geologi. Hal ini
memungkinkan munculnya disiplin-disiplin ilmu lain sebagai cabang ilmu geologi yang
memungkinkan untuk mengkaji bumi ini lebih spesifik. Disiplin ilmu geofisika dn geokimia
merupakan cabang ilmu geologi yang sangat penting untuk mengkaji bumi ini terutama kerak
bumi. Dengan ilmu ni par ahli geologi dapat mengkaji sifat-sifat.

C. Perkembangan ilmu geologi di zaman modern


Setelah munculnya konsep uniformitarianism, maka sejak awal abad ke 20,
perkembangan ilmu geologi mengalami kemajuan dengan pesat. Kemajuan pemikiran tentang
ilmu geologi ini, juga sangat ditunjang dengan kemajuan teknologi yang mampu untuk
menerapkan hukum-hukum fisika dan kimia yang merupakan dasar dari ilmu geologi. Hal ini
memungkinkan munculnya disiplin-disiplin ilmu lain sebagai cabang ilmu geologi yang
memungkinkan untuk mengkaji bumi ini lebih spesifik. Disiplin ilmu geofisika dn geokimia
merupakan cabang ilmu geologi yang sangat pentin untuk mengkaji bumi ini terutama kerak
bumi. Dengan ilmu ini para ahli geologi dapat mengkaji sifat-sifat fisika dan kimia kerak
bumi sampai kedalaman 100 km di laboratorium.
Pada pertengahan abad ke 20, muncul suatu konsep baru yang benar-benar merombak
pemikiran-pemikiran tentang ilmu geologi secara drastis. Konsep tersebut dikenal dengan
nama Tektonik Lempeng. Dengan konsep ini para ahli geologi lebih dapat menjelaskan
mengenai proses-proses atau kejadian-kejadian yang berlangsung di bumi yang selama ini
tidak dapat dijelaskan dengan teori-teori atau konsep-konsep sebelumnya. Selain itu dengan
mengunakan teori tektonik lempeng pembentukan sumber daya mineral dan enerji dapat
diuraikan dengan baik.
Meskipun teori tektonik lempeng pada masa kini sudah banyak digunakan oleh para ahli
goelogi dan menunjukkan kebenarannya, tetapi penelitian mengenai berbagai hal di bidang
geologi masih terus berlanjut untuk lebih meyakinkan kebenaran teori tersebut.

Anda mungkin juga menyukai