ii Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim iii
1. Pengertian ........................................................... 11 a. Persiapan........................................................ 30
2. Faktor Risiko......................................................... 12 b. Tindakan Inspeksi........................................... 31
a. Diet dan Faktor yang Berhubungan dengan c. Palpasi............................................................. 34
Diet.................................................................. 13 d. Istilah-Istilah yang Digunakan untuk
b. Hormon dan Faktor Reproduksi...................... 13 Menggambarkan Temuan............................... 38
c. Radiasi Pengion Pada Saat Pertumbuhan 5. Rujukan................................................................. 39
Payudara........................................................ 14 6. Pemeriksaan Payudara Sendiri............................. 41
d. Riwayat Keluarga............................................ 14 a. Waktu untuk Memeriksa Payudara................ 41
e. Riwayat Adanya Penyakit Tumor Jinak............ 15 b. Cara Memeriksa Payudara............................. 41
3. Deteksi Dini........................................................... 15 DETEKSI DINI KANKER LEHER RAHIM........................................ 49
a. Pemeriksaan Klinis Payudara oleh Tenaga Medis A. Gambaran Kanker Leher Rahim................................. 49
Terlatih/Clinical Breast Examination (CBE)..... 17 1. Pengertian............................................................. 49
b. Pemeriksaan Ultrasonography (USG)............. 17 2. Perubahan Fisiologis Epitel Leher Rahim............. 49
c. Pemeriksaan Penapisan Mammografi............. 17 3. Perjalanan Penyakit.............................................. 50
4. Terapi.................................................................... 18 4. Faktor Risiko......................................................... 53
B. Penapisan Kanker Payudara....................................... 18 5. Penapisan............................................................. 54
1. Bicara dengan Seorang Perempuan/Klien............ 19 a. Inspeksi Visual dengan Aplikasi Asam Asetat..54
2. Pertanyaan yang Sering Diajukan dalam b. Pemeriksaan Sitologi (Papanicolaou/tes Pap)..55
Pemeriksaan Payudara......................................... 21 6. Terapi.................................................................... 57
3. Hal-hal yang Perlu Diperhatikan Saat Melakukan B. PENAPISAN KANKER LEHER RAHIM DENGAN
Pemeriksaan Payudara ......................................... 28 PENDEKATAN KUNJUNGAN TUNGGAL – SINGLE
4. Melakukan Pemeriksaan Payudara...................... 29 VISIT APPROACH (SVA)........................................... 57
iv Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim v
1. Pendekatan Kunjungan Tunggal – 2) Penilaian Klien/Persiapan untuk Krioterapi.. 85
Single Visit Approach (SVA)................................. 57 3) Tindakan Krioterapi..................................... 87
2. Kelompok Sasaran Penapisan.............................. 58 4) Tugas Pasca Krioterapi.............................. 93
3. Frekuensi Penapisan............................................ 58 5) Konseling Pasca Krioterapi......................... 95
4. Pemberi Pelayanan SVA....................................... 58 e. Tindak Lanjut Setelah Krioterapi..................... 96
5. Bagan Alur............................................................. 60 8. Rujukan............................................................... 99
6. Inspeksi Visual dengan Asam Cuka (IVA)............. 62
a. Peralatan dan Bahan....................................... 63 MANAJEMEN PENGENDALIAN KANKER PAYUDARA DAN KANKER
b. Konseling Kelompok dan Perorangan Sebelum LEHER RAHIM................................................................................ 101
d. Konseling Setelah Tindakan IVA.................... 80 2. Analisa Kebutuhan Bahan dan Alat...................... 108
a. Siapa yang Memenuhi Syarat untuk IVA dan Pengobatan Krioterapi..................... 108
vi Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim vii
2) Pelatihan................................................... 111 G. Pengobatan ............................................................136
3) Pelayanan Penapisan............................... 111 a. Pembedahan ..................................................... 137
4) Pencatatan, Pemantauan, Penilaian......... 112 b. Radiasi ............................................................. 137
3. Persiapan Lapangan............................................. 112 c. Kemoterapi ........................................................ 137
a. Advokasi & Sosialisasi.................................... 113 H. Menyusun rencana kegiatan .................................... 138
b. Bina Suasana (Social Support)....................... 114 I. Propinsi .......................................................... 138
c. Penggerakkan Masyarakat (Empowerment).... 115 Ii. Kabupaten/kota ............................................... 142
d. Kemitraan dengan LP, LS, dan Kelompok Iii. Puskesmas ..................................................... 145
Potensial Setempat....................................... 116
B. Pelaksanaan Penapisan............................................. 117 SISTEM PENCATATAN DAN PELAPORAN................................... 147
C. Sistem Rujukan.......................................................... 118 PENUTUP........................................................................................ 155
D. Monitoring dan Evaluasi............................................. 119 DAFTAR PUSTAKA......................................................................... 157
E. Pengorganisasian...................................................... 121
1. Pusat..................................................................... 121
2. Dinas Kesehatan................................................... 121
3. Rumah Sakit.......................................................... 123
4. Puskesmas............................................................ 124
F. NSPK Pelatihan Kanker Payudara dan Kanker Leher
Rahim.................................................................... 125
1.1. Pelatihan untuk tim pelatih (TOT Tim Pelatih) ..... 125
1.2. Pelatihan Provider Deteksi Dini Kanker Payudara dan
Kanker Leher Rahim. .......................................... 131
viii Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim ix
DAFTAR GAMBAR
x Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim xi
DAFTAR TABEL
manajemennya.........................................................…. 52
xii Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim xiii
DAFTAR BAGAN
xiv Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim xv
DAFTAR FORMULIR
xvi Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim xvii
Formulir L Rekapitulasi Tahunan Deteksi Dini Kanker Payudara
dan Kanker Leher Rahim Provinsi ............................ 172 MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
Formulir M Rekapitulasi Deteksi Dini Kanker Payudara dan Kanker
Leher Rahim Nasional .............................................. 173 KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
Formulir N Rekapitulasi Tahunan Deteksi Dini Kanker Payudara NOMOR 796 / MENKES / SK / VII / 2010
Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim 4. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996
dengan Keputusan Menteri Kesehatan; tentang Tenaga Kesehatan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1996 Nomor 49,
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Tambahan Lembaran Negara Nomor 3637);
Praktik Kedokteran (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 116, Tambahan 5. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara
4431); Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan
Pemerintah Daerah Kabupaten/ Kota (Lembaran
2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara 82, Tambahan Lembaran Negara Republik
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Indonesia Nomor 4737);
Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437)
sebagaimana telah diubah terakhir dengan 6. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1116/
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Menkes/SK/VIII/2003 tentang Pedoman
Perubahan Kedua 32 Tahun 2004 tentang Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Kesehatan;
Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59,
Tambahan Lembaran Negara Repubik Atas 7. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1479/
Undang-Undang Nomor Indonesia Nomor 4844); Menkes/SK/X/2003 tentang Penyelenggaraan
Surveilans Epidemiologi Penyakit Menular dan
3. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Penyakit Tidak Menular Terpadu;
Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran 8. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1575/
Negara Republik Indonesia Nomor sossy Menkes/Per/XI/2005 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Departemen Kesehatan sebagaimana telah
2 Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim 3
MENTERI KESEHATAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA
4 Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim 5
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
Lampiran
Keputusan Menteri Kesehatan
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA Nomor : 796/Menkes/SK/VII/2010
Tanggal : 6 Juli 2010
6 Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim 1
MENTERI KESEHATAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA
insidens kanker payudara di Indonesia sebesar 26 per 100.000 Penanggulangan terpadu harus dilaksanakan sejak dari
perempuan, dan kanker leher rahim sebesar 16 per 100.000 Puskesmas. Kunci keberhasilan program pengendalian kedua kanker
perempuan. Sedangkan dari Sistim Informasi Rumah Sakit (SIRS) di adalah penapisan (screening) yang diikuti dengan pengobatan yang
Indonesia tahun 2007 diketahui bahwa kanker payudara menempati adekuat. Hal ini berdasarkan fakta bahwa lebih dari 50% perempuan
yang terdiagnosa kanker tidak pernah melakukan penapisan (WHO,
urutan pertama pasien rawat inap (16,85%) dan pasien rawat jalan
2004).
(21,69%). Kanker leher rahim urutan kedua pada pasien rawat inap
Untuk mencapai hasil yang memuaskan, penapisan harus
(11,78%) dan pasien rawat jalan (17,00%).
berfokus pada perempuan dengan golongan umur yang sudah
Kedua kanker di atas menjadi salah satu masalah utama pada ditargetkan. Walaupun dengan kemajuan saat ini pencegahan primer
kesehatan perempuan di dunia, terutama pada negara bekembang kanker leher rahim berupa vaksinasi HPV telah tersedia, namun
yang mempunyai sumber daya terbatas seperti di Indonesia. Alasan belum dapat menjadi imunisasi massal untuk saat ini, karena
utama meningkatnya kedua kanker tersebut di negara berkembang mahalnya biaya dan keterbatasan vaksin yang tersedia.
adalah karena kurangnya program penapisan yang efektif dengan Hampir di semua negara, insidens kanker payudara dan kanker
tujuan untuk mendeteksi keadaan sebelum kanker maupun kanker leher rahim invasif sangat sedikit pada perempuan dengan umur di
pada stadium dini termasuk pengobatannya sebelum proses invasif bawah 25 tahun, insidens akan meningkat sekitar usia 35 tahun ke
yang lebih lanjut. Estimasi tahun 1985 (PATH, 2000) hanya 5% atas dan menurun pada usia menopause. (McPherson, et.al 2000,
perempuan di negara sedang berkembang yang mendapat PATH 2000). Berdasarkan hal ini, program penapisan di Indonesia
difokuskan pada perempuan usia 30–50 tahun, sedang pada usia di
pelayanan penapisan dibandingkan dengan 40% perempuan di
atas 50 tahun walaupun relatif sedikit insidensnya, sebaiknya
negara maju.
dilakukan penapisan minimal 1 kali.
Kematian pada kasus kedua kanker di atas pada negara
B. Tujuan
berkembang 2 (dua) kali lebih besar dibandingkan negara maju, hal
1. Tujuan Umum
ini terjadi selain karena kurangnya program penapisan, juga
diperparah dengan rendahnya kemampuan dan aksesibilitas untuk Tersedianya pedoman dalam pengendalian kanker payudara
pengobatan. dan kanker leher rahim sebagai acuan bagi petugas di setiap
fasilitas pelayanan kesehatan.
2 Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim 3
MENTERI KESEHATAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA
4 Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim 5
MENTERI KESEHATAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA
mendapatkan lesi pra-kanker leher rahim dan melakukan pengobatan 2. Pencegahan Sekunder
segera. Apabila ditemukan kelainan pada kegiatan skrining, segera
Deteksi Dini dan Pengobatan Segera
dilakukan rujukan secara berjenjang sesuai dengan kemampuan
Ada dua komponen deteksi dini yaitu penapisan (screening)
rumah sakit.
dan edukasi tentang penemuan dini (early diagnosis).
Pencegahan kanker payudara dan kanker leher rahim meliputi
a. Penapisan atau skrining, adalah upaya pemeriksaan atau
tiga tingkatan pencegahan yaitu primer, sekunder, tersier yang
tes yang sederhana dan mudah yang dilaksanakan pada
penjelasannya sebagai berikut:
populasi masyarakat sehat, yang bertujuan untuk
1. Pencegahan Primer membedakan masyarakat yang sakit atau berisiko terkena
penyakit di antara masyarakat yang sehat. Upaya penapisan
Pencegahan primer dimaksudkan untuk mengeliminasi dan
dikatakan adekuat bila tes dapat mencakup seluruh atau
meminimalisasi pajanan penyebab dan faktor risiko kanker,
hampir seluruh populasi sasaran, untuk itu dibutuhkan kajian
termasuk mengurangi kerentanan individu terhadap efek dari
jenis pemeriksaan yang mampu laksana pada kondisi sumber
penyebab kanker. Selain faktor risiko, ada faktor protektif yang
daya terbatas seperti di Indonesia. Sebagai contoh:
akan mengurangi kemungkinan seseorang terserang kanker.
pemeriksaan sitologi untuk memeriksa lesi prakanker leher
Pendekatan pencegahan ini memberikan peluang paling besar
rahim dan mammografi telah dilaksanakan di negara-negara
dan sangat cost-effective dalam pengendalian kanker tetapi
maju, tetapi di negara berkembang seperti Thailand,
membutuhkan waktu yang lama.
Zimbabwe, Elsavador, Ghana, Malawi dan Peru memakai
Memberikan edukasi tentang perilaku gaya hidup sehat
Inspeksi Visual dengan aplikasi Asam Asetat (IVA) sebagai
(termasuk konsumsi buah dan sayur lebih dari 500 gram per hari,
cara untuk pemeriksaan lesi prakanker leher rahim, dan
mengurangi konsumsi lemak dan lain-lain), mempromosikan anti
pemeriksaan klinis payudara juga merupakan pilihan untuk
rokok termasuk menurunkan risiko terpajan asap rokok, perilaku
skrining kanker payudara.
seksual yang aman, serta pemberian vaksin HPV, merupakan
b. Penemuan dini (early diagnosis), adalah upaya
contoh kegiatan pencegahan (lihat Bab II dan Bab III tentang
pemeriksaan pada masyarakat yang telah merasakan adanya
faktor risiko).
gejala. Oleh karena itu edukasi untuk meningkatkan
6 Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim 7
MENTERI KESEHATAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA
kesadaran tentang tanda-tanda awal kemungkinan kanker di Kelebihan krioterapi antara lain sangat efektif untuk
antara petugas kesehatan, kader masyarakat, maupun mengobati lesi derajat rendah (CIN I) dan derajat tinggi (CIN
masyarakat secara umum merupakan kunci utama II-III), mempunyai tingkat komplikasi rendah, tidak
keberhasilannya. Penemuan dini dapat dilakukan terutama memerlukan anestesi, tidak membutuhkan listrik, mudah
pada penyakit-penyakit kanker seperti: payudara, leher rahim, digunakan, serta tidak mahal. Semua perempuan yang
mulut, laring, kolon-rectum, dan kulit. mendapat hasil IVA positif perlu segera diobati untuk
Salah satu bentuk peningkatan kesadaran masyarakat mencegah agar tidak berkembang menjadi kanker leher
tentang gejala dan tanda-tanda kanker adalah pemberian rahim.
edukasi masyarakat tentang Pemeriksaan Payudara Sendiri
3. Pencegahan Tersier
(yang dikenal dengan istilah SADARI).
Program atau kegiatan deteksi dini yang dilakukan pada a. Diagnosis dan Terapi. Diagnosis kanker payudara dan
masyarakat hanya akan berhasil apabila kegiatannya kanker leher rahim membutuhkan kombinasi antara kajian
dihubungkan dengan pengobatan yang adekuat, terjangkau, klinis dan investigasi diagnostik. Sekali diagnosis ditegakkan
aman, dan mampu laksana, serta mencakup 80 % populasi harus dapat ditentukan stadiumnya agar dapat mengevaluasi
perempuan yang berisiko. besaran penyakit dan melakukan terapi yang tepat. Tujuan
Untuk itu dibutuhkan perencanaan akan kebutuhan sumber dari pengobatan adalah menyembuhkan, memperpanjang
daya dan strategi-strategi yang paling efektif untuk harapan hidup, dan meningkatkan kualitas hidup.
melaksanakan program ini.
Prioritas pengobatan harus ditujukan pada kanker dengan
Agar dapat mengurangi jumlah perempuan yang tidak
stadium awal dan yang lebih berpotensial untuk sembuh.
mendapat tindaklanjut penatalaksaan setelah deteksi dini,
Standar pengobatan kanker meliputi: operasi (surgery),
diupayakan pengobatan segera dengan menggunakan
radiasi, kemoterapi, dan hormonal yang disesuaikan dengan
pendekatan “kunjungan sekali”, yaitu mengaitkan IVA dengan
indikasi patologi. Pengobatan harus terpadu termasuk
pengobatan krioterapi. Krioterapi merupakan metoda rawat
pendekatan psikososial, rehabilitasi dan terkoordinasi dengan
jalan untuk menghancurkan jaringan dengan cara
membekukan sel-sel menggunakan gas CO2 atau N2O cair.
8 Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim 9
MENTERI KESEHATAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA
pelayanan paliatif untuk memastikan peningkatan kualitas II. DETEKSI DINI KANKER PAYUDARA
hidup pasien kanker.
A. Gambaran Kanker Payudara
b. Pelayanan Paliatif. Hampir di seluruh dunia, pasien kanker
1. Pengertian
terdiagnosa pada stadium lanjut dan pengobatan harus
Kanker payudara adalah keganasan yang berasal dari sel
terpadu termasuk pendekatan psikososial, rehabilitasi, dan
kelenjar, saluran kelenjar, dan jaringan penunjang payudara,
terkoordinasi dengan pelayanan paliatif untuk memastikan
tidak termasuk kulit payudara.
peningkatan kualitas hidup pasien kanker. Untuk kasus
seperti ini pengobatan yang realistik adalah mengurangi nyeri Estimasi International Agencies for Research on Cancer
dengan pelayanan paliatif. Diyakini, pelayanan paliatif yang (IARC) tahun 2005, kasus baru di Indonesia sekitar 26 per
baik dapat meningkatkan kualitas hidup pasien kanker 100.000 perempuan setiap tahun, sebagian besar ditemukan
payudara dan kanker leher rahim. sudah dalam stadium lanjut (>50%).
Buku ini difokuskan untuk membantu manajemen Berdasarkan data yang didapatkan dari PERABOI
pengendalian kanker payudara dan kanker leher rahim dalam (Perhimpunan Ahli Bedah Onkologi Indonesia) pada Tahun 2003,
pencegahan dan penapisan. Pengendalian kedua kanker tersebut didapatkan data prognosis daya tahan hidup penderita kanker
dalam hal diagnosis dan terapi serta pelayanan paliatif tidak payudara(survival rate) per stadium sebagai berikut :
dijelaskan dalam buku ini, tetapi akan dijelaskan dalam buku lain.
Stadium 0 : 10-years survival ratenya 98% (nonpalpable breast
cancer yang terdeteksi oleh Mammografi/ USG)
10 Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim 11
MENTERI KESEHATAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA
Sampai saat ini patofisiologi kanker payudara masih belum Faktor risiko yang utama berhubungan dengan keadaan
diketahui secara pasti, sehingga upaya deteksi dini yang hormonal (estrogen dominan) dan genetik. Penyebab terjadinya
dilakukan hanya bertujuan untuk menemukan penderita kanker keadaan estrogen dominan dapat terjadi karena beberapa faktor
pada stadium yang masih rendah (down staging) dan presentase risiko tersebut di bawah ini dan dapat digolongkan berdasarkan:
kemungkinan untuk dapat disembuhkan tinggi.
a. Diet dan Faktor Yang Berhubungan Dengan Diet:
Kegiatan deteksi dini kanker payudara dapat dilakukan oleh
Faktor risiko ini dapat dibagi dalam 2 (dua) katagori yaitu
tenaga kesehatan terlatih di puskesmas yang disebut dengan
faktor risiko yang memperberat terjadinya kanker dan yang
pemeriksaan payudara klinis (CBE=Clinical Breast Examination)
mengurangi terjadinya kanker. Beberapa faktor yang
yang diikuti dengan pengajaran cara melakukan pemeriksaan
memperberat seperti:
payudara sendiri (SADARI) dengan cara yang benar.
1). Peningkatan berat badan yang bermakna pada saat
2. Faktor Risiko
paska menopause
Tidak seperti kanker leher rahim yang dapat diketahui 2). Diet ala barat yang tinggi lemak (western style)
etiologi dan perjalanan penyakitnya secara jelas, penyakit kanker 3). Minuman beralkohol
payudara belum dapat dijelaskan, tetapi banyak penelitian yang 4). Perokok Aktif maupun pasif
menunjukkan adanya beberapa faktor yang berhubungan
Faktor risiko yang mempunyai dampak positif seperti:
dengan peningkatan risiko atau kemungkinan untuk terjadinya
1). Peningkatan konsumsi serat
kanker payudara. Faktor-faktor itu disebut faktor risiko. Perlu
2). Peningkatan konsumsi buah dan sayur
diingat, apabila seseorang perempuan mempunyai faktor risiko,
b. Hormon dan Faktor Reproduksi
bukan berarti perempuan tersebut pasti akan menderita kanker
1) Menarche atau menstruasi pertama pada usia relatif
payudara, tetapi faktor risiko tersebut akan meningkatkan
muda (kurang dari 12 tahun)
kemungkinannya untuk terkena kanker payudara. Banyak
2) Menopause atau mati haid pada usia relatif lebih tua
perempuan yang mempunyai satu atau beberapa faktor risiko
(lebih dari 50 tahun)
tidak akan pernah menderita kanker payudara sampai akhir
3) Belum pernah melahirkan
hidupnya.
12 Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim 13
MENTERI KESEHATAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA
14 Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim 15
MENTERI KESEHATAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA
oleh tenaga kesehatan terlatih yang dikuti dengan promosi dan a. Pemeriksaan Klinis Payudara Oleh Tenaga Medis
edukasi tentang pengobatan yang baik kepada masyarakat Terlatih (Clinical Breast Examination (CBE):
(bahwa kanker payudara bila ditemukan pada stadium awal dan
1) Pada perempuan sejak pertama mengalami haid
dilakukan operasi akan meningkatkan kemungkinan untuk
dianjurkan melaksanakan SADARI, sedangkan berumur
sembuh dan waktu untuk bertahan hidup lebih lama) sehingga
20 - 39 tahun dianjurkan CBE dilakukan setiap tiga
pada akhirnya akan meningkatkan pencapaian tujuan dari
tahun sekali. Untuk perempuan yang mendapatkan
penapisan yaitu menurunkan angka kematian dan meningkatkan
kelainan pada saat SADARI dianjurkan dilaksanakan
kualitas hidup penderita kanker payudara.
CBE sehingga dapat lebih dipastikan apakah ada
Selain penapisan, penemuan dini merupakan strategi lain kemungkinan keganasan.
untuk down staging. Penemuan dini dimulai dengan peningkatan
2) Pada perempuan berusia di atas 40 tahun, dilakukan
kesadaran masyarakat tentang perubahan bentuk atau adanya
CBE setiap tahun
kelainan di payudara mereka sendiri, dengan cara
b. Pemeriksaan Ultrasonography (USG)
memasyarakatkan program SADARI bagi semua perempuan
1) Apabila pada pemeriksaan CBE terdapat benjolan
dimulai sejak usia subur, sebab 85% kelainan di payudara justru
dibutuhkan pemeriksaan lanjutan dengan USG maupun
pertama kali dikenali oleh penderita bila tidak dilakukan
mammografi.
penapisan massal.
2) USG dilakukan terutama untuk membuktikan adanya
SADARI sebaiknya dilakukan setiap kali selesai menstruasi
massa kistik dan solid/padat yang mengarah pada
(hari ke-10, terhitung mulai hari-pertama haid). Pemeriksaan
keganasan, dan pada perempuan dibawah usia 40
dilakukan setiap bulan sejak umur 20 tahun (sumber: American
tahun.
Cancer Society).
c. Pemeriksaan Penapisan Mammografi
Penapisan pada kanker payudara yang dilakukan oleh 1) Dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan secara
petugas kesehatan dapat dilakukan dengan berbagai cara: berkala, setiap satu tahun sekali pada perempuan di
atas 40 tahun.
16 Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim 17
MENTERI KESEHATAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA
2) Dilakukan pada perempuan yang bergejala maupun pada pemeriksaan USG dan atau mamografi. Tetapi dengan sumber daya
perempuan yang tidak bergejala (opportunistic screening terbatas di puskesmas, pada saat ini pemeriksaan klinis payudara
dan organized screening). oleh tenaga kesehatan (dokter atau bidan) merupakan pilihan.
Apabila petugas puskesmas menemukan benjolan yang dicurigai
4. Terapi
jinak atau ganas, maka petugas kesehatan harus merujuk ke fasilitas
Modalitas terapi kanker payudara ada 5 yaitu: yang lebih tinggi seperti RS kabupaten/kota atau propinsi untuk
a. Operasi: Breast Conserving Surgery (BCS) atau mastektomi mendapatkan pemeriksaan lebih lanjut dan terapi apabila dibutuhkan.
baik simple maupun radikal.
Pada saat melakukan pemeriksaan klinis, petugas kesehatan
b. Radiasi
juga melakukan motivasi dan edukasi terhadap klien agar dapat
c. Kemoterapi
melakukan pemeriksaan payudara sendiri secara benar dan teratur
d. Hormonal
sebulan sekali setelah menstruasi.
e. Terapi biologik (target therapy)
Langkah-langkah yang dilakukan pada penapisan kanker
Pengobatan dilakukan berdasar kajian klinis yang ada pada
payudara dimulai dengan:
pasien dan sesuai protokol pengobatan.
1. Bicara Dengan Seorang Perempuan/Klien:
Dengan kemampuan dan kapasitas tenaga kesehatan di
puskesmas, apabila ditemukan tumor pada payudara, petugas Sebelum melakukan pemeriksaan, seorang perempuan
kesehatan harus merujuk ke pelayanan dengan fasilitas dan perlu mendapat informasi yang akurat mengenai penyakit
kemampuan yang lebih tinggi seperti RS kabupaten/kota untuk tersebut dan tindakan pengobatannya. Tenaga kesehatan harus
mendapatkan konfirmasi diagnosis dan tindak lanjut yang mendorong semua perempuan, khususnya yang berusia antara
dibutuhkan oleh pasien tersebut. 30 sampai 50 tahun untuk melakukan pengujian kanker
payudara. Seorang perempuan juga butuh konseling untuk
B. Penapisan Kanker Payudara
membantu mereka membuat keputusan tentang apa yang harus
Disadari bahwa upaya penapisan yang ideal dengan cara dilakukan, terutama bila dibutuhkan rujukan. Beberapa hal
pemeriksaan klinis payudara oleh tenaga terlatih, dilanjutkan dengan penting yang harus disampaikan dalam konseling adalah:
18 Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim 19
MENTERI KESEHATAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA
1. Apa yang dimaksud dengan kanker payudara dan bagaimana Terakhir, tenaga kesehatan harus tahu dan mampu
mendeteksinya; menggunakan teknik-teknik dasar dalam memberikan konseling.
2. Apa faktor risiko yang menyebabkan tumbuhnya kanker dan Teknik tersebut dapat membantu petugas membangun hubungan
yang dapat dilakukan untuk mencegahnya; dengan klien. Jika seorang perempuan percaya pada kompetensi dan
3. Apa yang akan dilakukan pada saat pemeriksaan kejujuran petugas, akan lebih mungkin baginya untuk melakukan
4. Penjelasan singkat hasil pemeriksaan dan rujukan, bila pemeriksaan, dan bila perlu dapat menerima bila harus dirujuk ke RS
dibutuhkan. yang mempunyai fasilitas lebih baik untuk mendapatkan pemeriksaan
lanjutan atau kembali untuk kunjungan selanjutnya. Selain itu, dia
Tenaga kesehatan harus mampu menyampaikan hasil diagnosa
mungkin akan mengajak yang lain untuk melakukan pemeriksaan
dan pengobatan kanker payudara yang dapat dilakukan, dengan
deteksi dini kanker.
menggunakan kata-kata yang dapat dimengerti oleh perempuan
tersebut. Sayangnya, tenaga kesehatan seringkali sulit
2. Pertanyaan Yang Sering Diajukan Dalam Pemeriksaan
membicarakan kanker payudara dengan klien, tetapi hal ini akan
lebih mudah membicarakan masalah yang sensitif ini jika:
Apa yang Pemeriksaan payudara adalah memeriksa
a. Mempunyai tenaga dan informasi teknis yang akurat, lengkap,
dimaksud dengan ukuran dan bentuk kedua payudara, meraba
dan terkini tentang pemeriksaan kanker payudara, serta
pemeriksaan jaringan payudara dan memeriksa apakah ada
pemeriksaan penunjang lain yang tersedia di RS yang
payudara? cairan yang keluar dari puting payudara.
mempunyai fasilitas
Selain itu pemeriksaan payudara juga dapat
b. Mampu menciptakan hubungan yang jujur dan pengertian dengan dilakukan dengan menggunakan alat rontgen
seorang perempuan yang mendapat konseling. yang dikenal dengan nama mammografi atau
dapat juga dengan menggunakan
Sangat penting ditekankan bahwa pemeriksaan payudara
ultrasonografi.
sendiri oleh klien merupakan salah satu kunci utama untuk dapat
mengetahui benjolan sedini mungkin. Apa yang Mammografi adalah pemeriksaan payudara
dimaksud dengan dengan menggunakan sinar rontgen, untuk
20 Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim 21
MENTERI KESEHATAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA
mammografi dan menemukan kelainan berupa tumor atau kista 5. Lesi ganas, dianjurkan untuk dilakukan
USG? pada payudara sedini mungkin. Mammografi biopsi
merupakan alat skrining kanker payudara dan
(Breast Imaging Reporting and Data System:
dapat menemukan mikrokalsifikasi sebagai
BIRADS)
tanda kanker payudara sangat awal (ductal
Tetapi bila alat tersebut tidak ada, maka
carcinoma in situ)
pemeriksaan payudara dapat dilakukan oleh
Ultrasonografi (USG) adalah pemeriksaan
seorang perempuan itu sendiri (SADARI)
dengan alat yang menggunakan gelombang
secara berkala dan oleh petugas kesehatan
suara sehingga aman karena tidak mempunyai
terlatih (CBE).
efek radiasi. Pemeriksaan ultrasonografi dapat
dilakukan setiap saat dan dapat membedakan
benjolan yang teraba apakah merupakan kista
Mengapa perlu Pemeriksaan payudara untuk memastikan
atau lesi solid/padat. Kista dapat dibedakan
memeriksa bahwa payudara seorang perempuan masih
pula sebagai kista simpleks atau kista
payudara? normal. Pemeriksaan payudara juga membantu
kompleks. Bila didapatkan kista kompleks
petugas kesehatan menemukan kondisi medis
anjurkan pasien untuk follow up.
tertentu (seperti infeksi ataupun tumor) yang
Mammografi dan ultrasonografi merupakan dapat menjadi serius jika tidak diobati. Banyak
pemeriksaan pada payudara yang dapat petugas kesehatan menyarankan agar ibu
mengkategorikan hasil CBE sebagai berikut: melakukan pemeriksaan payudara secara rutin
22 Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim 23
MENTERI KESEHATAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA
24 Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim 25
MENTERI KESEHATAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA
26 Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim 27
MENTERI KESEHATAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA
Gambar -1. Ukuran rata-rata benjolan yang dapat dideteksi dengan b. Selalu hargai privasi klien (misalnya menutup kerai di
pemeriksaan SADARI dan mammografi sekeliling meja pemeriksaan, menutup pintu atau menutup
jendela yang ada di ruang pemeriksaan).
c. Selalu berbicara dengan suara yang tenang dan santai dan
dorong dia untuk bertanya.
d. Jika klien merasa gelisah, yakinkan dirinya bahwa anda
akan berupaya sebaik mungkin agar pemeriksaan berjalan
dengan nyaman.
e. Diskusikan masing-masing langkah yang akan dilakukan,
tunjukkan padanya apa yang akan dilakukan,
diskusikan/katakan apa yang ditemukan selama
pemeriksaan dan pastikan dia memahami temuan tersebut
dan apa artinya bagi dia.
f. Selama pemeriksaan, lakukan pendekatan secara perlahan
dan hindari gerakan yang tiba-tiba atau tak terduga.
g. Jangan melakukan pemeriksaan dengan terburu-buru.
Lakukan tiap langkah dengan lembut dan tanyakan apakah
Sumber: Spence 1994.
perempuan tersebut merasakan ketidaknyamanan selama
3. Hal – Hal Yang Perlu Diperhatikan Saat Melakukan tahap pemeriksaan. Upayakan untuk peka terhadap
Pemeriksaan Payudara perubahan ekspresi wajah dan gerak tubuh klien yang
menandakan bahwa dirinya merasa tidak nyaman.
a. Cobalah untuk peka terhadap seorang perempuan dengan
h. Selalu pertimbangkan faktor budaya pada saat memutuskan
memberi kesempatan untuk mengekspresikan kekhawatiran
pakaian apa yang harus ditanggalkan oleh klien. Sediakan
yang dimiliki sebelum dan pada saat pemeriksaan
kain besih untuk menutupi payudara atau daerah
berlangsung.
panggulnya jika perlu.
28 Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim 29
MENTERI KESEHATAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA
i. Dengan mengetahui bahwa pemeriksaan akan dilakukan 1) Katakan bahwa Anda akan memeriksa payudara seorang
oleh petugas yang perhatian dan kompeten dapat perempuan.
mendorong perempuan tersebut untuk terus datang ke
Ini merupakan saat yang tepat untuk menanyakan
klinik untuk kebutuhan kesehatan reproduksinya apakah ibu mengetahui adanya perubahan dalam
payudaranya dan apakah ibu secara rutin telah
4. Melakukan Pemeriksaan Payudara melakukan pemeriksaan payudara sendiri.
Petugas harus peka terhadap perasaan dan kekhawatiran klien
sebelum, selama dan setelah melakukan pemeriksaan payudara.
2) Sebelum klien pergi untuk membuka pakaian bagian atas,
Perempuan tersebut mungkin malu atau tidak ingin diperiksa karena
katakan bahwa Anda akan menjelaskan cara memeriksa
dia harus memperlihatkan payudaranya. Petugas kesehatan mungkin
payudara yang juga dapat dilakukannya sendiri.
juga merasa kurang nyaman pada awalnya. Sikap yang tenang dan
perhatian dapat membantu kepercayaan klien. 3) Setelah seorang perempuan membuka pakaian mulai
Beberapa hal yang memerlukan perhatian pada saat pinggang ke atas, minta dia agar duduk di meja periksa
pemeriksaan yaitu: dengan kedua lengan di sisi tubuhnya.
a. Cara memeriksa kedua payudara dan puting untuk melihat
b. Tindakan Inspeksi
apakah ada perubahan dalam bentuk dan ukuran, bintik-bintik
pada kulit, dan keluarnya cairan dari puting 1) Lihatlah bentuk dan ukuran payudara (Gambar 2).
b. Cara memeriksa kedua payudara dan ketiak apakah terdapat Perhatikan apakah ada perbedaan bentuk, ukuran, puting
kista atau massa yang menebal dan berisi cairan (tumor) atau kerutan atau lekukan pada kulit (Gambar 8). Walaupun
beberapa perbedaan dalam ukuran payudara bersifat
Tahapan dalam pemeriksaan payudara
normal, ketidakberaturan atau perbedaan ukuran dan bentuk
(Clinical Breast Examination):
dapat mengindikasikan adanya massa. Pembengkakan,
a. Persiapan kehangatan, atau nyeri yang meningkat pada salah satu
Pada saat pemeriksaan payudara dibutuhkan persiapan seperti: atau kedua payudara dapat berarti adanya infeksi,
khususnya jika si perempuan tersebut sedang menyusui.
30 Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim 31
MENTERI KESEHATAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA
Gambar – 2 Tampilan Payudara (Kedua Tangan di Sisi Tubuh) menggantung secara seimbang?). Periksa juga apakah
terdapat ruam atau nyeri pada kulit dan apakah keluar
cairan dari puting.
32 Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim 33
MENTERI KESEHATAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA
34 Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim 35
MENTERI KESEHATAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA
Gambar – 6 Memeriksa Cairan Puting (Payudara Kiri) Gambar – 7. Memeriksa Pangkal Payudara (Payudara Kiri)
36 Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim 37
MENTERI KESEHATAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA
38 Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim 39
MENTERI KESEHATAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA
Bagan 1. Diagram Alur untuk Pencegahan Kanker Payudara : 6. Pemeriksaan Payudara Sendiri
Mengajak ibu ibu dalam kelompok usia 30-50 tahun untuk melakukan
penapisan kanker payudara Sebagian besar benjolan payudara ditemukan oleh ibu sendiri.
TINGKAT
KOMUNITAS Dengan memeriksa payudaranya sendiri, seorang ibu akan
Melakukan konseling tentang kanker payudara, faktor risiko dan
pencegahannya mengetahui bagaimana payudara yang terlihat dan terasa normal.
Jika terdapat perubahan pada payudaranya, dia dapat melihatnya
Menanyakan apakah Ibu telah melakukan SADARI
dan memberitahu petugas kesehatan. Mengajarkan ibu tentang cara
memeriksa payudara setiap bulan dan mendorong mereka agar mau
Tidak
melakukannya sebab hal ini penting untuk menjaga kesehatannya
(Gambar 8). Cara pemeriksaan ini hendaknya diajarkan kepada ibu
Ajarkan SADARI Ya oleh petugas kesehatan.
40 Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim 41
MENTERI KESEHATAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA
2) Mintalah untuk berdiri di depan cermin dengan tangan di sisi 8) Pastikan untuk memeriksa area di antara payudara dan
tubuh dan lihat apakah ada perubahan pada payudara ibu. bawah lengan, serta payudara dan klavikula
Lihat perubahan dalam hal ukuran, bentuk, warna kulit, dan
9) Angkat lengan kanan ke atas kepala dan ulangi pemeriksaan
jika ada kerutan atau lesung pada kulit (seperti lesung pipit).
untuk payudara sebelah kanan.
3) Perhatikan kembali kedua payudara, pertama dengan kedua
tangan diangkat ke atas kepala, kemudian dengan kedua 10) Apa yang Perlu Dicari Ketika Memeriksa Payudara
tangan menekan pinggang agar otot dada berkontraksi.
a) Perubahan ukuran dan bentuk payudara.
Bungkukkan badan untuk melihat apakah kedua payudara
b) Lipatan atau cekungan (dimple) pada kulit payudara.
menggantung seimbang.
c) Benjolan atau penebalan di dalam atau dekat payudara
4) Dengan lembut tekan masing-masing puting dengan ibu jari
atau daerah bawah lengan. Jika benjolan halus atau
dan jari telunjuk untuk melihat apakah ada cairan yang keluar.
seperti karet dan bergerak di bawah kulit ketika ditekan
5) Kemudian, mintalah ibu meraba payudara.
dengan jari, tidak perlu khawatir. Tetapi, jika benjolan
6) Ibu dapat memeriksa payudara sambil berdiri atau berbaring.
keras, memiliki bentuk yang tidak rata dan tidak terasa
Jika ibu memeriksa payudara sambil berbaring, akan lebih
sakit, khususnya jika benjolan tersebut hanya berada
membantu bila ibu meletakkan sebuah bantal di bawah
pada salah satu payudara dan tidak bergerak ketika
pundak sisi payudara yang akan diperiksa (dalam contoh,
ditekan, ibu harus memberitahu petugas kesehatan.
dimulai dengan payudara sebelah kiri).
11) Jika payudara ibu biasanya memiliki benjolan, ibu harus
7) Angkat lengan kiri ke atas kepala. Gunakan tangan kanan ibu
mengetahui berapa banyak benjolan yang teraba dan
untuk menekan payudara kiri dengan ketiga jari (telunjuk,
lokasinya. Bulan berikutnya, ibu harus mengetahui jika
tengah, manis). Mulailah dari bagian atas payudara kiri dan
terdapat perubahan ukuran atau bentuk (halus atau tidak
gerakkan jari-jari ibu di seluruh permukaan payudara dengan
beraturan). Dengan menggunakan teknik yang sama setiap
gerakan memutar. Rasakan apakah terdapat benjolan atau
bulan akan membantu ibu mengetahui jika ada perubahan
penebalan. Terus bergerak di seputar payudara dengan
yang terjadi.
gerakan memutar ke dalam sampai menyentuh puting.
42 Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim 43
MENTERI KESEHATAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA
12) Jika ada cairan dari puting yang tampak seperti darah atau Gambar 8. Pemeriksaan Payudara Sendiri
nanah, khususnya jika ibu tidak sedang menyusui, ibu harus
memberitahu petugas kesehatan.
13) Cairan mungkin keluar dari salah satu atau kedua payudara
selama satu tahun setelah memiliki anak atau berhenti
menyusui.
44 Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim 45
MENTERI KESEHATAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA
46 Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim 47
MENTERI KESEHATAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA
48 Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim 49
MENTERI KESEHATAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA
tempat pertemuan antara epitel skuamosa baru dengan epitel gangguan maturasi epitel skuamosa yang menyerupai karsinoma
kolumnar. Daerah di antara kedua SSK disebut daerah transformasi. invasif tetapi membrana basalisnya masih utuh.
Pada lesi prakanker derajat ringan dapat mengalami regresi
3. Perjalanan Penyakit
spontan dan menjadi normal kembali. Tetapi pada lesi derajat sedang
Infeksi Human Papilloma Virus (HPV) atau Virus Papiloma
dan berat lebih berpotensi berubah menjadi kanker invasif.
Manusia biasa terjadi pada perempuan usia reproduksi. Infeksi ini
dapat menetap, berkembang menjadi displasi atau sembuh
Gambar 9. Perjalanan alamiah penyakit kanker leher rahim
sempurna. Virus ini ditemukan pada 95% kasus kanker leher rahim.
Ada dua golongan HPV yaitu HPV risiko tinggi atau disebut HPV
onkogenik yaitu utamanya tipe 16, 18, dan 31, 33, 45, 52, 58;
sedangkan HPV risiko rendah atau HPV non-onkogenik yaitu tipe 6,
11, 32, dsb.
Proses terjadinya kanker leher rahim sangat erat berhubungan
dengan proses metaplasia. Masuknya mutagen atau bahan-bahan
yang dapat mengubah perangai sel secara genetik pada saat fase
aktif metaplasia dapat berubah menjadi sel yang berpotensi ganas.
Perubahan ini biasanya terjadi di daerah transformasi.
Sel yang mengalami mutasi disebut sel displastik dan kelainan
epitelnya disebut displasia (Neoplasia Intraepitel Serviks/ NIS).
Dimulai dari displasia ringan, sedang, berat dan karsinoma in-situ dan
kemudian berkembang menjadi karsinoma invasif. Lesi displasia Sumber: L Nuranna, G Puwoto dkk-FKUI/RSCM 2005
dikenal juga sebagai ”lesi prakanker”. Perbedaan derajat displasia
didasarkan atas tebal epitel yang mengalami kelainan dan berat
ringannya kelainan pada sel. Sedangkan karsinoma in-situ adalah
50 Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim 51
MENTERI KESEHATAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA
atau langsung a. Menikah/ memulai aktivitas seksual pada usia muda (kurang dari
dari infeksi HPV. 20 tahun).
b. Berganti-ganti pasangan seksual.
52 Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim 53
MENTERI KESEHATAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA
c. Berhubungan seks dengan laki-laki yang sering berganti asam asetat atau asam cuka (3-5%). Pada lesi prakanker
pasangan. akan menampilkan warna bercak putih yang disebut aceto
d. Riwayat infeksi di daerah kelamin atau radang panggul. white epitelium.
e. Perempuan yang melahirkan banyak anak.
b. Pemeriksaan Sitologi (Papanicolaou/ tes Pap)
f. Perempuan perokok mempunyai risiko dua setengah kali lebih
besar untuk menderita kanker leher rahim dibanding dengan yang Merupakan suatu prosedur pemeriksaan sederhana melalui
tidak merokok. pemeriksaan sitopatologi, yang dilakukan dengan tujuan untuk
g. Perempuan yang menjadi perokok pasif (yang tinggal bersama menemukan perubahan morfologis dari sel-sel epitel leher
keluarga yang mempunyai kebiasaan merokok) akan meningkat rahim yang ditemukan pada keadaan prakanker dan kanker.
risikonya 1,4 (satu koma empat) kali dibanding perempuan yang
6. Terapi
hidup dengan udara bebas.
Pada lesi dengan displasia ringan sebagian besar lesi dapat
Perempuan yang pernah melakukan pemeriksaan penapisan (tes
sembuh sendiri atau regresi spontan, sedangkan untuk displasia
pap atau IVA/Inspeksi Visual dengan Asam asetat) akan menurunkan
sedang dan berat dapat dilakukan beberapa alternatif pengobatan
risiko terkena kanker leher rahim (Faktor Protektif).
sebagai berikut:
a. Dibekukan / krioterapi
5. Penapisan
b. Terapi Eksisi : Loop Electrosurgical Excision Procedure (LEEP),
Ada beberapa metode yang dikenal untuk melakukan penapisan
c. Large Loop Excision of the Transformation Zone (LLETZ)
kanker leher rahim. Tujuan penapisan untuk menemukan lesi
d. Biopsi kerucut / konisasi
prakanker.
e. Histerektomi, dapat dilakukan pada NIS III bila pasien telah
Beberapa metode itu antara lain: mempunyai cukup anak.
a. Inspeksi Visual dengan Aplikasi Asam Asetat (IVA) Penatalaksanaan kanker leher rahim dipilih berdasarkan
Pemeriksaan dengan cara mengamati dengan menggunakan stadium penyakit. Pada stadium 0 atau disebut juga karsinoma in-
spekulum, melihat leher rahim yang telah dipulas dengan situ, terapi operasi berupa konisasi dilakukan jika pasien masih
54 Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim 55
MENTERI KESEHATAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA
56 Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim 57
MENTERI KESEHATAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA
Melihat dari perjalanan penyakit kanker leher rahim, kelompok 3) Dokter spesialis Obstetry dan Gynekologi (SpOG)
sasaran penapisan kanker leher rahim adalah:
b. Tempat pelayanan
a. Perempuan berusia 30–50 tahun
1) Rumah Sakit
b. Perempuan yang menjadi klien pada klinik IMS dengan discharge
(keluar cairan) dari vagina yang abnormal atau nyeri pada 2) Puskesmas
abdomen bawah (bahkan jika di luar kelompok usia tersebut).
3) Puskesmas Pembantu
c. Perempuan yang tidak hamil (walaupun bukan suatu hal yang
4) Polindes
rutin, perempuan yang sedang hamil dapat menjalani penapisan
dengan aman, tetapi tidak boleh menjalani pengobatan dengan 5) Klinik Dokter Spesialis/Dokter Umum/Bidan
krioterapi) oleh karena itu IVA belum dapat dimasukkan
c. Pelatihan Petugas
pelayanan rutin pada klinik antenatal.
Petugas yang akan melakukan IVA dan krioterapi dipilih
d. Perempuan yang mendatangi puskesmas, klinik IMS, dan klinik
sesuai kebutuhan program, dan kriteria berikut:
KB yang secara khusus meminta penapisan kanker leher rahim.
1) Berpengalaman dalam memberikan pelayanan KB.
3. Frekuensi Penapisan
2) Berpengalaman dalam memberi konseling dan edukasi
Seorang perempuan yang mendapat hasil tes IVA-negatif, harus kelompok.
menjalani penapisan minimal 5 tahun sekali. Mereka yang mempunyai 3) Berpengalaman dalam melakukan pemeriksaan panggul.
hasil tes IVA-positif dan mendapatkan pengobatan, harus menjalani tes 4) Berpenglihatan yang baik untuk memeriksa leher rahim secara
IVA berikutnya enam bulan kemudian. visual.
Petugas akan mengikuti pelatihan berbasis kompetensi
4. Pemberi Pelayanan SVA
dengan modul-modul di bawah ini:
a. Petugas Kesehatan 1) Gambaran umum,
1) Bidan terlatih Permasalahan kanker leher rahim di masyarakat
58 Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim 59
MENTERI KESEHATAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA
2) Anatomi dan fisiologi, Bagan 1. Diagram Alur untuk Pencegahan Kanker Leher rahim
Pemahaman tentang SSK (Sambungan Skuamo Kolumnar )
3) Etiologi dan faktor risiko
4) Patogenesis/karsinogenesis
5) Pencegahan Infeksi
6) Konseling perorangan dan edukasi kelompok
7) Melakukan IVA
8) Melakukan tes PAP
9) Melakukan Krioterapi
10) Deteksi dini kanker payudara
11) Pencatatan dan pelaporan
5. Bagan Alur
Panduan Pencegahan Kanker payudara dan kanker leher rahim untuk Fasilitas dengan
Sumberdaya Terbatas
60 Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim 61
MENTERI KESEHATAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA
6. Inspeksi Visual dengan Asam Cuka (IVA) Tabel 2. Perbandingan IVA dengan tes penapisan lain
Pemeriksaan leher rahim secara visual menggunakan asam cuka Jenis Tes Aman Praktis Terjangkau Efektif Mudah
(IVA) berarti melihat leher rahim dengan mata telanjang untuk tersedia
mendeteksi abnormalitas setelah pengolesan asam asetat atau cuka IVA YA YA YA YA YA
(3–5%). Daerah yang tidak normal akan berubah warna dengan
Pap Smear YA TIDAK TIDAK YA TIDAK
batas yang tegas menjadi putih (acetowhite), yang mengindikasikan
HPV/DNA Test YA TIDAK TIDAK YA TIDAK
bahwa leher rahim mungkin memiliki lesi prakanker.
Cervicography YA TIDAK TIDAK YA TIDAK
IVA adalah praktik yang dianjurkan untuk fasilitas dengan
sumberdaya sederhana dibandingkan dengan jenis penapisan lain
a. Peralatan dan Bahan
(Tabel 2) karena:
a. Aman, tidak mahal, dan mudah dilakukan; Peralatan yang dibutuhkan untuk melakukan IVA adalah
b. Akurasi tes tersebut sama dengan tes-tes lain yang digunakan peralatan yang biasa tersedia di klinik atau poli KIA seperti
c. Dapat dipelajari dan dilakukan oleh hampir semua tenaga 1) Meja periksa gynekologi dan kursi
kesehatan di semua jenjang sistem kesehatan; 2) Sumber cahaya yang memadai agar cukup menyinari vagina
d. Memberikan hasil segera sehingga dapat segera diambil dan leher rahim
keputusan mengenai penatalaksanaannya (pengobatan atau 3) Spekulum graves bivalved (“cocor bebek”)
rujukan); 4) Nampan atau wadah alat
e. Suplai sebagian besar peralatan dan bahan untuk pelayanan ini 5) Sarana pencegahan infeksi
mudah didapat dan tersedia
1) Meja periksa
f. Pengobatan langsung dengan krioterapi berkaitan dengan
penapisan yang tidak bersifat invasif dan dengan efektif dapat Dapat memudahkan pemeriksa memasang spekulum untuk
mengidentifikasi berbagai lesi prakanker melihat leher rahim secara keseluruhan, dapat digunakan
meja ginekologis atau meja periksa lain yang sesuai.
62 Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim 63
MENTERI KESEHATAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA
2) Sumber Cahaya diletakkan pada troli yang digerakkan dengan roda sehingga
Cahaya dari jendela biasanya tidak cukup untuk melihat memudahkan petugas pada saat bekerja.
leher rahim, jadi gunakan sumber cahaya yang baik, seperti
5) Sarana Pencegahan Infeksi
lampu atau senter, bila tersedia. Sumber cahaya, seperti
Sarana pencegahan infeksi berupa ember plastik 3 (tiga)
sebuah lampu pijar 60-watt atau senter harus cukup kuat
buah yang berisi: larutan klorin tempat merendam alat dan
agar pemeriksa dapat melihat dimana leher rahim berada.
sarung tangan yang masih akan digunakan ulang; larutan
Inspeksi/pemeriksaan tidak dapat dilakukan jika cahaya tidak
sabun untuk melap meja ginekologi, lampu dan lain-lain; dan
mencukupi untuk dapat melihat seluruh leher rahim. Penting
air bersih bila tidak ada washtafel di ruang periksa untuk
pula untuk diperhatikan agar lampu yang digunakan tidak
membilas alat yang telah dilap dengan air sabun.
terlalu panas. Lampu yang terlalu panas akan membuat ibu
dan petugas merasa tidak nyaman. Senter berkualitas tinggi Ada beberapa bahan yang diperlukan untuk melakukan IVA.
dapat memberikan cahaya yang cukup tanpa terlalu banyak Bahan-bahan tersebut dapat diperoleh dengan mudah:
mengeluarkan panas. 1) Kondom
2) Kapas lidi atau forcep untuk memegang kapas
3) Spekulum bivalved/”cocor bebek” (Cusco atau Graves)
3) Sarung tangan periksa sekali pakai (disposable)
Spekulum bivalved/”cocor bebek” (Cusco atau Graves) lebih
4) Spatula kayu yang masih baru
disukai karena keduanya dapat diatur dan dibiarkan terbuka
5) Larutan asam asetat (3–5%) (asam cuka dapur: dixi)
selama leher rahim sedang diperiksa. Kedua jenis spekulum
6) Larutan klorin 0,5% untuk dekontaminasi alat dan sarung
tersebut membuat petugas bebas membersihkan leher rahim
tangan
mengatur sumber cahaya dan memanipulasi leher rahim dan
spekulum agar dapat melihat leher rahim keseluruhannya.
1) Kondom
4) Nampan atau wadah alat
Sebuah kondom yang telah dipotong ujungnya untuk
Nampan atau wadah alat yang telah di-Desinfeksi Tingkat disarungkan pada bilah/daun spekulum sehingga dapat
Tinggi (DTT) sebagai tempat untuk meletakkan alat dan mencegah dinding vagina masuk ke dalam celah sehingga
bahan yang akan dipakai. Biasanya nampan atau wadah ini leher rahim dapat terlihat dengan jelas.
64 Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim 65
MENTERI KESEHATAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA
4) Spatula kayu
b. Konseling Kelompok dan Perorangan Sebelum Menjalani
Spatula kayu baru digunakan jika dinding vagina sangat
IVA
lemah. Gunakan spatula kayu atau alat lain untuk
Sebelum menjalani tes IVA, ibu dikumpulkan untuk edukasi
mendorong jaringan ikat yang menonjol diantara bilah/cocor
kelompok dan sesi konseling bila memungkinkan. Pada saat
bebek spekulum. Spatula kayu dapat juga digunakan pada
presentasi dalam edukasi kelompok-selama 10 sampai 15 menit,
pelaksanaan PAP’S.
topik-topik berikut harus dibahas:
5) Asam asetat
1) Menghilangkan kesalahpahaman konsep dan rumor tentang IVA
Asam asetat adalah unsur utama dari cuka. Dianjurkan
dan krioterapi
menggunakan larutan asam asetat (3–5%). Di Indonesia
2) Sifat dari kanker leher rahim sebagai sebuah penyakit
sebaiknya menggunakan cuka dixi, pada sebagian negara,
3) Faktor-faktor risiko terkena penyakit tersebut
cuka tidak tersedia. Seringkali yang dijual di pasar adalah
66 Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim 67
MENTERI KESEHATAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA
4) Pentingnya penapisan dan pengobatan dini (2) Usia pertama kali berhubungan seksual atau usia pertama kali
5) Konsekuensi bila tidak menjalani penapisan menikah
6) Mengkaji pilihan pengobatan jika hasil tes IVA abnormal (3) Pemakaian alat KB
7) Peran pasangan pria dalam penapisan dan keputusan menjalani (4) Jumlah pasangan seksual atau sudah berapa kali menikah
pengobatan (5) Riwayat IMS (termasuk HIV)
8) Pentingnya pendekatan kunjungan tunggal sehingga ibu siap (6) Merokok
menjalani krioterapi pada hari yang sama jika mereka mendapat (7) Hasil pap smear sebelumnya yang abnormal
hasil IVA abnormal (8) Ibu atau saudara perempuan kandung yang menderita kanker
9) Arti dari tes IVA positif atau negatif leher rahim
10) Pentingnya membersihkan daerah genital sebelum menjalani tes (9) Penggunaan steroids atau obat-obat alergi yang lama (kronis)
IVA
1) Penilaian Klien dan Persiapan
JIKA HASIL TES IBU/KLIEN ADALAH POSITIF DAN
MEMERLUKAN PENGOBATAN, TETAPI IBU/KLIEN MERASA Terdapat beberapa langkah untuk melakukan penilaian klien dan
MEMBUTUHKAN KONSULTASI SUAMI/KELUARGA SEBELUM
TINDAKAN, IBU DIPERBOLEHKAN PULANG UNTUK persiapan tindakan IVA yaitu:
MENDISKUSIKAN DENGAN SUAMI/KELUARGA, SEHINGGA a) Sebelum melakukan tes IVA, diskusikan tindakan dengan
MEREKA SIAP MENERIMA PENGOBATAN KRIOTERAPI
ibu/klien. Jelaskan mengapa tes tersebut dianjurkan dan apa
yang akan terjadi pada saat pemeriksaan. Diskusikan juga
c. Tindakan IVA mengenai sifat temuan yang paling mungkin dan tindak
lanjut atau pengobatan yang mungkin diperlukan.
Tindakan IVA dimulai dengan penilaian klien dan persiapan,
b) Pastikan semua peralatan dan bahan yang diperlukan
tindakan IVA, pencatatan dan diakhiri dengan konseling hasil
tersedia, termasuk spekulum steril atau yang telah di DTT,
pemeriksaan. Penilaian klien didahului dengan menanyakan riwayat
kapas lidi dalam wadah bersih, botol berisi larutan asam
singkat tentang kesehatan reproduksi dan harus ditulis di status,
asetat dan sumber cahaya yang memadai. Tes sumber
termasuk komponen berikut:
cahaya untuk memastikan apakah masih berfungsi.
(1) Paritas
68 Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim 69
MENTERI KESEHATAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA
c) Bawa ibu ke ruang pemeriksaan. Minta dia untuk buang air 2) Tes IVA
kecil (BAK) jika belum dilakukan. Jika tangannya kurang
Tes IVA dilakukan dengan langkah sebagai berikut:
bersih, minta ibu membersihkan dan membilas daerah
kemaluan sampai bersih. Minta ibu untuk melepas pakaian a) Inspeksi/periksa genitalia eksternal dan lihat apakah terjadi
(termasuk pakaian dalam) sehingga dapat dilakukan discharge pada mulut uretra. Palpasi kelenjar Skene’s and
pemeriksaan panggul dan tes IVA. Bartholin’s. Jangan menyentuh klitoris, karena akan
menimbulkan rasa tidak nyaman pada ibu. Katakan pada
d) Bantu ibu untuk memposisikan dirinya di meja ginekologi
ibu/klien bahwa spekulum akan dimasukkan dan mungkin
dan tutup badan ibu dengan kain, nyalakan lampu/senter
ibu akan merasakan beberapa tekanan.
dan arahkan ke vagina ibu.
1 Bila tersedia tambahan sarung tangan, gunakan sarung tangan kedua sehingga bila perlu
pengaturan lampu, sarung tangan yang luar bias dilepas dan mengatur lampu dengan sarung
tangan yang bersih.
70 Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim 71
MENTERI KESEHATAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA
72 Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim 73
MENTERI KESEHATAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA
74 Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim 75
MENTERI KESEHATAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA
n) Lepaskan spekulum secara halus. Jika hasil tes IVA negatif, c) Cuci tangan dengan air sabun sampai benar-benar bersih
letakkan spekulum ke dalam larutan klorin 0,5% selama 10 lalu keringkan dengan kain yang bersih atau dengan cara
menit untuk didesinfeksi. Jika hasil tes IVA positif dan diangin-anginkan.
setelah konseling pasien menginginkan pengobatan segera, d) Jika hasil tes IVA negatif, minta ibu untuk mundur dan bantu
letakan spekulum pada nampan atau wadah agar dapat ibu untuk duduk. Minta ibu agar berpakaian.
digunakan pada saat krioterapi. e) Catat hasil temuan tes IVA bersama temuan lain seperti
bukti adanya infeksi (cervicitis); ectropion; kista Nabothian,
o) Lakukan pemeriksaan bimanual dan rectovagina (bila
ulkus atau “strawberry serviks”. Jika terjadi perubahan
diindikasikan). Periksa kelembutan gerakan leher rahim;
acetowhite, yang merupakan ciri adanya lesi-prakanker,
ukuran, bentuk, dan posisi rahim; apakah ada kehamilan
catat hasil pemeriksaan leher rahim sebagai abnormal.
atau abnormalitas dan pembesaran uterus atau kepekaan
Gambarkan sebuah ”peta” leher rahim pada area yang
(tenderness) pada adnexa.
berpenyakit pada formulir catatan (lampiran B)
3) Setelah Tes IVA f) Diskusikan dengan klien hasil tes IVA dan pemeriksaan
a) Bersihkan lampu dengan lap yang dibasahi larutan klorin panggul bersama Ibu/klien. Jika hasil tes IVA negatif,
0.5% atau alkohol untuk menghindari kontaminasi silang beritahu kapan klien harus kembali untuk tes IVA
antar pasien. g) Jika hasil tes IVA positif atau diduga ada kanker, katakan
b) Celupkan kedua sarung tangan yang masih akan dipakai lagi pada ibu/klien langkah selanjutnya yang dianjurkan. Jika
ke dalam larutan klorin 0,5%. Lepaskan sarung tangan pengobatan dapat segera diberikan, diskusikan
dengan cara membalik sisi dalam ke luar lalu letakkan ke kemungkinan tersebut bersamanya. Jika perlu rujukan untuk
dalam wadah anti bocor atau kantung plastik. Jika tes atau pengobatan lebih lanjut, aturlah waktu untuk rujukan
pemeriksaan rectovaginal telah dilakukan, sarung dan berikan formulir yang diperlukan sebelum ibu/klien
tangan harus dibuang. Jika sarung tangan bedah akan tersebut meninggalkan puskesmas/klinik. Akan lebih baik
dipakai ulang, rendam kedua sarung tangan dalam larutan jika kepastian waktu rujukan dapat disampaikan pada waktu
klorin 0,5% selama 10 menit untuk desinfeksi. itu juga.
76 Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim 77
MENTERI KESEHATAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA
Catatan: Mengaitkan pengobatan dengan tes dapat Bagan 4. Keterkaitan yang mungkin antara tes IVA dan
berbeda-beda pada tiap program atau klinik dan terkait Pengobatan
dengan beberapa faktor seperti alur klien, sarana yang
tersedia, tenaga/petugas dan waktu. Beberapa skema IVA ABNORMAL
(lesi<75%, lesi < 2 mm di luar batas krioprob
alternative untuk pengaturan hubungan yang penting ini
termasuk ujung prob, tidak ada perluasan dinding
dijelaskan dalam Bagan 2. vagina ke dalam kanal di luar jangkauan krioprob)
Untuk kriteria klinis lebih lanjut dari tiga klasifikasi IVA tersebut,
serta foto-foto yang sesuai, silakan merujuk pada alat bantu kerja
“Atlas IVA”. (lihat Form P).
78 Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim 79
MENTERI KESEHATAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA
d. Konseling setelah Tindakan IVA Ibu dengan hasil tes positif yang Beritahu mengenai kelebihan dan
memenuhi kriteria untuk mendapat kekurangan semua metode
1) Jika hasil tes IVA negatif, beritahu ibu untuk datang pengobatan segera tetapi meminta pengobatan. Rujuk ke fasilitas
menjalani tes kembali 5 tahun kemudian, dan ingatkan ibu diobati dengan tindakan lain, bukan terdekat yang menawarkan
tentang faktor-faktor risiko. dengan krioterapi pengobatan sesuai keinginan klien.
2) Jika hasil tes IVA positif, jelaskan artinya dan pentingnya Ibu dengan hasil tes positif yang Rujuk ke fasilitas tersier yang
meminta tes lebih lanjut (diagnsis menawarkan klinik ginekologi (bila
pengobatan dan tindak lanjut, dan diskusikan langkah- tambahan), yang tidak tersedia di diindikasikan).
lankah selanjutnya yang dianjurkan. fasilitas
3) Jika telah siap menjalani krioterapi, beritahukan tindakan Ibu dengan hasil tes positif yang Beritahu tentang kemungkinan
yang akan dilakukan lebih baik pada hari yang sama atau menolak menjalani pengobatan pertumbuhan penyakit dan
hari lain bila klien inginkan. prognosisnya. Anjurkan untuk
datang kembali setelah setahun
4) Jika tidak perlu merujuk, isi kertas kerja dan jadwal
untuk menjalani tes IVA kembali
pertemuan yang perlu. Lihat Tabel 4 untuk tindakan rujukan untuk menilai status penyakit
yang dianjurkan. tersebut.
Tabel 4. Tindakan Rujukan yang Dianjurkan Pada semua kasus, khususnya jika pengobatan diberikan
segera, konseling harus selengkap mungkin untuk memastikan agar
TEMUAN IVA TINDAKAN RUJUKAN
ibu dapat membuat keputusan berdasarkan informasi yang didapat
Bila ibu dicurigai menderita kanker Segera rujuk ke fasilitas yang dapat
leher rahim memberikan pengobatan yang (informed decision).
memadai untuk kanker invasif.
7. Pemberian Pelayanan Krioterapi
Ibu dengan hasilt tes positif yang Rujuk untuk penilaian dan
lesinya menutupi cervix lebih dari pengobatan di fasilitas terdekat Krioterapi mencakup proses pembekuan leher rahim, baik
75%, meluas ke dinding vagina atau yang menawarkan LEEP atau cone
lebih luas 2 mm dari probe biopsy. Jika tidak mungkin atau menggunakan CO2 terkompresi atau NO2 sebagai pendingin.
krioterapi termasuk ujung probe dianggap tidak akan pergi ke Pengobatan berupa penerapan pendinginan terus menerus selama 3
fasilitas lain, beritahu tentang
(tiga) menit untuk membekukan (freeze), diikuti pencairan selama 5
kemungkinan besar persistensi lesi
dalam waktu 12 bulan dan tentang (lima) menit kemudian 3 (tiga) menit pembekuan kembali.
perlunya pengobatan ulang.
80 Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim 81
MENTERI KESEHATAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA
a. Siapa yang Memenuhi Syarat untuk Krioterapi b. Dimana Pelayanan Krioterapi Dapat Diberikan
Tindakan pengobatan dengan cara krioterapi dapat diberikan Dengan pendekatan kunjungan tunggal krioterapi harus
pada klien di Puskesmas dan unit pelayanannya dengan kriteria tersedia di semua fasilitas yang memberikan tes IVA.
sebagai berikut:
c. Konseling Sebelum Menjalani Krioterapi
1) Lesi acetowhite yang menutupi leher rahim kurang dari 75%
(Jika lebih dari 75% leher rahim tertutup, krioterapi harus Sesuai dengan kode etik kedokteran, informed consent
dilakukan oleh seorang ginekolog), tidak lebih dari 2 mm di secara verbal dan tertulis harus diperoleh sebelum melakukan
luar diameter kriotip. tindakan. Klien harus mendapat penjelasan yang lengkap
2) Lesi yang tidak meluas sampai dinding vagina tentang tindakan krioterapi yang akan dijalaninya, risiko,
3) Tidak dicurigai kanker manfaat, angka keberhasilan, dan alternatif lain. Serta
memberikan dorongan agar klien dapat memberikan
Krioterapi tidak boleh dilakukan oleh tenaga dokter umum
pendapatnya dan menanyakan kembali apakah klien telah
di Puskesmas, dengan kriteria sebagai berikut :
memahami tindakan dan bersedia menjalani krioterapi. Dan
1) Lesi acetowhite lebih dari 75% dari permukaan leher rahim.
memberikan informasi tambahan mengenai IMS dan cara
2) Lesi acetowhite meluas sampai ke dinding vagina atau lesi
mencegahnya.
lebih dari 2 mm dari tepi probe alat krioterapi (kriotip).
3) Lesi acetowhite namun klien menginginkan pengobatan lain
d. Melakukan Tindakan Krioterapi
selain krioterapi atau meminta tes diagnosa lebih lanjut di
pelayanan kesehatan lain. 1) Peralatan dan Perlengkapan
4) Dicurigai kanker.
Krioterapi adalah tindakan yang mengalirkan gas
5) Pada saat pemeriksaan bimanual, dicurigai adanya massa
bertekanan tinggi dari tabung gas ke ruang
ovarium (ovarian mass) atau fibroid.
ekspansi/pembekuan pada bagian krioprobe. Unit krioterapi
tersebut terdiri dari (lihat Gambar – 11):
82 Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim 83
MENTERI KESEHATAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA
a) Regulator dengan penunjuk tekanan dan dudukan Untuk unit krioterapi dirancang untuk terhubung dengan
penyemprot gas (cryogun); tabung gas CO2 atau N2 terkompresi. Bahan – bahan yang
b) Selang fleksibel yang menghubungkan regulator dengan dibutuhkan untuk melaksanakan krioterapi hampir sama
penyemprot; dengan bahan dan alat yang dibutuhkan untuk memeriksa
c) Penyemprot dengan pegangan dan tombol freeze IVA yaitu:
(beku)/ defrost (cair); a) Kapas lidi
d) Probe yang terisolasi; dan b) Sarung tangan periksa yang baru atau sarung tangan
e) Kriotip metal/besi yang dirancang agar pas pada leher bedah yang telah di DTT
rahim dan menutup seluruh daerah sekitar SSK dan c) Spatula baru berbahan kayu
daerah yang berpenyakit. d) Larutkan (3–5%) asam asetat (dengan cuka jika dapat
diterima)
Gambar – 11. Peralatan krioterapi dan gasnya e) Larutan klorin 0.5% untuk dekontaminasi alat dan
sarung tangan
f) Status klien/ Ibu.
84 Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim 85
MENTERI KESEHATAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA
tersebut, ketidak nyamanan yang mungkin dirasakan meja pemeriksaan untuk tindakan dan nyalakan lampu,
dan efek samping yang akan dialami setelah tindakan. arahkan ke vagina ibu/klien.
Pastikan ibu/klien tidak sedang hamil. e) Cuci tangan secara merata dengan menggunakan
b) Pastikan semua peralatan dan bahan yang diperlukan sabun dan air dan keringkan dengan kain bersih atau
telah tersedia. Di antaranya spekulum yang telah di diangin-anginkan. Kemudian pakai sarung tangan
DTT, kapas lidi dalam wadah bersih, sebuah wadah periksa yang baru atau sarung tangan bedah yang telah
berisi asam asetat/cuka yang telah diencerkan 3–5%, di-DTT3.
spatula berbahan kayu dan lampu/senter yang memadai f) Atur peralatan dan bahan pada nampan atau wadah
(tes lampu/senter untuk memastikan masih bekerja yang telah di-DTT, jika belum dilakukan.
dengan baik). Gas harus dibuka pada katup utama
tabung dan tekanan minimal harus berada pada 40–70 3) Tindakan Krioterapi
kg/cm2. Terakhir, timer, jika tersedia, harus diset pada Tindakan krioterapi dilakukan dengan langkah-langkah
posisi nol. sebagai berikut:
c) Masukkan kriotip yang telah di-DTT ke dalam pelindung a) Katakan kepada ibu bahwa spekulum akan dimasukkan
plastik (protective sleeve). Posisikan tabung plastik tepat dan kemungkin akan merasakan tekanan.
pada takik/lubangnya di bawah ujung kriotip dan b) Dengan lembut masukkan spekulum sepenuhnya atau
2 sampai terasa ada tahanan lalu perlahan-lahan buka
kencangkan pada posisinya .
d) Sebelum membawa ke ruang pemeriksaan/tindakan, bilah/cocor bebek agar leher rahim dapat terlihat.
pastikan dia sudah buang air kecil atau pastikan bahwa Sesuaikan spekulum sampai seluruh leher rahim dapat
klien telah mengosongkan kandung kemihnya. Minta terlihat. Hal ini mungkin akan sulit bila leher rahim
klien membuka pakaian dari pinggang ke bawah ganti berukuran besar, parous, patulous atau sangat anterior
dengan memakai sarung. Setelah itu, bantu ibu naik ke atau posterior. Mungkin perlu menggunakan lidi kapas
2 Instruksi ini adalah untuk kriotip merek wallach LL 100. Meskipun prinsip 3 Bila tersedia tambahan sarung tangan, gunakan sarung tangan kedua, sehingga bila
krioterapi sama, instrument dari merek lain mungkin berbeda dalam menyiapkan perlu pengaturan lampu sarung tangan yang luar dan mengatur lampu dengan sarung
instrumennya atau memproses setelah digunakan. tangan yang bersih.
86 Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim 87
MENTERI KESEHATAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA
besih, spatula atau forsep untuk mendorong leher rahim g) Pasang kriotip yang terbalut sleeve pada ujung probe.
ke atas atau ke bawah secara perlahan agar terlihat. Kencangkan hanya menggunakan tangan. Jangan
gunakan alat lain untuk mengencangkan kriotip pada
c) Bila leher rahim dapat terlihat seluruhnya, kunci bilah/
probe.
cocor bebek spekulum dalam posisi terbuka sehingga
tetap berada di tempatnya. Dengan cara ini petugas
Catatan: jika kriotip tidak mau terpasang pada
memiliki satu tangan yang bebas bergerak.
probe dengan benar, periksa apakah ujung
d) Gerakkan lampu/senter agar leher rahim dapat terlihat pelindung probe telah terpasang dengan benar
dengan jelas ke dalam takik/lobangnya pada kriotip.
88 Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim 89
MENTERI KESEHATAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA
Catatan: Mungkin perlu menggunakan spatula kayu atau i) Gunakan teknik „freeze – clear – freeze.“ Setelah 15
alat lain untuk mendorong jaringan yang menonjol diantara detik dilakukan freeze, tekan tombol “defrost” tidak lebih
bilah/ cocor bebek spekulum. Cara lain, sebelum dari 1 detik. Segera tekan tombol “freeze” kembali.
memasukkan spekulum, pasangkan kondom pada cocor
Tekan tombol “defrost” setiap 15 detik, lakukan hal yang
bebek dan potong ujung kondom. Pada saat spekulum
dimasukkan dan cocor bebek dibuka, kondom dapat sama selama 3 menit proses pembekuan. Catatan: Jika
mencegah dinding vagina agar tidak masuk celah di antara memungkinkan, minta asisten memberi aba-aba
bilah/cocor bebek. (contoh, Clear!) setiap 15 detik. Perhatikan saat
terbentuk bola es di sekitar kriotip (perhatikan Gambar
5).
Gambar – 4 Penempatan kriotip pada leher rahim
90 Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim 91
MENTERI KESEHATAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA
mencair (defrost) dan alat terlepas dengan sendirinya m) Diakhir tindakan, periksa leher rahim secara hati-hati
dari leher rahim (biasanya hanya memakan waktu untuk memastikan apakah telah terbentuk ”bola es”
kurang dari 30 detik), jangan dipaksa melepaskan yang putih, keras, benar-benar beku. Jika tidak, ulangi
kriotipnya . langkah 8–11 minimal sekali dengan menambahkan
tekanan pada leher rahim. Yakinkan bahwa tekanan gas
k) Letakkan alat krio pada tempatnya (pada tempat
yang ditampilkan pada pengukur tekanan sudah cukup.
penggantungnya) atau baki instrumen yang sudah di-
Jika tekanan kurang, minta pasokan ulang gas dan
Desinfeksi Tingkat Tinggi (DTT).
jadwal ulang tindakan.
l) Tunggu 5 menit dan ulangi kembali proses pembekuan
n) Setelah tindakan, tutup katup tabung utama.
menggunakan teknik freeze – clear – freeze. Mungkin
o) Periksa apakah leher rahim apakah terjadi perdarahan.
perlu menambah waktu pembekuan sampai 5 menit jika
Jika terdapat perdarahan, tekan area perdarahan
bola es tidak terbentuk di luar tepi probe.
dengan kapas lidi bersih. Setelah itu buang kapas lidi
92 Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim 93
MENTERI KESEHATAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA
b) Celupkan kedua tangan yang masih memakai sarung 5. Konseling Pasca krioterapi
tangan ke dalam larutan klorin 0,5%. Lepaskan sarung
Sebagian besar perempuan/ibu tidak akan mengalami
tangan dengan membalik sisi dalam keluar. Jika sarung
masalah setelah menjalani krioterapi. Beritahu ibu bahwa
tangan dibuang, masukkan ke dalam wadah tahan bocor
dia mungkin akan mengalami kram dan mengeluarkan
atau kantung plastik. Jika sarung tangan akan dipakai
cairan bening (atau sedikit bercampur darah) yang biasanya
ulang, dekontaminasi dengan merendam dalam larutan
berlangsung selama 4 sampai 6 minggu. Jika menjadi
klorin 0,5% selama 10 menit.
berbau atau berwarna seperti nanah, atau jika ibu merasa
c) Cuci tangan dengan sabun dan air kemudian keringkan
nyeri, dia harus segera kembali ke klinik untuk memeriksa
dengan kain yang bersih dan kering, atau dianginkan.
kemungkinan terjadinya infeksi.
d) Pastikan ibu/perempuan tidak mengalami kram atau
Anjurkan ibu agar tidak menyemprotkan air obat
flashing sebelum duduk, turun dari meja periksa dan
(douche), menggunakan tampon atau berhubungan seks
berpakaian. Jika masih terasa sangat kram setelah 5–
selama 4 minggu, atau sampai cairan tersebut benar-benar
10 menit, berikan analgesik oral (acetaminophen atau
hilang.
ibuprofen).
e) Beri anjuran mengenai asuhan pasca pengobatan, Catatan: Jika ibu tidak dapat menghindari hubungan
seksual, sarankan untuk menggunakan kondom saat
tanda-tanda peringatan dan jadwal tindak lanjut.
berhubungan. Berikan 15–20 kondom kepada ibu.
f) Catat hasil pengobatan dan jadwal kunjungan
berikutnya pada status pasien .
Bicarakan mengenai jadwal tindak lanjut dan tanda -
g) Amati ibu/klien, minimal selama 15 menit. Tanyakan
tanda peringatan yang mengharuskan dia untuk kembali ke
bagaimana keadaannya sebelum mengijinkannya
fasilitas untuk mendapat perawatan, yaitu:
pulang.
h) Bersihkan unit krioterapi sesuai instruksi dalam a) Demam selama lebih dari 2 hari.
Lampiran. b) Nyeri pada abdomen yang amat sangat khususnya jika
dibarengi dengan demam.
94 Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim 95
MENTERI KESEHATAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA
c) Pendarahan selama lebih dari 2 hari yang lebih banyak Discharge vagina Beritahu pasien bahwa ia akan mengalami
(carian keluhan keluar cairan dari vagina/discharge
dari menstruasi terbanyak. berlebihan) selama sekitar 4 minggu
d) Pendarahan disertai gumpalan Beritahu pasien bahwa akan terjadi perubahan
warna discharge dari merah muda menjadi
bening atau agak kekuningan
Buat jadwal tindak lanjut enam bulan kemudian setelah Beritahu klien untuk kembali jika discharge
berubah menjadi bau tak sedap, gatal atau
tindakan, dan beri nama pusat pelayanan atau klinik yang
berwarna seperti nanah (dan obati sesuai
harus didatangi oleh ibu. Jika mungkin, informasi ini harus panduan standard IMS)
diberikan secara tertulis. Terakhir, si ibu harus diberi Anjurkan agar tidak berhubungan badan selama
empat minggu
kesempatan untuk bertanya jika ada pertanyaan.
Jika tidak mampu menghindari hubungan
seksual (abstain), anjurkan untuk memakai
e. Tindak Lanjut Setelah Krioterapi kondom minimal selama 4 minggu
Tabel 5. Penatalaksaan Efek Samping Bercak/menstruasi Beritahu pasien bahwa dia akan mengalami
ringan pendarahan atau bercak selama satu atau dua
minggu
EFEK SAMPING PENATALAKSANAAN
Beritahu pasien agar kembali untuk dievaluasi
Kram Beritahu pasien sebelum tindakan bahwa dia jika terjadi pendarahan berat
96 Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim 97
MENTERI KESEHATAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA
TINDAKAN YANG Bidan dan dokter umum harus merujuk klien yang mengalami
KLASIFIKASI IVA PENJELASAN
DIANJURKAN kondisi-kondisi di bawah ini ke tingkat fasilitas perawatan yang
Tes IVA Negatif SSK terlihat Ulangi tes IVA setelah lebih tinggi:
Tidak ada lesi 5 tahun a. Lesi acetowhite lebih dari 75% dari permukaan leher rahim, lesi
acetowhite acetowhite meluas sampai dinding vagina atau lebih dari 2 mm
a
Tidak dapat hilang Tes IVA positif , tetapi Obati kembali dengan tepi luar probe kriotherapi
(Persistent) lesi < 75% dari krioterapi b. Lesi acetowhite positif, tetapi klien meminta pengobatan lain
permukaan leher rahim
selain kriotherapi atau meminta tes diagnosa lain
Progressed Tes IVA positif dengan Rujuk ke pusat kanker c. Dicurigai kanker
lesi lebih besar dari atau fasilitas terdekat
d. Kondisi ginekologis lain (misalnya massa ovarium, miom, polyp)
waktu diobati atau yang menawarkan
Dokter umum yang terlatih, mengkaji lesi berukuran besar dan
sekarang menutupi diagnosis dan
lebih dari 75% pengobatan
jika dicurigai kanker, segera rujuk kepada dokter spesialis obgin.
permukaan leher rahim Selanjutnya dokter obgin yang akan melakukan pemeriksaan dan
terapi lanjutan seperti LEEP, konisasi, histerektomi, atau perawatan
Rujukan ke Pusat Lesi yang persistent dan Bicarakan kembali
paliatif sesuai indikasi.
kesehatan lain butuh pengobatan tentang keunggulan
dengan krioterapi, tetapi dan kekurangan
ibu/klien meminta semua metode
rujukan untuk metode pengobatan; rujuk ke
pengobatan yang fasilitas terdekat yang
berbeda menawarkan
pengobatan yang
sesuai pilihan
98 Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim 99
MENTERI KESEHATAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA
Bagan 5. Algoritma Rujukan Kanker Leher rahim IV. MANAJEMEN PENGENDALIAN KANKER PAYUDARA DAN
KANKER LEHER RAHIM
A. PERSIAPAN
1. ANALISA KEBUTUHAN PEMERIKSAAN
Penghitungan kebutuhan sumber daya, target cakupan, dan
penyiapan lapangan dilakukan dengan menggunakan data-data yang
ada di puskesmas, dan rumah sakit rujukan. Data-data yang
dibutuhkan adalah sebagai berikut :
a. Data demografi (khususnya perempuan berusia 30 - 50 tahun)
dan data sosial budaya
b. Data dasar berupa data kasus kanker payudara dan kanker leher
rahim yang bersumber rumah sakit kabupaten, puskesmas dan
sarana pelayanan kesehatan yang ada di wilayah kerja
Puskesmas tersebut selama kurun waktu 3 tahun terakhir.
c. Data sumber daya (sarana, prasarana, SDM, dana) di tingkat
Puskesmas dan Rumah Sakit Kabupaten/Kota dan sarana
pelayanan kesehatan yang lain.
d. Data lembaga, yayasan, atau organisasi profesi maupun
masyarakat yang ada di wilayah setempat yang berperan serta
dalam upaya pengendalian penyakit kanker.
100 Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim 101
MENTERI KESEHATAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA
mencapai target tersebut. Target adalah persentase dari Bagan 6. Metode Perhitungan Target Angka Cakupan Penapisan
jumlah populasi perempuan yang seharusnya menerima Bulanan*
pelayanan penapisan dalam kurun waktu yang ditentukan. A. Dari data dari Kantor kecamatan,
sensus atau survey populasi
Populasi sasaran yang akan ditapis adalah perempuan masyarakat
A. Perkirakan jumlah penduduk pada
lokasi yang dipilih
berusia 30 – 50 tahun. Sehingga jumlah target cakupan B. Bila tidak diketahui, perkirakan
berdasarkan proporsi BPS
dihitung berdasarkan data demografi jumlah perempuan (46,69% penduduk, SUPAS 2005)
B. Perkirakan jumlah perempuan
yang berusia 30 – 50 tahun.
C. Bila tidak diketahui, gunakan
proporsi BPS (SUPAS 2005,
Sesuai dengan rekomendasi WHO, bahwa keberhasilan C. Perkirakan jumlah sasaran yaitu SPAN 2005 )
perempuan berusia 30 – 50 tahun
kegiatan penapisan untuk mencegah kanker akan terjadi bila
D. Kalikan C dengan 80% untuk target
penapisan dapat mencakup minimal 80% dari populasi yang 5 tahun
D. Tentukan jumlah target penapisan
berisiko, yang berarti 80 % dari populasi perempuan berusia dalam yaitu 80% dari sasaran yang
dicapai dalam 5 tahun E. Bagi D dengan jumlah tahun yang
30 – 50 tahun. diproyeksikan untuk program. Lalu
dibagi dengan 12 untuk target
bulanan
Bagan 6 di bawah ini, memberikan gambaran cara E. Tentukan jumlah target penapisan
tiap tahun dan berapa banyak yang
menghitung target cakupan yang harus dilakukan perbulan. harus dilakukan tiap bulan.
Catatan :
*Metode ini mengasumsikan tidak ada perempuan yang telah
ditapis di populasi target (Sumber: diadaptasikan dari CHIP 2004a,
ACCP).
Untuk memberikan ilustrasi cara memperkirakan target
penapisan bulanan dengan target cakupan penapisan 80% populasi
perempuan usia 30 – 50 tahun, selama periode 5 tahun, pada
Puskesmas A yang mempunyai jumlah penduduk 250.000, melalui
tahap-tahap sebagai berikut:
102 Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim 103
MENTERI KESEHATAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA
a) Identifikasi besaran populasi di daerah tersebut (misalnya Dari ilustrasi di atas, dapat dikatakan bahwa beban tiap
dari data sensus). bulan dari Puskesmas A untuk melakukan kegiatan adalah
Contoh : Data sensus melaporkan ada 250.000 penduduk di 473 pemeriksaan.
daerah tsb.
2) Perkiraan kebutuhan pelayanan pengobatan
b) Hitung jumlah perempuan di daerah tsb.
Contoh : Berdasarkan hasil Supas 2005, persentase jumlah Perhitungan kebutuhan pengobatan melalui estimasi
perempuan 49% dari penduduk adalah perempuan. Jumlah jumlah hasil penapisan yang positif. Perhitungan dilakukan
perempuan di wilayah Puskesmas A diperkirakan 122.500 dengan cara sebagai berikut :
perempuan (49% dari 250.000).
Berdasarkan penelitian Dr. Laila N, & Dr. Dwiyana O,
c) Perkirakan jumlah sasaran : perempuan pada kelompok usia
tahun 2006, estimasi lesi prakanker yang ditemukan dengan
yang akan tapis.
metode IVA sebesar 5-10 dari 100 perempuan. Dari jumlah
Contoh : Data Supas 2005, perempuan usia 30 – 50 tahun
yang positif tersebut hanya 80-85% - nya yang
29% dari jumlah perempuan. Jumlah sasaran penapisan
membutuhkan pengobatan krioterapi (ACCP 2004).
Puskesmas A sebanyak 35.525 (29% dari 122.500).
Berdasarkan estimasi insidens kanker leher rahim dari WHO
d) Hitung jumlah target perempuan yang akan ditapis.
(16 per 100.000 perempuan), dapat diperkirakan jumlah
Contoh : Target penapisan 80% sasaran, yaitu sebanyak
kanker leher rahim yang akan ditemukan (Globocan, 2002).
28.420 perempuan (80% dari 35.525).
e) Hitung jumlah target perempuan yang akan ditapis tiap
Tabel 7. Contoh Estimasi Hasil Penapisan Kanker Leher Rahim
bulan.
Contoh : 28.420 perempuan yang akan ditapis dalam 5 Kategori Klien Estimasi Target
tahun, dalam 1 (satu) tahun Puskesmas harus menapis Jumlah perempuan dengan Jumlah perempuan yang telah
sebanyak 5.684 perempuan tiap tahun dan 680 perempuan hasil penapisan positif yang ditapis dikali rasio jumlah tes
per bulan (5.684 dibagi dalam 12 bulan). membutuhkan follow-up penapisan positif (5 – 10 dari
100 perempuan yang ditapis)
104 Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim 105
MENTERI KESEHATAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA
Jumlah perempuan dengan 80-85% perempuan dengan lesi e) Yang membutuhkan rujukan untuk pengobatan kanker
hasil penapisan positif yang prakanker akan membutuhkan
membutuhkan pengobatan pengobatan krioterapi payudara sebesar 26/100.000 x 5.684 = 1,4 atau sekitar
dengan krioterapi 1 – 2 perempuan
Jumlah perempuan dengan 16 per 100.000 dari seluruh
kanker leher rahim yang perempuan yang ditapis 3) Pemetaan klien
membutuhkan rujukan untuk
pengobatan kanker. Tujuan utama dari pelayanan adalah mempermudah
Jumlah perempuan dengan 26 per 100.000 dari seluruh perempuan untuk mencapai akses penapisan kanker yang
kanker payudara yang perempuan yang ditapis berkualitas dan pengobatannya. Banyak perempuan di
membutuhkan rujukan untuk
berbagai negara terutama di daerah pedesaan yang sulit
pengobatan kanker.
mencapai tempat pelayanan kesehatan dikarenakan jarak
Sumber : ACCP,2004
yang jauh dari tempat tinggalnya, biaya transportasi,
tanggungjawabnya akan keluarga atau pekerjaan yang tidak
Contoh perhitungan perkiraan hasil penapisan dari 8.160
bisa ditinggal, dan lainnya. Oleh karena itu dibutuhkan
perempuan:
strategi yang dapat mengurangi kunjungan perempuan ke
a) Hasil IVA positif sebesar 5-10/100 x 5.684 = 280 - 570
klinik dan jaminan untuk mendapatkan pelayanan yang
orang.
mereka butuhkan, dan meningkatkan follow-up.
b) Yang membutuhkan krioterapi adalah 80 - 85% x 280 -
570 perempuan = 224 - 485 orang. Kader kesehatan mempunyai peran penting dalam
c) Yang membutuhkan rujukan untuk tindak lanjut lesi pra melakukan kunjungan rumah untuk memotivasi klien agar
kanker 15 - 20% x 280 - 570 perempuan = 42 - 114 bersedia mengikuti program penapisan hingga tindak
orang lanjutnya. Kader juga dapat membantu dalam membuat
d) Yang membutuhkan rujukan untuk pengobatan kanker pemetaan klien. Peta ini dibutuhkan untuk mengetahui lokasi
leher rahim sebesar 16/100.000 x 5.684 = 0,9 atau keberadaan klien terutama di daerah pedesaan serta jarak
sekitar 1 perempuan yang harus mereka tempuh untuk menerima pelayanan.
106 Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim 107
MENTERI KESEHATAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA
Gambar 13 : Contoh peta daerah untuk pemetaan klien Perhitungan kebutuhan 1 (satu) tahun bahan dan alat
disesuaikan dengan jumlah perempuan yang akan ditapis dan
yang membutuhkan pengobatan krioterapi sesuai estimasi di
atas.
108 Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim 109
MENTERI KESEHATAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA
d) Kebutuhan sarung tangan: satu klien membutuhkan 2 – 1) Penyebarluasan informasi dan edukasi untuk
4 buah sarung tangan. Untuk memeriksa 5.684 menggerakkan masyarakat :
perempuan dibutuhkan sarung tangan 5.684 x 2 – 4 a) Insentif bagi kader kesehatan (bila memungkinkan)
batang = 11.400 – 22.800 buah. Dalam satu kotak b) Biaya pencetakan bahan-bahan promosi/penyuluhan
sarung tangan sekali pakai terdapat 100 buah, berarti c) Biaya pemakaian media yang tersedia di daerah seperti
dibutuhkan 114 sampai 228 kotak sarung tangan. radio dll
d) Biaya transport untuk mengunjungi masyarakat.
2) Bahan pengobatan krioterapi:
2) Pelatihan :
Bahan krioterapi hanya membutuhkan gas CO2 atau N2
Pelatihan untuk petugas kesehatan dilaksanakan di
non medik (industrial) tergantung ketersediaan yang ada di
kabupaten. Sedangkan untuk puskesmas dilakukan
daerah. Dalam 1 tabung berisi 40 liter, dapat dipakai untuk
pelatihan kepada kader kesehatan yang akan membantu
40 klien. Sesuai dengan perhitungan kebutuhan terapi,
untuk menyebarkan informasi kepada masyarakat serta
dalam satu tahun diperkirakan 32 - 68 orang akan
memotivasi klien agar mau datang untuk mendapatkan
membutuhkan terapi. Untuk memperkirakan kebutuhan gas
pelayanan penapisan.
CO2 atau N2 non medik (industrial) dalam satu tahun sekitar
a) Honor untuk pelatih
1-2 tabung besar.
b) Biaya transport untuk pelatih dan peserta
c) Kebutuhan fisik untuk pelatihan :
b. Penghitungan Pembiayaan
(1) Sewa ruangan bila dilakukan di luar gedung
Setelah memperkirakan cakupan pelayanan, strategi
Puskesmas
pencapaian target/ cakupan, kebutuhan bahan dan alat habis
(2) Bahan presentasi (proyektor, layar, kertas, dsb.)
pakai, perlu diperkirakan juga biaya operasional di setiap jenjang
d) Dukungan administratif.
wilayah/tingkat pelaksaan kegiatan.
3) Pelayanan Penapisan :
Hal-hal yang perlu diperhatikan untuk menghitung biaya
a) Biaya bahan habis pakai untuk puskesmas guna
yang dibutuhkan seperti:
pelaksanaan penapisan
110 Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim 111
MENTERI KESEHATAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA
b) Biaya ATK dan penggadaan. tokoh masyarakat yang membentuk opini para perempuan, dan
c) Biaya perjalanan petugas untuk pelayanan di luar keluarganya serta pihak-pihak lain yang berperan.
gedung. Upaya penyebaran informasi dilakukan dengan dengan
d) Penyimpanan dan pendistribusian peralatan dan bahan mengembangkan strategi KIE yang efektif dan menyediakan serta
di pusat kesehatan. mengembangkan pesan-pesan yang informatif dengan cara
e) Perbaikan dan pemeliharaan alat untuk diagnosis dan pendekatan sosial budaya yang tepat.
terapi. Strategi KIE harus disesuaikan dengan kebudayaan yang
berlaku di masyarakat. Strateginya adalah:
4) Pencatatan, Pemantauan dan Penilaian :
a. Berbasis masyarakat : perorangan atau kelompok untuk
a) Kertas, fotokopi dan bahan ATK lainnya dalam kegiatan menginformasikan masarakat yang berada di rumah maupun
pencatatan, pemantauan dan penilaian. lingkungan masyarakat
b) Komputer dan software sistem informasi dalam kegiatan b. Berbasis fasilitas : perorangan dan kelompok untuk
monitoring dan pelaporan. mengiformasikan pasien yang datang ke fasilitas kesehatan
c) Biaya pertemuan (ruangan, konsumsi, transport) secara c. Berbasis media : menggunakan media seperti televisi, radio,
regular dengan supervisor area untuk mendiskusikan media cetak untuk menyampaikan pesan ke masyarakat luas
permasalahan, hasil cakupan dan lain-lain. Selanjutnya untuk persiapan masyarakat perlu dilakukan
d) Biaya transportasi supervisor membuat kunjungan pada advokasi dan sosialisasi, bina suasana, penggerakan masyarakat,
pusat pelayanan. dan menjalin kemitraan dengan LP/LS/LSM.
Sebelum perempuan dan keluarganya bersedia dan mendukung Advokasi ditujukan kepada para pengambil keputusan atau
program kegiatan penapisan mereka harus mengerti apa perlunya orang/ institusi yang berpengaruh seperti gubernur/ bupati,
dan apa pentingnya deteksi dini ini bagi mereka. Untuk itu dibutuhkan camat, kepala desa, ketua tim penggerak PKK, Dharma Wanita,
penyebaran informasi dan edukasi kepada semua pihak baik kepada LSM, dan lain-lain.
perempuan tersebut, keluarga yang akan mendukung keputusan, dan
112 Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim 113
MENTERI KESEHATAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA
Tujuannya adalah agar para pengambil keputusan atau 3) Menetapkan metode dan teknik yang telah diujicoba dan
pimpinan memberikan dukungan baik dana maupun moril guna disempurnakan.
peningkatan kegiatan. Advokasi dilakukan oleh kepala dinas 4) Membuat format penilaian dan memilih hasil kegiatan
kesehatan beserta jajarannya. bersama-sama dengan LP dan LS.
Langkah-langkah kegiatan : 5) Menyusun laporan serta menyajikan dalam bentuk tertulis.
1) Tentukan sasaran yang akan diadvokasi
c. Penggerakan Masyarakat (Empowerment)
2) Siapkan informasi berdasarkan baseline data
3) Tentukan kesempatan dimana dan kapan melakukan Strategi ini ditujukan kepada sasaran primer yaitu
advokasi wanita/perempuan usia subur (W US), dan perempuan yang
4) Simpulkan dan sepakati hasil dari advokasi tersebut berisiko. Tujuannya agar kelompok sasaran meningkat
5) Tindak lanjut hasil kesepakatan tersebut pengetahuan, kesadaran, maupun kemampuannya dalam
6) Beri informasi umpan balik melaksanakan pengendalian kanker payudara dan kanker leher
rahim.
b. Bina Suasana (Social Support)
Langkah-langkah kegiatan :
Strategi ini ditujukan kepada kelompok sasaran sekunder
1) Dimulai dengan pemberian pelatihan/pembekalan kader
seperti toma, keluarga, PKK, organisasi perempuan keagamaan,
kesehatan tentang kanker payudara dan kanker leher rahim,
dan lain-lain. Tujuannya agar kelompok ini dapat
panapisan dan pengobatannya, untuk dipakai sebagai dasar
mengembangkan atau menciptakan suasana yang mendukung
penyebaran informasi dan edukasi bagi calon klien.
peningkatan pengendalian kanker payudara dan kanker leher
2) Mengadakan pertemuan dengan kelompok ibu-ibu/keluarga
rahim.
atau kunjungan rumah yang dapat dilakukan oleh tenaga
Langkah-langkah kegiatan :
kesehatan dan kader..
1) Mengkaji dan menetapkan sasaran secara rinci dan tepat
3) Mengembangkan pesan-pesan kesehatan khususnya
2) Menganalisis dan mendesain metode dan teknik kegiatan
mengenai pengendalian kanker payudara dan kanker leher
dukungan suasana seperti pelatihan, sosialisasi,
rahim yang sesuai dengan kondisi setempat
penyebarluasan informasi, kampanye, dll
114 Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim 115
MENTERI KESEHATAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA
4) Mendekatkan pelayanan kesehatan yang menyediakan 3) Yakinkan mitra bahwa mereka adalah orang yang turut
fasilitas deteksi dini dengan biaya pelayanan yang menentukan keberhasilan dalam meningkatkan kesehatan
terjangkau masyarakat khususnya dalam pengendalian kanker
5) Memberikan pelayanan deteksi dini yang bersifat ramah dan payudara dan kanker leher rahim.
memuaskan klien serta lengkap informasi 4) Cari waktu yang tepat untuk melakukan komunikasi
5) Ajak mereka sebagai mitra kerja dengan jalan menetapkan
d. Kemitraan dengan LP, LS, dan kelompok potensial setempat
perencanaan kegiatan dalam menanggulangi permasalahan
Petugas tidak mungkin bekerja sendiri tetapi perlu yang ada
bekerjasama dengan berbagai pihak yang terkait seperti lintas 6) Beri mitra tugas dan tanggung jawab yang jelas tentang
program, lintas sektor serta kelompok potensial setempat seperti peranan mereka dalam upaya peningkatan pengendalian
tokoh agama, tokoh masyarakat, kader, organisasi perempuan kanker payudara dan kanker leher rahim yang ada di
keagamaan, PKK, dan lain-lain. Tiga prinsip dasar kemitraan wilayahnya
yang harus diperhatikan adalah (1) kesetaraan, yaitu kesediaan 7) Ajak mereka untuk melihat atau menilai hasil kerja mereka
berada dalam kedudukan yang sederajat, (2) keterbukaan, yaitu dan beri tanggapan atau umpan balik yang bisa
adanya kejujuran dalam setia langkah menjalin kemitraan, (3) menumbuhkan semangat kerja mereka selanjutnya.
saling menguntungkan, yaitu jalinan kemitraan yang dibuat
B. PELAKSANAAN PENAPISAN
hendaknya saling menguntungkan kedua belah pihak.
Agar penapisan dapat dilaksanakan dengan baik dan
Langkah-langkah kegiatan :
mencapai tujuan yang diinginkan, dilakukan dengan langkah-langkah
1) Membina hubungan baik, professional dan mau bekerja
sebagai berikut :
demi peningkatan kesehatan masyarakat khususnya dalam
1. Persiapan tempat, bahan, peralatan, SDM, dan penentuan waktu
pengendalian kanker payudara dan kanker leher rahim.
pelaksanaan
2) Mampu menyampaikan pesan-pesan kesehatan dengan
2. Penetapan jumlah target per hari dan wilayahnya
baik, jelas serta sesuai budaya atau norma yang berlaku,
3. Penginformasian kegiatan kepada masyarakat melalui bidan
sehingga petugas mendapat dukungan dari mitra
desa, kader kesehatan, dan perangkat desa.
116 Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim 117
MENTERI KESEHATAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA
4. Penetapan teknis pelaksanaan : kabupaten/kota. Kasus yang tidak dapat ditangani di rumah sakit
a. Pendaftaran dengan pembagian nomor urut kabupaten/kota, dapat dirujuk ke rumah sakit propinsi yang ditunjuk.
Rumah sakit rujukan harus memberikan umpan balik kepada rumah
b. Pembuatan kartu status
sakit atau puskesmas asal.
c. Pemanggilan klien dan suaminya
d. Pemberian konseling dan informed consent (meminta D. MONITORING DAN EVALUASI
kesediaan klien dan suaminya untuk dilakukan tindakan). Penemuan dan tatalaksana penyakit kanker merupakan sub
e. Pemeriksaan payudara dengan cara CBE oleh bidan dengan sistem pengendalian penyakit kanker secara umum, output kegiatan
dikonfirmasi oleh dokter puskesmas bila ditemukan benjolan. diharapkan dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian melalui
f. Pelaksanaan IVA oleh Bidan dengan dikonfirmasi oleh kegiatan deteksi dini, penapisan, diagnosis, terapi dan perawatan
dokter puskesmas. paliatif. Kegiatan ini akan berdaya guna apabila ditunjang oleh
sumber daya yang memadai serta mekanisme kegiatan dilakukan
g. Pelaksanaan Krioterapi oleh dokter/bidan puskesmas untuk
sesuai perencanaan.
IVA positif.
h. Penjelasan rencana tindak lanjut/follow-up baik pada kasus Untuk mengukur sampai seberapa jauh sumber daya tersedia
positif maupun negatif. (lihat Bagan 3 untuk kanker leher serta tahapan pelaksanaan dilakukan, diperlukan kegiatan
rahim, dan Bagan 4 untuk kanker payudara) penunjang, yaitu monitoring dan evaluasi.
i. Pencatatan dan pelaporan pada form yang telah tersedia. Pendataan dan pencatatan klien yang telah dilakukan
(lihat bab V) pemeriksaan merupakan salah satu proses yang tidak dapat
j. Pemulangan klien. dipisahkan dari kegiatan monitoring dan evaluasi. Data lengkap
setiap klien harus dicatat pada status pasien (contoh formulir dapat
C. SISTEM RUJUKAN dilihat dalam Formulir A) dengan tujuan agar terdapat catatan
Apabila pada pemeriksaan di puskesmas ditemukan benjolan mengenai pelayanan dan rujukan. Bila klien bertemu dengan seorang
pada payudara, lesi pra kanker yang tidak dapat ditangani di spesialis untuk histopatologi, data-data tersebut dapat dicatat dalam
Puskesmas, dan kanker leher rahim, klien dirujuk ke RS Formulir Histopathology (Formulir B).
118 Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim 119
MENTERI KESEHATAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA
Monitoring yang dilakukan sewaktu-waktu bertujuan untuk INPUT PROSES OUTPUT OUTCOME
120 Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim 121
MENTERI KESEHATAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA
3. Rumah Sakit
b. Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota
a. Menyediakan dan mempersiapkan petugas pelatih
Mempunyai tugas :
b. Menerima rujukan
Sebelum Pelatihan Provider Deteksi Dini
c. Menegakkan diagnosis
1) Sosialisasi dan advokasi.
d. Memberikan umpan balik
2) Rapat koordinasi/ persiapan.
e. Memberikan pengobatan
122 Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim 123
MENTERI KESEHATAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA
g. Menyelenggarakan registrasi kanker berbasis rumah maupun saat implementasi program prosedur deteksi dini kanker
sakit, selanjutnya dilaporkan ke dinas kesehatan payudara dan leher rahim di pelayanan kesehatan agar tercapai
124 Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim 125
MENTERI KESEHATAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA
- Perhimpunan Ahli Bedah Onkologi Indonesia (PERABOI) - praktik mengajar sesuai kompetensinya,
Peserta TOT merupakan satu tim yang terdiri dari: - ketrampilan konseling,
- dokter obsgin onkolog/obsgin sosial - deteksi dini kanker payudara dan kanker leher rahim pada
- dokter obsgin umum model panthom payudara dan panggul/pelvis,
- dokter bedah onkolog - berlatih menginterprestasikan pemeriksaan IVA
- dokter bedah umum menggunakan flash card, atlas IVA interaktive,
- dokter umum - krioterapi pada model sesuai langkah-langkah penuntun
TOT dilaksanakan selama 7 hari, dengan tahapan sebagai berikut : belajar/ceklist.
Sebelum memulai pelatihan, peserta mengikuti BLC (Building Praktik di klinik dengan memberikan pelayanan deteksi dini
Learning Comimitmen) untuk membangun komitmen belajar selama 3 (tiga) hari. Setiap peserta memeriksa CBE dan IVA
yang efektif. terhadap minimal 6 klien dan melakukan krioterapi.
Materi teori di kelas disampaikan dalam 2 hari, tentang : Kemajuan penguasaan pengetahuan dan keterampilan, diukur
- Kebijakan Kemenkes/Program pengendalian Kanker menggunakan pre test, penilaian image/citra tengah pelatihan
- HPV, patofisiologi Kanker Leher Rahim gambar IVA, keterampilan pemeriksaan payudara IVA
- Konseling tentang kanker payudara dan leher rahim krioterapi sesuai cek lis, serta post test pada model maupun
- Deteksi dini kanker payudara klien.
- Deteksi dini kanker leher rahim Kompetensi peserta adalah :
- Pencegahan infeksi
1. Dokter Spesialis obgin onkolog mampu:
- Pengobatan dan tindak lanjut
a. Sebagai pelatih Provinsi di wilayah kerjanya
- Kanker lain pada perempuan
b. Membina obgin umum, dokter umum, dan bidan dalam
- Sistem Pencatatan dan Pelaporan
melakukan deteksi dini dan tatalaksana kanker leher rahim
- Teknik melatih
c. Melakukan supervisi teknis dan menerima rujukan dari
- Rencana tindak lanjut
dokter obgin umum.
Praktek di kelas selama 2 hari meliputi :
126 Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim 127
MENTERI KESEHATAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA
128 Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim 129
MENTERI KESEHATAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA
Learning Comimitmen) untuk membangun komitmen belajar menggunakan pre test, penilaian image/citra tengah pelatihan
yang efektif. gambar IVA, ketrampilan pemeriksaan payudara IVA
Materi teori di disampaikan dalam 1 hari di kelas, tentang : krioterapi sesuai cek lis, serta post test pada model maupun
- Kebijakan Kemenkes/Program pengendalian Kanker klien
- HPV, patofisiologi Kanker Leher Rahim
Kompetensi provider :
- Konseling tentang kanker payudara dan leher rahim
- Deteksi dini kanker payudara 1. Dokter umum mampu:
- Deteksi dini kanker leher rahim a. Mengajarkan SADARI (perikSA payuDAra sendiRI)
- Pencegahan infeksi kepada klien dan melakukan penapisan kanker
- Pengobatan dan tindak lanjut payudara dengan tehnik CBE (Clinical Breast
- Kanker lain pada perempuan Examination)
- Sistem Pencatatan dan Pelaporan b. Melakukan penapisan kanker leher rahim dengan
- Rencana tindak lanjut
metode IVA
Praktek di kelas selama 1 hari meliputi :
c. Melakukan penatalaksanaan lesi pra-kanker leher
- ketrampilan konseling,
rahim dengan Krioterapi
- deteksi dini kanker payudara dan kanker leher rahim pada
d. Melakukan rujukan kepada obgin umum dan bedah
model panthom payudara dan panggul/pelvis
umum pada kasus-kasus yang tidak dapat ditangani di
- berlatih menginterprestasikan pemeriksaan IVA
tingkat Puskesmas
menggunakan flash card, atlas IVA interaktive
- krioterapi pada model sesuai langkah-langkah penuntun 2. Bidan mampu :
belajar/ceklist.
a. Mengajarkan SADARI (perikSA payuDAra sendiRI)
Praktik di klinik dengan memberikan pelayanan deteksi dini
kepada klien dan melakukan penapisan kanker
selama 3 (tiga) hari. Setiap peserta memeriksa CBE dan IVA
payudara dengan tehnik CBE (Clinical Breast
terhadap minimal 6 klien dan dokter melakukan krioterapi.
Examination)
Kemajuan penguasaan pengetahuan dan keterampilan, diukur
130 Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim 131
MENTERI KESEHATAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA
b. Melakukan penapisan kanker leher rahim dengan - Telah melakukan pemeriksaan CBE dan IVA
metode IVA terhadap minimal 50 klien, dan menemukan 3
c. Melakukan rujukan apabila ditemukan IVA (+) dan atau IVA positif dengan benar (melalui konfirmasi
benjolan pada payudara oleh supervisor)
- melakukan krioterapi terhadap 3 klien IVA
SERTIKASI : positif, dengan pendampingan supervisor
1. certicate of attendence / sertifikat kehadiran Bidan (kompetensi sebatas IVA)
Sertifikat of attendence dikeluarkan dengan persyaratan - Telah melakukan pemeriksaan CBE dan IVA
peserta : terhadap minimal 50 klien, dan menemukan 3
a. Telah mengikuti TOT (7 hari) IVA positif dengan benar (melalui konfirmasi
b. Telah mengikuti pelatihan provider (5 hari) oleh supervisor)
c. Mengikuti workshop (< 5 hari) kemudian dilanjutkan Materi yang diujikan disesuaikan dengan kompetensi atau
dengan melakukan pemeriksaan CBE dan IVA terhadap standard profesi yang dibutuhkan provider. Proses penentuan
minimal 50 klien (diisikan pada logbook) standar kelulusan dilakukan dengan melibatkan komponen
Serticate of attendence dikeluarkan oleh penyelenggara yang mewakili pemegang kebijakan yaitu dinas kesehatan
pelatihan (pusat/dinkesprov/dinkeskabkota) dengan diketahui setempat dan supervisor klinis (profesi terkait). Hal ini
lembaga akreditasi (PPSDM, Bapelkes). dimaksudkan agar dapat terjaga akurasinya serta
menghindari penyalahgunaan.
2. Sertifikat kompetensi
Setelah memperoleh certicate of attendence, provider G. PENGOBATAN
melakukan pemeriksaan yang diisikan pada logbook untuk Pengobatan kanker dilkukan secara individual tergantung jenis,
dinilai oleh supervisor. Sertifikat kompetensi diberikan kepada lokasi, stadium. Digunakan sebagai pengobatan tunggal (hanya
provider yang telah dinyatakan kompeten, apabila : operasi saja, kemoterapi saja, radiasi saja) atau kombinasi dari 2
Dokter (kompetensi IVA dan krioterapi) atau lebih jenis pengobatan. Bertujuan untuk memusnahkan kanker
132 Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim 133
MENTERI KESEHATAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA
atau membatasi perkembangan penyakit serta menghilangkan gejala- Adriamicin (Doxorubicin dan Epirubicin)
gejalanya. Cytoxan
a. Pembedahan Methotrexate
Untuk meningkatkan harapan hidup, pembedahan biasanya 5-Fluorouracil
kemoterapi. Docetaxe
b. Radiasi Cisplatin
Merupakan jenis terapi menggunakan radiasi tingkat tinggi untuk Carboplatin
merusak sel-sel kanker sehingga proses multiplikasi sel-sel Paclitaxel
kanker akan terhambat. Berperan sebagai pengobatan secara Fluorouracil (5FU)
radikal, sebagai terapi paliatif yaitu untuk mengurangi dan Cyclophosphamide
menghilangkan rasa sakit atau tidak nyaman akibat kanker, dan Docetaxel
sebagai adjuvant yakni bertujuan untuk mengurangi risiko Ifosfamide
kekambuhan dari kanker. Seiring dengan perkembangan Gemzitabin
teknologi, terapi radiasi lebih tertarget dan lebih efektif. Terdapat
2 jenis terapi penyinaran yaitu penyinaran external dan H. MENYUSUN RENCANA KEGIATAN
penyinaran internal (brachytherapy). I. PROPINSI
c. Kemoterapi SEBELUM PELATIHAN
Merupakan suatu metode pengobatan yang bertujuan untuk 1. Pertemuan persiapan di propinsi
membunuh sel kanker. Obat ini menyasar sel kanker dengan cara Pertemuan persiapan dilaksanakan di provinsi, dengan
merusak dan menghambat factor-faktor pertumbuhan sel. Obat melibatkan lintas program dan lintas sektor (Yayasan
kemoterapi biasanya diberikan secara sistemik melalui intravena kanker,P2KS,Organisasi perempuan,dll).
(IV) atau per oral, dapat digunakan secara tunggal atau Pada pertemuan tersebut membahas tentang :
dikombinasikan. - Sosialisasi tentang kegiatan penyakit kanker, khususnya
Obat kemoterapi yang sering digunakan antara lain : kanker leher rahim dan payudara
134 Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim 135
MENTERI KESEHATAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA
- Gambaran umum penyakit kanker di wilayah tersebut, isu Waktu pelaksanaan : 5 hari (2 hr teori dan praktek
tentang kanker, khususnya kanker payudara dan kanker di kelas, 3 hr praktek penapisan di Puskesmas/RS)
leher rahim Sasaran : 20 orang, terdiri dari: dokter umum,
- Menggali kegiatan apa saja yang sudah ada terkait bidan puskesmas, bidan RS
pengendalian faktor risiko kanker Materi dan jadwal sesuai standar Kemenkes.
- Menggali organisasi apa saja yang bermitra dalam Pelatih : tim pelatih provinsi dan pusat,
pengendalian kanker Dari pelatihan diharapkan peserta mampu :
2. Assesment/penilaian: Melatih SADARI (periksa payudara sendiri)
- Sarana, prasarana, dan ketersediaan SDM provinsi kepada klien dan melakukan CBE (Clinical
(Dokter Onkolog Provinsi, Obgin Provinsi, Bedah Breast Examination) yaitu pemeriksaan klinis
Onkologi, Bedah) payudara oleh petugas terlatih untuk kanker
- Data jumlah penderita kanker payudara dan kanker payudara, bila menemukan benjolan langsung
leher rahim di provinsi tersebut dirujuk ke dokter bedah; serta dapat
3. Pertemuan tim terlatih (Trainer) mempengaruhi sikap positif klien terhadap
- Pesertanya adalah tim pelatih provinsi, dinas manfaat dari skrining/penapisan dengan
kesehatan provinsi dan dinas kesehatan kabupaten menggunakan metode IVA untuk kanker leher
- Melalui pertemuan tim pelatih ini diharapkan rahim dan bila positif diberi pengobatan dengan
memperoleh informasi tentang hasil kegiatan krioterapi,
penapisan deteksi dini kanker payudara dan kanker Bidan dapat melakukan skrining CBE dan IVA,
leher rahim, rujukan, masalah dan kendala yang sedangkan dokter dapat melakukan CBE, IVA,
dihadapi, serta rencana pelaksanaan pelatihan dan Cryterapi
berikutnya Memberikan keterampilan konseling saat
- Rencana pelaksanaan pelatihan provider deteksi dini berbicara dengan klien tentang faktor risiko dan
Tempat : dapat dilaksanakan di provinsi maupun di
kabupaten
136 Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim 137
MENTERI KESEHATAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA
pemeriksaan kanker payudara dan kanker - Menggali kegiatan terkait pengendalian faktor risiko penyakit
leher rahim tidak menular
Di dalam kelas: belajar teori, praktek gambar, - Menggali Organisasi apa saja yang telah bermitra dalam
deteksi dini kanker payudara dan kanker leher kegiatan penanggulangan kanker
rahim menggunakan panthom, sedangkan - Sosialisasi tentang kanker secara umum, khususnya kanker
praktek dilaksanakan di puskesmas dengan leher rahim dan payudara
memberikan pelayanan penapisan kepada 2. Assesmen/penilaian
klien. - Sarana (Meja gyn, spekulum, lampu sorot, kapas lidi, dll) dan
Pada akhir pelatihan, peserta membuat prasarana, ketersediaan SDM (dr.Obgin dan dr.Bedah di
rencana kegiatan sebagai tindak lanjut Kabupaten) sebagai rujukan kasus dari puskesmas.
pelatihan, jadwal rujukan dengan dr.obgin dan - Diperolehnya informasi tentang data jumlah kasus kanker
dr.bedah. payudara dan kanker leher rahim
3. Pertemuan Tim pelatih Provinsi, Dinas Kesehatan Provinsi, dan
SETELAH PELATIHAN dinkes Kabupaten, pimpinan puskesmas yang akan dipilih
- Mendapat data laporan skrining yang telah menjadi tempat pelatihan sebagai persiapan pelatihan deteksi
dilaksanakan, baik dari Puskesmas, rujukan ke RS dini kanker payudara dan kanker leher rahim :
Kabupaten, dan rujukan ke RS.Provinsi. - Menunjuk puskesmas tempat praktek lapangan
- Pembagian tugas pada saat pelatihan
II. KABUPATEN/KOTA - Menentukan sasaran/klien yang diperiksa untuk praktek
SEBELUM PELATIHAN lapangan
1. Rapat koordinasi yang dilakukan di kabupaten - Inventarisasi kebutuhan peralatan dan bahan
- Gambaran umum penyakit kanker di wilayah tersebut, isu 4. Pelatihan Kader
tentang kanker, khususnya kanker payudara dan kanker leher Pelatihan kader oleh petugas puskesmas yang sudah dilatih, hasil
rahim kegiatan yang diharapkan adalah :
138 Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim 139
MENTERI KESEHATAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA
- Meningkatnya pengetahuan kader tentang kanker payudara Dr. SpOG Kabupaten juga mempresentasikan hasil bintek yang
dan kanker leher rahim telah dilaksanakan maupun hasil rujukan dari puskesmas.
- Meningkatnya pengetahuan kader tentang metode penapisan - Pengumpulan dan pengolahan data hasil deteksi dini kanker
kanker leher rahim dan payudara payudara dan kanker leher rahim. Harus disepakati tanggal
- Meningkatnya keterampilan kader untuk melakukan dan laporan kegiatan dari puskesmas ke dinkeskab secara rutin.
mengajarkan cara melakukan SADARI. - Bintek oleh Petugas Kabupaten dan Rumah Sakit. Bimbingan
- Terbentuknya komitmen kader untuk mengajak masyarakat teknis dilakukan oleh dr. Obsgin kabupaten dan petugas dinkes
agar bersedia melakukan penapisan. kabupaten terhadap puskesmas dalam hal :
1. Mengevaluasi pelaksanaan penapisan dan
SETELAH PELATIHAN rujukan
- Mendapat data laporan skrining yang telah dilaksanakan, baik 2. Cakupan sasaran yang telah dicapai
dari Puskesmas, rujukan ke RS.Kabupaten 3. Pelaksanaan laporan
- Melaksanakan pertemuan evaluasi, masing-masing puskesmas
mempresentasikan hasil seluruh rangkaian kegiatan seperti III. PUSKESMAS
sosialisasi, pelatihan kader, penyuluhan, hasil kegiatan deteksi a. Rapat koordinasi di puskesmas
dini kanker payudara dan kanker leher rahim dan yang telah Rapat koordinasi di puskesmas dilaksanakan sebagai
dilakukan; meliputi jumlah klien yang telah diperiksa, jumlah persiapan kegiatan program deteksi dini kanker payudara
yang ditemukan curiga kanker leher rahim, IVA (+), yang dirujuk dan kanker leher rahim. Melibatkan lintas program dan
untuk konfirmasi IVA (+) dengan kolposkopi, yang dirujuk untuk lintas sektor antara lain camat, Ketua PKK, Pimpinan
penanganan selanjutnya, jumlah klien dengan benjolan puskesmas, Pimpinan KBPM, Kepala Desa, pembina
payudara, dan jumlah klien yang dilakukan krioterapi. Di desa, Kapolsek, Danramil, kader kesehatan, bidan, lintas
samping itu, juga disampaikan hambatan dan kendala yang sektor dan lintas program lainnya.
ditemukan selama pelaksanaan skrining dan rujukan. b. Sosialisasi oleh petugas puskesmas di kecamatan
140 Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim 141
MENTERI KESEHATAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA
142 Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim 143
MENTERI KESEHATAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA
144 Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim 145
MENTERI KESEHATAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA
rujukan baik rujukan leher rahim maupun rujukan b. Dinas kesehatan kabupaten/kota melaporkan hasil
payudara dari Puskemas. Petugas RS melakukan rekapitulasi (Form I) kepada Dinas kesehatan provinsi
pemeriksaan lanjutan dan penatalaksanaannya, serta setiap triwulan.
melakukan pencatatan menggunakan catatan medis yang c. Untuk mengetahui cakupan (coverage) deteksi dini
sudah ada di RS. selama setahun, Dinas kesehatan kabupaten/kota
b. Hasil rujukan leher rahim dilaporkan ke Dinas Kesehatan melakukan rekapitulasi menggunakan formulir
kabupaten/kota menggunakan Rekapitulasi Deteksi Dini Rekapitulasi Tahunan Deteksi Dini Kanker Payudara dan
Kanker Leher Rahim Rumah Sakit Kabupaten/Kota (Form Kanker Leher Rahim Kabupaten/Kota (Form J).
G, pilih Rujukan). Laporan disampaikan setiap bulan Selanjutnya, rekapitulasi tersebut dilaporkan ke Dinas
sebelum tanggal 10 bulan berikutnya Kesehatan Provinsi setiap awal tahun.
c. Hasil rujukan payudara dilaporkan ke Dinas Kesehatan d. Dinas kesehatan kabupaten/kota memberikan umpan
kabupaten/kota menggunakan Rekapitulasi Deteksi Dini balik terhadap laporan bulanan yang diberikan
Kanker Payudara Rumah Sakit Kabupaten/Kota (Form H, Puskesmas dan RS.
pilih Rujukan). Laporan disampaikan setiap bulan
sebelum tanggal 10 bulan berikutnya. 4. Dinas Kesehatan Provinsi
d. RS memberikan umpan balik kepada Puskesmas yang a. Dinas kesehatan provinsi menerima laporan triwulanan
mengirimkan rujukan. dari Dinas Kesehatan Kabupaten/kota di wilayah
3. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota kerjanya. Dinas merekap dan menvalidasi laporan
a. Dinas kesehatan kabupaten/kota menerima laporan triwulanan tersebut menggunakan formulir Rekapitulasi
bulanan dari Puskesmas dan Rumah Sakit. Dinas Deteksi Dini Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim
merekap dan menvalidasi laporan bulanan tersebut Provinsi (Form K).
mengunakan formulir Rekapitulasi Deteksi Dini Kanker b. Dinas kesehatan provinsi melaporkan hasil rekapitulasi
Payudara dan Kanker Leher Rahim Kabupaten/Kota (Form K) setiap triwulan kepada Subdit Penyakit Kanker
(Form I). Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular (PPTM),
Direktorat Jenderal pengendalian Penyakit dan
146 Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim 147
MENTERI KESEHATAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA
Penyehatan Lingkungan (Ditjen PP dan PL) Kementerian c. Kementerian Kesehatan memberikan umpan balik
kesehatan RI. terhadap laporan triwulanan yang diberikan dinas
c. Untuk mengetahui cakupan (coverage) deteksi dini kesehatan provinsi.
selama setahun, Dinas kesehatan provinsi melakukan
rekapitulasi menggunakan formulir Rekapitulasi Tahunan Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada alur pencatatan dan
Deteksi Dini Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim pelaporan sebagai berikut:
Provinsi (Form L). Selanjutnya, rekapitulasi tersebut
dilaporkan ke Dinas Kesehatan Provinsi setiap awal Alur Pencatatan dan Pelaporan
tahun.
d. Dinas kesehatan provinsi memberikan umpan balik
terhadap laporan triwulanan yang diberikan dinas
kesehatan kabupaten/kota
5. Kementerian Kesehatan
a. Kementerian Kesehatan (Subdit Penyakit Kanker,
Direktorat PPTM, Ditjen PP dan PL) menerima laporan
triwulanan dari Dinas Kesehatan provinsi. Selanjutnya,
data direkap dan divalidasi menggunakan formulir
Rekapitulasi Deteksi Dini Kanker Payudara dan Kanker
Leher Rahim Nasional (Form M).
b. Untuk mengetahui cakupan (coverage) deteksi dini
Keterangan:
selama setahun, Kementerian Kesehatan melakukan = Melaporkan
rekapitulasi menggunakan formulir Rekapitulasi Tahunan = Umpan balik
= Merujuk
Deteksi Dini Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim
Nasional (Form N).
148 Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim 149
MENTERI KESEHATAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA
VI. PENUTUP
150 Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim 151
MENTERI KESEHATAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA
DAFTAR PUSTAKA
152 Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim 153
MENTERI KESEHATAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA
154 Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim 155
MENTERI KESEHATAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA
Item Jumlah
Cotton wool* 5 gulung/bulan
Swab panjang 8” untuk kapas, atau spatula 1 boks berisi 50 – sesuai kebutuhan
kayu
Bahan klorin 12 liter/bulan
Kantung plastik * 60/bulan
Sabun bubuk* 1 kotak besar atau 2 kotak kecil
Swab kassa* 100 / bulan
Sanitary pads/cotton for post-cryo 20 / bulan
Kondom 200 / bulan
Sikat gigig* (untuk cuci alat) 1
Masker (untuk PI) 2
Atlas VIA 2
Panduan Perbaikan dan Perawatan 1
Buku Panduan Pelayanan 1
(Service Delivery Guidelines)
Pengatur waktu / Timer 1
Panduan pemeriksaan VIA 2
Stempel untuk persetujuan ibu di kartu status 1
ibu
Tinta stempel 1
156 Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim 157
MENTERI KESEHATAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA
158 Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim 159
MENTERI KESEHATAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
160 Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim 161
MENTERI KESEHATAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
162 Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim 163
MENTERI KESEHATAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
164 Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim 165
MENTERI KESEHATAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
166 Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim 167
MENTERI KESEHATAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
168 Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim 169
MENTERI KESEHATAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA
FORM O
4
Berdasarkan alat Merk Wallach. Model LL100 Krioterapi Sistem.
170 Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim 171
MENTERI KESEHATAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA
172 Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim 173
MENTERI KESEHATAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA
Gambar C-3. Tabung Gas Terikat ke Dinding PENGGUNAAN ALAT KRIOTERAPI DAN TABUNG GAS
174 Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim 175
MENTERI KESEHATAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA
Gambar C-4. Regulator buatan Inggris dan AS Tutup katup utama tabung.
pada regulator Wallach untuk memastikan bahwa tekanan gas dengan tabung yang masih penuh sebelum
berada pada rentang kerja berwarna hijau (40–70 kg/cm2 untuk CO2 melanjutkan.
dan 40–50 kg/cm2 untuk N2O) untuk unit krioterapi LL100. Jika jarum
penunjuk berada pada area warna merah, tekanan terlalu tinggi.
Kurangi tekanan tabung (di bawah ini).
176 Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim 177
MENTERI KESEHATAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA
cincin lain (mis., cincin ledeng/kran tabung sampai terdengar suara gas
dari palstik atau karet, cincin “O” atau, keluar. Biarkan sedikit aliran gas
jika perlu, cincin yang dipotong dari keluar selama 8–10 detik.
Tutup katup utama tabung.
ban dalam mobil) dapat digunakan
sementara. Jika cincin karet Pasang kembali regulator pada
digunakan, pentil kuningan harus penghubung katup tabung.
Buka kembali katup utama tabung.
dikencangkan dengan hati-hati agar
tidak sobek. Semua cincin harus pas— Jika tekanan masih tinggi, ulangi
atau dibuat agar pas—dilewati pentil prosedur/langkah-langkah tersebut di
kuningan saat disambungkan dengan atas.
tabung.
178 Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim 179
MENTERI KESEHATAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA
180 Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim 181
MENTERI KESEHATAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA
MASALAH PENJELASAN/SOLUSI teknik tersebut dapat mencegah agar unit krioterapi tidak terhambat
dengan es pada saat digunakan. FCF tidak akan mempengaruhi
7. Saat tindakan Potongan es karbon dioksida telah
pengobatan menghambat aliran gas dalam saluran pembekuan jaringan ikat serviks dengan benar. Provider harus
krioterapi exhaust dari unit krioterapi. menggunakan metode FCF untuk semua tindakan krioterapi.
dilakukan, gas
keluar mendesis Tutup katup utama tabung. Lakukan
dan unit warm up unit krioterapi. Jika tombol Menggunakan Gunakan timer elektronik, stopwatch atau
krioterapi FREEZE tetap terkunci, akan terdengar Teknik FCF jam yang memiliki jarum detik untuk
berhenti suara “POP” yang keras, tetapi tidak memantau waktu, atau minta seorang
beroperasi. berbahaya, pada saat unit sudah cukup asisten memperhatikan jam dan
hangat (sekitar 1 menit) agar es dapat
memberitahukan waktu pada interval
mencair dan membersihkan saluran
yang sama.
exhaust. Setelah terdengar suara “POP,”
tekan tombol DEFROST dengan cepat, Mulai terapkan krioterapi dengan menekan tombol FREEZE.
kemudian lanjutkan pengobatan
Setelah 15 detik pertama, tekan tombol DEFROST dengan
krioterapi menggunakan teknik Freeze-
singkat kemudian segera tekan tombol FREEZE kembali. Pada
Clear-Freeze (lihat di bawah ini).
saat melakukan hal tersebut, tahan tombol DEFROST hanya
sedetik atau kurang kemudian lepaskan dan lanjutkan proses
TEKNIK FREEZE-CLEAR-FREEZE freezing.
Jika CO2 digunakan sebagai gas pendingin untuk krioterapi, Ulangi teknik ini setiap 15 detik selama 3 menit proses freezing.
terkadang unit krioterapi menjadi terhambat dengan es, sehingga Bila mungkin, minta asisten memantau waktu dan berkata “Siap!
menghambat aliran gas dalam sistem dan menghentikan tindakan. (Clear!)” tiap 15 detik untuk menandai provider menggunakan
Untuk mencegah agar hal tersebut tidak terjadi, penting untuk teknik FCF.
182 Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim 183
MENTERI KESEHATAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA
Penting: Terapkan teknik FCF sejak awal tindakan pengobatan. Jika Dekontaminasi unit krioterapi, selang dan regulator dengan
provider menunggu lebih lama dari 15 detik yang dianjurkan untuk melap menggunakan alkohol.
mulai menggunakan prosedur FCF dan menekan tombol DEFROST, Lepaskan kriotip dari prob (Gambar C-5). Pasang tutup
unit krioterapi Wallach LL100 dapat menjadi terhambat es pada saat pelindung pada tabung metal tipi yang berada di ujung prob.
tindakan dan pengobatan akan terhenti. Letakkan unit krioterapi pada dudukannya di regulator.
1
This cryotherapy IP guide has been prepared for the Wallach Cryosurgical System,
Model #LL100; Wallach Surgical Devices, Inc., 235 Edison Rd., Orange, CT USA,
Website: www.wallachsd.com
184 Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim 185
MENTERI KESEHATAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA
186 Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim 187
MENTERI KESEHATAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA
virus-virus yang serupa dengan human papillomavirus (HPV) Setelah diDTT (atau sterilisasi), kriotip dan sarung
Penyimpanan
sehingga mungkin efektif terhadap HPV. (Alkohol tersebut benar- plastik yang telah kering dapat disatukan dan
benar dapat membunuh HIV dan HBV.) Jika menggunakan alkohol, dipasang kembali pada prob krio yang berada
ikuti prosedur di bawah ini. pada unit krioterapi. Unit/alat krioterapi kemudian
Ikuti langkah-langkah Dekontaminasi dan Pencucian (lihat di harus diletakkan pada dudukan di regulator.
atas).
Rendam kriotip dan sarung plastik dalam ethyl atau isopropyl
alkohol 70–90% selama 20 menit. Keringkan dengan dianginkan
kemudian gabung dan pasangkan kembali pada prob unit
krioterapi; atau dengan cara lain,
Pasangkan kembali keduanya pada prob krio dan rendam
selama 20 menit kemudian dianginkan sebelum digunakan
kembali.
Sterilisasi
188 Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim 189
MENTERI KESEHATAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA
190 Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim 191
MENTERI KESEHATAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA
192 Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim 193
MENTERI KESEHATAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA
194 Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim 195
MENTERI KESEHATAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA
196 Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim 197
MENTERI KESEHATAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA
198 Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim 199
MENTERI KESEHATAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA
200 Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim 201
MENTERI KESEHATAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA
202 Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim 203
MENTERI KESEHATAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA
204 Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim 205
MENTERI KESEHATAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA
206 Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim 207
MENTERI KESEHATAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA
No. Nama Kolom Keterangan pengisian No. Nama Kolom Keterangan pengisian
/subkolom /subkolom
2 Hasil Pemeriksaan payudara (dirujuk) Papsmear Isi kolom dengan jumlah klien yang
menjalani pemeriksaan IVA tapi kemudian
Tumor/Benjol Isi kolom dengan jumlah klien yang
dirujuk untuk papsmear ke RS
an menjalani pemeriksaan payudara pada
4 Krioterapi
bulan tersebut dan hasilnya menunjukkan
Hari yang Isi kolom dengan jumlah klien yang
ada benjolan, menurut kelompok umur. Data
sama dilakukan tindakan krioterapi pada hari yang
dijumlahkan dari form D
sama dengan IVA pada bulan tersebut,
Curiga Isi kolom dengan jumlah klien yang
menurut kelompok umur. Data diambil dari
Kanker menjalani pemeriksaan payudara pada
form E
bulan tersebut dan hasilnya menunjukkan
Hari yang Isi kolom dengan jumlah klien yang
ada tanda-tanda kanker, menurut kelompok
berbeda dilakukan tindakan krioterapi tidak pada hari
umur. Data dijumlahkan dari form D3
yang sama dengan pemeriksaan IVA pada
Kelainan Isi kolom dengan jumlah klien yang
bulan tersebut (ditunda), menurut kelompok
Payudara menjalani pemeriksaan payudara pada
umur. Data diambil dari form E
Lainnya bulan tersebut dan hasilnya menunjukkan
5 Keterangan Tuliskan informasi tambahan jika ada
ada tanda-tanda kanker, menurut kelompok
umur. Data dijumlahkan dari form D
3 Hasil Pemeriksaan Leher Rahim Pada bawah tabel isilah target cakupan kegiatan deteksi dini
IVA Positif Isi kolom dengan jumlah klien yang selama perempuan usia 30-50 tahun untuk 5 tahun, target 1
menjalani pemeriksaan IVA dan hasilnya tahun (biasanya target 5 tahun dibagi 5), dan cakupan deteksi dini
positif pada bulan tersebut, untuk masing- dalam satu bulan (jumlah dan persentasi dari target setahun).
masing kelompok umur. Data dijumlahkan Formulir diberi tanggal, ditandatangani kepala Puskesmas dan
dari form D dan dicocokkan dengan data diberi cap Puskesmas.
pada form E
Curiga Isi kolom dengan jumlah klien yang 6. Rekapitulasi Deteksi Dini Kanker Leher Rahim Rumah Sakit
Kanker menjalani pemeriksaan IVA pada bulan (Form G)
tersebut dan hasilnya menunjukkan ada Rumah sakit melakukan rekapitulasi deteksi dini kanker leher
tanda-tanda kanker, menurut kelompok rahim baik rujukan dari Puskesmas maupun yang bukan rujukan
umur. Data dijumlahkan dari form D (datang sendiri ke RS). Rekapitulasi dilakukan setiap bulan
Kelainan Isi kolom dengan jumlah klien yang menggunakan form G dan melaporkannya kepada dinas
ginekologis menjalani pemeriksaan IVA pada bulan kesehatan kabupaten/kota pada awal bulan berikutnya.
lain tersebut dan hasilnya menunjukkan ada
kelainan ginekologis selain IVA positif dan Pengisian form laporan dilakukan sebagai berikut:
curiga kanker, menurut kelompok umur. - Tulislah nama RS, kabupaten/kota, Provinsi, bulan, dan tahun
Data dijumlahkan dari form D pada bagian atas form
208 Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim 209
MENTERI KESEHATAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA
- Untuk rekapitulasi klien rujukan Puskesmas berikan tanda √ No. Nama Kolom Keterangan pengisian
pada kotak “Rujukan Puskesmas”. Untuk rekapitulasi klien /subkolom
bukan rujukan Puskesmas, berilah tanda √ pada kotal “Non Kanker Leher Isi kolom dengan jumlah klien yang
Rujukan” menjalani pemeriksaan leher rahim dalam 1
Rahim
- Form terdiri dari 13 kolom dan sub kolom yang diisi bulan dan hasilnya positif kanker leher
berdasarkan pengelompokan umur <30 tahun, 30-39 tahun,
rahim, menurut kelompok umur.
40-50 tahun, dan >50 tahun. Pengisian data-data pada kolom
sebagai berikut: Kelainan Isi kolom dengan jumlah klien yang
ginekologis menjalani pemeriksaan leher rahim dalam 1
lain bulan dan hasilnya menunjukkan ada
No. Nama Kolom Keterangan pengisian kelainan ginekologis selain IVA positif dan
/subkolom kanker leher rahim, menurut kelompok
1. Diperiksa Isi kolom dengan jumlah klien untuk umur.
masing-masing kelompok umur yang 4 Tindakan
menjalani pemeriksaan leher rahim selama Krioterapi
1 bulan. Pemeriksaan 1 klien bisa beberapa Hari yang Isi kolom dengan jumlah klien yang
jenis maka yang dijumlah adalah jumlah sama dilakukan tindakan krioterapi pada hari yang
kliennya sama dengan pemeriksaan leher rahim
2 Pemeriksaan pada bulan tersebut, menurut kelompok
Leher Rahim umur.
Hari yang Isi kolom dengan jumlah klien yang
Kolposkopi Isi kolom dengan jumlah klien yang
berbeda dilakukan tindakan krioterapi tidak pada hari
menjalani pemeriksaan kolposkopi selama 1
yang sama dengan pemeriksaan leher
bulan, menurut kelompok umur. rahim (ditunda), menurut kelompok umur.
IVA Isi kolom dengan jumlah klien yang LEEP Isi kolom dengan jumlah klien yang
menjalani pemeriksaan IVA selama 1 bulan, dilakukan tindakan LEEP dalam 1 bulan,
menurut kelompok umur. menurut kelompok umur.
Papsmear Isi kolom dengan jumlah klien yang Operasi Isi kolom dengan jumlah klien yang
menjalani pemeriksaan Papsmear selama 1 dilakukan tindakan operasi untuk kasus
bulan, menurut kelompok umur. kanker leher rahim dalam 1 bulan, menurut
3 Hasil Pemeriksaan kelompok umur.
Displasia/Lesi Isi kolom dengan jumlah klien yang 5 Keterangan Tuliskan informasi tambahan jika ada
Pra kanker/ menjalani pemeriksaan leher rahim dan
IVA Positif hasilnya terdapat displasia/IVA positif dalam
1 bulan, menurut kelompok umur.
210 Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim 211
MENTERI KESEHATAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA
Setelah data-data selesasi diisi, di bagian bawah form diberi No. Nama Kolom Keterangan pengisian
tanggal, ditandatangani kepala Klinik/Bagian Ginekologi RS dan /subkolom
dicap. USG Isi kolom dengan jumlah klien yang
menjalani pemeriksaan deteksi dini
7. Rekapitulasi Deteksi Dini Kanker Payudara Rumah Sakit dengan USG payudara selama 1 bulan,
(Form H) menurut kelompok umur.
Rumah sakit melakukan rekapitulasi deteksi dini kanker payudara Mammografi Isi kolom dengan jumlah klien yang
baik rujukan dari Puskesmas maupun yang bukan rujukan menjalani pemeriksaan deteksi dini
dengan mammografi selama 1 bulan,
(datang sendiri ke RS). Rekapitulasi dilakukan setiap bulan
menurut kelompok umur.
menggunakan form H dan melaporkannya kepada dinas
3 Hasil Pemeriksaan
kesehatan kabupaten/kota pada awal bulan berikutnya.
Tumor Isi kolom dengan jumlah klien yang
Pengisian form laporan dilakukan sebagai berikut:
menjalani pemeriksaan payudara dan
- Tulislah nama RS, kabupaten/kota, provinsi, bulan, dan tahun
hasilnya terdapat benjolan/tumor jinak
pada bagian atas form payudara dalam 1 bulan, menurut
- Untuk rekapitulasi klien rujukan Puskesmas berikan tanda √ kelompok umur.
pada kotak “Rujukan Puskesmas”. Untuk rekapitulasi klien Kanker Isi kolom dengan jumlah klien yang
bukan rujukan Puskesmas, berilah tanda √ pada kotal “Non Payudara menjalani pemeriksaan payudara dan
Rujukan” hasilnya positif kanker payudara dalam 1
- Form terdiri dari 10 kolom dan sub kolom yang diisi bulan, menurut kelompok umur.
berdasarkan pengelompokan umur <30 tahun, 30-39 tahun, Kelainan Isi kolom dengan jumlah klien yang
40-50 tahun, dan >50 tahun. Pengisian data-data pada kolom Payudara menjalani pemeriksaan payudara dan
sebagai berikut: lainnya hasilnya menunjukkan ada kelainan
No. Nama Kolom Keterangan pengisian ginekologis selain tumor dan kanker
/subkolom payudara dalam 1 bulan, menurut
kelompok umur.
1. Diperiksa Isi kolom dengan jumlah klien untuk
4 Tindakan
masing-masing kelompok umur yang
Operasi Isi kolom dengan jumlah klien yang
menjalani pemeriksaan leher rahim
dilakukan tindakan operasi untuk kasus
selama 1 bulan. Pemeriksaan 1 klien bisa
tumor atau kanker payudara dalam 1
beberapa jenis maka yang dijumlah adalah bulan, menurut kelompok umur.
jumlah kliennya 5 Keterangan Tuliskan informasi tambahan jika ada
2 Pemeriksaan
Payudara
212 Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim 213
MENTERI KESEHATAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA
Setelah data-data selesasi diisi, di bagian bawah form diberi No. Nama Kolom Keterangan pengisian
tanggal, ditandatangani kepala Klinik/Bagian Bedah RS dan /subkolom
dicap.
Laporan Puskesmas
8. Rekapitulasi Deteksi Dini Kabupaten/Kota, Provinsi, dan Tumor/Benjolan Isi kolom dengan jumlah klien yang
Nasional (Form I, Form K, Form M) menjalani pemeriksaan payudara
dengan hasil ada benjolan/tumor pada
Dinas kesehatan kabupaten/kota, dinas kesehatan provinsi, dan payudara, menurut kelompok umur.
Kementerian Kesehatan (Subdit Penyakit Kanker, Direktorat Curiga Kanker Isi kolom dengan jumlah klien yang
PPTM, Ditjen PP dan PL) menerima laporan rekapitulasi deteksi menjalani pemeriksaan payudara
dini secara berjenjang. Dinas kesehatan kabupaten/kota dengan hasil ada tanda-tanda kanker
menerima laporan bulanan Puskesmas dan RS, Dinas kesehatan payudara, menurut kelompok umur.
provinsi menerima laporan triwulanan dinas kesehatan Kelainan Isi dengan jumlah klien yang menjalani
kabupaten/kota, dan Kemenkes menerima laporan triwulanan dari Payudara pemeriksaan payudara dengan hasil ada
dinas kesehatan provinsi. Lainnya kelainan payudara selain tumor dan
curiga kanker, menurut kelompok umur.
Dinas kesehatan kabupaten melakukan rekapitulasi Laporan RS
menggunakan form I, dinas kesehatan provinsi menggunakan Kanker Isi kolom dengan jumlah kanker
form K, dan Kemenkes menggunakan form M. payudara payudara yang dilaporkan oleh RS,
Pengisian form laporan dilakukan sebagai berikut: menurut kelompok umur.
- Tulislah nama kabupaten/kota, provinsi, bulan, dan tahun 3 Hasil Pemeriksaan Leher Rahim
disesuaikan dengan jenjang administrasi Laporan Puskesmas
- Isilah data-data pada kolom-kolom yang ada, yang berasal IVA Positif Isi kolom dengan jumlah klien yang
dari laporan jenjang dibawahnya. Form terdiri dari 14 kolom menjalani pemeriksaan IVA dan hasilnya
dan sub kolom yang diisi berdasarkan pengelompokan umur positif, menurut kelompok umur.
<30 tahun, 30-39 tahun, 40-50 tahun, dan >50 tahun.
Curiga Kanker Isi kolom dengan jumlah klien yang
Pengisian data-data tersebut adalah sebagai berikut:
menjalani pemeriksaan IVA dan hasilnya
menunjukkan ada tanda-tanda kanker,
No. Nama Kolom Keterangan pengisian menurut kelompok umur.
/subkolom
Kelainan Isi kolom dengan jumlah klien yang
1. Diperiksa Isi dengan jumlah klien untuk masing- ginekologis lain menjalani pemeriksaan IVA dan hasilnya
masing kelompok umur yang menjalani menunjukkan ada kelainan ginekologis
pemeriksaan IVA dan CBE pada selain IVA positif dan curiga kanker
bulan/triwulan yang dilaporkan jenjang Laporan RS
dibawahnya Kanker leher Isi kolom dengan jumlah kanker leher
2 Hasil Pemeriksaan Payudara rahim rahim yang dilaporkan oleh RS, menurut
214 Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim 215
MENTERI KESEHATAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA
No. Nama Kolom Keterangan pengisian provinsi menerima laporan tahunan dari kabupaten/kota
/subkolom diwilayahnya, merekap dan melaporkan kepda Kemenkes.
Kemenkes menerima dan merekap laporan tahunan dari provinsi-
kelompok umur.
4 Krioterapi provinsi yang menyelenggarakan kegiatan deteksi dini.
Hari yang sama Isi kolom dengan jumlah klien yang
dilakukan tindakan krioterapi pada hari Dinas kesehatan kabupaten melakukan rekapitulasi tahunan
yang sama dengan IVA, menurut menggunakan form J, dinas kesehatan provinsi menggunakan
kelompok umur. form L, dan Kemenkes menggunakan form N.
Hari yang Isi kolom dengan jumlah klien yang
berbeda dilakukan tindakan krioterapi tidak pada Pengisian form laporan dilakukan sebagai berikut:
hari yang sama dengan pemeriksaan
- Tulislah nama kabupaten/kota atau provinsi, disesuaikan
IVA (ditunda), menurut kelompok umur.
5 Keterangan Tuliskan informasi tambahan jika ada dengan jenjang administrasi
- Form diisi dimulai tahun pertama melaksanakan kegiatan
Pada bawah tabel isilah target cakupan kegiatan deteksi dini deteksi dini sampai tahun terakhir.
selama perempuan usia 30-50 tahun untuk 5 tahun, target 1 - Form J berisi Puskesmas-Puskesmas yang telah
tahun (biasanya target 5 tahun dibagi 5), dan cakupan deteksi dini melaksanakan kegiatan deteksi dini dari tahun ke tahun.
(jumlah dan persentasi dari target setahun). Setiap Puskesmas dikelompokkan berdasarkan awal mulai
kegiatan sehigga diketahui cakupan setiap Puskesmas dan
Formulir diberi tanggal, ditandatangani kepala dinas kesehatan kelompok Puskesmas.
kabupaten/kota (form I), kepala dinas kesehatan provinsi (form - Form L berisi Kabupaten/kota di 1 provinsi yang telah
K), dan kepala Subdit penyakit Kanker (form M) dan diberi cap. melaksanakan kegiatan deteksi dini dari tahun ke tahun.
Setiap kabupaten/kota dikelompokkan berdasarkan awal
9. Rekapitulasi Tahunan Deteksi Dini Kabupaten/Kota, Provinsi, mulai kegiatan sehigga diketahui cakupan
dan Nasional (Form J, Form L, Form N) setiapkabupaten/kota dan kelompok kabupaten/kota
- Form N berisi provinsi-provinsi yang telah melaksanakan
Dinas kesehatan kabupaten/kota, dinas kesehatan provinsi, dan kegiatan deteksi dini dari tahun ke tahun. Setiap provinsi
Kementerian Kesehatan (Subdit Penyakit Kanker, Direktorat dikelompokkan berdasarkan awal mulai kegiatan sehigga
PPTM, Ditjen PP dan PL) menerima laporan rekapitulasi tahunan diketahui cakupan setiap provinsi dan kelompok provinsi
kegiatan deteksi dini secara berjenjang, setiap awal tahun. Hal ini - Pengisian kolom :
untuk mengetahui capaian (progress) kegiatan. o Kolom target 5 tahun diisi target perempuan usia 30-
Dinas kesehatan kabupaten/kota membuat laporan tahunan dan 50 tahun yang diskrining.
melaporkan kepada dinas kesehatan provinsi. Dinas kesehatan
216 Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim 217
MENTERI KESEHATAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA
o Kolom target 1 tahun diisi target perempuan usia 30- o dr. Achmad Hardiman, Sp.KJ, MARS
50 tahun yang diskrining (target 5 tahun dibagi 5) o drg. Rini Noviani
o Kolom capaian skrining tahunan diisi jumlah klien yang o dr. Theresia Sandra Diah Ratih, MHA
diskrining dari tahun ke tahun dan persentase dari o Sastriwati, SKM, M.Kes
target 1 tahun o dr. Sedya Dwisangka
o Kolom total diisi jumlah total capaian skrining dan o dr. Sorta Rosniuli
persentase dari target 5 tahun o dr. Ruby Valentine
- Pada bagian bawah tabel, laporan diberi tanggal, o dr. Meilina Farikha
ditandatangani kepala dinas kesehatan kabupaten/kota (form o dr. Fahrina
J), kepala dinas kesehatan provinsi (form L), dan kepala o Esthi Nusantri, SKM
Subdit penyakit Kanker (form N) dan diberi cap. o Giyati, A.Md
o Adiansyah Soegandi, B.Sc
o Mugi Wahidin, SKM
o Ratih Kartikasari, SKM
o Dian Kiranawati, S.Kep, Ners
o Hariyanto, SKM
2. TIM JNPK:
o dr. Omo Abdul Madjid, SpOG
o dr. Dwiana Ocviyanti, SpOG
o dr. Mohammad Baharuddin, SpOG
3. TIM POGI
o dr. Yunita Indarti, SpOG
o dr. Dewi Anggraini, SpOG
4. TIM HOGI
o Prof.dr. Farid Aziz, SpOG(K)
TIM PENYUSUN o DR.dr. Laila Nurana, SpOG(K)
o DR.dr. Andrijono, SpOG (K)
o dr. Gatot Purwoto, SpOG(K)
1. KEMENTERIAN KESEHATAN
o dr. Yusharmen, D.Comm.H, M.Sc 5. TIM PERABOI
218 Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim 219
MENTERI KESEHATAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA
7. JHPIEGO
o dr. Djoko Soetikno, MPH
o Siska, SKM
8. TIM IBI
o Bd.Oom Suryana
o Bd. Heru Herdiawati
9. TIM YKPJ
o dr. Kardinah, SpRad
220 Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim 221