Anda di halaman 1dari 5

IV.

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian

4.1.1 Karakteristik Hewan Uji


Subyek dalam penelitian kali ini adalah tikus galur wistar (Rattus Norvegicus)
dengan jenis kelamin jantan. Pemilihan tikus berdasarkan kriteria subyek penelitian
yaitu yang berusia 1-2 bulan dengan berat berkisar antara 100-120 gram. Jumlah
sampel yang digunakan dalam penelitian kali ini sebanyak 21 ekor tikus. Tikus yang
digunakan dalam penelitian adalah tikus yang sehat dengan ciri-ciri bergerak aktif,
kondisi bulu halus, tidak lemas, serta tidak ada benjolan abnormal yang teraba. Tikus
dibagi dalam 3 kelompok secara acak dan masing-masing kelompok terdiri atas 7 ekor
tikus. Kelompok pertama merupakan kelompok kontrol yang diberi aquades (K1).
Kelompok kedua adalah kelompok perlakuan 1 (K2) yang diberi etanol 20% peroral.
Dan kelompok terakhir merupakan kelompok perlakuan 2 (K3) yang diberi etanol 25%
peroral. Tidak ada tikus yang mati dalam penelitian sehingga dapat dilakukan analisis
secara lengkap.

4.1.2 Hasil Pengamatan Histopatologi Tikus


Jumlah subyek penelitian yang dapat diamati sebanyak 21 ekor tikus. Organ
yang sudah tersimpan dibuat preparat histologis di Laboratorium Riset FK UII. Sediaan
blok atau preparat histologis diamati di Laboratorium Patologi Anatomi FK UII dengan
menggunakan mikroskop Opti-Lab. Pengamatan sediaan histologis dilakukan oleh
peneliti dengan bimbingan dokter. Pengamatan dilakukan dengan perbesaran 400x
pada lima lapang pandang yang berbeda. Masing-masing lapang pandang dihitung 100
sel meliputi perhitungan jumlah sel hepar normal, degenerasi keruh, degenerasi
hidropik, dan nekrosis kemudian dilakukan penilaian kerusakan sel hepar berdasarkan
skoring histopatologi Manja Roenigk. Jumlah sel yang terhitung kemudian dikalikan
dengan nilai masing-masing tingkat perubahan. Nilai minimal jika semua sel
merupakan hepatosit normal adalah 100 dan nilai maksimal jika sel hepar mengalami
kerusakan total adalah 400.

Tabel 1. Penilaian histologi Manja Roenigk


Tingkat Perubahan Nilai
Sel Normal 1
Sel Degenerasi Keruh / Inflamasi 2
Sel Degenerasi Hidropik 3
Sel Nekrosis 4

Tabel 2. Hasil perhitungan kerusakan sel dengan skoring Manja


Roenigk
Kelompok Minimal Maksimal Mean SD
Kontrol 100 107,2 101,114 2,6928
P1 20% 106,9 116,4 111,371 3,0864
P2 25% 109,2 125,6 119,371 6,3649
125

120 119,371

115
111,371
110

105
101,114
100

95

90
Aquades Etanol 20% Etanol 25%

Gambar 11. Nilai rerata kerusakan sel hepar berdasarkan skoring


Manja Roenigk. Kelompok etanol 25% memiliki nilai tertinggi diikuti
kelompok 20% dan aquades

A B
C D

Gambar 12. Preparat hepar tikus Rattus Norvegicus dengan pewarnaan


HE (Perbesaran 400x). A Kelompok kontrol aquades (panah hitam
menunjukkan sel hepar normal). B Kelompok etanol 20% (panah hijau
menunjukkan degenerasi keruh). C dan D Kelompok etanol 25% (panah biru
menunjukkan inflamasi (pelebaran sinusoid) dan panah kuning menunjukkan
sel hepar nekrosis)
Pemeriksaan histopatologi kelompok I (aquades) menunjukkan sel hepar yang
sehat. Kelompok II (etanol 20%) menunjukkan gambaran sel hepar yang membesar
dan sitoplasma yang keruh (degenerasi keruh). Pada kelompok ini juga menunjukkan
adanya beberapa sel yang nekrosis. Kelompok III (etanol 25%) menunjukkan beberapa
gambaran sel degenerasi dan sel nekrosis. Kerusakan yang nampak jelas pada
kelompok III adalah adanya inflamasi yang ditandai dengan pelebaran sinusoid hepar
yang terisi banyak eritrosit. Tidak terjadi kerusakan sel yang hebat pada semua
kelompok perlakuan dan tidak ditemukan adanya perlemakan hepar.

4.1.3 Analisis Data Penelitian

Uji analitis statistik dilakukan dengan menggunakan program IBM SPSS


Statistics 21. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan antara kelompok kontrol
dan perlakuan dilakukan analisis dengan Oneway ANOVA. Analisis uji yang digunakan
adalah Shapiro-Wilk karena subyek penelitian berjumlah kurang dari 50. Setelah
dilakukan uji Shapiro-Wilk didapatkan hasil sebaran data tidak normal (p<0,05),
sehingga uji levene yang digunakan untuk mengetahui homogenitas data tidak perlu
dilakukan. Karena sebaran data tidak normal maka analisis dengan Oneway ANOVA
tidak dapat dilakukan dan harus digunakan analisis alternatif yaitu Kruskal-Wallis.
Setelah dilakukan uji Kruskal-Wallis didapatkan hasil signifikan (p<0,05) dengan hasil
post-hoc seperti yang tertera pada tabel 3.

Tabel 3. Hasil Uji Post-Hoc

Kelompok I II III
I - 0,000* 0,000*
II 0,000* - 0,003*
III 0,000* 0,003* -
*Uji Kruskal-Wallis bermakna jika: p < 0,05
Keterangan:
K1/ kelompok 1: kelompok kontrol (aquades)
K2/ kelompok 2: kelompok perlakuan (etanol 20%)
K3/ kelompok 3: kelompok perlakuan (etanol 25%)

Hasil uji post-hoc penelitian secara keseluruhan menunjukkan terdapat


perbedaan yang bermakna pada setiap kelompok perlakuan. Terdapat perubahan yang
signifikan pada kelompok kontrol dengan perlakuan II yang ditunjukkan dengan nilai
p<0,05 (p=0,000). Begitu pula pada kelompok kontrol dan perlakuan III (p=0,000).
Kelompok perlakuan II dan perlakuan III juga menunjukkan adanya perbedaan yang
signifikan yang ditunjukkan dengan nilai (p=0,003). Tidak didapatkan hasil yang tidak
signifikan disetiap kelompok perlakuan.

Anda mungkin juga menyukai