Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN CASUS

‘HIPOESTESIA PALMAR DEXTRA, HIPOESTESIA DIGITI I, II, III

DEXTRA ’

STASE ILMU PENYAKIT SARAF

Disusun Oleh :

Ahmad Abqari Sumartono (2012730115)

Dokter Pembimbing :

dr. Jovizal jannis, Sp.S

RUMAH SAKIT ISLAM JAKARTA CEMPAKA PUTIH

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN UNIVERSITAS


MUHAMMADIYAH JAKARTA

PERIODE

2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah


melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan
refreshing yang berjudul “hipoestesia palmar dextra, hipoestesia digiti I, II, III dextra
”. Laporan kasus ini disusun dalam rangka memenuhi persyaratan dalam kepaniteraan
Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Jakarta pada bagian Ilmu Kesehatan
syaraf RSIJ cempaka putih , pada umumnya dan sebagai pembelajaran untuk
penyusuan, khususnya.
Penyusun menyadari bahwa tugas ini jauh dari sempurna, oleh karena itu
penyusun menerima segala kritik dan saran yang membangun dari semua pihak demi
kesempurnaan tinjauan pustaka ini.
Penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada pembimbing dr. Jovizal
Jannis, Sp.S atas segala bimbingan, motivasi, serta ilmu yang diberikan sehingga
penyususn dapat menyelesaiakan tugas pustaka ini. Besar harapan penyusun semoga
tugas ini dapat memberikan manfaat kepada semua pihak.

Jakarta, Februari 2018

Penyus

i
Daftar Isi

KATA PENGANTAR .................................................................................................... i


Daftar Isi ........................................................................................................................ ii
BAB I
laporan Kasus ......................................................................................................... 1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................................. 15
II. 1. LATAR BELAKANG MASALAH ............................................................... 15
II. 2. CARPAL TUNNEL SYNDROME (CTS) ...................................................... 17
A. Definisi ......................................................................................................... 17
B. Patogenesis ................................................................................................. 19
C. Etiologi ....................................................................................................... 20
D. Gejala .......................................................................................................... 21
E. Penegakan Diagnosis .................................................................................. 22
F. Diagnosis Banding ....................................................................................... 24
G. Tata Laksana ............................................................................................... 24
H. Prognosis ..................................................................................................... 25
I. Komplikasi ................................................................................................... 25
J. Pencegahan ................................................................................................... 26
BAB III
KESIMPULAN ........................................................................................................... 27
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 28

ii
BAB I

Laporan kasus
I. IDENTITAS
Nama : Ny. S
Umur : 51 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Status : Menikah
Tempat Periksa : Poli saraf

II. KELUHAN UTAMA


Telapak tangan kanan nyeri dan sering kesemutan

III. KELUHAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELUHAN UTAMA


Rasa sedikit tebal pada jari tengah, telunjuk, dan ibu jari tangan kanan.

IV. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG


Pasien mengeluh nyeri dan kesemutan di telapak tangan kanan yang
dirasakan sejak ± 1 bulan yang lalu. Kesemutan terutama dirasakan pada sisi
dalam jari tengah, telunjuk, dan ibu jari. Kesemutan bersifat hilang timbul dan
dirasakan lebih sering pada malam hari dan berkurang bila diayun-ayunkan, nyeri
juga dirasakan terutama pada malam hari sehingga mengganggu tidur karena
sering terbangun.
Pasien mengeluh rasa sedikit tebal pada jari tengah, telunjuk, dan ibu jari.
Keluhan muncul bersamaan dengan nyeri dan rasa kesemutan. Nyeri berkurang
bila pergelangan tangan dipijat atau dikibas-kibaskan.

1
Pasien tidak pernah memeriksakan keluhan tersebut sebelumnya. Oleh
pasien tangan yang sakit masih tetap digunakan untuk bekerja. Pasien adalah
seorang ibu rumah tangga, pasien juga mengaku mempunyai kebiasaan mencuci
dan memeras pakaian dengan tangan di rumah yang dilakukan setiap hari selama
bertahun-tahun.
Pasien menyangkal riwayat bengkak dan panas di pergelangan tangan.
Pasien juga menyangkal riwayat jatuh menumpu pada tangan. Pasien juga
menyangkal kebiasaan tidur menumpu pada pergelangan tangan. Pasien
menyangkal riwayat kelemahan anggota gerak. Pasien menyangkal riwayat
kesulitan dalam memegang botol atau benda-benda berbentuk sejenis.

V. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU


Riwayat penyakit serupa : disangkal
Riwayat trauma : disangkal
Riwayat hipertensi : disangkal
Riwayat penyakit gula : disangkal

VI. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA


Riwayat penyakit serupa : disangkal
Riwayat hipertensi : disangkal
Riwayat penyakit gula : disangkal

VII. KEADAAN SOSIAL EKONOMI


Pasien adalah seorang ibu rumah tangga

VIII. RIWAYAT KEBIASAAN DAN GIZI


Pasien makan sehari-hari sebanyak 3 kali dengan nasi, lauk pauk, dan sayur
dengan sesekali mengkonsumsi buah-buahan dan susu.

2
PEMERIKSAAN YANG DILAKUKAN

I. STATUS INTERNA
1. Kesan Umum
Kesadaran : Compos mentis
GCS : E4 V5 M6
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : 80x/menit
Pernafasan : 22x/menit
Suhu : 36,40 C
Mata : Konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-), refleks
pupil ±/± diameter (3cm/3cm), pupil bulat dan
isokor
Leher : Pembesaran KGB leher (-)
Dada

 Jantung : S1S2 murni, regular, murmur (-), gallop (-)


 Paru : Suara nafas vesikular, rhonki -/-, wheezing -/-
Perut : Distensi (-), supel, nyeri tekan epigastrium(-),
perkusi timpani, bising usus (+) normal.
2. Status neurologis
A. Fungsi luhur : dalam batas normal
B. Fungsi vegetatif : dalam batas normal
C. Tanda rangsangan selaput otak :
Kaku kuduk : (-)
Tanda lasseque : (-)
Tanda kernig : (-)
Tanda brudinski I : (-)
3
Tanda brudinski II : (-)
Tanda brudinski III : (-)
Tanda brudinski IV : (-)

D. Kolumna vertebralis :
Kelainan bentuk : (-)
Nyeri tekan/ ketok lokal : (-)
Tanda Patrick : (-)
Tanda Kontrapatrick : (-)
Gerakan vertebra servikal : fleksi, ekstensi dan rotasi pasif dalam batas
normal
Gerakan tubuh : membungkuk, ekstensi dan deviasi lateral
dalam batas normal

E. Nervus kranialis : Kanan Kiri


N. I (Olfaktorius)
Subyektif : - -
Dengan bahan (kopi bubuk) : - -

N. II (Optikus)
Tajam penglihatan : >6/60 >6/60
Lapang penglihatan : dbn dbn
Melihat warna : dbn dbn
Fundus okuli : dbn dbn

N. III (Okulomotorius)
Celah mata : simetris
Posisi bola mata : di tengah di tengah
Pergerakan bola mata : dbn dbn
Strabismus : - -

4
Nistagmus : - -
Exophtalmos : - -
Pupil

 Besarnya : 3 mm 3 mm
 Bentuknya : Bulat Bulat
Refleks cahaya langsung : + +
Refleks cahaya tidak langsung : + +
Refleks konvergensi : + +
Melihat ganda : - -

N. IV (Troklearis)
Pergerakan mata : dbn dbn
(ke bawah-ke dalam)
Sikap bola mata : Tengah Tengah
Melihat ganda : - -

N.V (Trigeminus)
Membuka mulut : dbn dbn
Mengunyah : dbn dbn
Menggigit : dbn dbn
Refleks kornea : + +
Sensibilitas muka : + +

N. VI (Abdusen)
Pergerakan mata (ke lateral) : - -
Sikap bola mata : Tengah Tengah
Melihat ganda : - -

5
N. VII (Fasialis)
Mengerutkan dahi : simetris
Menutup mata : simetris
Memperlihatkan gigi : simetris
Bersiul : simetris
Perasaan lidah (2/3 anterior) : dbn dbn

N. VIII
Suara berbisik : dbn dbn
Tes schwabach : dbn dbn
Tes rinne : dbn dbn
Tes weber : dbn dbn
Vertigo : (-)
Nistagmus : (-)

N. IX (Glosofaringeus)
Perasaan lidah (1/3 posterior) : dbn dbn
Sensibilitas faring : dbn dbn

N. X (Vagus)
Arkus faring : normal (tengah)
Menelan : dbn
Refleks muntah : dbn dbn
Fenomena Vernet Rideau : dbn dbn

N. XI (Aksesorius)
Mengangkat bahu : dbn dbn
Memalingkan muka : dbn dbn

6
N.XII (Hipoglossus)
Atrofi lidah : (-) (-)
Kekuatan : simetris simetris
Gerak spontan : (-)
Posisi diam : di tengah
Posisi dijulurkan : di tengah

F. Badan dan anggota gerak


1. Badan
Respirasi : Simetris, tidak ada yang
tertinggal
Pergerakan K. Vertebralis : -
Sensibilitas Kanan Kiri

 Taktil : dbn dbn


 Nyeri : dbn dbn
 Suhu : dbn dbn
 Diskriminasi 2 titik : dbn dbn
 Lokalisasi : dbn dbn

2. Anggota gerak atas


Motorik Kanan
atas tengah bawah
Kekuatan : 5 5 5
Tonus : normal normal normal

Motorik Kiri
atas tengah bawah
Kekuatan : 5 5 5
Tonus : normal normal normal

7
Refleks
Biceps : ++ ++
Triceps : ++ ++
Brachial : ++ ++
Hoffman Tromner : - -

Sensibilitas Kanan Kiri


Taktil : turun dbn
Nyeri : dbn dbn
Suhu : dbn dbn
Diskriminan 2 titik : turun dbn
Lokalis : turun dbn

3. Anggota gerak bawah Kanan Kiri


Pergerakan : - -
Kekuatan : 5 5
Tonus : normal normal
Sensibilitas
Taktil : dbn dbn
Nyeri : dbn dbn
Suhu : dbn dbn
Diskriminan 2 titik : dbn dbn
Lokalis : dbn dbn
Getar : dbn dbn
Refleks
Patella : ++ ++
Achilles : ++ ++
Babinski : - -
Chaddock : - -
Schaeffer : - -

8
Oppenheim : - -
Gordon : - -

Klonus
Paha : - -
Kaki : - -

G. Pemeriksaan nyeri (Kanan/Kiri)


Flick’s sign : (+/-)
Thenar wasting : (-/-)
Wrist extension test : (+/-)
Phalen’s test : (+/-)
Torniquet test : (-/-)
Tinels’s sign : (+/-)
Pressure test : (+/-)
Luthy’s sign (bottle’s sign) : (-/-)

H. Koordinasi, gait dan keseimbangan


Cara berjalan : dbn
Tes Romberg : dbn
Disdiadokokinesis : dbn
Ataksia : dbn
Rebound phenomenon : dbn
Disemetri : dbn

9
II. Resume
A. Anamnesis
Pasien mengeluh nyeri dan kesemutan di telapak tangan kanan yang
dirasakan sejak ± 1 bulan yang lalu. Kesemutan terutama dirasakan pada sisi
dalam jari tengah, telunjuk, dan ibu jari. Kesemutan bersifat hilang timbul dan
dirasakan lebih sering pada malam hari dan berkurang bila diayun-ayunkan, nyeri
juga dirasakan terutama pada malam hari sehingga mengganggu tidur karena
sering terbangun.
Pasien mengeluh rasa sedikit tebal pada jari tengah, telunjuk, dan ibu jari.
Keluhan muncul bersamaan dengan nyeri dan rasa kesemutan. Nyeri berkurang
bila pergelangan tangan dipijat atau dikibas-kibaskan.
Pasien tidak pernah memeriksakan keluhan tersebut sebelumnya. Oleh
pasien tangan yang sakit masih tetap digunakan untuk bekerja. Pasien adalah
seorang ibu rumah tangga, pasien juga mengaku mempunyai kebiasaan mencuci
dan memeras pakaian dengan tangan di rumah yang dilakukan setiap hari selama
bertahun-tahun.
B. Pemeriksaan Fisik
Status neurologis :
Kesadaran : GCS E4V5M6

Fungsi sensoris : Lengan


Kanan Kiri
Taktil : turun dbn
Diskriminan 2 titik : turun dbn
Lokalis : turun dbn

10
C. Pemeriksaan nyeri (Kanan/Kiri)
Flick’s sign : (+/-)
Wrist extension test : (+/-)
Phalen’s test : (+/-)
Tinels’s sign : (+/-)
Pressure test : (+/-)

III. Diagnosis
Diagnosis klinis
Hipoestesia palmar dextra, hipoestesia digiti I, II, III dextra
Diagnosis topis
Nervus medianus dalam terowongan karpal
Diagnosis etiologis :
Suspek Carpal Tunnel Syndrome dextra

IV. Rencana awal


Rencana pemeriksaan :
 Cek laboratorium (pemeriksaan darah lengkap)
 Foto Rontgen wrist join dextra AP/lat
 Electromielografi
Terapi :
Medikamentosa
 Meloxicam 15 mg 1 x 1
 Vit B 6 (piridoksin) tab 50mg 3x1
 Injeksi metylprednisolon 20 mg intrakompartemen
Nonmedikamentosa
 Fisioterapi
 Fiksasi pergelangan tangan dengan bandage
 Mengurangi aktivitas yang memberatkan penyakit seperti mencuci
baju dengan tangan, dan memeras pakaian.

11
Monitoring:
 Perjalanan penyakit
 Pemeriksaan neurologis

V. Prognosis
Ad vitam : sanam
Ad sanam : sanam
Ad fungsionam : sanam

12
Laboratorium
Hb 13,3 g/dl SGOT 17 u/l
Hct 40% SGPT 15 u/l
Eritrosit 4,13. 106/µl Albumin 4,1 g/dl
Leukosit 10,1. 103 /µl Kreatinin 0,9 mg/dl
Trombosit 320. 103 /µl Ureum 43 mg/dl
PT 11,7 detik Asam Urat 5,0 mg/dl
APTT 25,6 detik Kolesterol total 150 mg/dl
HbA1C 5,4 % LDL 90 mg/dl
GDP 90 mg/dl HDL 60 mg/dl
GD 2 jam PP 112 mg/dl Trigliserid 110 mg/dl
T4 5µg/dl fT4 1ng/dl
Interpretasi : normal

Rontgen wrist join dextra AP/Lateral

 Alignment baik
 Trabekulasi tulang normal
 Subchondral bone layer baik
 Celah dan permukaan sendi baik
 Tak tampak erosi atau destruksi tulang
 Tak tampak soft tissue mass atau swelling

13
A (assessment)
o Diagnosis klinis :
 Hipoestesia palmar dextra, hipoestesia digiti I, II, III dextra
o Diagnosis topis
 Nervus medianus dalam terowongan karpal
o Diagnosis etiologis :
 Carpal Tunnel Syndrome Dextra

P (planning)

 Meloxicam 15 mg 1 x 1
 Vit B 6 (piridoksin) tab 50mg 3x1
 Bila nyeri tidak menghilang/ berkurang : injeksi Metylprednisolon
intra karpal 20mg lagi
 Bila 2 minggu lagi keadaan masih tidak membaik dan muncul
tanda-tanda atrofi, segera konsul bedah orthopedi

14
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II. 1 LATAR BELAKANG MASALAH

Gambar 1. Persarafan motorik Nervus medianus

15
Nervus medianus tersusun oleh belahan fasikulus lateralis dan belahan
fasikulus medialis. N. medianus membawakan serabut-serabut radiks ventralis
dan dorsalis C.6, C.7, C.8, dan T.1. Otot-otot yang dipersarafinya ialah otot-otot
yang melakukan pronasi lengan bawah (m.pronator teres dan m.pronator
kuadratus), fleksi falangs paling ujung jari telunjuk, jari tengah dan ibu jari
(mm.lumbrikales sisi radial), fleksi jari telunjuk, jari tengah dan ibu jari pada
sendi metakarpofalangeal (mm.lumbrikales dan mm.interoseae sisi radial), fleksi
jari sisi radial di sendi interfalangeal (mm.fleksor digitorum profundus sisi radial),
oposisi dan abduksi ibu jari (m.opones polisis dan m.abduktor polisis brevis).

Gambar21. Persarafan sensoris Nervus medianus

Kawasan sensoriknya mencakup kulit yang menutupi telapak tangan,


kecuali daerah ulnar selebar 11/2 jari. Dan pada dorsum manus kawasan
sensoriknya adalah kulit yang menutupi falangs kedua dan falangs ujung jari
telunjuk, jari tengah, dan separuh jari manis.
N. medianus sering terjepit atau tertekan dalam perjalanannya melalui
m.pronator teres, siku dan retinakulum pergelangan tangan. Pada luka di
pergelangan tangan, misalnya, n.medianus dapat terpotong bersama dengan
n.ulnaris. Hal itu sering terjadi pada kecelakaan di mana tangan menerobos kaca.
Kelumpuhan yang menyusulnya melanda ketiga jari sisi radial, sehingga ibu jari,
16
jari telunjuk, dan jari tengah tidak dapat difleksikan, baik di sendi
metakarpofalangeal, maupun di sendi interfalangeal. Ibu jari tidak dapat
melakukan oposisi dan abduksi. Atrofi otot-otot tenar akan cepat menyusul
kelumpuhan tersebut.

Gambar 3. Jepitan pada Nervus medianus

II. 2. CARPAL TUNNEL SYNDROME (CTS)

A. DEFINISI
CTS Atau juga disebut sebagai sindroma terowongan karpal, merupakan
suatu neuropati jepitan (entrapment) n.medianus di pergelangan tangan yang
menimbulkan parestesia dan kelemahan tangan. Sindroma ini disebabkan oleh
tekanan pada saraf medianus sewaktu saraf ini bersama dengan tendo fleksor jari
tangan melewati terowongan yang dibentuk oleh tulang karpal dan ligamentum
karpal transversus. Penekanan pada n.medianus dapat disebabkan oleh semua
proses yang mencapai saluran karpal. Tenosinovitis lokal pada tendo fleksor jari
tangan sering merupakan penyebab sindroma saluran karpal, terutama pada
perempuan berusia pertengahan. Edema prahaid atau selama kehamilan juga bisa

17
menimbulkan gejala ini. Gejala dapat dicetuskan oleh aktivitas yang memerlukan
fleksi, pronasi, dan supinasi berulang pergelangan tangan, seperti menyulam,
mengemudi, menjalankan komputer, dan bermain golf. Penyebab sindroma karpal
yang lain (sering bilateral) adalah artritis reumatoid, akromegali, hipotiroidisme,
dan amiloidosis. Sindroma saluran karpal unilateral cenderung disebabkan oleh
trauma, aktivitas jasmani yang menggunakan satu pergelangan tangan,
tuberkolosis, gout, atau penyakit endapan kalsium pirofosfat. (Gilliland, 2007)

Pasien merasa baal (mati rasa) atau parestesia pada permukaan palmar ibu
jari, jari telunjuk dan jari tengah, dan separuh radial jari manis. Dapat CTS Atau
juga disebut sebagai sindroma terowongan karpal, merupakan suatu neuropati
jepitan (entrapment) n.medianus di pergelangan tangan yang menimbulkan
parestesia dan kelemahan tangan. Sindroma ini disebabkan oleh tekanan pada
saraf medianus sewaktu saraf ini bersama dengan tendo fleksor jari tangan
melewati terowongan yang dibentuk oleh tulang karpal dan ligamentum karpal
transversus. Penekanan pada n.medianus dapat disebabkan oleh semua proses
yang mencapai saluran karpal. Tenosinovitis lokal pada tendo fleksor jari tangan
sering merupakan penyebab sindroma saluran karpal, terutama pada perempuan
berusia pertengahan. Edema prahaid atau selama kehamilan juga bisa
menimbulkan gejala ini. Gejala dapat dicetuskan oleh aktivitas yang memerlukan
fleksi, pronasi, dan supinasi berulang pergelangan tangan, seperti menyulam,
mengemudi, menjalankan komputer, dan bermain golf. Penyebab sindroma karpal
yang lain (sering bilateral) adalah artritis reumatoid, akromegali, hipotiroidisme,
dan amiloidosis. Sindroma saluran karpal unilateral cenderung disebabkan oleh
trauma, aktivitas jasmani yang menggunakan satu pergelangan tangan,
tuberkolosis, gout, atau penyakit endapan kalsium pirofosfat. (Gilliland, 2007)
timbul rasa baal atau parestesia di seluruh tangan. Nyeri dapat terasa di
lengan bawah dan kadang-kadang ke bahu dan leher. Nyeri atau kesemutan pada
jari sering timbul pada malam hari dan akan berkurang apabila penderita
menggoyang atau menggerak-gerakkan tangan.

18
Kelemahan dan atrofi otot tenar biasanya timbul belakangan dan dapat
timbul tanpa gangguan sensorik yang bermakna. Kelemahan otot tenar
bermanifestasi sebagai penurunan kekuatan abduksi, oposisi dan fleksi jempol.

Gambar 4. Atrofi m. thenaris

B. PATOGENESIS
Terdapat beberapa hipotesis mengenai patogenesis CTS. Pada umumnya
adalah faktor mekanik dan faktor vaskular sangat berperan dalam timbulnya CTS.
Sebagian besar CTS terjadi secara perlahan-lahan (kronis) akibat gerakan pada
pergelangan tangan yang terus menerus sehingga terjadi penebalan atau
tenosinovitits pada fleksor retinakulum. Hal ini merupakan penyebab tersering.
Pada keadaan kronis terdapat penebalan fleksor retinakulum yang menekan saraf
medianus. Tekanan yang berulang-ulang dan lama pada saraf medianus akan
menyebabkan tekanan intrafasikuler meninggi. Keadaan ini menyebabkan
perlambatan aliran vena intrafasikuler. Bendungan/kongesti ini lama-kelamaan
akan mengganggu nutrisi intrafasikuler, selanjutnya terjadi anoksia yang akan
merusak endotel dan menimbulkan kebocoran protein sehingga terjadi edema
epineural. Hipotesis ini dapat menerangkan keluhan yang sering terjadi pada CTS
yaitu berupa rasa nyeri dan bengkak terutama pada malam/pagi hati yang akan
menghilang atau berkurang setelah tangan yang bersangkutan digerak-gerakkan
atau diurut, mungkin karena terjadi perbaikan dari gangguan vaskuler ini. Bila
19
keadaan ini berlanjut, akan terjadi fibrosis epineural dan merusak serabut saraf.
Lama kelamaan saraf menjadi atrofi dan diganti jaringan ikat sehingga fungsi
saraf medianus terganggu.
Pada CTS yang akut, biasanya terjadi penekanan/kompresi yang melebihi
tekanan perfusi kapiler sehingga terjadi gangguan mikrosirkulasi saraf dan saraf
menjadi iskemik, selain itu juga terjadi peninggin tekanan fasikuler yang akan
memperberat keadaan iskemik ini. Selanjutnya terjadi pelebaran pembuluh darah
yang akan menyebabkan edema dan menimbulkan gangguan aliran darah pada
saraf dan merusak saraf tersebut (sama dengan yang kronis). Pengaruh
mekanik/tekanan langsung pada saraf tepi dapat pula menimbulkan invaginasi
nodus Ranvier dan demielinisasi setempat sehingga konduksi saraf terganggu.
Selain dari faktor mekanik dan vaskuler ini mungkin ada keadaan lain yang
membuat saraf medianus menderita dalam terowongan karpal.

C. ETIOLOGI

Etiologi dari CTS bisa bermacam-macam. Hal ini bisa salah satunya
merupakan pekerjaan atau aktivitas yang menggunakan tangan secara berulang,
hal ini merupakan faktor predisposisi dan dapat meningkatkan risiko terjadinya
CTS. Namun setiap keadaan yang menyebabkan tekanan/kompresi saraf
medianus dalam terowongan karpal merupakan etiologi CTS, misalnya:

 Semua keadaan yang mengurangi luas/ukuran terowongan karpal,


misalnya kelainan anatomis bawaan, patah tulang. Akromegali osteofit,
eksostosis tulang, perkapuran, dll, yang dapat mempengaruhi struktur
pergelangan tangan. Dapat pula terjadi penebalan fleksor retinakulum (ini
yang tersering) misalnya karena proses radang pada artritis reumatoid.
 Keadaan yang menyebabkan isi terowongan karpal berlebihan,
misalnya terdapat otot abberant dalam terowongan, atau terjadi trombosis
pada arteri. Yang paling sering menyebabkan isi terowongan karpal
berlebihan adalah proses radang seperti tenosinovitis nonspesifik yang
20
dapat menyebabkan penebalan dan fibrosis sinovium, radang tuberkulosis,
histoplasmosis. Tofi gout, neoplasma/neurinoma atau ganglion juga
pernah dilaporkan.
 Penyakit sistemik yang berhubungan dengan neuropati seperti
diabetes melitus, uremi, dll yang ternyata menyebabkan saraf medianus di
terowongan karpal menjadi sensitif terhadap jebakan.
 CTS akut biasanya disebabkan oleh trauma (fraktur atau dislokasi)
pergelangan tangan. Dapat juga karena infeksi pergelangan tangan atau
lengan bawah. Perdarahan spontan, trombosis, dll yang kesemuanya dapat
menyebabkan peninggian tekanan dalam terowongan karpal dan menekan
saraf medianus.
 Keadaan sisitemik lainnya seperti kegemukan, kehamilan,
menopause, miksedema, gagal jantung ataupun gangguan keseimbangan
hormon yang mengakibatkan penimbunan lemak atau cairan yang juga
menimbulkan edema dalam terowongan.
 Defisiensi vitamin B6 (piridoksin) memegang peranan sebagai
penyebab CTS.
 Idiopatik

D. GEJALA

Gambaran klinik dari CTS umumnya menimbulkan keluhan yang


berangsur-angsur. Rasa nyeri di tangan yang biasanya timbul malam atau pagi
hari. Penderita sering terbangun karena nyeri dan berusaha mengatasi keluhannya
dengan menggerak-gerakkan tangan atau mengurutnya, ternyata rasa nyeri ini
dapat hilang atau dikurangi. Keluhan juga berkurang bila tangan atau pergelangan
istirahat dan sebaliknya keluhan bertambah pada pergelangan tangan yang
menyebabkan tekanan dalam terowongan bertambah. Lama kelamaan keluhan ini
makin sering dan makin berat bahkan dapat menetap pada siang maupun malam

21
hari. Rasa baal, kesemutan, atau rasa seperti terkena strum listrik pada jari-jari.
Biasanya jari ke-1, 2, 3, dan 4 (sisi radial).
Kadang-kadang tidak dapat dibedakan jari mana terkena atau dirasakan
gangguan pada semua jari. Dapat pula terasa gangguan pada beberapa jari saja,
misalnya jari ke-3 dan ke-4, tetapi tidak pernah keluhan pada jari ke-5 (kelingking
saja). Kadang-kadang rasa nyeri dapat terasa sampai lengan atas dan leher,tetapi
rasa baal, kesemutan hanya terbatas pada distal pergelangan tangan saja. Jari-jari,
tangan, dan pergelangan tangan terdapat edema dan kaku terutama pagi hari dan
menghilang setelah mengerjakan sesuatu. Gerakan jari-jari kurang terampil,
misalnya sewaktu menyulam atau memungut benda kecil. Bila terjadi pada anak-
anak, sering dilaporkan bahwa dia bermain hanya dengan jari ke-4 dan ke-5 saja.
Dan juga bisa terjadi otot telapak tangan mengecil dan makin lama makin
mengecil.

E. PENEGAKAN DIAGNOSIS

Pada pemeriksan, gejala parestesia atau nyeri pada jari dapat dicetuskan
dengan perkusi di permukaan voler pergelangan tangan (tanda Tinel) atau dengan
fleksi penuh pergelangan tangan selama 1 menit (tes Phalen). Tes diagnostik yang
lebih peka dan spesifik untuk menimbulkan gejala sindroma saluran karpal adalah
dengan menekan saluran karpal dengan sfignomanometer modifikasi yang diatur
pada 150 mmHg selama 60 detik. Pada distribusi saraf medianus mungkin dapat
dibuktikan adanya penurunan rasa sentuh atau hiperpatia terhadap tusukan jarum
dan pelebaran diskriminasi 2 titik. Penelitian tentang hantaran n.medianus
memperlihatkan perlambatan latensi melintasi pergelangan tangan yang
memastikan diagnosis. Terapi pasien dengan hanya gejala sensorik dan kelainan
minor hantaran saraf adalah bidai pergelangan tangan yang terutama dipakai
malam hari, obat antiradang, dan suntikan lokal dengan steroid. Bila gejala
menetap atau timbul kelainan motorik, diindikasikan dekompresi saluran karpal
secara bedah disertai pembebasan ligamentum karpal transvesus. (Gilliland, 2007)

22
Gambar 5. Pemeriksaan CTS : Wrist extension test (kiri) dan Phalen’s test (kanan)
Diagnosis bisa ditegakkan melalui pemeriksaan fisik yang meliputi
pemeriksaan motorik. Pemeriksaan ini dilakukan dengan memeriksa otot-otot
yang diinervasi saraf medianus sisi distal dari terowongan karpal, misalnya
m.abduktor polisis brevis, m.fleksor polisis brevis, dan m.lumbrikalis kesatu dan
kedua, serta m.oponens polisis. Dilakukan juga pemeriksaan sensorik. Pada CTS
hampir selalu terdapat parestesia, maka pemeriksaan ini perlu dilakukan.
Pemeriksaan ini meliputi pemeriksan hipoaesteisa, pemeriksaan membedakan 2
titik, pemeriksaan hiperestesia, dan pemeriksaan persepsi vibrasi. Pemeriksaan
fungsi ototnom, bisa dilihat apakah terdapat perbedaan keringat, kulit kering dan
licin yang berbatas tegas pada distribusi saraf medianus.
Untuk diagnosis mungkin juga perlu dilakukan pemeriksaan penunjang,
misalnya EMG dan pemeriksaan laboratorium (meliputi pemeriksaan kadar gula
darah, kadar hormon tiroid, dan pemeriksaan darah lengkap). Pemeriksaan
radiologi yang dapat dilakukan adalah foto polos, tomografi komputer, resonansi
magnetik, dan ultrasonografi (USG).

23
F. DIAGNOSIS BANDING

Diagnosis banding dalam kasus dalam skenario yang juga merupakan


kemungkinan penyakit yang ada bersama CTS adalah neuropati ulnar. Neuropati
ulnar juga hampir sama dengan CTS, dapat menyebabkan keluhan kesemutan atau
kelemahan pada tangan atau nyeri pada lengan. Untuk membedakannya dari CTS,
pada neuropati ulnar, gangguan sensorik biasanya terbatas pada jari ke-5 dan
setengah sisi ulnar jari ke-4. Gangguan motorik akan berpengaruh pada otot-otot
intrinsik tangan kecuali oponen polisis, fleksor polisis brevis, abduktor polisis
brevis, lumbrikalis kesatu dan kedua.
CTS juga sering memiliki gejala mirip dengan fraktur radius distal,
sindrom pronator teres, dan sindrom de Quarvain’s. Kita juga harus dapat
membedakannya dengan hipestesi pada radikulopati servikal dimana penurunan
fungsi sensori yang berjalan sesuai dermatomnya.

G. TATA LAKSANA

Terapi yang bisa diberikan adalah terapi konservatif dan terapi operatif
(diindikasikan apabila kasus tidak mengalami perbaikan setelah terapi konservatif
atau bila terjadi gangguan sensorik yang berat atau adanya atrofi otot-otot thenar).
Terapi konservatif bisa dilakukan dengan:

 Mengistirahatkan pergelangan tangan.


 Pemberian obat antiinflamasi nonsteroid. Pemberian obat ini
diindikasikan karena penebalan fleksor retinakulum (ini etiologi yang
tersering) misalnya karena proses radang pada artritis reumatoid.
 Pemasangan bidai pada posisi netral pergelangan tangan. Bidai
dapat dipasang terus menerus atau hanya pada malam hari selama 2-3
minggu.
 Injeksi steroid, misalnya deksametason 1-4 mg atau hidrokortison
10-25 mg atau metilprednisolon 20 mg/40 mg diinjeksikan ke dalam
24
terowongan karpal dengan menggunakan jarum no.23 atau no.25 pada
lokasi 1 cm ke arah proksimal lipat pergelangan tangan di sebelah
medial tendon m.palmaris longus. Bila belum berhasil, suntikan dapat
diulangi setelah 2 minggu atau lebih. Tindakan operasi bisa dilakukan
bila hasil terapi belum memuaskan setelah diberi 3 kali suntikan.
 Kontrol cairan, misalnya dengan pemberian diuretika.
 Vitamin B6 (piridoksin). Beberapa penulis berpendapat bahwa
salah satu penyebab CTS adalah defisiensi piridoksin sehingga mereka
menganjurkan pemberian piridoksin 100-300 mg/hari selama 3 bulan.
Tetapi ada beberapa penulis lainnya berpendapat bahwa pemberian
piridoksin tidak bermanfaat bahkan dapat menimbulkan neuropati bila
diberikan pada dosis besar.
 Fisioterapi, ditujukan pada perbaikan Vaskularisasi pergelangan
tangan.

H. PROGNOSIS

Prognosis dari terapi yang diberikan pada CTS ringan umumnya baik.
Perbaikan yang paling cepat dirasakan adalah hilangnya rasa nyeri yang kemudian
diikuti perbaikan sensorik. Biasanya perbaikan motorik dan otot-otot yang
mengalami atrofi baru diperoleh kemudian. Keseluruhan proses perbaikan CTS
setelah operasi ada yang sampai memakan waktu 18 bulan.

I. KOMPLIKASI

Komplikasi yang dapat dijumpai adalah kelemahan dan hilangnya


sensibilitas yang persisten di daerah distribusi n.medianus. Komplikasi yang berat
adalah reflek sympathetic dystrophy yang ditandai dengan nyeri hebat,
hiperalgesia, disestesia, dan gangguan trofik.

25
J. PENCEGAHAN

Pencegahan untuk CTS bisa dilakukan dengan berbagai cara, antara lain:

 Usahakan agar pergelangan tangan selalu dalam posisis netral.


 Perbaiki cara memegang atau menggenggam alat benda.
Gunakanlah seluruh tangan dan jari-jari untuk menggenggam sebuah
benda, jangan hanya menggunakan ibu jari dan telunjuk.
 Batasi gerakan tangan yang repetitif.
 Istirahatkan tangan secara periodik.
 Kurangi kecepatan dan kekuatan tangan agar pergelangan tangan
memiliki waktu untuk beristirahat.
 Latih otot-otot tangan dan lengan bawah dengan melakukan
peregangan secara teratur.

26
BAB III
KESIMPULAN

Pada kasus CTS ringan, dengan terapi konservatif umumnya prognosa baik. Bila
keadaan tidak membaik dengan terapi konservatif maka tindakan operasi harus
dilakukan. Secara umum prognosa operasi juga baik, tetapi karena operasi hanya
dilakukan pada penderita yang sudah lama menderita CTS penyembuhan post operatifnya
bertahap

27
DAFTAR PUSTAKA

Burns, D. K., V. Kumar. 2007. Sistem Saraf. Dalam: Kumar, V., R. S. Cortran, dan S. L.
Robbins. Buku Ajar Patologi. Edisi 7. Volume 2. Terjemahan B. U. Pendit. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC. pp: 903-948.
Dorland, W. A. N. 2007. Kamus Kedokteran Dorland. Edisi 29. Terjemahan H. Hartanto,
et.al. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Gilliland, B. C. 2007. Polikondritis Berulang dan Berbagai Artritis Lain. Dalam:
Isselbacher, K. J., E. Braunwald, J. D. Wilson, J. B. Martin, A. S. Fauci, D. L.
Kasper. 2007.
Harrison, Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam Volume 4. Edisi 13. Terjemahan Asdie,
A. H., et. al. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. pp: 1902-1903
Guyton, A. C., J. E. Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Terjemahan
Irawati, et.al. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Mardjono, M., P. Sidharta. 2008. Neurologi Klinis Dasar. Edisi 5. Jakarta: Penerbit Dian
Rakyat.

28

Anda mungkin juga menyukai