Anda di halaman 1dari 16

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Persalinan dan kelahiran merupakan fisiologi normal. Persalinan merupakan proses
membuka dan menipisnya serviks, dan janin akan turun kedalam jalan lahir, sedangkan
kelahiran adalah proses janin dan ketuban di dorong keluar melalui jalan lahir. Persalinan
dan kelahiran normal merupakan proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan
aterm ( 37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung
sekitar 12- 20 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun janin. Salah satu hal yang
menyertai proses persalinan, yang paling dirasakan tidak menyenangkan bahkan
menakutkan bagi ibu adalah nyeri persalinan ( Gondo,2011). Nyeri persalinan merupakan
suatu bagian normal. Terdapat dua jenis nyeri pada masa persalinan yaitu nyeri viseral dan
nyeri somatik ( Gorrie,et.all,1998).
Nyeri viseral bersifat perlahan dan dalam nyeri ini mendominasi sepanjang kala 1
pada masa persalinan. Pada kala 1 persalinan, kontraksi rahim menyebabkan dilatasi dan
penipisan serviks serta iskemia rahim. Hal tersebut disebabkan oleh kontraksi arteri
miometrium menyebabkan impuls rasa nyeri pada tahap awal persalinan di trasmisi
melalui segmen saraf spinalis T 11-12 dan saraf-saraf asesoris torakal bawah, serta saraf
simpatik lumbal atas ( Bobak,2005). Saraf-saraf ini berasal dari korpus uterus dan serviks.
Nyeri ini terasa pada bagian bawah abdomen dan meyebar ke daerah lumbal punggung
serta sampai kepaha. Biasanya ibu mengelami nyeri viseral hanya selama kontraksi dan
bebas dari rasa nyeri pada interval antar kontraksi ( Bobak,2005). Nyeri lainnya yang
dirasakan semasa persalinan yaitu nyeri somatik atau nyeri perinium. Rasa tidak nyaman
dalam perineum timbul akibat peregangan jaringan perineum agar janin dapat melewati
bagian ini, juga akibat adanya tarikan peritonium dan topangan uteroservikal saat
kontraksi ( Bobak,2005).
Perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan yang holisti, bio psiko sosial budaya-
spiritual perlu memberikan asuhan keperawatan untuk mengurangi rasa nyeri tersebut.
Pengelolaan tersebut dapat secara non farmakologi atau farmakologi. Dalam memberikan
asuhan keperawatan terkait nyeri pada persalinan dan kelahiran, perwat harus
mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat mengubah rasa sakit dan mempengaruhi respon
dari ibu yang melahirkan. Adapun faktor-faktor tersebut melingkupi faktor fisik dan
psikososial.

B. Rumusan masalah
1
1. Apa Pengertian Nyeri Persalinan?
2. Apa Penyebab Timbulnya Rasa Nyeri Persalinan?
3. Bagaimana Fisiologi Rasa Sakit Persalinan?
4. Bagaimana Tahap-Tahap Nyeri Persalinan?
5. Bagaimana Cara Mengatasi Nyeri Persalinan?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Pengertian Nyeri Persalinan
2. Untuk mengetahui Penyebab Timbulnya Rasa Nyeri Persalinan
3. Untuk mengetahui Fisiologi Rasa Sakit Persalinan
4. Untuk mengetahui Tahap-Tahap Nyeri Persalinan
5. Untuk mengetahui Cara Mengatasi Nyeri Persalinan

D. Manfaat
Dalam penulisan makalah ini di harapkan dapat bermanfaat bagi:
1. Mahasiswa
Dapat di jadikan salah satu refrensi untuk belajar,selain itu
makalah ini dapat di jadikan sebagai salah satu refrensi dalam
melakukan asuhan keperawatan dalam ruang lingkup Management
Nyeri Persalinan.
2. Dosen
Dapat di jadikan salah satu sarana untuk mengukur kemampuan
mahasiswa dalam membuat sebuah makalah tentang Management
Nyeri Persalinan.
3. Institusi
Dapat di jadikan salah satu karya tulis ilmiah dan dapat
dijadikan referensi dalam acuan belajar.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Nyeri Persalinan

Semua wanita mengalami nyeri selama persalinan. Hal ini merupakn proses fisiologi.
Menjelang persalinan, wanita atau calon ibu akan merasakan nyeri yang timbul secara
perlahan. Rasa nyeri ini akan datang dan pergi, kemudian akan semakin sering terasa dan
2
mencapai klimaks pada saat persalinan hampir terjadi. Pada bab ini akan diuraikan tentang
beberapa aspek nyeri dalam persalinan.

Berikut ini adalah beberapa pengertian tentang nyeri dan penjelasan tentang persalinan :

1. Nyeri merupakan pengalaman emosional dan sensori yang tidak


menyenangkan yang muncul dari kerusakan jaringan secara actual atau potensial
atau menunjukkan adanya kerusakan (Association for the study of pain dalam
NANDA, 2006)
2. Nyeri merupakan mekanisme protektif bagi tubuh dan menyebabkan individu
bereaksi untuk menghilangkan rasa nyeri tersebut (Guyton, 1995).
3. Nyeri persalinan berbeda karakteristik dengan jenis nyeri yang lain, dimana:
a. Nyeri persalinan merupakan bagian dari normal.
b. Nyeri persalinan bersifat personal atau individual.
c. Pada nyeri persalinan terdapat waktu untuk mempersiapkannya karena
datangnya sudah dapat diperkirakan yaitu jika sudah masuk proses persalinan.
d. Nyeri persalinan dengan sendirinya. Berlangsung singkat. Bersifat
intermitten. Dengan perbedaan karakteristik dan penyebab.
e. Kelahiran bayi dan kondisi janin akan mempengaruhi kondisi
emosional ibu sehingga dapat berpengaruh pada rasa nyeri saat persalinan.
4. Nyeri persalinan jauh melebihi nyeri karena karena penyakit (Niven d
Gijsbern, 1984). Artinya , Rasa nyeri pada ibu melahirkan berbeda dengan rasa nyeri
yang biasa terjadi pada tubuh pada saat sakit (Anik, 2010).

B. Penyebab Timbulnya Rasa Nyeri Persalinan


Rasa nyeri tak tertahankan menjelang persalinan menandakan bahwa tubuh
sedang bekerja keras membuka mulut rahim agar bayi bergerak turun melewati jalan
lahir. Penyebab lain timbulnya rasa nyeri persalinan adalah:
1. Kontraksi rahim sehingga otot-otot rahim mengerut dan menjepit pembuluh
darah .
2. Jalan lahir atau vagina serta jaringan lunak di sekitarnya meregang.
3. Rasa takut, cemas dan tegang memicu produksi hormone prostaglandin
sehingga timbul stress. Kondisi stress dapat mengurangi kemampuan tubuh menahan
rasa nyeri. (Anik, 2010).

Salah satu kebutuhan wanita dalam proses persalinan adalah keringanan rasa sakit. cara
yang dirasakan oleh individu dan reaksi terhadap rasa sakit dipengaruhi oleh beberapa factor,
antara lain berikut ini :

1. Rasa takut atau kecemasan

3
Rasa takut atau kecemasan akan meningkatkan respon individual terhadap rasa sakit.
rasa takut terhadap hal yang tidak diketahui, rasa takut ditinggal sendiri pada saat
proses persalinan (tanpa pendamping), dan rasa takut atas kegagalan persalinan dapat
meningkatkan kecemasan. Pengalaman buruk persalinan yang lalu juga akan
menambah kecemasan.
2. Kepribadian
Kepribadian ibu berperan penting terhadap rasa saki, ibu yang secra alamiah tegang
dan cemas akan lebih lemah dalam menghadapi stress dibanding wanita yang rileks
dan percaya diri.
3. Kelelahan
Ibu yang sudah lelah selama beberapa jam persalinan yang sebelumnya sudah
terganggu tidurnya oleh ketidaknyamanan dari akhir masa kehamilannya akan kurang
mampu menolerir rasa sakit.
4. Factor social dan budaya
Factor social dan budaya juga berperan penting dalam mereaksi rasa sakit. beberapa
budaya mengharapkan stoisisme (sabar dan membiarkannya), sedang budaya lainnya
mendorong keterbukaan untu menyatakan perasaannya.
5. Pengharapan
Pengharapan akan memberikan warna pada pengalaman. Wanita yang realistis dalam
pengharapan mengenai persalinannya dan tanggapannya terhadap hal tersebut
mungkin adalah persiapan yang terbaik sepanjang ia merasa percaya diri bahwa ia
akan menerima pertolongan dan dukungan yang diperlukannya dan yakin bahwa ia
akan menerima analgesic yang sesuai. (Rohani,dkk 2014)

C. Fisiologi Rasa Sakit Persalinan


1. Jalur rasa sakit

Jalur rasa sakit atau jalan indera keatasa bermula diujung saraf pengindra ditempat
terjadinya trauma. Impuls tersebut menjalar sepanjang saraf perasa menuju simpul
saraf belakang (dorsal root ganglion) dari saraf belakang yang bersangkutan dan
diteruskan ke masa saraf belakang (posterior horl) dari kumpulan saraf tulang
punggung (spinal cord), dikenal dengan neuron pertama.

2. Nyeri
a. Nyeri akut
sensasi semacam ini dikirimkan melalui serabut delta A yang merupakan serabut
saraf besar yang menampung rasa nyeri akut. Rasa sakit jenis ini akan dirasakan
sebagai nyeri menusuk yang dengan mudah dapat dilokalisir oleh penderitanya.
b. Nyeri kronis

4
jalur nyeri yang kronis adalah sedikit berbeda, serabut-serabut saraf yang terlibat
adalah saraf yang diameternya lebih kecil dan disebut serabut C. nyeri kronis
sering digambarkan sebagai sakit yang membakar yang sulit dilokalisiir
3. Neurotransmeter

Pengiriman rangsangan saraf dilakukan atau dihambat oleh zat-zat yang disebut
neurotransmeter. Zat-zat ini bisa bersifat merangsang (excitatory) atau menghambat
(inhibitory). Mereka berinteraksi untuk mempertahankan keseimbangan penalaran rasa
nyeri. Salah satu contoh dari neurotransmeter ini adalah asetil kolin dan satu contoh
dari inhibitory neurotransmeter ialah enkefalin. Larutan anastesi local betindak dengan
bersaing untuk mencapai reseptor asetil kolin pada neuron dan bendung aksi tersebut.

4. Nyeri dalam persalinan


Nyeri adalah rasa tidak enak akibat rangsangan ujung-ujung saraf khusus.
Selama persalinan dan kelahiran pervagina; nyeri disebabkan oleh kontraksi rahim,
dilatasi serviks dan distensi perineum. Serat saraf aferen fiseral membawa impuls
sensori dari rahim memasuki medulla spinalis pada segmen thorakal ke-10,ke-11, dank
e-12 serta segmen lumbal yang pertama (T10-L1). Nyeri dari perineum berjalan
melewati serat saraf aferen somatic, terutama pada saraf kudendus dan mencapai
medulla spinalis melaluli segmen sacral ke-2, ke-3, dan ke-4 (S2-S4). Serabut saraf
sensori yang dari rahim dan perineum ini membuat hubungan sinapsis pada kornu
medulla spinalis dengan sel yang member akson yang merupakan saluran
spinotalamik. Selama bagian akhir dari kala 1 dan disepanjang kala 2 impuls nyeri
bukan saja muncul dari rahim tetapi juga perineum saat bagian janin melewati pelvis.
(Rohani,dkk.2014)

D. Tahap-Tahap Nyeri Persalinan

Nyeri pada proses persalinan akan melalui empat tahap, yaitu:

1) Tahap I (pembukaan)
a.Biasanya nyeri pada tahap ini diakibatkan kontraksi rahim dan
peregangan mulut rahim
b. Merupakan nyeri viseral, yang timbul akibat kontraksi uterus
dan dilatasi serviks.
c.Ditransmisikan oleh serabut saraf simpatis eferen (pada korda spinalis
level. T10-L1 oleh serabut viseral elefen delta A dan C yang berasal dan
dasar uterusi.

5
d. Transmisi eferen dari uterus dan serviks menuju korda spinalis:
pleksus hipogastrikus dan aortic.
e.Impluls eferen nosiseptik rantai simpatis lumbar dan melewati rantai
simpatis torasis (sinaps).
2) Tahap II/ kala II (Kelahiran)
a.Nyeri pada tahap ini timbul karena peregangan dasar panggul dan
pengguntingan perineum jika diperlukan.
b. Stimulasi nosiseptif kontraksi uterus yang berasal dari korpus
uteri dan distensi segmen terus berlanjut hingga pembukaan lengkap.
c.Efek penekanan janin pada struktur pelvis/panggul, antara lain:
1. Terjadi peragangan pada fascia dan jaringan subkutan jalan
lahir.
2. Distensi perinem.
3. Penekanan pada otot-otot dasar panggul.
4. Merupakan nyeri somatic, pada nervus pudendus setinggi
vertebrae S2,S3 dan S4.
3) Tahap III/ kala III
Nyeri yang timbul pada tahap ini karena pelepasan plasenta.
4) Tahap IV/ KalaIV
Nyeri yang timbul pada tahap terakhir ini ditimbulkan karena penjahitan luka
perineum. (Anik, 2010).

E. Cara Mengatasi Nyeri Persalinan


 Metode Pengendalian Nyeri Bukan Farmakologis

1. Modulasi Psikologis Nyeri

Menurut melzack dan wall (1991) penggunaan metode psikologis untuk melawan
nyeri berasal dari penelitian yang menunjukkan signifikansi konstribusi psikologis
terhadap nyeri. Hubungan berbagai metode psikologis tampak jelas. Sebagai contoh,
relaksasi terdiri dari komponen dasar berbagai metode, seperti hipnosis, umpan balik
biologis, dan imajinasi terbimbing ( sheikh dan jordan, 1983: 394).

a. Relakasi
Relaksasi adalah metode pengendalian nyeri yang memberikan wanita
masukan terbesar. Konstribusinya diperlukan dalam pengambilan keputusan
untuk menggunakan metode ini, dalam pilihannya apakah dan dimana akan
mempelajari tekhnik yang dipilih dan dalam keputusanya mengenai apakah dan
berapa lama akan terus menggunakan metode ini dalam persalinan. Satu-
satunya masukan bukan dari ibu terdiri dari pengajaran untuknya selama

6
kehamilan dan penguatan (reinforcement) dari pendamping persalinannya
( schrock,1988).
b. Hipnoterapi
Publikasi besar-besaran media mengenai hipnosis selama berabad-abad
sangat berlawanan dengan penggunaanya yang jarang (steer, 1993: 50). Pada
sampelnya, hanya empat wanita yang memilih metode ini (0,07%). Walaupun
berbeda dalam metode induksinya, hipnosis merupakan cara lain dalam
mencapai relaksasi (wideman dan singer, 1984).
Hilgard (1986) menunjukkan bahwa aspek involunter nyeri, seperti
takikardi dan peningkatan tekanan darah, tidak dapat berubah. Bahkan selama
hipnosis yang dalam. Namun, peneliti ini mengamati bahwa banyak komponen
volunter nyeri berkurang, misalnya menangis atau ekspresi wajah. Dalam
persalinan, hipnosis diri adalah metode pilihan, dalam pilihan sugesti pasca
hipnosis. Bila kemudian digunakan, seperti relaksasi satu-satunya masukan
bukan dari maternal hanya dari penghipnotis. Namun, tidak seperti relaksasi,
mempelajari hipnosis diri selama kehamilan sangat memakan waktu dan
menghalangi penggunaanya (barang, 1995)
Selama persalinan hipnosis dianggap memungkinkan wanita untuk
menginterpretasi ulang nyeri kontraksi uterus sebagai sensasi lemah. Dengan
cara ini “ gerbang” pada substansia gelatinosa dicegah oleh impuls yang turun
untuk membuka dan meyebabkan persepsi nyeri. Seiring dengan relaksasi
respon stress otonom berkurang dan hormon stress yang biasanya
meningkatkan persepsi nyeri dalam persalinan, tidak disekresi ( simkin, 1989).
c. Imajinasi
Imajinasi terbimbing melibatkan wanita yang menggunakan imajinasi
untuk mengontrol nyerinya. Hal ini dicapai dengan menciptakan bayangan
yang mengurangi keparahan nyeri atau yang terdiri dari pengganti yang lebih
dapat diterima dan tidak nyeri ( McCaffery dan Beebe, 1989). Oleh karena
keterlibatan aktif ibu yang sangat penting dalam tekhnik ini, ia dapat
mengembangkan rasa dapat mengendalikan nyerinya yang selanjutnya
mempermudah relaksasi ( edgar dan smith, 1992). Ketika hipnosis
dibandingkan dengan keadaan seperti tidur yang dikaitkan dengan aktivitas
yang membosankan, imajinasi dibandingkan dengan mimpi di siang bolong
( steffes, 1988). Kemiripan ini meyebabkan tehnik ini disebut “ oneiroterapi”.
Yang bersal dari kata yunani untuk mimpi dan disebut waking- dream therapy (
sheikhdan jordan,1983). Namun perbedaan yang sangat penting berkaitan

7
dengan pembentukan bayangan pada imajinasi terbimbing yang bertujuan
untuk alasan khusus, seperti meredakan nyeri. Bimbingan dapat dilakukan oleh
wanita tersebut atau dia dapat dibantu oleh orang lain atau rekaman ( mobily,
dkk.,1993).
d. Umpan balik biologis
Umpan balik biologis adalah tambahan baru pada daftar terapi nyeri,
pertama kali dilaporkan pada tahun 1970. Namun seperti relaksasi banyak
penelitian mengenai umpan balik biologis difokuskan pada terapi penderita
sakit kepala lagi-lagi penting untuk mempertanyakan relevansi penelitian pada
metode yang difokuskan pada keadaan kronis, dengan tetap terfikir mengenai
sifat akut nyeri persalinan. Metode ini dapat bertambah seiring berjalannya
waktu selama kehamilan ketika wanita mempersiapkan diri dengan
mempelajari teknik untuk menggunakan metode pilihannya selama
pengalaman akut persalinan.
Umpan bailik biologis didefinisikan sebagai sebuah proses tempat
seseorang berlajar untuk mempengaruhi respon fisiologis yang reliabel yang
biasanya tidak berada dalam kontrol volunter. Akibatnya, keberhasilan umpan
balik fisiologis bergantung pada kemampuan individu untuk belajar
mengendalikan fungsi otonom.
e. Psikoprofilaksis
Diantara metode psikologis untuk menghadapi nyeri persalinan,
relaksasi tampak mendominasi dan konsisten. Larnaze 1970 menerapkan
konsep pasvlovian pada relaksasi dalam persalinan dan mengenalkan istilah
“Psikoprofilaksis” yang berarti mnecegah nyeri dengan metode psikologis.
Walaupun berbeda dalam beberapa aspek, kedua pendekatan pada pendidikan
kelahiran anak, seperti pendekatan lain memfokuskan pada empat area
melzack dan wall (1991):
1. Pemberian informasi untuk mengurangi kecemasan
2. Latihan relaksai untuk mengurangi ketegangan yang timbul dan yang
memperburuk nyeri kontraksi uterus
3. Strategi koping untuk memberikan distraksi dari nyeri.
4. Latihan pernafasan untuk mempermudah relaksasi dan distraksi dan
mungkin membantu persalinan.
1. Modulasi sensori nyeri
Modulasi sensori nyeri adalah penggunaan intervensi secara fisik untuk
“menutup gerbang” terhadap impuls nyeri. Hal ini berlawanan dengan bagian
sebelumnya mengenai metode psikoprofilaksis, yang diduga “menutup gerbang”

8
terhadap impuls nyeri dengan menggunakan pendekatan yang bergantung pada
kekuatan pikiran.
a. Terapi manual
Pada beberapa intervensi ini pengggunaan tangan sangat penting sehingga
termasuk dalam terpai manual (haldeman, 1994: 1252). Namun, peranan tangan
praktisi tidak konsisten tetapi bervariasi dengan dasar teoretis setiap metode.
Penulis memepertimbangkan terapi manual ini pertama kali karena memiliki
paling banyak persamaan dengan metode psikologis yang baru saja dibahas (lihat
“modulasi psikologis nyeri”)
1) Masase
masase adalah melakukan tekanan tangan pada jaringan lunak biasanya otot,
tendon, atau ligamentum, tanpa menyebabkan pergerakan atau perubahan
posisi sendi untuk meredakan nyeri, menghasilkan relaksasi, dan atau
memperbaiki sirkulasi.
Masase adalah “terapi nyeri yang paling primitif (Lee, dkk., 1990 : 1777)
dan menggunakan reflek lembut manusia untuk menahan, menggosok atau
meremas bagian tubuh yang nyeri. Masase yang dilakukan sendiri kurang
relevan dengan persalinan sehingga menyingkirkan konstribusi ibu. Dalam
menjelasskan masase sebagai terpai pelengkap dalam keperawatan, malkin
(1994) merinci enam gerakan dasar yang dilakukan. Gerakan tersebut adalah :
effleurage (gerakan tangan mengurut), petrissage (gerakan tangan mencubit),
tapotement (gerakan tangan melakukan perkusi), hacking (gerakan tangan
mencincang), kneading (gerakan tangan meremas), dan cupping (tangan
membentuk seperti mangkuk). Setiap gerakan ditandai dengan perbedaan
tekanan, arah, kecepatan, posisi tangan dan gerakan untuk mencapai pengaruh
yang berbeda pada jaringan dibawahnya.
Tindakan utama masase dianggap ‘menutup gerbang’ untuk menghambat
perjalanan rangsang nyeri pada pusat yang lebih tinggi pada sistem saraf pusat.
Selanjutnya, rangsangan taktil dan perasaan positif, yang berkembang ketika
dilakukan bentuk sentuhan yang penuh perhatian dan empatik, bertindak
memperkuat efek masase untuk mengendalikan nyeri (Ferrell-Torry & Glick,
1993).
2) Sentuhan Terapeutik
Intervensi keperawatan, seperti bentuk masase yang lebih khusus, yang
dapat digunakan untuk meredakan nyeri dan mengadopsi kerangka kerjs teorinya
adalah sentuhan terapeutik (TT; Daley, 1997). Terdapat empat tahap dalam
apilkasi TT, walaupun tahapannya dapat bervariasi (Booth,1993c). Untuk
9
mempersiapkanys, praktisi memfokuskan pikirannya melalui ‘pemusatan’.
Mackey 1995 menggambarkan hal ini sebagai ‘membungkam percakapan
pikiran’, walaupun terdapat kesamaan dengan meditasi atau keadaan seperti tidur.
Kemudian, ‘pengkajian’ mencakup merasakan perbedaan aliran energi melalui
teknik tanpa sentuhan, dikenal sebagai pembersihan, yaitu tangan digerakkan di
sepanjang tubuh pasien, yang berpakaian, berjarak 5-15 cm dari tubuh. Pengkajian
awal terjadi cepat dan dapat diikuti oleh penilaian ulang. Tahap intervensi terdiri
dari ‘penenangan’ dan pengarahan ulang energi. Praktisi bertujuan untuk
membentuk lapangan energi yang seragam dan mengalir pada pasien dengan
maksud menginduksi realaksasi dan mempercepat penyembuhan. Akhirnya
praktisi mengevaluasi lapangan energi pasien untuk meyakinkan bahwa aliran
berjalan seimbang . Lothtan 1988 berpendapat bahwa TT dapat digunakan untuk
menenangkan kecemasan dan nyeri persalinan, tetutama bagi pasangan yang
‘tidak nyaman dengan sentuhan fisik’.
2. Terapi quasi-manual
Penulis mempertimbangkan dua bentuk pengendalian nyeri yang berada pada
perbatasan antara manual dan teknologis.
1) Akupresur
Dalam mengontrol nyeri persalinan, tepat bahwa kita harus memeriksa
peranan akupresur (juga dikenal sebagai masase shiatsu) sebelum berpindah
untuk mendiskusikan bidang yang lebih invasif, akupunktur. Akupresur terdiri
dari masase ujun jari diatas titik akupunktur (jungman, 1998 : Arthurs, 1994)
seperti akupunktur, cara kerja akupresur tetap tidak jelas. Dua penjelasan yang
mungkin diutarakan (simkin 1989) akupresur merangsang produksi endorfin
lokal selain itu akupresur ‘ menutup gerbang’ terhadap rangsang nyeri.
Penilitian kedua aksi dan keefektifan intervensi ini masih kurang. Keuntungan
akupresur tidak hanya berasal dari efek analgesik spesifik, tetapi juga dari
counter-irritation dan penguatan sosial (conduit, 1995). Akupresur lebih tepat
dalam persalinan daripada akupuntur karena mudah dilakukan sendiri dan
terutama bermanfaat bagi nyeri punggung (arthurs, 1994).
2) Akupunktur
Masukan bukan dari maternal pada pengendalian nyeri wanita yang
memilih untuk mendapat akupunktur sangat banyak. Masukan ini termasuk
jarum, ahli akupunktur yang memasukkan jarum dan yang mengajarkan wanita
untuk merangsang jarum tersebut, tetapi mungkin yang paling bermakna
adalah kebutuhan wanita untuk menerima dasar ediologi terapi ini.

10
Penggunaan akupunktur untuk keadaan tertentu bervariasi bergantung pada
latihan dan pengalaman praktisi (WHO,1991). Juga terdapat variasi diantara
praktisi dalam menerapkan intervensi ini. Panjang jarum yang digunakan
bergantung pada jaringan yang ditusuk, jarum yang lebih pendek digunakan
untuk daerah bertulang.secara klasik,jarum terbuat dari emas atau perak
(Chapman dan Gunn, 1990), tetapi Bond hanya menyebutkan baja tahan karat.
Mann,1983 mengulas bagaimana menginsersi jarum, dalam hal
kecepatan,kekuatan dan arah, yang mempengaruhi keberhasilan terapi. Setelah
jarum di insersikan menurut peta titik akupunktur, jarum dimanipulasi dengan
gerakan, pemutaran atau getaran sedemikian rupa, mungkin secara elektrik.
3. Terapi bukan manual
metode tertentu modulasi sensorik menggunakan alat bukan manual.
1) TENS (transcutaneous electrical nerve stimulation)
Kerja utama TENS terdiri dari ‘menutup gerbang’ bagi perjalanan impuls nyeri
yang diakibatkan oleh serangan impuls dibawah ambang nyeri. Serangan ini
dihasilkan oleh generator arus listrik. Kerja tens yang lain adalah merangsang
pelepasan endorfin. Endorfin bekerja memodulasi transmisi persepsi nyeri dan
dengan demikian, meningkatkan ambang nyeri untuk mrnghasilkan sedasi dan
eoforia. Akibatnya, efektifitas tens lebih diperdebatkan dari pada cara kerjanya
(Hawkins,1994).
2) Musik
Seperti efek lingkungan yang agak umum ini lebih signifikan. Dalam konteks
ini, musik dapat memberikan energi dan membawa perintah melalui irama.
Sehingga musik dengan tempo yang tepat membantu wanita mengatur
pernafasannya. Lebih khusus musik mengurangi ketidaknyamanan psien dan
kebutuhan obat anatesi dalam kedokteran. Keuntungan terapi musik dikemukakan
oleh Hanser dan Thompon,1994 dalam konteks perawatan orang tua yang
menderita depresi. Studi terkontrol ini melibatkan tiga puluh veteran berbasis
komunitas yang mengajukan diri secara sukarela. Kedua kelompok terapi
menunjukkan perbaikan signifikan pada depresi, kecemasan, harga diri dan mood
mereka. Yang terus bertahan selama sembilan bulan tindak lanjut.
3) Hidroterapi
Air untuk menyamankan atau menyembuhkan sudah berlangsung lama dan
umum walau terdapat variasi luas dalam anjuran mengenai penggunaan air, dalam
hal aliran, arah, kekuatan dan suhu. Numun, menggunakan air selama persalinan
adalah perkembangan yang lebih maju (Brown, 1982), dan telah dipublikasikan
secara luar (odent, 1983). Melahirkan dalam air (persalinan air) telah menarik
11
banyak publisitas dan beberapa kemasyhuran yang kurang baik tetapi disini
penulis memfokuskan pada air yang digunakan untuk membantu wanita
menghadapi nyeri persalinan, dengan baik sekali disebut sebagai ‘hidroterapi’
(simkin, 1989 : 898).
4) Posisi, postur dan ambulasi
Walaupun keuntungan perubahan postur wanita telah diketahui sejak masa
William Smellie (mclintock, 1876), mereka lebih mengaitkan pada kemajuan
persalinan daripada kenyamanan wanita. Selain efek gravitasi keuntungan postur
selain terlentang atau tegak dalam persalianan dapat dikaitkan pada perubahan
dimensi panggul. Bukti radiologis menunjukkan bahwa berjongkok misalnya
meningkatakan diameter pintu bawah panggul sampai 30% atau 2cm (Russell,
1969) sementara paflik (1988) berpendapat bahwa posisi duduk bersilan
meredakan nyeri punggung, ia berpendapat bahwa posisi ini serta ambulasi
memungkinkan kesegarisan yang lebih baik pada tulang belakan janin dan ibu dan
kepala janin dengan panggul wanita. Strategi ini terutama tepat (banks, 1982) bila
wanita merasakan nyeri punggung akiibat posisi oksipito posterior kemudian
postur tegak wanita mempermudah rotasi oksiput janin kearah depan. Dengan
demikian menjadi lebih nyata bahwa perubahan postur yang mendorong kemajuan
persalinan dapat juga meredakan nyeri.
5) Lingkungan persalinan.
Dalam mempertimbangkan ikatan antara lingkungan wanita dan pengendalian
nyerinya, penulis menginterpretasikan linkungan sangat luas. Dengan demikian
penulis memasukkan lingkuan fisik atau tempat ia bersalin serta lingkungan
emosional, terutama hubungan wanita dengan orang didekatnya. Wanita bersalin
didukung oleh pemberi pelayanan formal, seperti bidan, serta pemberi perawatan
informal seperti keluarganya. Literatur penelitian tidak membantu karena
penelitian mengenai dukungan bidan ditujukan pada pengalaman melahirkan
lengkap wanita, bukan hanya pada persalinanya dalam upaya memperbaiki
kontinuitas (flint, 1989 : davies, 1993). Namun, penelitian mengenai dukungan
persalinan dilakukan dalam keadaan hampir tidak dapat dibandingkan dengan
penelitian di inggir (sosa, dkk 1980 dan kennell, dkk ; 1988).

 Metode Pengendalian Nyeri Farmakologis

Sebelum membahas berbagai bentuk farmakologis, kita harus mengingat


makna ‘analgesia’. Didefinisikan sebagai ‘pengurangan atau penghilangan sensari
nyeri’ (Anderson,1994), analgesia dipandang melalui berbagai tehnik farmakologis
12
dan teknik lain. Kita harus membedakan pengurangan atau penyingkiran nyeri ini
dari intervensi yang terkait erat secara farmakologis. Anastesia adalah ‘hilangnya
sensasi normal’ (Anderson,1994) dan biasanya dicapai dengan obat-obatan.
Perbedaan antara analgesia dan anastesia sangat jelas dalam persalinan karena dua
alasan.

Alasan pertama berkaitan dengan efek farmakologis agens itu sendiri. Obat-
obatan tertentu, seperti dinitrogen oksida, pada satu dosis atau konsentrasi tertentu
menghasilkan analgesia, sedangkan pada dosis atau konsentrasi yang lebih tunggi
menyebabkan anastesia. Kedua, tujuan yang mendasari pemberian dapat tampak
terlalu nyata bagi kata-kata, tetapi dapat kabur dalam benak mereka yang terlibat.
Sedangkan teknik tertentu dapat diberikan pada awalnya untuk mencapai analgesia,
kemudian dalam persalinan dapat digunakan untuk anastesia. Sebagai contohnya
adalah analgesia epidural, yang dapat diberikan atau ‘dipasang’ pada wanita yang
mempunyai kesulitan menghadapi nyeri, tetapi juga meningkatkan risiko wanita
untuk mengalami persalinan dengan alat atau operatif (Greiff,dkk.,1994).
Akibatnya, walaupun berdasarkan pemintaan dan persetujuan wanita, pemberian
analgesia epidural pada akhirnya tanpa ia sadari akan menambah resiko terjadinya
peristiwa yang membutuhkan anastesi.

1. Analgesia Inhalasi
Analgesia telah diinhalasi sepanjang manusia telah mampu membuat dan
mengisap asap dari zat alami,seperti bunga opium.pengenalan simploson
mengenai anestesia/analgesia kea lam persalinan pada tahun 1847 dalam
bentuk kloroform yang diberikan secara inhalasi. Berbagai analgesia inhalasi
telah atau sedang digunakan dalam persalinan , termasuk metoksifluran
(0,35%), trikloretilen (0,25-1%) dan konsentrasi / kombinasi dinitrogen oksida
yang berbeda (Bonica, 1994:634). Di inggris dinitrogen oksida dan oksigen
yang telah dicampur (50% N2O dan 50% O2) di berikan dengan alat entonox
saat ini diizinkan ubtuk digunakan oleh wanita bersalin dengan pengawasan
bidan
Prinsip utama yang meningkatkan keamanan analgesia inhalasi adalah
pemakaian sendiri. Wanita harus dicegah mengalami kelebihan dosis gas-gas
tersebut. Asupan gas yang berlebihan menyebabkan dan sungkup wajah
terjatuh sehingga menghentikan asupan lebih lanjut. Wanita belajar, idealnya

13
selama kehamilan dengan penguatan saat bersalin, mengenai prinsip-prinsip
pemakaian sendiri untuk memaksimalkan pengendalian nyeri.
2. Analgesia opioid
Cara kerja opioid , terutama pengendalian nyeri, hasil dari kemampuan opioid
untuk berikatan dengan tempat reseptor dalam SSP. Secara fisiologis, reseptor ini
berespons terhadap opioid endogen, kadang-kadang dikenal sebagai ‘endorfin’..
Tempat reseptor mencakup mu, kappa, sigma dan delta dan heterogenitas mereka
mencerminkan kisaran efek zat ini; namun, reseptor kappa yang terutama
bertanggung jawab untuk analgesia (Way & Way, 1992).
Tempat reseptor adalah tempat opioid aktif terletak di dua daerah utama dalam
SSP. Pertama , dalam substansia gelatinosa kornu dorsalis medulla spinalis ,
terdapat konsentrasi tinggi reseptor opioid . kedua , dalam otak tengah system
subtansia grisea periakuaduktal,bersama dengan nuklei talamus dan hipotalamos ,
secara tidak langsung menghambat transmisi implus nyeri pada hemisfer serebri.
Kedua kelompok tempat reseptor ini memperkuat aktivitas mereka masing-
masing dalam membatasi transmisi implus nyeri pada pusat yang lebih tinggi
(Melzack & Wall, 1991).
Peranan pusat yang lebih tinggi kurang jelas daripada peranan daerah dalam
medulla spinalis, batang otak dan talamus. Persepsi nyeri dalam hemisfer serebri
diduga terjadi dalam daerah fungsional korteks frontalis. Asumsi ini muncul dari
kererupaan yang diamati antara cara kerja opioid dalam mengurangi perhatian
seseorang pada nyeri dan respons setelah beberapa bentuk bedah otak (Way &
Way, 1992).
Ketika aktifitas opioid dimulai pada berbagai tempat reseptor, kerja pada
tingkat sel adalah mengurangi pelepasan neurotransmiter dengan memengaruhi
neuron presinaps. Pelepasan neurotransmiter , yang melibatkan serotonin,
asetilkolin dan noradrenalin di antara neurotransmiter lain, tampak dihambat.
Dengan cara yang sama seperti berbagai tempat reseptor yang sebagian
menyebabkan kisaran efek opioid yang luas, berbagai neurotrransmiter yang
terpengaruhi juga menyebabkan hal tersebut.
3. Anestesia spinal
Anestesia spinal kadang-kadang diindikasikan karena teknik ini membawa
keuntungan tertentu dibandingkan dengan pendekatan anestetik atau analgesic
lain, seperti epidural yang serupa dengan teknik ini (Shergold, 1986). Keuntungan
mencakup pemberian yang lebih mudah, dosis lebih rendah, awitan lebih cepat
dan kerja lebih singkat. Walaupun demikian, keuntungan ini harus diseimbangan

14
dengan risiko hipotensi yang lebih tinggi. Selain itu, karena anestesia spinal
memasuki ruang subaraknoid, kemungkinan kebocoran cairan serebros pinal
meningkat (Bonica, 1990a). pertimbangan ini menyebabkan anestesia spinal
digunakan bagi sebagian besar seksio sesarea (Scottish office Home and Health
Department, 1996).

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Nyeri persalinan adalah nyeri kontraksi yang dapat mengakibatkan peningkatan


aktivitas sistem syarsf simpatis. Nyeri yang hebat pada persalinan yang terjadi dapat
meyebabkan perubahan fisiologis seperti: tekanan darah menjadi naik, denyut jantung
meningkat, laju pernafasan meningkat dan apabila tidak diatasi akan maka akan
meningkatkan rasa khawatir, tegang,takut dan stress ( Bobak,2005).

Faktor yang menyebabkan nyeri persalinan ada yang berupa faktor fisik ( iskemik
jaringan, dilatasi servikal, tekanan dan penarikan pervis dan distensi perineum dan vagina)
dan faktor psikologis ( kebudayaan, perasaan cemas dan rasa takut dan pengalaman tentang
nyeri sebelumnya.

Cara pengurangan nyeri dapat dilakukan secara farmakologis ( analgesik, anastetik,


bilok epidural dan sadasif) dan non farmakologis ( relaksasi, contaneus stimulasi, yoga
akupunktur, akupressure dan TENS).

B. Saran

Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan
dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena adanya
keterbatasan pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya
dengan judul makalah ini.

Kami banyak berharap para pembaca dapat memberikan saran yang dapat
membangun kepada kami demi sempurnanya makalah ini dan penulisan makalah di

15
kesempatan-kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi penulis dan juga para
pembaca pada umumnya.

DAFTAR PUSTAKA

Mander, Rosemary.2004. Nyeri Persalinan.Jakata:EGC

Maryunani,Anik.2010. Biologi Reproduksi dalam Kebidanan. Jakarta:TIM

Nolan,Mary. 2004. Kehamilan dan Melahirkan. Jakarta : ARCAN

Rohani, dkk. 2010. Asuhan Kebidanan pada MAsa Persalinan. Jakarta: Salemba Medika

16

Anda mungkin juga menyukai