Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN DEMAM FEBRIS
MAKALAH
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN DEMAM FEBRIS

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Febris atau yang biasa disebut dengan demam merupakan suatu
keadaan suhu tubuh diatas batas normal biasa, yang dapat disebabkan oleh
kelainan dalam otak sendiri atau oleh zat toksik yang mempengaruhi pusat
pengaturan suhu, penyakit-penyakit bakteri, tumor otak atau dehidrasi. (Guyton,
1990).
Keadaan ini sering terjadi pada pasien anak-anak, yaitu merupakan
keluhan utama dari 50% pasien anak di UGD di Amerika Serikat, Eropa dan
Afrika. Tidak hanya pada pasien anak-anak, tetapi pada pasien dewasa maupun
lansia febris juga dapat sering terjadi tergantung dari sistem imun. Pada febris ini
juga tidak ada perbedaan insidens dari segi ras atau jenis kelamin.
Pasien dengan gejala febris dapat mempunyai diagnosis definitif
bermacam-macam atau dengan kata lain febris merupakan gejala dari banyak jenis
penyakit. Febris dapat berhubungan dengan infeksi, penyakit kolagen, keganasan,
penyakit metabolik maupun penyakit lain. (Julia, 2000).
Contoh penyakit infeksi bakteri yang memberikan gejala febris adalah
meningitis, bakteremia, sepsis, enteritis, pneumonia, pericarditis, osteomyelitis,
septik arthritis, cellulitis, otitis media, pharyngitis, sinusitis, infeksi saluran urin,
enteritis, appendicitis. Sedangkan untuk penyakit infeksi virus yang memberikan
gejala febris adalah adalah ISPA, bronkiolitis, exanthema enterovirus,
gastroenteritis, dan para flu. Selain dari penyakit, penyebab lain dari febris adalah
cuaca yang terlalu panas, memakai pakaian yang terlalu ketat dan dehidrasi.
Untuk febris yang disebabkan oleh penyakit infeksi biasanya akan
diberikan obat antibiotic sedangkan dari non infeksi akan dilihat penyebab dari
febris itu sendiri. Febris dapat segera teratasi dengan terapi dan perawatan yang
tepat. Namun, apabila febris tidak diatasi dan diberikan perawatan yang tepat
maka akan menjadi suatu kegawatan yang mengancam jiwa pasien.

B. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk memahami definisi febris.
2. Untuk memahami etiologi febris.
3. Untuk memahami klasifikasi febris.
4. Untuk memahami patofisiologi febris.
5. Untuk memahami manifestasi klinis febris
6. Untuk memahami komplikasi febris
7. Untuk memahami penatalaksanaan febris
8. Untuk memahami pemeriksaan penunjang febris
9. Untuk mengetahui Pengkajian, Diagnosa keperawatan dan Rencana
Keperawatan.
10. Serta dapat membuat Asuhan Keperawatan Dengan Pasien febris,
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Febris
Febris (demam) yaitu meningkatnya suhu tubuh yang melewati batas
normal yaitu lebih dari 380C (Fadjari Dalam Nakita 2003).
Febris konvulsi adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu
tubuh(diatas 38C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstra kronium.
Demam berarti suhu tubuh diatas batas normal biasa, dapat disebabkan
oleh kelainan dalam otak sendiri atau oleh zat toksik yang mempengaruhi pusat
pengaturan suhu, penyakit-penyakit bakteri, tumor otak atau dehidrasi(Guyton,
1990).
Demam adalah keadaan dimana terjadi kenaikan suhu hingga 38° C atau
lebih. Ada juga yang yang mengambil batasan lebih dari 37,8°C. Sedangkan bila
suhu tubuh lebih dari 40°C disebut demam tinggi (hiperpireksia)
(Julia, 2000).

B. Etiologi Febris
Menurut Pelayanan kesehaan maternal dan neonatal 2000 bahwa etiologi
febris,diantaranya
1. Suhu lingkungan.
2. Adanya infeksi.
3. Pneumonia.
4. Malaria.
5. Otitis media.
6. Imunisasi
Demam terjadi bila pembentukan panas melebihi pengeluaran. Demam
dapat berhubungan dengan infeksi, penyakit kolagen, keganasan, penyakit
metabolik maupun penyakit lain (Julia, 2000).
Menurut Guyton (2000) demam dapat disebabkan karena kelainan dalam
otak sendiri atau zat toksik yang mem-pengaruhi pusat pengaturan suhu, penyakit-
penyakit bakteri, tumor otak atau dehidrasi.

C. Klasifikasi Febris
Klasifikasi febris/demam menurut Jefferson (2010), adalah :

Fever Keabnormalan elevasi dari suhu tubuh, biasanya karena proses patologis

Hyperthermia Keabnormalan suhu tubuh yang tinggi secara intensional pada makhluk
hidup sebagian atau secara keseluruhan tubuh, seringnya karena induksi
dari radiasi (gelombang panas, infrared), ultrasound atau obat – obatan

Malignant Peningkatan suhu tubuh yang cepat dan berlebihan yang menyertai
Hyperthermia kekakuan otot karena anestesi total

Tipe - tipe demam.diantaranya:


1. Demam Septik
Suhu badan berangsur naik ketingkat yang tinggi sekali pada malam hari
dan turun kembali ketingkat diatas normal pada pagi hari. Sering disertai keluhan
menggigil dan berkeringat. Bila demam yang tinggi tersebut turun ketingkat yang
normal dinamakan juga demam hektik
2. Demam remiten
Suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah mencapai suhu
badan normal. Penyebab suhu yang mungkin tercatat dapat mencapai dua derajat
dan tidak sebesar perbedaan suhu yang dicatat demam septik
3. Demam intermiten
Suhu badan turun ketingkat yang normal selama beberapa jam dalam satu
hari. Bila demam seperti ini terjadi dalam dua hari sekali disebut tersiana dan bila
terjadi dua hari terbebas demam diantara dua serangan demam disebut kuartana
4. Demam intermiten
Variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari satu derajat. Pada
tingkat demam yang terus menerus tinggi sekali disebut hiperpireksia
5. Demam siklik

Terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang diikuti oleh
beberapa periode bebas demam untuk beberapa hari yang kemudian diikuti oleh
kenaikan suhu seperti semula.

Suatu tipe demam kadang-kadang dikaitkan dengan suatu penyakit tertentu


misalnya tipe demam intermiten untuk malaria. Seorang pasien dengan keluhan
demam mungkin dapat dihubungkan segera dengan suatu sebab yang jela seperti :
abses, pneumonia, infeksi saluran kencing, malaria, tetapi kadang sama sekali
tidak dapat dihubungkan segera dengan suatu sebab yang jelas.
Dalam praktek 90% dari para pasien dengan demam yang baru saja
dialami, pada dasarnya merupakan suatu penyakit yang self-limiting seperti
influensa atau penyakit virus sejenis lainnya.

D. Patofisisologi
Nukleus pre-optik pada hipotalamus anterior berfungsi sebagai pusat
pengatur suhu dan bekerja mempertahankan suhu tubuh pada suatu nilai yang
sudah ditentukan, yang disebut hypothalamus thermal set point. Pada
demam hypothalamic thermal set point meningkat dan mekanisme pengaturan
suhu yang utuh bekerja meningkatkan suhu tubuh ke suhu tertentu yang baru.
Terjadinya demam disebabkan oleh pelepasan zat pirogen dari dalam
lekosit yang sebelumnya telah terangsang baik oleh zat pirogen eksogen yang
dapat berasal dari mikroorganisme atau merupakan suatu hasil reaksi imunologik
yang tidak berdasarkan suatu infeksi Pirogen eksogen ini juga dapat karena obat-
obatan dan hormonal, misalnya progesterone.
Secara skematis mekanisme terjadinya febris atau demam dapat
digambarkan sebagai berikut :
Stimulus eksogen (endotoksin, staphylococcal erythoxin dan
virus) à menginduksi sel darah putih untuk produksi pirogen endogen àyang
paling banyak keluar IL-1 dan TNF-a, selain itu ada IL-6 dan IFN à bekerja pada
sistem saraf pusat di level organosum vasculosum pada lamina terminalis
(OVLT) à OVLT dikelilingi oleh porsio medial dam lateral pada pre-optic
nucleus, hipotalamus anterior dan septum pallusolum.
Mekanisme sirkulasi sitokin di sirkulasi sistemik berdampak pada jaringan
neural masih belum jelas. hipotesanya adanya kebocoran di sawar darah otak di
level OVLT menyediakan sistem saraf pusat untuk merasakan adanya pirogen
endogen. Mekanisme pencetus tambahan termasuk transport aktif sitokin ke
dalam OVLT atau aktivasi reseptor sitokin di sel endotel di neural vasculature,
yang mentranduksi sinyal ke otak.
OVLT mensintesa prostaglandin, khususnya prostaglandin E2, yang
merespons pirogen endogen. PG E2 bekerja secara langsung ke sel pre-optic
nucleus untuk menurunkan rata pemanasan pada neuron yang sensitif pada hangat
dan ini salah satu cara menurunkan produksi pada arachidonic acid pathway.
Kejadian yang lebih luas pada cyclooxygenase-2 (COX-2) di neural vasculature
yang penting pada formasi febris. Induksi pada respons febris oleh
lipopolisakarida, TNF-a dan IL-1b yang menghasilkan kenaikan COX-2 mRNA
pada cerebral vasculature pada beberapa model eksperimental febris.
Peningkatan suhu dikenal untuk menginduksi perubahan pada banyak sel
efektor pada respons imun. Demam menginduksi terjadinya respons syok panas.
Pada respons syok panas terjadi reaksi kompleks pada demam, untuk sitokin atau
beberapa stimulus lain. Hasil akhir dari reaski ini adalah produksi heat shock
protein (HSPs), sebuah kelas protein krusial untuk penyelamatan seluler.
Sitokin proinflamotori à masuk ke sirkulasi hipotalamik à stimulasi
pengeluaran PG lokal, resetting set point termal hipotalamik àsitokin
proinflamatori vs kontrainflamatori (misalya seperti IL-10 dan substansi lain
seperti arginin vasopresin, MSH, glukokortikoid) àmembatasi besar dan lamanya
demam.
E. Manifestasi Klinis
Pada saat terjadi demam, gejala klinis yang timbul bervariasi tergantung
pada fase demam meliputi:
Fase 1 awal (awitan dingin/ menggigil)
Tanda dan gejala
- Peningkatan denyut jantung
- Peningkatan laju dan kedalaman pernapasan
- Mengigil akibat tegangan dan kontraksi otot
- Peningkatan suhu tubuh
- Pengeluaran keringat berlebih
- Rambut pada kulit berdiri
- Kulit pucat dan dingin akibat vasokontriksi pembuluh darah
Fase 2 ( proses demam)
Tanda dan gejala
- Proses mengigil lenyap
- Kulit terasa hangat / panas
- Merasa tidak panas / dingin
- Peningkatan nadi
- Peningkatan rasa haus
- Dehidrasi
- Kelemahan
- Kehilangan nafsu makan ( jika demam meningkat)
- Nyeri pada otot akibat katabolisme protein.
Fase 3 (pemulihan)
Tanda dan gejala
- Kulit tampak merah dan hangat
- Berkeringat
- Mengigil ringan
- Kemungkinan mengalami dehidrasi
F. Komplikasi Febris
Menurut Corwin (2000),komplikasi febris diantaranya:
1. Takikardi
2. Sufisiensi Jantung
3. Sufisiensi Pulmonal
4. Kejang Demam

F. Penatalaksanaan Febris
1. Secara Fisik
a. Anak demam ditempatkan dalam ruangan bersuhu normal
b. Pakaian anak diusahakan tidak tebal
c. Memberikan minuman yang banyak karena kebutuhan air meningkat
d. Memberikan kompres
Berikut ini cara mengkompres yang benar :
- Kompres dengan menggunakan air hangat, bukan air dingin atau es
- Kompres di bagian perut, dada dengan menggunakan sapu tangan yang telah
dibasahi air hangat
- Gosok-gosokkan sapu tangan di bagian perut dan dada
- Bila sapu tangan sudah kering, ulangi lagi dengan membasahinya dengan air
hangat
2. Obat- obat Antipiretik
Antipiretik bekerja secara sentral menurunkan suhu di pusat pengatur suhu
di hipotalamus.Antipiretik berguna untuk mencegah pembentukan prostaglandin
dengan jalan menghambat enzim cyclooxygenase sehinga set point hipotalamus
direndahkan kembali menjadi normal yang mana diperintah memproduksi panas
diatas normal dan mengurangi pengeluaran panas tidak ada lagi Penderita tifus
perlu dirawat dirumah sakit untuk isolasi (agar penyakit ini tidak menular ke
orang lain). Penderita harus istirahat total minimal 7 hari bebas panas. Istirahat
total ini untuk mencegah terjadinya komplikasi di usus. Makanan yang
dikonsumsi adalah makanan lunak dan tidak banyak berserat. Sayuran dengan
serat kasar seperti daun singkong harus dihindari, jadi harus benar-benar dijaga
makanannya untuk memberi kesempatan kepada usus menjalani upaya
penyembuhan.
Pengobatan yang diberikan untuk pasien febris typoid
adalah antibiotika golongan Chloramphenicol dengan dosis 3-4 x 500 mg/hari;
Petunjuk pemberian antipiretik:

a. Bayi 6 – 12 bulan : ½ – 1 sendok the sirup parasetamol


b. Anak 1 – 6 tahun : ¼ – ½ parasetamol 500 mg atau 1 – 1 ½ sendokteh
sirup parasetamol
c. Anak 6 – 12 tahun : ½ 1 tablet parasetamol 5oo mg atau 2 sendok the sirup
parasetamol.

Tablet parasetamol dapat diberikan dengan digerus lalu dilarutkan dengan


air atau teh manis. Obat penurun panas in diberikan 3 kali sehari. Gunakan sendok
takaran obat dengan ukuran 5 ml setiap sendoknya.
Pemberian obat antipiretik merupakan pilihan pertama dalam menurunkan
demam dan sangat berguna khususnya pada pasien berisiko, yaitu anak dengan
kelainan kardiopulmonal kronis kelainan metabolik, penyakit neurologis dan pada
anak yang berisiko kejang demam
G. Pemeriksaan Penunjang
Sebelum meningkat ke pemeriksaan- pemeriksaan yang mutakhir, yang
siap tersedia untuk digunakan seperti ultrasonografi, endoskopi atu scanning,
masih dapat diperiksa bebrapa uji coba darah, pembiakan kuman dari cairan
tubuh/ lesi permukaan atau sinar tembus rutin.
Dalam tahap berikutnya dapat dipikirkan untuk membuat diagnosis dengan
lebih pasti melalui biopsy pada tempat- tempat yang dicurigai. Juga dapat
dilakukan pemeriksaan seperti angiografi, aortografi, atau limfangiografi.
H. Pengkajian
1. Identitas Pasien
a. Identitas : Meliputi nama, umur, pendidikan, susku bangsa, pekerjaan, agama,
alamat.
b. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama (keluhan yang dirasakan pasien saat pengkajian) : panas.
2) Riwayat kesehatan sekarang (riwayat penyakit yang diderita pasien saat masuk
rumah sakit): sejak kapan timbul demam, sifat demam, gejala lain yang menyertai
demam (misalnya: mual, muntah, nafsu makn, eliminasi, nyeri otot dan sendi dll),
apakah menggigil, gelisah.
3) Riwayat kesehatan yang lalu (riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain
yang pernah diderita oleh pasien).
4) Riwayat kesehatan keluarga (riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain
yang pernah diderita oleh anggota keluarga yang lain baik bersifat genetik atau
tidak)
2. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum : kesadaran, vital sign, status nutrisi
b. Pemeriksaan persistem
- Sistem persepsi sensori
- Sistem persyarafan : kesadaran
- Sistem pernafasan
- Sistem kardiovaskuler
- Sistem gastrointestinal
- Sistem integument
- Sistem perkemihan
3. Pada fungsi kesehatan
a. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
b. Pola nutrisi dan metabolism
c. Pola eliminasi
d. Pola aktivitas dan latihan
e. Pola tidur dan istirahat
f. Pola kognitif dan perceptual
g. Pola toleransi dan koping stress
h. Pola nilai dan keyakinan
i. Pola hubungan dan peran

4. Pemeriksaan penunjang
a. Laboratorium
b. Foto rontgent
c. USG
I. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul
1. Hipertemia berhubungan dengan proses penyakit
2. Resiko injury berhubungan dengan infeksi mikroorganisme
3. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan intake yang kurang
dan diaporesisi
J. Discharge Planning
1. Ajarkan keluarga mengenal tanda-tanda kekambuhan dan laporkan dokter atau
Perawat
2. Instruksikan untuk memberikan pengobatan sesuai dengan dosis dan waktu
3. Ajarkan bagaimana mengukur suhu tubuh dan intervensi
4. Intruksikan untuk kontrol ulang
5. Jelaskan factor penyebab demam dan menghindari factor pencetus.
I. Rencana Keperawatan
No. Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi (NIC)
Keperawatan (NOC)
1. Hipertemia Setelah dilakukan tindakan Mengontrol panas
berhubungan dengan perawatan selama ….X 24 · Monitor suhu minimal tiap 2 jam
proses penyakit. jam, pasien mengalami · Monitor suhu basal secara
Batasan karakeristik : keseimbangan termoregulasi kontinyu sesui dengan kebutuhan.
· kenaikan suhu dengan kriteria hasil : · Monitor TD, Nadi, dan RR
tubuh diatas rentang· Suhu tubuh dalam rentang · Monitor warna dan suhu kulit
normal normal 35,9 C – 37,5 C · Monitor penurunan tingkat
· serangan atau · Nadi dan RR dalam rentang kesadaran
konvulsi (kejang) normal · Monitor WBC,Hb, Hct
· kulit · Tidak ada perubahan warna · Monitor intake dan output
kemerahan kulit · Berikan anti piretik
· pertambahan · Tidak ada pusing · Berikan pengobatan untuk
RR mengatasi penyebab demam
· takikardi · Selimuti pasien
· saat disentuh · Lakukan Tapid sponge
tangan terasa hangat · Berikan cairan intra vena
· Kompres pasien pada lipat paha,
aksila dan leher
· Tingkatkan sirkulasi udara
· Berikan pengobatan untuk
mencegah terjadinya menggigil
Temperature Regulation
· Monitor tanda- tanda hipertermi
· Tingkatkan intake cairan dan
nutrisi
· Ajarkan pada pasien cara
mencegah keletihan akibat panas
· Diskusikan tetang pentingnya
pengaturan suhu dan
kemungkinan efek negative dari
kedinginan
· Berikan obat antipiretik sesuai
dengan kebutuhan
· Gunakan matras dingin dan
mandi air hangat untuk mengatasi
gangguan suhu tubuh sesuai
dengan kebutuhan
· Lepasakan pakaian yang
berlebihan dan tutupi pasien
dengan hanya selembar pakaian.
Vital Sign Monitoring
§ Monitor TD, Nadi, Suhu, dan RR
§ Catat adanya fluktuasi tekanan
darah
§ Monitor vital sign saat pasien
berdiri, duduk dan berbaring
§ Auskultasi TD pada kedua lengan
dan bandingkan
§ Monitor TD, Nadi, dan RR
sebelum, selama, dan sesudah
aktivitas
§ Monitor kualitas dari nadi
§ Monitor frekuensi dan irama
pernapasan
§ Monitor suara paru
§ Monitor pola pernapasan
abnormal
§ Monitor suhu, warna dan
kelembaban kulit
§ Monitor sianosis perifer
§ Monitor adanya tekanan nadi yang
melebar , bradikardi, peningkatan
sistolik (Chusing Triad)
§ Identifikasi penyebab dari
perubahan vital Sign
2. Resiko injury Setelah dilakukan tindakan · Sediakan lingkungan yang
berhubungan dengan keperawatan selama …x 24 aman untuk pasien
infeksi jam, pasien tidak mengalami · Identifikasi kebutuhan
mikroorganisme injury. keamanan pasien sesuai dengan
Risk Injury kondisi fisik dan fungsi kognitif
Kriteria Hasil : pasien dan riwayat penyakit
§ Klien terbebas dari cidera terdahulu pasien
§ Klien mampu menjelaskan · Menghindari lingkungan yang
cara/metode untuk mencegah berbahaya misalnya
injury atau cedera memindahkan perabotan
§ Klien mampu menjelaskan · Memasang side rail tempat
factor resiko dari lingkunga tidur
atau perilaku personal · Menyediakan tempat tidur yang
§ Mampu memodifikasi gaya nyaman dan bersih
hidup untuk mencegah injury· Meletakan saklar lampu
§ Menggunakan fasilitas ditempat yang mudah dijangkau
kesehatan yang ada pasien
§ Mampu mengenali perubahan · Membatasi pengunjung
status kesehatan · Memberikan penerangan yang
cukup
· Menganjurkan keluarga untuk
menemani pasien
· Mengontrol lingkungan dari
kebisingan
· Memindahkan barang-barang
yang dapat membahayakan
· Berikan penjelasan pada pasien
dan keluarga atau pengunjung
adanya perubahan status
kesehatan dan penyebab penyakit.
3 Resiko kekurangan Setelah dilakukan tindakan Fluid management:
volume cairan keperawatan selama …x 24 · Pertahankan catatan intake dan
dengan faktor resiko jam, fluid balance dengan output yang akurat
faktor yang kriteria hasil : · Monitor status dehidrasi(
mempengaruhi · Mempertahankan urine kelembaban membrane mukosa,
kebutuhan cairan output sesuai dengan usia dan nadi adekuat, tekanan darah
(hipermetabolik) BB, BJ urine normal, HT ortostatik)
normal · Monitor vital sign
· Tekanan darah, nadi, suhu · Monitor asupan makanan/
tubuh dalam batas normal cairan dan hitung intake kalori
· Tidak ada tanda- tanda harian
dehidrasi, elastisitas turgor · Lakukan terapi IV
kulit baik, membrane mukosa· Monitor status nutrisi
lembab, tidak ada rasa haus · Berikan cairan
yang berlebihan. · Berikan cairan IV pada suhu
ruangan
· Dorong masukan oral
· Berikan penggantian
nasogastrik sesuai output
· Dorong keluarga untuk
membantu pasien makan
· Anjurkan minum kurang lebih
7-8 gelas belimbing perhari
· Kolaborasi dokter jika tanda
cairan berlebih muncul memburuk
· Atur kemungkinan transfusi

Daftar Pustaka

Putra , Komarudin. 2010 .Asuhan Keperawatan Febris . ( Online )


Tersedia : http://stikesbp.blogspot.com/2013/06/askep-febris.html
Kurnia, Rizki. 2011. Asuhan Keperawatan Demam Febris. ( Online )
Tersedia :
http://asuhankeperawatanonline.blogspot.com/2012/03/asuhan-keperawatan-
pasien-dengan-febris.html
Diakses pada tanggal 16 Oktober 2013 jam 14.30 s.d

Anda mungkin juga menyukai