ABSTRAK
PENDAHULUAN
Sungai merupakan air permukaan yang bersifat mengalir. Air permukaan yang
ada seperti sungai dan danau banyak dimanfaatkan untuk keperluan manusia seperti
tempat penampungan air, alat transportasi, mengairi sawah dan keperluan peternakan,
keperluan industri, perumahan, sebagai daerah tangkapan air, pengendali
banjir,ketersediaan air, irigasi, tempat memelihara ikan dan juga sebagai tempat
rekreasi. Dilihat dari fungsinya sebagai tempat penampungan air maka sungai
mempunyaikapasitas tertentu dan dapat berubah karena kondisi alami maupun
antropogenik (Hendrawan, 2005).
Faktor yang menentukan distribusi dari biota air adalah sifat fisik-kimia perairan.
Organisme yang cocok dengan kondisi sifat fisik-kimia tersebutlah yang akan mampu
bertahan hidup (Krebs, 1978). Penyebaran jenis dan hewan akuatik ditentukan oleh
kualitas lingkungan yang ada seperti sifat fisika, kimia, biologisnya (Odum, 1971).
Whitton (1975) menambahkan bahwa kehidupan ikan disuatu perairan dipengaruhi
oleh volume air mengalir, kecepatan arus, temperatur, pH dan konsentrasi oksigen
terlarut. Faktor yang membedakan kondisi fisika-kimia dari setiap bagian perairan
terdiri dari Suhu, Derajat Keasaman air (pH), Derajat Kecerahan Air,Penentuan
Kadar O2 terlarut, dan Penentuan Kadar CO2 bebas-terlarut.
Suhu air merupakan faktor yang banyak mendapat perhatian karena dapat
dimanfaatkan untuk mengkaji gejala-gejala fisika dalam laut dan juga dalam
kaitannya dalam kehidupan hewan, bahkan juga untuk kajian meteorology. Suhu air
di permukaan laut di Indonesia umumnya berkisar 23 - 31° C. Suhu air di permukaan
dipengaruhi oleh curah hujan, penguapan, kelembaban udara, suhu udara, kecepatan
angin dan intensitas radiasi matahari (Nontji, 1993).
Derajat Keasaman air (pH) berpengaruh sangat besar terhadap kehidupan hewan
dan tumbuhan air serta mempengaruhi toksisitas suatu senyawa kimia (Effendi,
2003). Kondisi perairan yang bersifat sangat asam maupun sangat basa akan
membahayakan kelangsungan hidup organisme karena akan menyebabkan terjadinya
gangguan metabolisme dan respirasi serta dapat meningkatkan konsentrasi ammonia
yang bersifat sangat toksik bagi organisme (Barus, 2002).
Pada perairan yang terbuka, oksigen terlarut berada pada kondisi alami, sehingga
jarang dijumpai kondisi perairan terbuka yang miskin oksigen. Walaupun pada
kondisi terbuka, kandungan oksigen perairan tidak sama dan bervariasi berdasarkan
siklus, tempat dan musim. Kadar oksigen terlarut juga berfluktuasi secara harian,
musiman, pencampuran massa air, pergerakan massa air, aktifitas fotosintesa,
respirasi dan limbah yang masuk ke badan air (Effendi, 2003).
Variasi oksigen terlarut dalam air biasanya sangat kecil sehingga tidak
menggangu kehidupan ikan (Brotowidjoyo,1993). Keberadaan oksigen di perairan
sangat penting terkait dengan berbagai proses kimia biologi perairan. Oksigen
diperlukan dalam proses oksidasi berbagai senyawa kimia dan respirasi berbagai
organisme perairan (Dahuri, 2004).
METODOLOGI PENELITIAN
KESIMPULAN
Barus, T.A., 2002. Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologis. PT. Gramedia,
Jakarta.
Brotowidjoyo, M. D. 1993. Zoologi Dasar. Cetakan Kedua. Jakarta: Erlangga.
Dahuri, R. 2003. Keanekaragaman Hayati Laut ; Aset Pembangunan
Berkelanjutan. Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air: Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan
Lingkungan Periaran. Kanisius: Yogyakarta
Krebs, C. J. 1985. Ecology Experimental Analysis of Distribution
Abudance. Philadelphia: Harper & Row Publisher.
Nontji, A. 1993. Laut Nusantara. Djambatan. Jakarta
Odum, E. P. 1971. Fundamentals of Ecology. Third Edition. W. B. Sounder Co.
Philadelphia
Weitzel, R. L. 1979. Methods and Measuremants of Perifiton Communities: A
Review American Society for Testing and Materials. Philadelphia
Whitton, B. A. 1975. River Ecology. Blackwell Scientific Publications. Oxford.
London
Jurnal Praktikum Ekologi Perairan
Oleh :
Nama : Indah Susilawati
NIM : 1505114732