Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENELITIAN ANALISIS LANJUT RISKESDAS 2013 HUBUNGAN

RIWAYAT ANTE NATAL CARE (ANC) DAN TINGKAT KONSUMSI Fe (zat besi)
DENGAN KEJADIAN KEK DI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT DAN DI
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA (Analisis Lanjut Data Riset Kesehatan Dasar 2013)
PENYUSUN : Peneliti : MARDIATUN, S.Kep,Ns,M.Kep LALU AHMAD YANI,
SKM.MPH DEWI PURNAMAWATI, SKp. M.Kep KEMENTERIAN KESEHATAN
BADAN PUSAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA KEMENKES RI
TAHUN 2014 i

2 SUSUNAN PENELITI 1. Identitas Koordinator Peneliti a. Nama : Mardiatun, S.Kep,Ns. b.


Jabatan : Dosen Poltekkes Kemenkes Mataram Jurusan Keperawatan c. Alamat Kantor :
Poltekkes Kemenkes Mataram Jurusan Keperawatan, Jl. Kesehatan V/10 Pajang Timur
Mataram d. NIP : Identitas Peneliti 1 a. Nama : Lalu Ahmad Yani b. Jabatan : Staf Pelayanan
Kesehatan Dasar Keperawatan c. Alamat Kantor : Poltekkes Kemenkes Mataram Jurusan
Keperawatan, Jl. Kesehatan V/10 Pajang Timur Mataram d. NIP : Identitas Peneliti 2 a.
Nama : Dewi Purnamawati, S.Kp. M.Kep b. Jabatan : Dosen Poltekkes Kemenkes Mataram
Jurusan Keperawatan c. Alamat Kantor : Poltekkes Kemenkes Mataram Jurusan
Keperawatan, Jl. Kesehatan V/10 Pajang Timur Mataram d. NIP : ii

3 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat
rahmat dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Penelitian yang
berjudul Hubungan Riwayat Anc dan Tingkat Konsumsi Fe (Zat Besi) Dengan Kejadian
Kurang Energi Kronis (KEK) di NTB dan DIY ini tepat pada waktunya. Dalam penyusunan
laporan penelitian ini penulis banyak mendapatkan bantuan, bimbingan serta pengarahan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Direktur Poltekkes Kemenkes Mataram, yang
telah memberikan ijin dalam pelaksanaan penelitian ini 2. Kepala Badan Litbangkes, yang
telah memberikan kesempatan untuk menjadi peserta ANLAN Riskesnas 2014 serta memberi
bantuan dana selama pelaksanaan penelitian ini 3. Kepala LabMandat, yang telah
memberikan ijin dalam penggunaan data Riskesdas Ketua Jurusan Keperawatan Poltekkes
Kemenkes Mataram yang telah memberikan ijin dalam pelaksanaan penelitian ini 5. Kepada
semua dosen di Jurusan Keperawatan yang telah banyak memberikan bantuan selama
pelaksanaan penelitian ini. Penulis sangat mengharapkan masukan, kritik dan saran yang
bersifat membangun guna kesempurnaan laporan penelitian ini, semoga laporan ini
bermanfaat Mataram, Desember 2014 Penulis iii

4 RINGKASAN EKSEKUTIF HUBUNGAN RIWAYAT ANTE NATAL CARE (ANC)


DAN TINGKAT KONSUMSI Fe (zat besi) DENGAN KEJADIAN KEK DI PROVINSI
NUSA TENGGARA BARAT DAN DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA (Analisis
Lanjut Data Riset Kesehatan Dasar 2013) By: Mardiatun, Lalu Ahmad Yani, Dewi
Purnamawati KEK merupakan ketidakseimbangan antara asupan untuk pemenuhan
kebutuhan dan pengeluaran energy, KEK dapat terjadi pada wanita usia subur (WUS) dan
pada ibu hamil. Kurang energi kronis (KEK) pada kehamilan rnerupakan masalah gizi di
Indonesia Kontribusi dan terjadinya KEK pada ibu hamil akan mempengaruhi tumbuh
kembang janin antara lain dapat meningkatkan risiko terjadinya berat bayi lahir rendah
(BBLR). Ibu hamil dengan KEK memiliki risiko kesakitan yang lebih besar, terutama pada
trimester III (Latip, 1997) Sejak Tahun 1970 Departemen Kesehatan RI telah melaksanakan
suatu program pemberian tablet zat besi pada ibu hamil di Puskesmas dan Posyandu secara
gratis dengan mendistribusikan tablet tambah darah di posyandu dan di puskesms dan jumlah
tablet zat besi yang dikonsumsi ibu hamil adalah minimal 90 tablet selama kehamilan.
Departemen Kesehatan pada tanggal 1 Maret 2007 telah meluncurkan Kampanye Indonesia
Bebas Anemia (Medicastore, 2007). Namun Anemia pada kehamilan masih merupakan
masalah nasional karena mencerminkan nilai kesejahteraaan sosial ekonomi masyarakat, dan
pengaruhnya sangat besar terhadap kualitas sumber daya manusia. Anemia pada kehamilan
disebut potential danger to mother and child (potensial membahayakan ibu dan anak), karena
itulah anemia memerlukan perhatian serius dari semua pihak yang terkait dalam pelayanan
kesehatan pada lini terdepan. Kejadian anemia tersebut berhubungan dengan faktor yang
berpengaruh yaitu konsumsi tablet Fe, umur kehamilan, keteraturan pemeriksaan ANC dan
status gizi kurang. Antenatal Care (ANC) sebagai salah satu upaya pencegahan awal dari
faktor risiko kehamilan. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Antenatal care untuk
mendeteksi dini terjadinya risiko tinggi terhadap kehamilan dan persalinan, juga dapat
menurunkan angka kematian ibu dan memantau keadaan janin iv

5 Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan bagaimana hubungan riwayat ante natal care
(ANC) dan tingkat konsumsi Fe (zat besi) dengan kejadian KEK ibu hamil di Propinsi NTB
dan DIY Rancangan dalam penelitian ini menggunakan Penelitian ini menggunakan metode
analitik observasional dengan pendekatan belah lintang (cross sectional), karena subyek
diobservasi satu kali saja melalui data riskesdas 2013dan pengukuran variabelnya dilakukan
pada saat yang bersamaan. Penelitian analitik ini bertujuan untuk menjelaskan hubungan
antara variabel melalui pengujian hipotisis. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara Total
Samplig dengan criteria inklusi: analisis di lakukan pada ibu hamil dengan anak yang
terakhir. Analisis data dilakukan berdasarkan data Riskesdas 2013 di Indonesia. Data diolah
dengan menggunakan analisis univariat dan bivariat kemudian disajikan dalam bentuk tabel
disertai dengan narasi. Analisis dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel yang
diteliti menggunakan uji chi-square dengan nilai α = < 0.05 Hasil analisis univariat di
dapatkan data sebagian besar di daerah DIY tinggal di perkotaan (74%), di NTB pedesaan
(65,1%), di DIY sebagian besar umur tidak beresiko (86,6%) di NTB tidak beresiko (83,1%),
tingkat konsumsi Fe di DIY <90 (74,7%), di NTB <90 (85%),Status KEK di DIY non KEK
(77,4%) di NTB Non KEK (80,2%) Hasil analisis bivariat dengan menggunakan uji uji chi-
square di NTB didapatkan harga p (0,000) < 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat
hubungan antara ANC dengan resiko kejadian KEK di NTB dengan nilai OR 1,793 Hasil
analisis bivariat dengan menggunakan uji uji chi-square di DIY didapatkan harga p (0,000) <
0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara ANC dengan resiko
kejadian KEK di DIY dengan nilai OR 0,442 Hasil analisis bivariat dengan menggunakan uji
uji chi-square di NTB didapatkan nilai p (0,000) < 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa
terdapat hubungan antara tingkat konsumsi Fe dengan resiko kejadian KEK di NTB dengan
nilai OR 0,901 Hasil analisis bivariat dengan menggunakan uji uji chi-square di DIY
didapatkan harga p (0,000) < 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan
antara tingkat konsumsi Fe dengan resiko kejadian KEK di DIY dengan nilai OR 23,392
Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kunjungan ibu hamil melalui ANC K4 dan
dengan mengkonsumsi teratur tablet Fe minimal 90 tablet selama kehamilannya dapat
mencegah kejadian resiko kejadian KEK selama hamil. Saran yang v

6 di sampaikan adalah optimalisasi kunjungan ANC dengan melihat kualitas dari pada
kuantitas dan pemantauan ketat perawatan kehamilan yang di lakukan oleh petugas kesehatan
melalui 10 T pada setiap kunjungan ANC vi

7 ABSTRAK HUBUNGAN RIWAYAT ANTE NATAL CARE (ANC) DAN TINGKAT


KONSUMSI Fe (zat besi) DENGAN KEJADIAN KEK DI PROVINSI NUSA TENGGARA
BARAT DAN DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA (Analisis Lanjut Data Riset
Kesehatan Dasar 2013) By: Mardiatun, Lalu Ahmad Yani, Dewi Purnamawati Keadaan gizi
kurang (KEK) terjadi karena tubuh kekurangan satu atau beberapa jenis zat gizi yang
dibutuhkan. Beberapa hal yang dapat menyebabkan tubuh kekurangan zat gizi antara lain:
jumlah zat gizi yang di konsumsi kurang, mutunya rendah atau keduanya. Sejak Tahun 1970
Departemen Kesehatan RI telah melaksanakan suatu program penanggulangan pemberian
tablet zat besi pada ibu hamil secara gratis, namun dampak yang ditimbulkan karena
kekurangan zat besi ini masih menjadi masalah Tujuan penelitian ini adalah Menjelaskan
bagaimana hubungan riwayat ante natal care (ANC) dan tingkat konsumsi Fe (zat besi)
dengan kejadian KEK ibu hamildi Propinsi NTB dan DIY Penelitian ini menggunakan
metode analitik observasional dengan pendekatan belah lintang (cross sectional), melalui data
riskesdas 2013 dan pengukuran variabelnya dilakukan pada saat yang bersamaan dan desain
bivariat uji chi square. Hasil yang didapatkan P value < 0,005 ada hubungan antara riwayat
ANC dengan kejadian KEK di NTB dan DIY. Sedangkan pada tingkat konsumsi Fe
didapatkan P value < 0,005 ada hubungan antara tingkat konsumsi Fe dengan kejadian KEK
di NTB dan DIY Simpulan dan saran maka pada ibu-ibu hamil perlu ditekankan pentingnya
mengkonsumsi tablet Fe minimal 90 tablet selama kehamilan dan melakukan ANC minimal 4
kali selama kehamilan dengan penekanan pada kualitas dari pada kuantitas Kata kunci
:Riwayat ANC, konsumsi tablet Fe, KEK vii

8 DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i SUSUNAN PENELITI... ii KATA


PENGANTAR... iii RINGKASAN EKSEKUTIF... iv ABSTRAK... vi DAFTAR ISI vii
DAFTAR TABEL viii DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR LAMPIRAN ix 1.
PENDAHULUAN a. Latar Belakang RUMUSAN MASALAH 4 3. TUJUAN DAN
MANFAAT PENELITIAN a. Tujuan Umum... 4 b. Tujuan Khusus... 4 c. Manfaat Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA KONSEP HIPOTESIS METODE PENELITIAN
HASIL PENELITIAN a. Analisis Univariat b. Analisis Bivariat PEMBAHASAN
KESIMPULAN DAN SARAN UCAPAN TERIMA KASIH DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR LAMPIRAN viii

9 DAFTAR TABEL Nomor tabel Judul tabel Halaman Tabel.1 Tabel.2 Tabel.3 Tabel
distribusi Frekuensi responden berdasarkan tempat tinggal, umur riwayat ANC, tingkat
konsumsi Fe, dan kejadian KEK Tabel Bivariat Hubungan riwayat ANC dengan kejadian
KEK Tabel Bivariat Hubungan tingkat konsumsi Fe dengan kejadian KEK ix

10 DAFTAR GAMBAR Nomor gambar Judul gambar Halaman Gambar.1 Kerangka Konsep
x

11 DAFTAR LAMPIRAN Nomor Lampiran Judul Lampiran Lampiran.1 Hasil SPSS...


Lampiran.2 Surat Keputusan Penelitian... xi

12 1. LATAR BELAKANG Kurang energi kronis (KEK) pada kehamilan rnerupakan


masalah gizi di Indonesia Kontribusi dan terjadinya KEK pada ibu hamil akan mempengaruhi
tumbuh kembang janin antara lain dapat meningkatkan risiko terjadinya berat bayi lahir
rendah (BBLR). Ibu hamil dengan KEK memiliki risiko kesakitan yang lebih besar, terutama
pada trimester III kehamilan sehingga dapat mengakibatkan kelahiran BBLR (Latip, 1997)
Sejak Tahun 1970 Departemen Kesehatan RI telah melaksanakan suatu program pemberian
tablet zat besi pada ibu hamil di Puskesmas dan Posyandu secara gratis dengan
mendistribusikan tablet tambah darah, dimana 1 tablet berisi 200 mg fero sulfat dan 0,25 mg
asam folat (setara dengan 60 mg besi dan 0.25 mg asam folat). Setiap ibu hamil dianjurkan
minum tablet tambah darah dengan dosis satu tablet setiap hari selama masa kehamilannya
sampai 40 hari setelah melahirkan. Jumlah tablet zat besi yang dikonsumsi ibu hamil adalah
minimal 90 tablet selama kehamilan. (Manuaba, I.B.G, 2001). Departemen Kesehatan pada
tanggal 1 Maret 2007 telah meluncurkan Kampanye Indonesia Bebas Anemia. Namun
Anemia pada kehamilan masih merupakan masalah nasional karena mencerminkan nilai
kesejahteraaan sosial ekonomi masyarakat, dan pengaruhnya sangat besar terhadap kualitas
sumber daya manusia. Anemia pada kehamilan disebut potential danger to mother and child
(potensial membahayakan ibu dan anak), karena itulah anemia memerlukan perhatian serius
dari semua pihak yang terkait dalam pelayanan kesehatan pada lini terdepan. Anemia pada
umumnya terjadi di seluruh dunia, perkiraan prevalensi anemia secara global sekitar 51%,
terutama di negara berkembang dan pada kelompok sosial ekonomi rendah. Secara
keseluruhan anemia terjadi 45 % wanita di negara berkembang dan 13 % di negara maju,
(FKM UI, Menurut model Mc Carthy dan Maine status kesehatan merupakan faktor penting
dalam terjadinya kematian ibu. Penyakit atau gizi yang buruk merupakan faktor yang dapat
mempengaruhi status kesehatan ibu, maka upaya perbaikan status gizi masyarakat menjadi
salah satu prioritas pembangunan kesehatan (Bappenas, 2008) Upaya ini dilakukan pada
seluruh siklus kehidupan sejak dalam kandungan sampai dengan lanjut usia dengan prioritas
kepada kelompok rawan yaitu bayi, balita, remaja perempuan, ibu hamil dan ibu menyusui.
Masa kehamilan merupakan masa yang rawan kesehatan, baik kesehatan ibu yang
mengandung maupun bayi yang 1

13 dikandungnya sehingga dalam masa kehamilan perlu dilakukan pemeriksaan secara


teratur, hal ini dilakukan guna menghindar gangguan sedini mungkin dari segala sesuatu yang
membahayakan terhadap kesehatan ibu dan bayi yang di kandung. Pemeriksaan yang
dilakukan oleh tenaga kesehatan, seperti pengukuran tinggi/berat badan, dan tekanan darah,
pemeriksaan tinggi fundus, imunisasi tetanus toxoid (TT), serta pemberian tablet besi
(Depkes RI, 2002) Berdasarkan laporan World Health Organization (WHO) tahun 2008,
prevalensi anemia pada ibu hamil di Asia Tenggara 48,2%. Sementara data dari Health
Nutrition and Population Statistics diperoleh prevalensi anemia ibu hamil tahun 2005 di Asia
masih cukup tinggi,yaitu berkisar 20% di Indonesia sampai 56,4% di Laos. Survei Kesehatan
Rumah Tangga tahun 2001 menyebutkan mayoritas penyebab langsung kematian ibu adalah
perdarahan (28%), eklampsia (24%) dan infeksi (11%), sedangkan penyebab tidak
langsungnya adalah ibu hamil kurang energi kronis (KEK) 37% dan anemia 40%. Kejadian
anemia tersebut berhubungan dengan faktor yang berpengaruh yaitu konsumsi tablet Fe,
umur kehamilan, keteraturan pemeriksaan ANC dan status gizi kurang. Di Indonesia
berdasarkan data Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 2001, prevalensi anemia ibu
hamil di Indonesia sebesar 40,1% dan pada tahun 2007 turun menjadi 11,9%, sedangkan di
provinsi NTB yaitu 11,2%. Namun demikian keadaan ini mengindikasikan bahwa anemia
gizi besi masih menjadi masalah kesehatan masyarakat karena menyebabkan resiko kematian
ibu hamil saat melahirkan (Riskesdas, 2010). Penyebab utama anemia pada wanita adalah
kekurangan zat besi. Maka untuk mengatasinya pemerintah melalui Depkes sejak tahun 1970
telah melaksanakan suatu program pemberian tablet besi, yang mana setiap ibu hamil
dianjurkan minum 1 tablet setiap hari selama masa kehamilan. Namun masih terdapat kasus-
kasus yang disebabkan karena anemia pada masa kehamilan (Manuaba, 2001, Doloksaribu,
2006) Anemia sering terjadi akibat defisiensi zat besi karena pada ibu hamil terjadi
peningkatan kebutuhan zat besi dua kali lipat akibat peningkatan volume darah tanpa
ekspansi volume plasma, untuk memenuhi kebutuhan ibu (mencegah kehilangan darah pada
saat melahirkan) dan pertumbuhan janin. Ironisnya, diestimasi dibawah 50% ibu tidak
mempunyai cadangan zat besi yang cukup selama kehamilannya, sehingga risiko defisiensi
zat besi atau anemia meningkat bersama dengan kehamilan (Cunningham, 2001) 2
14 Hal ini telah dibuktikan di Thailand bahwa penyebab utama anemia pada ibu hamil adalah
karena defisiensi besi (43,1%) (Sukrat B, 2006) Disamping itu, studi di Malawi ditemukan
dari 150 ibu hamil terdapat 32% mengalami defisiensi zat besi dan satu atau lebih
mikronutrient (Broek et al,2000) Demikian pula dengan studi di Tanzania memperlihatkan
bahwa anemia ibu hamil berhubungan dengan defisiensi zat besi (p = 0,03), vitamin A (p
=0,004) dan status gizi (LILA) (p = 0,003) (Hinderakel et al 2001). Terdapat korelasi yang
erat antara anemia pada saat kehamilan dengan kematian janin, abortus, cacat bawaan, berat
bayi lahir rendah, cadangan zat besi yang berkurang pada anak atau anak lahir dalam keadaan
anemia gizi. Kondisi ini menyebabkan angka kematian perinatal masih tinggi, demikian pula
dengan mortalitas dan morbiditas pada ibu. Selain itu, dapat mengakibatkan perdarahan pada
saat persalinan yang merupakan penyebab utama (28%) kematian ibu hamil/bersalin di
Indonesia (Ahmed et al, 2001 dan Depkes, 2001) Kehamilan menyebabkan meningkatnya
metabolisme energi, karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya meningkat selama
kehamilan. Peningkatan energi dan zat gizi tersebut diperlukan untuk pertumbuhan dan
perkembangan janin pertambahan besarnya organ kandungan, perubahan komposisi dan
metabolisme tubuh ibu. Sehingga kekurangan zat gizi tertentu yang diperlukan saat hamil
dapat menyebabkan janin tumbuh tidak sempurna. Bagi ibu hamil, pada dasarnya semua zat
gizi memerlukan tambahan, namun yang seringkali menjadi kekurangan adalah energi protein
dan beberapa mineral seperti Zat Besi dan Kalsium. (Supariasa, 2001). Kenaikan volume
darah selama kehamilan akan meningkatkan kebutuhan Fe atau Zat Besi. Jumlah Fe pada
bayi baru lahir kira-kira 300 mg dan jumlah yang diperlukan ibu untuk mencegah anemia
akibat meningkatnya volume darah adalah 500 mg. Selama kehamilan seorang ibu hamil
menyimpan zat besi kurang lebih mg termasuk untuk keperluan janin, plasenta dan
hemoglobin ibu sendiri. Berdasarkan Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi Tahun 1998,
seorang ibu hamil perlu tambahan zat gizi rata-rata 20 mg perhari. Sedangkan kebutuhan
sebelum hamil atau pada kondisi normal rata-rata 26 mg per hari (umur tahun). Antenatal
Care (ANC) sebagai salah satu upaya pencegahan awal dari faktor risiko kehamilan. Menurut
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Antenatal care untuk mendeteksi dini terjadinya risiko
tinggi terhadap kehamilan dan persalinan juga dapat menurunkan angka kematian ibu dan
memantau keadaan janin. Perawatan antenatal umumnya dianggap metode yang efektif untuk
meningkatkan hasil kehamilan, tetapi efektivitas 3

15 spesifik program perawatan antenatal sebagai sarana untuk mengurangi kematian bayi
dalam kelompok sosioekonomi kurang beruntung dan rentan perempuan belum dievaluasi
secara mendalam (Huliana, 2001). Program kesehatan ibu dan anak merupakan salah satu
program pokok di puskesmas yang mendapat prioritas tinggi, mengingat kelompok ibu hamil,
menyusui, bayi, dan anak merupakan kelompok yang sangat rentan terhadap kesakitan dan
kematian (WHO, 2008). Angka kematian bayi dan ibu serta bayi dengan Berat Badan Lahir
Rendah (BBLR) yang tinggi pada hakekatnya juga ditentukan oleh status gizi ibu hamil. Ibu
hamil dengan status gizi buruk atau mengalami KEK (Kurang Energi Kronis) cenderung
melahirkan bayi BBLR dan dihadapkan pada risiko kematian yang lebih besar dibanding
dengan bayi yang dilahirkan ibu dengan berat badan yang normal.sampai saat ini masih
banyak ibu hamil yang mengalami masalah gizi khususnya gizi kurang seperti Kurang Energi
Kronik (KEK) dan anemia. Kejadian KEK dan anemia pada ibu hamil umumnya disebabkan
karena rendahnya asupan zat gizi ibu selama kehamilan bukan hanya berakibat pada ibu bayi
yang dilahirkannya, tetapi juga faktor resiko kematian ibu (Almatsier, 2004). 2. RUMUSAN
MASALAH Bagaimana hubungan riwayat ante natal care (ANC) dan tingkat konsumsi Fe
(zat besi) dengan kejadian KEK pada ibu hamil? 3. TUJUAN DAN MAMFAAT
PENELITIAN Tujuan Umum Penelitian : Tujuan Umum Menjelaskan bagaimana hubungan
riwayat ante natal care (ANC) dan tingkat konsumsi Fe (zat besi) dengan kejadian KEK ibu
hamildi Propinsi NTB dan DIY? Tujuan Khusus Penelitian : 1. Untuk mengidentifikasi
riwayat ANC ibu hamil di Propinsi NTB dan DIY 2. Untuk mengidentifikasi tingkat
konsumsi Fe / zat besi di Propinsi NTB dan DIY 3. Mengidentifikasi resiko kejadian KEK
pada ibu hamil di Propinsi NTB dan DIY 4. Menganalisis hubungan riwayat ante natal care
(ANC) dengan kejadian KEK di Propinsi NTB dan di Propinsi DIY? 5. Menganalisis
hubungan tingkat konsumsi Fe / zat besi dengan kejadian resiko KEK di Propinsi NTB dan di
Propinsi DIY? 4

16 Mamfaat Penelitian 1. Penentu kebijakan Penelitian ini di harapkan dapat memberikan


masukan tentang gambaran pemberian Fe (zat besi) pada ibu hamil dan efektifitasnya di
indonesia pada umumnya dan di DIY dan NTB khususnya, sehingga dalam pemberiannya
perlu di evaluasi dan di tindak lanjut 2. Iptek Penelitian ini di harapkan dapat memberikan
tambahan masukan tentang factor-faktor penyebab KEK yang selama ini belum di teliti 3.
Masyarakat 1) Penelitian ini di harapkan dapat memberikan gambararan bahwasanya peran
Ante Natal Care (ANC) sangat vital dalam mendeteksi masalah dan penanganannya 2)
Penelitian ini di harapkan dapat memberikan gambaran tentang bahaya penyakit kurang gizi
khususnnya Fe (zat besi) pada ibu hamil sehingga perlu pencegahan yang di mulai dari
komitmen diri yang kuat dalam mengkonsumsinya 4. TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep
Ante Natal Care Pengertian Ante Natal Care (ANC) Pemeriksaan Antenatal Care (ANC)
adalah pemeriksaan kehamilan untuk mengoptimalkan kesehatan mental dan fisik ibu hamil,
hingga mampu menghadapi persalinan, kala nifas, persiapan pemberiaan ASI dan kembalinya
kesehatan reproduksi secara wajar (Manuaba, 2008). Pemeriksaan kehamilan merupakan
pemeriksaan ibu hamil baik fisik dan mental serta menyelamatkan ibu dan anak dalam
kehamilan, persalinan dan masa nifas, sehingga keadaan mereka post partum sehat dan
normal, tidak hanya fisik tetapi juga mental (Prawiroharjo, 2005). Kunjungan Antenatal Care
(ANC) adalah kunjungan ibu hamil ke bidan atau dokter sedini mungkin semenjak ia merasa
dirinya hamil untuk mendapatkan pelayanan/asuhan antenatal. Pada setiap kunjungan
Antenatal Care (ANC), petugas mengumpulkan dan menganalisis data mengenai kondisi ibu
melalui anamnesis dan 5

17 pemeriksaan fisik untuk mendapatkan diagnosis kehamilan intrauterine serta ada tidaknya
masalah atau komplikasi (Saifudin, 2002). Tujuan Antenatal Care (ANC) Tujuan Umum 1.
Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang janin.
2. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, maternal dan sosial ibu dan bayi. 3.
Mengenal secara dini adanya komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil, termasuk
riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan pembedahan. 4. Mempersiapkan persalinan
cukup bulan, melahirkan dengan selamat ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal
mungkin. 5. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI
Eksklusif. 6. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar
dapat tumbuh kembang secara normal. 7. Menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan
perinatal. Tujuan Antenatal Care (ANC) adalah untuk menjaga agar bu hamil dapat melalui
masa kehamilannya, persalinan dan nifas dengan baik dan selamat, serta menghasilkan bayi
yang sehat. Tujuan Khusus 1. Mengenali dan mengobati penyulit-penyulit yang mungkin
diderita sedini mungkin. 2. Menurunkan angka morbilitas ibu dan anak. 3. Memberikan
nasihat-nasihat tentang cara hidup sehari-hari dan keluarga berencana, kehamilan, persalinan,
nifas dan laktasi. Menurut Wiknjosastro (2005) tujuan Antenatal Care (ANC) adalah
menyiapkan wanita hamil sebaik-baiknya fisik dan mental serta menyelamatkan ibu dan anak
dalam kehamilan, persalinan dan masa nifas, sehingga keadaan mereka pada post partum
sehat dan normal, tidak hanya fisik tetapi juga mental. Pelayanan Antenatal Menurut
Departem Kesehatan RI (2010), pemeriksaan antenatal dilakukan 6
18 dengan standar pelayanan antenatal dimulai dengan : a. Anamnese : meliputi identitas ibu
hamil, riwayat kontrasepsi/kb, kehamilan sebelumnya dan kehamilan sekarang. b.
Pemeriksaan umum : meliputi pemeriksaan fisik, pemeriksaan khusus kebidanan. c.
Pemeriksaan laboratorium dilakukan hanya atas indikasi/diagnosa d. Pemberian obat-obatan,
imunisasi Tetanus Toxoid (TT) dan tablet besi (fe) e. Penyuluhan tentang gizi, kebersihan,
olah raga, pekerjaan dan perilaku seharihari, perawatan payu dara dan air susu ibu, tanda-
tanda risiko, pentingnya pemeriksaan kehamilan dan imunisasi selanjutnya, persalinan oleh
tenaga terlatih, KB setelah melahirkan serta pentingnya kunjungan pemeriksaan kehamilan
ulang. Kunjungan Ibu Hamil Menurut Departemen Kesehatan RI (2010), kunjungan ibu
hamil adalah kontak antara ibu hamil dengan petugas kesehatan yang memberikan pelayanan
antenatal standar untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan. Istilah kunjungan disini dapat
diartikan ibu hamil yang datang ke fasilitas pelayanan kesehatan atau sebaliknya petugas
kesehatan yang mengunjungi ibu hamil di rumahnya atau posyandu. Kunjungan ibu hamil
dilakukan secara berkala yang dibagi menjadi beberapa tahap, seperti : a. Kunjungan ibu
hamil yang pertama (K1) Kunjungan K1 adalah kontak ibu hamil yang pertama kali dengan
petugas kesehatan untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan dan pelayanan kesehatan
trimester I, dimana usia kehamilan 1 sampai 12 minggu. b. Kunjungan ibu hamil yang
keempat (K4) Kunjungan K4 adalah kontak ibu hamil yang keempat atau lebih dengan
petugas kesehatan untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan dan pelayanan kesehatan pada
trimester III, usia kehamilan > 24 minggu. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan
bahwa kunjungan antenatal sebaiknya dilakukan paling sedikit empat kali selama masa
kehamilan dengan distribusi kontak sebagai berikut : a. Minimal 1 kali pada trimester I (K1),
usia kehamilan 1-12 minggu b. Minimal 1 kali pada trimester II, usia kehamilan minggu 7

19 c. Minimal 2 kali pada trimester III, (K3-K4), usia kehamilan > 24 minggu. Kementerian
Kesehatan menetapkan K4 sebagai salah satu indikator ANC (Riskesdas, 2013). Jadwal
pemeriksaan Menurut Departemen Kesehatan RI (2010), pemeriksaan kehamilan berdasarkan
kunjungan antenatal dibagi atas : a. Kunjungan Pertama (K1) Meliputi : (1) Identitas/biodata,
(2) Riwayat kehamilan, (3) Riwayat kebidanan, (4) Riwayat kesehatan, (5) Riwayat sosial
ekonomi, (6) Pemeriksaan kehamilan dan pelayanan kesehatan, (7) Penyuluhan dan
konsultasi. b. Kunjungan Keempat (K4) Meliputi : (1) Anamnese (keluhan/masalah) (2)
Pemeriksaan kehamilan dan pelayanan kesehatan, (3) Pemeriksaan psikologis, (4)
Pemeriksaan laboratorium bila ada indikasi/diperlukan, (5) Diagnosa akhir (kehamilan
normal, terdapat penyulit, terjadi komplikasi, atau tergolong kehamilan risiko tinggi (6) Sikap
dan rencana tindakan (persiapan persalinan dan rujukan). Pelaksana Pelayanan Antenatal
Pelaksana pelayanan antenatal adalah dokter, bidan (bidan puskesmas, bidan di desa, bidan di
praktek swasta), pembantu bidan, perawat yang sudah dilatih dalam pemeriksaan kehamilan
(Depkes RI, 2010). B. Tinjauan Umum Tentang Zat Besi (Ferum) Zat besi (Fe) merupakan
mikro elemen yang essensial bagi tubuh. Zat ini terutama diperlukan dalam hemopobesis
(pemindahan darah) yaitu dalam sintesa haemoglobin. Disamping itu berbagai jenis enzim
memerlukan zat besi sebagai faktor penggiat. Tablet zat besi adalah sebuah tablet yang
mengandung ferri karbonat sebagai konstituen pokok. Preparat zat besi jenis lain yang sering
digunakan adalah ferro fumarat, glukonat dan sulfat. Zat besi ( Ferum ) merupakan salah satu
zat yang sangat dibutuhkan tubuh, baik pada masa kehamilan, pertumbuhan dan
perkembangan, maupun pada masa tua, begitu banyak manfaat zat besi bagi tubuh manusia.
Zat besi merupakan microelement yang esensial bagi tubuh, zat ini terutama dibutuhkan
dalam hemopobesis ( pembentukan 8

20 darah ) yaitu dalam sintesa hemoglobin. Manfaat zat besi adalah untuk sintesis
haemoglobin dalam darah, memproduksi panas untuk adenotrifosfat dalam respirasi sel. Zat
besi disimpan dalam hepar, limpa dan sumsum tulang. Komposisi zat besi dalam tubuh
adalah 70% dalam haemoglobin darah dan 30% dalam mioglobin. Haemoglobin (Hb) darah
berfungsi mengangkut oksigen ke seluruh jaringan tubuh dan mioglobin berfungsi sebagai
simpanan oksigen dalam intramuskuler. Pemberian zat besi dimulai setelah rasa mual dan
muntah hilang. Satu tablet sehari selama minimal 90 hari. Tiap tablet mengandung FeSO4
320 mg ( zat besi 60 mg ) dan asam folat 500 mg. Tablet zat besi dapat diminum separuh
pada pagi hari dan separuh lagi pada malam hari ( Paath, 2006 ). Walaupun terdapat sumber
makanan nabati yang kaya besi, seperti daun singkong, kangkung dan sayuran berwarna hijau
lainnya, namun zat ferum dalam makanan tersebut lebih sulit penyerapannya. Dibutuhkan
porsi yang besar dari sumber nabati tersebut untuk mencukupi kebutuhan zat besi dalam
sehari,dan jumlah tersebut tidak mungkin terkonsumsi. Sehingga dalam kondisi tersebut jika
kebutuhan ferum tidak terpenuhi dalam makanan, maka pilihan untuk memberikan tablet besi
folat dan sirup guna mencegah dan menanggulangi anemia menjadi sangat efektif dan efisien
(Depkes, 2010). Efek samping tablet ferum berupa pengaruh yang tidak menyenangkan
seperti rasa tidak enak di ulu hati, mual, muntah dan diare (terkadang juga konstipasi).
Penyulit ini tidak jarang menyusutkan ketaatan pasien selama pengobatan berlangsung. Jika
situasi seperti ini berkembang, dosis sebaiknya diturunkan sampai pengaruh itu lenyap.
Sementara itu, pasien hendaknya diberi pengertian, bahwa pengaruh yang tidak
menyenangkan itu tidak ada artinya jika dibandingkan dengan besarnya manfaat besi
(Arisman, 2004). Wanita memerlukan zat besi lebih tinggi dari laki-laki karena terjadi
menstruasi dengan perdarahan sebanyak 50 sampai 80 cc setiap bulan dan kehilangan zat besi
sekitar 30 sampai 40 mg. Tanda dan gejala anemia defisiensi zat besi tidak khas, hampir sama
dengan anemia pada umumnya yaitu cepat lelah atau kelelahan, hal ini terjadi karena
simpanan oksigen dalam jaringan otot kurang, sehingga metabolisme otot terganggu, nyeri
kepala dan pusing merupakan kompensasi akibat otak kekurangan oksigen karena daya
angkut hemoglobin berkurang, terkadang sesak nafas karena tubuh memerlukan lebih banyak
lagi oksigen dengan cara kompensasi pernafasan lebih dipercepat, 9

21 palpitasi, dimana jantung berdenyut lebih cepat diikuti dengan peningkatan denyut nadi
dan tanda lainnya adalah pucat pada muka, telapak tangan, kuku, membran mukosa dan
konjungtiva. Tanda khas anemia defisiensi besi adalah adanya kuku sendok (spoon nail),
kuku menjadi rapuh, bergaris-garis vertikal dan menjadi cekung mirip sendok. Di Indonesia
ada program pencegahan anemia pada ibu hamil, dengan memberikan suplemen zat besi
sebanyak 90 tablet selama masa kehamilan. Namun banyak ibu hamil yang menolak atau
tidak mematuhi anjuran ini karena berbagai alasan. Kepatuhan minum tablet Fe apabila 90 %
dari tablet besi yang seharusnya diminum. Kepatuhan ibu hamil minum pil besi merupakan
faktor penting dalam menjamin peningkatan kadar hemoglobin ibu hamil. faktor yang
mempengaruhi penyerapan zat besi oleh tubuh: 1. Bentuk Besi Bentuk besi di dalam
makanan berpengaruh terhadap penyerapannya. Besi heme, yang merupakan bagian dari
hemoglobin dan mioglobin yang terdapat didalam daging hewan dapat diserap dua kali lipat
daripada besi non heme. Kurang lebih 40 % dari besi di dalam daging, ayam dan ikan adalah
sebagai besi heme dan selebihnya sebagai non heme. Besi non heme juga terdapat di dalam
telur, serealia, kacangkacangan, sayuran hijau dan beberapa jenis buah-buahan. 2. Asam
organik Asam organik seperti Vitamin C sangat membantu penyerapan besi non heme dengan
merubah bentuk ferri menjadi bentuk ferro. Seperti telah dijelaskan, bentuk ferro lebih mudah
diserap. Disamping itu Vitamin C membentuk gugus besi akorbat yang tetap larut pada ph
lebih tinggi dalam duodenum. Oleh karena itu, sangat dianjurkan memakan makanan sumber
vitamin C setiap kali makan. 3. Asam Fitat Asam fitat dan faktor lain pada serealia serta asam
oksalat di dalam sayuran dapat menghambat penyerapan besi. Faktor-faktor ini mengikat
besi, sehingga mempersulit penyerapannya. Protein kedelai menurunkan absorbsi besi karena
nilai fitatnya yang tinggi. Vitamin C dalam jumlah cukup dapat melawan sebagian pengaruh
faktorfaktor yang menghambat penyerapan besi ini. 4. Tanin Tanin merupakan polifenol yang
terdapat di dalam teh, kopi dan beberapa jenis sayuran serta buah, juga dapat menghambat
absorbsi besi dengan cara mengikat besi. 10

22 Bila besi tubuh tidak terlalu tinggi, sebaiknya tidak minum teh atau kopi pada waktu
makan. 5. Tingkat Keasaman Lambung Tingkat keasaman lambung meningkatkan daya larut
besi. Kekurangan asam klorida (HCL) di dalam lambung atau penggunaan obat-obatan yang
bersifat basa seperti antasid dapat menghalangi absorbsi besi. Tingkat keasaman lambung
meningkatkan daya larut besi. Kekurangan asam klorida (HCL) di dalam lambung atau
penggunaan obat-obatan yang bersifat basa seperti antasid dapat mengahalangi absorbsi besi.
6. Faktor Intrinsik Faktor Intrinsik di dalam lambung membantu penyerapan besi, diduga
karena mempunyai struktur yang sama dengan vitamin B Kebutuhan Tubuh Kebutuhan tubuh
akan zat besi berpengaruh besar terhadap absorbsi besi. Bila tubuh kekurangan besi atau
kebutuhan meningkat pada masa pertumbuhan, absorbsi besi non heme dapat meningkat
sampai sepuluh kali sedangkan besi heme dua kali. Beberapa faktor konsumsi tablet Fe pada
ibu hamil antara lain (Erpandi, 2010): 1. Pengetahuan Pengetahuan pada dasarnya terdiri dari
sejumlah fakta dan teori yang memungkinkan seseorang dapat memecahkan masalah yang
dihadapinya. Pengetahuan tersebut diperolah baik dari pengalaman langsung maupun melalui
pengalaman orang lain. Perilaku yang dilakukan atas dasar pengetahuan akan lebih bertahan
dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Jadi pengetahuan sangat dibutuhkan
agar masyarakat dapat mengetahui mengapa mereka harus melakukan suatu tindakan
sehingga perilaku masyarakat dapat lebih mudah untuk diubah kearah yang lebih baik.
Apabila pengetahuan ibu hamil baik tentang dampak anemia pada kehamilan, resiko atau
komplikasi jika seseorang mengalami anemia, serta manfaat tablet atau suplemen zat besi,
maka ibu hamil tersebut akan mau dan berusaha untuk menghindari timbulnya anemia,
dengan cara mengkonsumis tablet Fe secara teratur dan didukung dengan mengkonsumsi
makanan bergizi. Sebaliknya, jika pengetahuannya rendah, maka kemungkinan akan menolak
minum tablet Fe secara teratur, apalagi jika dirasa ada efek samping yang mengganggu. 11

23 2. Sikap Suatu contoh sikap adalah sering ibu yang dalam masa kehamilannya
mendengarkan bahwa akibat anemia atau kurang darah selama kehamilan adalah keguguran,
kematian bayi, berat badan lahir rendah dan bahkan kematian ibu.pengetahuan ini akan
membawa ibu untuk berpikir dan berusaha supaya dia tidak menderita anemia selama
kehamilan. Dalam berpikir ini komponen emosi dan keyakinan ikut bekerja sehingga ibu
berniat untuk mengkonsumsi tablet zat besi selama masa kehamilan agar tidak menderita
anemia. Akhirnya dapat dikatakan bahwa ibu tersebut mempunyai sikap terhadap objek yang
berupa anemia. 3. Pendidikan Pendidikan disini erat kaitannya dengan pengetahuan. Semakin
tinggi pendidikan ibu hamil maka kemungkinan akan lebih mudah untuk mencerna informasi
tentang manfaat tablet Fe dan bahaya jika terjadi anemia selama kehamilan. 4. Pekerjaan
Pekerjaan mengindikasikan status sosial ekonomi seseorang, dalam artian akan menentukan
tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga status sosial
ekonomi ini akan mempengaruhi perilaku seseorang. Dengan penghasilannya, ibu yang
bekerja akan berusaha menghindari efek samping mualmuntah dengan membeli vitamin C
agar zat besi tersebut cepat diserap tubuh sehingga tidak menimbulkan mual-muntah, atau
dengan mengkonsumsi makanan ringan atau vitamin B6 agar gejala mual-mual dapat
dikurangi. 5. Pengalaman Pengalaman adalah hasil persentuhan alam dengan panca indra
manusia. Pengalaman memungkinkan seseorang menjadi tahu dan hasil tahu ini kemudian
disebut pengetahuan. Dalam dunia kerja istilah pengalaman juga digunakan untuk merujuk
pada pengetahuan dan ketrampilan tentang sesuatu yang diperoleh lewat keterlibatan atau
berkaitan dengannya selama periode tertentu. Secara umum, pengalaman menunjuk kepada
mengetahui bagaimana atau pengetahuan prosedural, daripada pengetahuan proposisional.
Patokan kebenaran proporsi atau pernyataan itu dilandaskan pada pengalaman. Artinya, suatu
proposisi itu benar bila pengalaman membuktikan kebenarannya. Proposisi itu keliru apabila
bertentangan dengan realitas yang diucapkannya, bertentangan dengan pengalaman realitas.
Kebenaran atau fakta merupakan suatu 12

24 postulat, yaitu semua hal yang disatu pihak bisa ditentukan dan ditemukan berdasarkan
pengalaman, dan kebenaran itu merupakan kesimpulan yang telah digeneralisasikan dari
pernyataan fakta (Abdullah, 2004). Dalam kaitannya dengan manfaat mengkonsumsi tablet
Fe, bahwa mengkonsumsi suplemen tersebut dapat mencegah resiko atau komplikasi yang
dapat terjadi selama masa kehamilan dan persalinan. Zat besi tersebut penting untuk
mengkompensasi peningkatan volume darah yang terjadi selama kehamilan, dan untuk
memastikan pertumbuhan dan perkembagan janin yang adekuat. Kebutuhan zat besi
meningkat selama kehamilan, sering dengan pertumbuhan janin. Konsep ini adalah teori yang
diketahui kebenarannya, namun tidak serta merta membuat ibu hamil mau mengkonsumsi
tablet Fe tersebut. Adanya satu faktor kurangnya pengalaman atau adanya pengalaman yang
tidak menyenangkan yang dirasakan individu dapat mengakibatkan individu cenderung
menghindari suatu fakta atau kebenaran. Pada beberapa orang, pemberian tablet zat besi
dapat menimbulkan gejala-gejala seperti mual, nyeri didaerah lambung, kadangkadang terjadi
diare dan sulit buang air besar, pusing dan bau logam. Selain itu setelah mengkonsumsi tablet
zat besi kotoran (tinja) akan menjadi hitam, namun hal ini tidak membahayakan. Frekuensi
efek samping tablet zat besi ini tergantung pada dosis zat besi dalam pil, bukan pada bentuk
cmpurannya. Semakin tinggi dosis yang diberikan maka kemungkinan efek samping semakin
besar. Orang yang pernah mengkonsumsi tablet Fe pada kehamilan sebelumnya, kemudian
mengalami efek samping yang dirasa mengganggu atau menyebabkan rasa tidak enak/kurang
menyenangkan dikhawatirkan akan enggan untuk mengkonsumsi tablet Fe secara teratur.
Namun, jika orang tersebut menyadari pentingnya mengkonsumsi tablet Fe maka ia tetap
akan mengkonsumsinya dengan berbagai cara agar tidak terjadi efek samping, menanyakan
kepada petugas untuk mengurangi efek samping. 6. Motivasi Motivasi adalah satu variabel
penyelang (yang ikut campur tangan) yang digunakan untuk menimbulkan faktor-faktor
tertentu didalam organisme, yang membangkitkan, mengelolah, mempertahankan dan
menyalurkan tingkah laku menuju satu sarana. Motivasi dari petugas kesehatan merupakan
faktor lain yang dapat mempengaruhi kepatuhan. Motivasi mereka terutama berguna saat
pasien menghadapi bahwa perilaku sehat yang baru tersebut merupakan hal penting. Begitu
13

25 juga mereka dapat mempengaruhi perilaku pasien dengan cara menyampaikan antusias
mereka terhadap tindakan tertentu dari pasien, dan secara terus menerus memberikan
penghargaan yang positif bagi pasien yang telah mampu beroreintasi dengan program
pengobatannya. Jika petugas kesehatan memberikan motivasi untuk mengkonsumsi tablet zat
besi pada ibu hamil maka konsumsi tablet zat besi akan lebih mudah tercapai. Namun jika
petugas kesehatan kurang atau tidak ada sama sekali bisa mengakibatkan ibu hamil tidak
mengkonsumsi tablet zat besi. Hal ini disebabkan karena dukungan sosial sangat besar
pengaruhnya terhadap praktek/tindakan seseorang, terutama ibu hamil yang berada dalam
mengkonsumsi zat besi. Teori Perilaku Yang Berhubungan Dengan Kesehatan Menurut
Notoatmodjo (2010), Berbagai teori yang sudah dicoba untuk mengungkapkan faktor penentu
yang dapat mempengaruhi perilaku, khususnya perilaku yang berhubungan dengan kesehatan
antara lain teori, Laurence Green (1980), Snehandhu Kar (1993) dan WHO (1994). Teori
Lawrence Green Green (1991) membedakan adanya dua determinan masalah kesehatan
tersebut, yakni faktor perilaku (behaviour factor) dan faktor non perilaku (non behavoiral
factor). Selanjutnya Green menganalisis, bahwa Perilaku sendiri ditentukan oleh tiga faktor
utama yaitu : a. Faktor dasar / predisposisi (predisposing factor) yaitu faktor-faktor yang
mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang antara lain pengetahuan,
sikap, keyakinan, pendidikan, pekerjaan dan sebagainya. b. Faktor pemungkin (enabling
factor) yaitu faktor-faktor yang memfasilitasi perilaku atau tindakan. meliputi sarana
prasarana atau fasilitas, misalnya Puskesmas, obat-obatan, Posyandu, adanya makanan
bergizi dan sebagainya c. Faktor penguat (reinforcing factor) adalah faktor-faktor yang
mendorong terjadinya perilaku meliputi sikap dan perilaku dari orang lain misalnya adanya
dukungan keluarga dan tokoh masyarakat atau petugas kesehatan 14

26 C. KONSEP KURANG ENERGI KRONIS (KEK) IBU HAMIL 1. Pengertian Menurut


Depkes RI (2002) dalam Program Perbaikan Gizi Makro menyatakan bahwa Kurang Energi
Kronis merupakan keadaan dimana ibu penderita kekurangan makanan yang berlangsung
menahun (kronis) yang mengakibatkan timbulnya gangguan kesehatan pada ibu. KEK dapat
terjadi pada wanita usia subur (WUS) dan pada ibu hamil (bumil). KEK adalah penyebabnya
dari ketidakseimbangan antara asupan untuk pemenuhan kebutuhan dan pengeluaran energi
(Departemen Gizi dan Kesmas FKMUI, 2007). Istilah KEK atau kurang energi kronik
merupakan istilah lain dari Kurang Energi Protein (KEP) yang diperuntukkan untuk wanita
yang kurus dan lemak akibat kurang energi yang kronis. Definisi ini diperkenalkan oleh
World Health Organization (WHO). Kekurangan Energi Kronis (KEK) adalah keadaan
dimana remaja putri/wanita mengalami kekurangan gizi (kalori dan protein) yang
berlangsung lama atau menahun. Risiko Kekurangan Energi Kronis (KEK) adalah keadaan
dimana remaja putri/wanita mempunyai kecenderungan menderita KEK. Seseorang dikatakan
menderita risiko KEK bilamana LILA <23,5 cm. 2. Etiologi Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi KEK 1 Faktor Sosial Ekonomi Faktor sosial ekonomi ini terdiri dari: a.
Pendapatan Keluarga Tingkat pendapatan dapat menentukan pola makanan. Orang dengan
tingkat ekonomi rendah biasanya akan membelanjakan sebagian besar pendapatan untuk
makan, sedangkan dengan tingkat ekonomi tinggi akan berkurang belanja untuk makanan.
Pendapatan merupakan faktor yang paling menentukan kualitas dan kuantitas hidangan.
Semakin banyak mempunyai uang berarti semakin baik makanan yang diperoleh, dengan kata
lain semakin tinggi penghasilan, semakin besar pula persentase dari penghasilan tersebut
untuk membeli buah, sayuran dan beberapa jenis makanan lainnya b. Pendidikan Ibu 15

27 Latar belakang pendidikan seseorang merupakan salah satu unsur penting yang dapat
mempengaruhi keadaan gizinya karena dengan tingkat pendidikan tinggi diharapkan
pengetahuan / informasi tentang gizi yang dimiliki menjadi lebih baik. c. Faktor Pola
Konsumsi Pola makanan masyarakat Indonesia pada umumnya mengandung sumber besi
heme (hewani) yang rendah dan tinggi sumber besi non heme (nabati), menu makanan juga
banyak mengandung serat dan fitat yang merupakan faktor penghambat penyerapan besi
(Departemen Gizi dan Kesmas FKMUI, 2007). d. Faktor Perilaku Kebiasaan dan pandangan
wanita terhadap makanan, pada umumnya wanita lebih memberikan perhatian khusus pada
kepala keluarga dan anak-anaknya. Ibu hamil harus mengkonsumsi kalori paling sedikit 3000
kalori / hari Jika ibu tidak punya kebiasaan buruk seperti merokok, pecandu dsb, maka status
gizi bayi yang kelak dilahirkannya juga baik dan sebaliknya (Arisman, 2007). e. Faktor
Biologis Faktor biologis ini diantaranya terdiri dari : 1 Usia Ibu Hamil Melahirkan anak pada
usia ibu yang muda atau terlalu tua mengakibatkan kualitas janin/anak yang rendah dan juga
akan merugikan kesehatan ibu (Baliwati, 2004: 3). Karena pada ibu yang terlalu muda
(kurang dari 20 tahun) dapat terjadi kompetisi makanan antara janin dan ibunya sendiri yang
masih dalam masa pertumbuhan dan adanya perubahan hormonal yang terjadi selama
kehamilan (Soetjiningsih, 1995: 96). Sehingga usia yang paling baik adalah lebih dari 20
tahun dan kurang dari 35 tahun, sehingga diharapkan status gizi ibu hamil akan lebih baik. 2
Jarak Kehamilan Ibu dikatakan terlalu sering melahirkan bila jaraknya kurang dari 2 tahun.
Penelitian menunjukkan bahwa apabila keluarga dapat mengatur jarak antara kelahiran
anaknya lebih dari 2 tahun maka anak akan memiliki probabilitas hidup lebih tinggi dan
kondisi anaknya lebih sehat dibanding anak dengan jarak kelahiran dibawah 2 tahun. 16

28 Jarak melahirkan yang terlalu dekat akan menyebabkan kualitas janin/anak yang rendah
dan juga akan merugikan kesehatan ibu. Ibu tidak memperoleh kesempatan untuk
memperbaiki tubuhnya sendiri (ibu memerlukan energi yang cukup untuk memulihkan
keadaan setelah melahirkan anaknya). Dengan mengandung kembali maka akan
menimbulkan masalah gizi ibu dan janin/bayi berikut yang dikandung. (Baliwati, 2004 : 3). 3
Paritas Paritas adalah seorang wanita yang pernah melahirkan bayi yang dapat hidup (viable).
(Mochtar, 1998). Paritas diklasifikasikan sebagai berikut: 1. Primipara adalah seorang wanita
yang telah pernah melahirkan satu kali dengan janin yang telah mencapai batas viabilitas,
tanpa mengingat janinnya hidup atau mati pada waktu lahir. 2. Multipara adalah seorang
wanita yang telah mengalami dua atau lebih kehamilan yang berakhir pada saat janin telah
mencapai batas viabilitas. 3. Grande multipara adalah seorang wanita yang telah mengalami
lima atau lebih kehamilan yang berakhir pada saat janin telah mencapai batas viabilitas.
Kehamilan dengan jarak pendek dengan kehamilan sebelumnya kurang dari 2 tahun /
kehamilan yang terlalu sering dapat menyebabkan gizi kurang karena dapat menguras
cadangan zat gizi tubuh serta organ reproduksi belum kembali sempurna seperti sebelum
masa kehamilan (Departemen Gizi dan Kesmas FKMUI, 2007). 4 Berat Badan Selama
Hamil. Berat badan yang lebih ataupun kurang dari pada berat badan rata-rata untuk umur
tertentu merupakan faktor untuk menentukan jumlah zat makanan yang harus diberikan agar
kehamilannya berjalan dengan lancar. Di Negara maju pertambahan berat badan selama
hamil sekitar kg. Jika ibu kekurangan gizi pertambahannya hanya 7-8 kg dengan akibat akan
melahirkan bayi dengan berat lahir rendah ( Erna, dkk, 2004 ). Pertambahan berat badan
selama hamil sekitar kg, dimana pada trimester I pertambahan kurang dari 1 kg, trimester II
sekitar 3 kg, dan trimester III sekitar 6 kg. Pertambahan berat badan ini juga sekaligus
bertujuan memantau pertumbuhan janin (Bobak, 2001) 17

29 3. Tanda dan gejala 1. Lingkar lengan atas sebelah kiri kurang dari 23,5 cm 2. Kurang
cekatan dalam bekerja. 3. Sering terlihat lemah, letih, lesu, dan lunglai. 4. Jika hamil
cenderung akan melahirkan anak secara prematur atau jika lahir secara normal bayi yang
dilahirkan biasanya berat badan lahirnya rendah atau kurang dari gram. 4 Dampak yang
ditimbulkan a. Ibu Gizi kurang pada ibu hamil dapat menyebabkan resiko dan komplikasi
pada ibu antara lain: Anemia, perdarahan, berat badan ibu tidak bertambah secara normal dan
terkena penyakit infeksi. Sehingga akan meningkatkan kematian ibu. b. Persalinan Pengaruh
gizi kurang terhadap proses persalinan dapat mengakibatkan persalinan sulit dan lama,
persalinan prematur / sebelum waktunya, perdarahan post partum, serta persalinan dengan
tindakan operasi cesar cenderung meningkat. c. Janin Kurang gizi pada ibu hamil dapat
mempengaruhi proses pertumbuhan janin dan dapat menimbulkan keguguran, abortus, bayi
lahir mati, kematian neonatal, cacat bawaan, asfiksia intra partum, lahir dengan berat badan
rendah (BBLR) (Zulhaida, 2003). 5 Upaya Penanggulangan Yang Dilakukan 1) KIE
mengenai KEK dan faktor yang mempengaruhinya serta bagaimana menanggulanginya. 2)
PMT Bumil diharapkan agar diberikan kepada semua ibu hamil yang ada. Kondisi KEK pada
ibu hamil harus segera di tindak lanjuti sebelum usia kehamilan mencapai 16 minggu.
Pemberian makanan tambahan yang Tinggi Kalori dan Tinggi Protein dan dipadukan dengan
penerapan Porsi Kecil tapi Sering, pada faktanya memang berhasil menekan angka kejadian
BBLR di Indonesia. Penambahan Kalori dan gram protein dari kebutuhan ibu adalah angka
yang mencukupi untuk memenuhi kebutuhan gizi janin 3) Konsumsi tablet Fe selama hamil
Kebutuhan bumil terhadap energi, vitamin maupun mineral meningkat sesuai dengan
perubahan fisiologis ibu terutama pada akhir trimester kedua dimana terjadi 18

30 proses hemodelusi yang menyebabkan terjadinya peningkatan volume darah dan


mempengaruhi konsentrasi hemoglobin darah. Pada keadaan normal hal tersebut dapat diatasi
dengan pemberian tablet besi, akan tetapi pada keadaan gizi kurang bukan saja membutuhkan
suplemen energi juga membutuhkan suplemen vitamin dan zat besi. Keperluan yang
meningkat pada masa kehamilan, rendahnya asupan protein hewani serta tingginya konsumsi
serat / kandungan fitat dari tumbuh-tumbuhan serta protein nabati merupakan salah satu
faktor penyebab terjadinya anemia besi. 7 Pencegahan 1) Pemberdayaan ekonomi masyarakat
sehingga mereka mampu memenuhi kebutuhan dasar mereka, terutama dalam mencukupi
kebutuhan akan makanan bergizi. 2) Memberikan pengertian bagi mereka dengan profesi
yang menuntut memiliki tubuh kurus tentang bahaya tubuh yang terlalu kurus apalagi jika
mereka menguruskan badan dengan cara tidak lazim, seperti anoreksia atau bulimia 8 Cara
Mengatasi Resiko KEK Cara Mengetahui Risiko Kekurangan Energi Kronis (Kek) Dengan
Menggunakan Pengukuran Lila : a. Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA) LILA adalah
suatu cara untuk mengetahui risiko Kekurangan Energi Kronis (KEK) wanita usia subur
termasuk remaja putri. Pengukuran LILA tidak dapat digunakan untuk memantau perubahan
status gizi dalam jangka pendek. Pengukuran dilakukan dengan pita LILA dan ditandai
dengan sentimeter, dengan batas ambang 23,5 cm (batas antara merah dan putih). Apabila
tidak tersedia pita LILA dapat digunakan pita sentimeter/metlin yang biasa dipakai penjahit
pakaian. Apabila ukuran LILA kurang dari 23,5 cm atau di bagian merah pita LILA, artinya
remaja putri mempunyai risiko KEK. b. Deteksi dini Kurang Energi Kronis (KEK) Dilakukan
setiap tahun dengan mengukur Lingkar Lengan Kiri Atas (LILA) dengan memakai pita
LILA. Pada Remaja Putri/Wanita yang LILA-nya <23,5 cm berarti menderita Risiko Kurang
Energi Kronis (KEK), yang harus dirujuk ke Puskesmas/ sarana pelayanan kesehatan lain,
untuk mendapatkan konseling dan pengobatan. 19

Anda mungkin juga menyukai