Anda di halaman 1dari 12

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah


Toksoplasmosis adalah penyakit zoonosis yang disebabkan oleh parasit Toxoplasma
gondii dan dijumpai diseluruh dunia. Hospes definitif Toxoplasma adalah anggota familia
karnivora Felidae seperti kucing, jaguar, ocelot, singan gunung, macan dan cheetah. (Cahaya,
2014) Felidae penting dalam epidemiologi infeksi Toxoplasma gondii karena dapat
mengeluarkan ookista yang tahan di lingkungan.
Infeksi Toxoplasma gondii umumnya tidak menimbulkan gejala atau subklinis. Gejala
klinis utama adalah limfadenopati. Manifestasi berat toksoplasmosis antara lain ensefalitis,
sindroma sepsis atau syok, miokarditis dan hepatitis, namun gejala tersebut jarang dijumpai
pada manusia yang mempunyai daya tahan tubuh yang baik. (Tenter dkk, 2010)
Toksoplasmosis pada wanita hamil dapat mengakibatkan abortus, bayi lahir mati dan
kelainan pada janin, serta ensefalomilitis.
Faktor yang dapat meningkatkan terjadinya penularan pada manusia antra lain
kebiasaan makan sayuran mentah dan buah-buahan segar yang dicuci kurang bersih,
kebiasaan makan tanpa mecuci tangan terlebih dahulu, mengkonsumsi makanan dan
minuman yang disajikan tanpa ditutup sehingga kemungkinan besar terkontaminasi ookista,
atau makan jaringan hewan yang mengandung kista tanpa dimasak sempurna. (Iskandar,
2013)
Cara penularan dan sumber infeksi beragam antara kelompok etnik dan letak geografis
yang berbeda. Umumnya penularan horizontal pada manusia disebabkan karena
mengkonsumsi salah satu bentuk T. Gondii. (Tenter dkk, 2010)

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud Toksoplasmosis ?
2. Apa saja penyebabnya ?
3. Apa saja gejala yang ditimbulkan ?
4. Bagaiman cara penanganan untuk Toksoplasmosis ?
5. Bagaimana siklus hidup Toksoplasmosis ?

1
1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian Toksoplasmosis.
2. Untuk lebih mengenal dan mengetahui penyebab, gejala, siklus hidup serta cara
penanganan untuk penyakit Toksoplasmosis.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Definisi
Toksoplasmosis, suatu penyakit yang disebabkan oleh Toxoplasma gondii, merupakan
penyakit parasit pada hewan yang dapat ditularkan ke manusia (Hiswani, 2005). Parasit ini
merupakan golongan Protozoa yang bersifat parasit obligat intraseseluler. Menurut
Wiknjosastro (2007), toksoplasmosis menjadi sangat penting karena infeksi yang terjadi pada
saat kehamilan dapat menyebabkan abortus spontan atau kelahiran anak yang dalam kondisi
abnormal atau disebut sebagai kelainan kongenital seperti hidrosefalus, mikrosefalus,
iridosiklisis dan retardasi mental.

2.2. Epidemiologi
Toxoplasma gondii pertama kali ditemukan pada binatang mengerat (Cytenodactylus
gundi) di Afrika pada tahun 1908 (Levine, 1995). Toxoplasma gondii termasuk Genus
Toxoplasma; Subfamili Toxoplasmatinae; Famili Sarcocystidae; Subkelas Coccidia; Kelas
Sporozoa; Filum Apicomplexa (Soulsby, 1982). Toxoplasma gondii dibedakan menjadi lima
tipe, masing-masing tipe terdiri atas berbagai galur, dapat diisolasi di tempat dari berbagai
belahan dunia. Setiap tipe memiliki karakteristik biologik dan patogenitas yang berbeda
(Chandra, 2002).
Di Indonesia prevalensizat anti Toxoplasma gondii yang positif pada manusia berkisar
antara 2% dan 63% pada orang Eskimo prevalensinya 1% dan di El Salvador, Amerika
Tengah 90%. Prevanlensi zat anti T.gondii pada binatang di Indonesia adalah sebagai berikut:
pada kucing 35-73%, babi 11-36%, kambing 11-61%, anjing 75%, dan pada ternak lainnya
kurang dari 10%. Pada umumnya prevalensi zat anti yg positif meningkat dengan umur, tidak
ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan.Di dataran tinggi prevalensi lebih rendah,
sedangkan daerah tropic prevalensinya lebih tinggi.Prevalensi toksoplasmosis kongenital di
beberapa Negara diperkirakan sebagai berikut: Belanda 6,5 dari 1000 kelahiran hidup, New
York 1,3‰, Paris 3‰, dan Vienna 6-7‰.

2.3. Morfologi
Toxoplasma gondii merupakan protozoa obligat intraseluler, terdapat dalam tiga bentuk
yaitu takizoit (bentuk proliferatif), kista (berisi bradizoit) dan ookista (berisi sporozoit)
(Hiswani, 2005). Bentuk takizoit menyerupai bulan sabit dengan ujung yang runcing dan
3
ujung lain agak membulat. Ukuran panjang 4-8 mikron, lebar 2-4 mikron dan mempunyai
selaput sel, satu inti yang terletak di tengah bulan sabit dan beberapa organel lain seperti
mitokondria dan badan golgi (Sasmita, 2006). Bentuk ini terdapat di dalam tubuh hospes
perantara seperti burung dan mamalia termasuk manusia dan kucing sebagai hospes definitif.
Takizoit ditemukan pada infeksi akut dalam berbagai jaringan tubuh. Takizoit juga dapat
memasuki tiap sel yang berinti. Kista dibentuk di dalam sel hospes bila takizoit yang
membelah telah membentuk dinding. Ukuran kista berbeda-beda, ada yang berukuran kecil
hanya berisi beberapa bradizoit dan ada yang berukuran 200 mikron berisi kira-kira 3000
bradizoit. Kista dalam tubuh hospes dapat ditemukan seumur hidup terutama di otak, otot
jantung, dan otot bergaris. Di otak bentuk kista lonjong atau bulat, tetapi di dalam otot bentuk
kista mengikuti bentuk sel otot (Gandahusada, 2003).
Ookista berbentuk lonjong, berukuran 11-14 x 9-11 mikron. Ookista mempunyai
dinding, berisi satu sporoblas yang membelah menjadi dua sporoblas. Pada perkembangan
selanjutnya ke dua sporoblas membentuk dinding dan menjadi sporokista. Masing-masing
sporokista tersebut berisi 4 sporozoit yang berukuran 8 x 2 mikron dan sebuah benda residu.
Toxoplasma gondii dalam klasifikasi termasuk kelas Sporozoasida, berkembang biak secara
seksual dan aseksual yang terjadi secara bergantian.

2.4. Siklus Hidup


Daur hidup Toxoplasma gondii melalui dua siklus yaitu siklus enteroepitel dan siklus
ekstraintestinal. Siklus enteroepitelial di dalam tubuh hospes definitif seperti kucing. Siklus
ekstraintestinal pula di dalam tubuh hospes perantara seperti manusia, kambing dan domba.
Pada siklus ekstraintestinal, ookista yang keluar bersama tinja kucing belum bersifat infektif.
Setelah mengalami sporulasi, ookista akan berisi sporozoit dan menjadi bentuk yang infektif.
Manusia dan hospes perantara lainnya akan terinfeksi jika tertelan bentuk ookista tersebut.
Di dalam ileum, dinding ookista akan hancur sehingga sporozoit bebas. Sporozoit-
sporozoit ini menembus mukosa ileum dan mengikuti aliran darah dan limfa menuju berbagai
organ tubuh seperti otak, mata, hati dan jantung. Sporozoit bebas akan membentuk
pseudokista setelah berada dalam sel organ-organ tersebut. Pseudokista tersebut berisi
endozoit atau yang lebih dikenal sebagai takizoit. Takizoit akan membelah, kecepatan
membelah takizoit ini berkurang secara berangsur kemudian terbentuk kista yang
mengandung bradizoit. Bradizoit dalam kista biasanya ditemukan pada infeksi menahun
(infeksi laten).

4
Gambar 1.1 Siklus hidup Toxoplasma gondii
Sumber: CDC, 2010

2.5. Cara Penularan


Manusia dapat terinfeksi oleh Toxoplasma gondii dengan berbagai cara. Pada
Toksoplasmosis kongenital, transmisi toksoplasma kepada janin terjadi melalui plasenta bila
ibunya mendapat infeksi primer waktu hamil. Pada Toksoplasmosis akuista, infeksi dapat
terjadi bila makan daging mentah atau kurang matang ketika daging tersebut mengandung
kista atau trofozoit Toxoplasma gondii. Tercemarnya alat-alat untuk masak dan tangan oleh
bentuk infektif parasit ini pada waktu pengolahan makanan merupakan sumber lain untuk
penyebaran Toxoplasma gondii.
Pada orang yang tidak makan daging pun dapat terjadi infeksi bila ookista yang
dikeluarkan dengan tinja kucing tertelan. Kontak yang sering terjadi dengan hewan
terkontaminasi atau dagingnya, dapat dihubungkan dengan adanya prevalensi yang lebih
tinggi di antara dokter hewan, mahasiswa kedokteran hewan, pekerja di rumah potong hewan
dan orang yang menangani daging mentah seperti juru masak (Chahaya, 2003). Juga mungkin
terinfeksi melalui transplantasi organ tubuh dari donor penderita Toksoplasmosis laten
kepada resipien yang belum pernah terinfeksi Toxoplasma gondii. Infeksi juga dapat terjadi
di laroratorium pada orang yang bekerja dengan binatang percobaan yang diinfeksi dengan
5
Toxoplasma gondii yang hidup. Infeksi dengan Toxoplasma gondii juga dapat terjadi waktu
mengerjakan autopsi.

2.6. Gejala dan Tanda


A. Keluhan pokok
 Lebih 80% asimptomatis
Toksoplasmosis kongenital :
 Bayi kejang
Toksoplasmosis akuisitas :
 Panas
 Sefalgi
 Mialgi
 Artralgi
 Nyeri di tenggorokan
 Sering pula memberikan gejala seperti mononukleosus.

B. Tanda penting
 Toksoplasmosis kongenital
Tetralogi toksoplasmosis kongenital, yaitu :
 Korioretinitis bilateral
 Hidrosefalus/mikrosefali
 Kalsifikasi serebral
 Gangguan psikomotor :
 Perkembangan mental  Atropi nervi
terganggu  Limfadenopati
 Meningoensefalomielitis  Splenomegali
 Iritis  Hepatomegali
 Iridosiklitis
 Toksoplasmosis akuisitas ada 4 bentuk, yaitu :
 Limfadenopati  Sefalgi
 Splenomegali  Mialgi
 Eritematosa singkat  demam

6
Wanita hamil yang terkena infeksi Toxoplasma umumnya hanya menunjukkan gejala
ringan dan tidak jelas, mirip flu, kadang ada pembesaran kelenjar leher. Sedangkan janin
yang terkena infeksi dalam kandungan, gejalanya kadang tidak ditemukan, kalau ditemukan
dapat berupa pertumbuhan janin yang terhambat, kepala janin membesar (Hidrosefalus).

Pada bayi baru lahir (neonatus) yang terinfeksi dapat di temukan tanda-tanda kuning
berlebihan, Juling, Tuli, Anemia, Pengapuran di otak, kepala membesar (hidrosefalus),
Radang otak, Paru, Hati, Kebutaan, Diare dan tanda – tanda lain yang tidak spesifik.

Apakah setiap ibu hamil yang terinfeksi Toxoplasma janinnya pasti akan tertular? Ternyata
tidak, tergantung juga pada usia kehamilan; pada usia kehamilan sebelum 3 bulan, hanya 1 –
7 % yang tertular; kehamilan 3 – 6 bulan, 10 - 27 % yang tertular dan kehamilan 6 – 9 bulan,
sekitar 30 – 60 % yang tertular.

Toksoplasmosis memiliki beberapa gejala umum, yaitu:


Pada manusia sehat, yaitu demam tinggi, nyeri otot, kelelahan, radang tenggorokan,
pembengkakan kelenjar getah bening. Pada ibu hamil, menyebabkan gangguan kehamilan
seperti keguguran, kelahiran mati, atau toksoplasmosis kongenital yang menimbulkan
kerusakan otak, hilang pendengaran, dan gangguan penglihatan pada bayi pada saat atau
beberapa bulan atau tahun setelah dilahirkan. Pada penderita gangguan sistem kekebalan
tubuh, gejala infeksi toksoplasmosis adalah sakit kepala, kebingungan, kurangnya koordinasi
tubuh, kejang, kesulitan bernapas, dan gangguan penglihatan.

2.7. Pemeriksaan Fisik


Mata:
1. Penurunan tajam penglihatan
2. Rasa nyeri padamata
3. Melihat benda berterbangan
4. Fhotofobia
5. Mata cekung
6. Mata anemia
Leher:
1. Terjadi limfadenopati (pembesaran getahbening )
2. Tenggorokan sakit

7
Abdomen:
1. Nyeri
2. Acites
3. Diare
4. Mual dan muntah
Integument:
1. Suka berkeringat malam
2. Suhu tubuh meningkat
3. Timbulnya rash pada kulit
Muskuloskletal:
1. Nyeri
2. Kelemahan
Hepar:
1. Hepatomegali
2. Ikterus

2.8. Diagnosis
A. Pemeriksaan Laboratorium Serologi
 Sabin-Feldman (Dye Test)
 IFA (Indirect Flourescence Antibody)
 CF (Complement fixation)
 IHA (Indirect Haemaglutination Antibody)
 ELISA/DS-IgM-ELISA
 IgA, IgM, IgG

Diagnosa Toxoplasmosis umumnya dilakukan dengan pemeriksaan antibodi


Toxoplasma dalam darah yang timbul akibat infeksi Toxoplasma. Cara ini relatif lebih mudah
dan lebih cepat, dibandingkan mencari Toxoplasma dalam cairan atau jaringan tubuh.

Antibodi Toxoplasma yang umum diperiksa adalah Anti Toxoplasma IgG, Anti Toxoplasma
IgM, dan Anti Toxoplasma IgG Aviditas.

Anti Toxoplasma IgM terbentuk pada awal infeksi, biasanya hanya bertahan 1 – 2
bulan saja, setelah itu hilang, tetapi kadang juga bisa menetap 1 sampai 2 tahun, bila positif
berarti baru atau sedang infeksi dan perlu pengobatan. Anti Toxoplasma IgG terbentuk

8
setelah IgM, biasanya 2 – 3 minggu setelah infeksi, dapat bertahan lama sampai bertahun –
tahun, bila hasil pemeriksaan positif berarti pernah infeksi, infeksinya bisa masih baru atau
bisa juga sudah lama. Anti Toxoplasma IgG Aviditas merupakan pemeriksaan tambahan
untuk menentukan Anti Toxoplasma IgG yang positif tersebut masih baru atau sudah lama
terbentuk, bila Aviditas rendah ( < 0, 200 ) berarti infeksi masih baru dan perlu pengobatan,
bila Aviditas tinggi ( > 0, 300 ) berarti infeksi lama dan tidak perlu pengobatan, bila Aviditas
diantara 0, 200 sampai 0, 300 berarti lama infeksi belum dapat ditentukan, perlu pemeriksaan
ulang 2 – 3 minggu lagi.

Interpretasi Hasil Pemeriksaan Laboratorium Toxoplasma:

IgG IgM Interpretasi Hasil


- - Berarti belum atau tidak
terinfeksi Toxoplasma
- + Berarti baru terinfeksi, perlu
pengobatan
+ + Berarti baru atau sedang
terinfeksi, perlu pengobatan
+ - Berarti infeksi sudah lama,
tidak perlu pengobatan

2.9. Pencegahan Toksoplasmosis


Peranan kucing sebagai hospes definitif merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi timbulnya Toksoplasmosis, karena kucing mengeluarkan berjuta juta ookista
dalam tinjanya, yang dapat bertahan sampai satu tahun di dalam tanah yang teduh dan
lembab. Untuk mencegah hal ini, maka dapat di jaga terjadinya infeksi pada kucing, yaitu
dengan memberi makanan yang matang sehingga kucing tidak berburu tikus. Kista jaringan
dalam hospes perantara (kambing, sapi, babi dan ayam) sebagai sumber infeksi dapat
dimusnahkan dengan memasaknya sampai 66C. Daging dapat menjadi hangat pada semua
bagian dengan suhu 65C selama empat sampai lima menit atau lebih, maka secara
keseluruhan daging tidak mengandung kista aktif, demikian juga hasil daging siap konsumsi
yang diolah dengan garam dan nitrat (Chahaya, 2003). Setelah memegang daging mentah
(tukang potong, penjual daging, tukang masak) sebaiknya cuci tangan dengan sabun sampai
bersih.

9
Yang paling penting dicegah adalah terjadinya Toksoplasmosis kongenital, yaitu anak
yang lahir cacat dengan retardasi mental dan gangguan motorik, merupakan beban
masyarakat. Pencegahan dengan tindakan abortus artefisial yang dilakukan selambatnya
sampai kehamilan 21-24 minggu, mengurangi kejadian Toksoplasmosis kongenital kurang
dari 50 %, karena lebih dari 50 % Toksoplasmosis kongenital diakibatkan infeksi primer pada
trimester terakhir kehamilan (Chahaya, 2003). Pencegahan dengan obat-obatan, terutama
pada ibu hamil yang diduga menderita infeksi primer dengan Toxoplasma gondii, dapat
dilakukan dengan spiramisin. Vaksin untuk mencegah infeksi Toksoplasmosis pada manusia
belum tersedia sampai saat ini.

2.10. Pengobatan
Obat yang dipakai sampai saat ini hanya membunuh stadium takizoit Toxoplasma
gondii dan tidak membasmi stadium kista, sehingga obat dapat memberantas infeksi akut,
tetapi tidak dapat menghilangkan infeksi menahun, yang dapat menjadi aktif kembali.
Pirimetamin dan sulfonamid bekerja secara sinergistik, maka dipakai sebagai
kombinasi selama 3 minggu atau sebulan. Pirimetamin menekan hemopoiesis dan dapat
menyebabkan trombositopenia dan dan leukopenia. Untuk mencegah efek samping, dapat
ditambahkan asam folinat atau ragi.
Pirimetamin diberikan dengan dosis 50-75mg/hari untuk dewasa selama 3 hari
kemudian dikurangi menjadi 25mg/hari (0,5-1mg/kg berat badan/hari) selam beberapa
minggu pada penyakit berat. Karena waktu paruh adalah 4-5hari, pirimetamin dapat diberikan
2 hari sekali atau 3-4 hari 1x.
Sulfonamid dapat menyebabkan trombositopenia dan hematuria, diberikan dengan
dosis 50-100mg/kg berat badan/hari selama beberapa minggu atau bulan.
Spiramisin yaitu antibiotik macrolide, yang tidak menembus plasenta, tetapi ditemukan
dengan konsentrasi tinggi diplasenta. Spiramisin diberikan dengan dosis 100mg/kg berat
badan/hari selama 30-45 hari. Obat ini dapat diberikan pada ibu hamil yang mendapat infeksi
primer, sebagai obat profilaktik untuk mencegah transmisi Toxoplasma gondii ke janin dalam
kandungannya. Obat ini diberikan sampai aterm atau sampai janin terbukti terinfkesi
Toxsoplasma. Bila janin terbukti terinfeksi T.gondii pengobatan yang diberikan adalah
pirimetamin, sulfonamid dan asam folinat dan diberikan setelah kehamilan 12 minggu atau
18 minggu.

10
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
 Toksoplasmosis adalah penyakit zoonosis yang disebabkan oleh parasit Toxoplasma
gondii. Toksoplasmosis menjadi sangat penting karena infeksi yang terjadi pada saat
kehamilan dapat menyebabkan abortus spontan atau kelahiran anak yang dalam
kondisi abnormal atau disebut sebagai kelainan kongenital seperti hidrosefalus,
mikrosefalus, iridosiklisis dan retardasi mental.
 Daur hidup Toxoplasma gondii melalui dua siklus yaitu siklus enteroepitel dan siklus
ekstraintestinal. Siklus enteroepitelial di dalam tubuh hospes definitif seperti kucing.
Siklus ekstraintestinal pula di dalam tubuh hospes perantara seperti manusia, kambing
dan domba.
 Cara penularannya terbagi menjadi 2 :
a. Toksoplasmosis kongenital, transmisi toksoplasma kepada janin terjadi
melalui plasenta bila ibunya mendapat infeksi primer waktu hamil.
b. Toksoplasmosis akuista, infeksi dapat terjadi bila makan daging mentah atau
kurang matang
 Pencegahannya :
a. Toksoplasmosis kongenital dengan memberikan obat-obatan kepada Ibu hamil
b. Toksoplasmosis akuista dengan memberikan menjaga kebersihan hewan
peliharaan, memberikan daging matang dan mencuci sayuran dengan bersih.
 Pengobatan penyakit Toksoplasmosis untuk saat ini hanya bisa membunuh stadium
takizoit T.gondii seperti pirimetimin, sulfonamid, dan spiramisin.

11
DAFTAR PUSTAKA

Cahaya I. Epidemiologi Toxoplasma gondii. [Diakses Parasitol. 2010; 55 (1): 94-95. 22


Oktober 2014]. Diunduh dari : http://library.usu.ac.id/download/fkm/fkm-
indra%20c4.pdf.
Tenter AM, Heckeroth AR, Weiss LM. Toxoplasma gondii: from animals to humans. Int J
Parasitol. 2000;30 (12-13): 1217-58.
Iskandar T. Pencegahan toksoplasmosis melalui pola manusia melalui makanan. makan dan
cara hidup sehat. [Diakses 5 Maret 2013]. Diunduh dari:
http://peternakan.litbang.deptan.go.id. 2012:235-41.
Tri Wijayanti dan Dewi Marbawati. 2014. Seropositif Toksoplasmosis Kucing Liar. Jawa
Tengah. Balaba Vol. 10 No. 02, Desember 2014: 59-64

12

Anda mungkin juga menyukai