Anda di halaman 1dari 9

NUTRISI IBU HAMIL DENGAN DIABETES MELLITUS

A. Defenisi

Diabetes Mellitus merupakan komplikasi medis yang paling umum terjadi


selama kehamilan. Diabetes Mellitus adalah suatu penyakit gula (DM) yang
merupakan kelainan heredifer dengan ciri insufisiensi atau absennya insulin dalam
sirkulasi darah, konsentrasi gula darah tinggi dan berkurangnya glikogenesis.
Pengendalian kadar glukosa darah adalah hal penting selama kehamilan. Pada pasien
yang telah menderita DM sebelumnya jika kemudian hamil maka akan cukup rawan
untuk terjadi komplikasi pada janin yang dikandung, dan juga kesehatan si ibu dapat
memburuk apabila terjadi komplikasi-komplikasi diabetik. Penyakit ini dapat
menyebabkan perubahan-perubahan metabolik dan hormonal pada penderita terlebih
lagi penyakit diabetes mellitus ini dipengaruhi oleh kehamilan, jadi dapat dikatakan
bahwa diabetes akan mempengaruhi kehamilan dan persalinan. Jadi dapat dikatakan
bahwa diabetes mellitus merupakan kelainan metabolisme karbohidrat dimana
glukosa darah tidak dapat digunakan dengan baik, sehingga dapat menyebabkan
hiperglikemia (kadar gula darah melebihi batas normal).

B. Etiologi

Penyakit gula dapat merupakan kelainan herediter dengan cara insufisiensi


atau absennya insulin dalam sirkulasi darah, konsentrasi gula darah tinggi.
Berkurangnya glikogenesis. Diabetes dalam kehamilan menimbulkan banyak
kesulitan, penyakit ini akan menyebabkan perubahan-perubahan metabolik dan
hormonal pada penderita yang juga dipengaruhi oleh kehamilan. Sebaliknya diabetes
akan mempengaruhi kehamilan dan persalinan. Faktor kegemukan karena kegemukan
menyebabkan sel-sel beta kurang peka terhadap rangsang dan kegemukan menekan
jumlah reseptor insulin pada sel target di seluruh tubuh (Guyton,1986).

Penelitian membuktikan bahwa perempuan yang mengkonsumsi soda lebih


dari 1 kaleng per hari memiliki resiko 2 kali terkena diabetes tipe 2 dalam jangka
waktu 4 tahun kedepannya.

1. Wanita obesitas

Sebenarnya DM bisa menjadi penyebab ataupun akibat. Sebagai penyebab, obesitas


menyebabkan sel beta pankreas penghasil insulin hipertropi yang pada gilirannya
akan kelelahan dan “jebol” sehingga insulin menjadi kurang prodeksinya dan
terjadilah DM. Sebagai akibat biasanya akibat penggunaan insulin sebagai terapi DM
berlebihan menyebabkan penimbunan lemak subkutan yang berlebihan pula.( Kapita
Selekta Jilid III, 2006).

a. Diabetes Tipe I
Menurut Brunner dan Suddart, 2001 ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan
terjadinya diabetes tipe I :

1. Faktor genetik.

Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri; tetapi mewarisi suatu
predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya diabetes tipe I.

2. Faktor imunologi

Pada diabetes tipe I terdapat adanya respon otoimun abnormal dimana antibodi
terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan
tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing.

3. Faktor lingkungan

Penyelidikan sedang dilakukan terhadap kemungkinan faktor-faktor eksternal


yang dapat memicu destruksi sel beta.

b. Diabetes Tipe II

Menurut Brunner dan Suddarth, 2001 mekanisme yang tepat yang menyebabkan
belum diketahui. Namun, ada beberapa resiko yang berhubungan dengan
terjadinya DM type II, antara lain:

1. Faktor genetik.
2. Riwayat keluarga.
3. Kelompok etnik.

C. Patofisiologi

Dalam kehamilan terjadi perubahan metabolisme endokrin dan karbohidrat yang


menunjang pemasokan makanan bagi janin serta persiapan untuk menyusui. Glukosa
dapat berdifusi secara tetap melalui plasenta kepada janin sehingga kadarnya dalam
darah janin hampir menyerupai kadar darah ibu. Insulin ibu tidak dapat mencapai
janin, sehingga kadar gula darah ibu mempengaruhi kadar darah janin. Pengendalian
kadar gula darah terutama dipengaruhi oleh insulin, di samping hormon estrogen,
steroid, dan plasenta laktogen. Akibat lambatnya resorbsi makanan maka terjadi
hiperglikemia yang relatif lama dan ini menyebabkan kebutuhan insulin meningkat.
Menjelang aterm kebutuhan insulin meningkat hingga mencapai 3 kali dari keadaan
normal. Hal ini disebut tekanan diabetojenik dalam kehamilan. Secara fisiologis telah
terjadi resistensi insulin, yaitu bila ia ditambah dengan insulin eksogen ia tidak mudah
menjadi hipoglikemia. Yang menjadi masalah adalah bila seorang ibu tidak mampu
meningkatkan insulin, sehingga ia relatif hipoinsulin yang mengakibatkan
hiperglikemia atau diabetes kehamilan.
Glukosa yang tidak masuk ke sel tubuh akan tertimbun di dalam darah. Setelah
mencapai kadar tertentu, glukosa tersebut juga akan muncul dalam air seni, padahal
air seni yang normal tidak mengandung glukosa. Jika glukosa terdapat dalam air seni,
glukosa tersebut akan menarik lebih banyak air bersamanya dengan demikian
menyebabkan bertambahnya volume air seni. Karena terjadi pengeluaran air seni yang
berlebihan, tubuh kehilangan banyak cairan, sehingga terjadi rasa haus yang
berlebihan. Ketika sel tidak terdapat cukup glukosa dikarenakan kurangnya jumlah
insulin, meski sebenarnya dalam darah terdapat glukosa yang berlebihan, boleh
dikatakan sel-sel ini ‘kelaparan’. Hal ini menyebabkan peningkatan nafsu makan dan
walaupun penderita DM sudah makan lebih banyak, kelihatannya sel tidak pernah
mendapatkan cukup glukosa.

Untuk mendapatkan energi yang dibutuhkan, sel yang “kelaparan” ini mulai
memecahkan lemak dan protein yang ada di dalam tubuh. Hal ini mengakibatkan
turunnya berat badan dan rasa lelah. Jika kadar glukosa dalam darah sangat tinggi,
beberapa orang menjadi mudah tersinggung. Selain itu, tubuh juga menjadi rentan
terhadap infeksi. Tidak semua penderita diabetes mengalami gejala ini dan beberapa
orang lainnya bahkan tidak mengalami gejala apa pun; pada keadaan ini, baru
diketahui bahwa mereka ternyata menderita penyakit DM dari pemeriksaan
laboratorium rutin.

Resistensi insulin juga dapat disebabkan oleh adanya hormon estrogen, progesteron,
kortisol, prolaktin, dan plasenta laktogen. Hormon tersebut mempengaruhi reseptor
insulin pada sel, sehingga mengurangi afinitas insulin (Prawirohardjo, 1997).

D. Diagnosis

Deteksi dini sangat diperlukan agar penderita DM dapat dikelola sebaik-baiknya.


Terutama dilakukan pada ibu dengan faktor resiko berupa beberapa kali keguguran,
riwayat pernah melahirkan anak mati tanpa sebab, riwayat melahirkan bayi dengan
cacat bawaan, melahirkan bayi lebih dari 4000 gr, riwayat PE dan polyhidramnion.

Juga terdapat riwayat ibu yaitu umur ibu > 30 tahun, riwayat DM dalam keluarga,
riwayat DM pada kehamilan sebelumnya, obesitas, riwayat BBL > 4500 gr dan
infeksi saluran kemih berulang selama hamil.

Pada wanita hamil, sampai saat ini pemeriksaan yang terbaik adalah dengan test
glukosa urine. Diabetes Melitus pada kehamilan memiliki dampak serius pada ibu dan
bayinya bila tidak ditatalaksana dengan baik.

Ada 2 jenis DM pada kehamilan yaitu :

1. DM yang sudah dialami sejak sebelum hamil (DM pra gestasional);


2. DM yang baru dialami sejak hamil (DM gestasional/DMG).
Menurut Manuaba, 2000, dasar diagnosis kahamilan pada diabetes mellitus:

1. Sejarah keluarga dengan diabetes mellitus.


2. Kehamilan dengan sejarah abortus, kematian janin, atau bayi besar diatas 4 kg.
3. Pemeriksaan alfa feto protein untuk mencari kemungkinan kelainan kongenital
atau neurologis.
4. Pemeriksaan gula darah di atas 140 mg/lt.
5. Hasil glukosa toleransi tes abnormal:
o Puasa kurang dari 90.
o Jam 1 kurang dari 165
o Jam 2 kurang dari 145
o Jam 3 kurang dari 125
6. Kehamilan dengan cacat jasmani.

E. Faktor Resiko

Menurut Direktorat Bina Kesehatan Ibu (2009; h.9-10), faktor resiko pada ibu hamil
adalah:

1. Primigravida kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun.


2. Anak lebih dari 4.
3. Jarak persalinan terakhir dan kehamilan sekarang < 2 tahun.
4. Kurang Energi Kronis (KEK) dengan lingkar lengan atas kurang dari 23,5 cm,
atau penambahan berat badan < 9 kg selama masa kehamilan.
5. Anemia dengan haemoglobin <11 g/dl.
6. Tinggi badan <145 cm atau dengan kelainan bentuk panggul dan tulang
belakang.
7. Riwayat hipertensi pada kehamilan sebelumnya atau sebelum kehamilan ini.
8. Sedang/pernah menderita penyakit kronis, antara lain: TB, kelainan jantung-
ginjal-hati, psikosis, kelainan endokrin (DM, SLE, dll), tumor dan keganasan.
9. Riwayat kehamilan buruk: keguguran berulang, KET, mola hidatidosa, KPD,
bayi cacat kongenital.
10. Riwayat persalinan dengan komplikasi: persalinan dengan SC, ekstraksi
vacum/forcep.
11. Riwayat nifas dengan komplikasi: perdarahan post partum, infeksi masa nifas,
post partum blues.
12. Riwayat keluarga menderita penyakit DM, hipertensi, dan riwayat cacat
kongenital.
13. Kelainan jumlah janin: kehamilan ganda, janin dampit, monster.
14. Kelainan besar janin: pertumbuhan janin terhambat, janin besar.
15. Kelainan letak dan posisi janin: lintang/oblique, sungsang pada UK >32 minggu.

F. Tanda dan Gejala


Tanda awal yang dapat diketahui bahwa seseorang menderita DM atau kencing manis
yaitu dilihat langsung dari efek peningkatan kadar gula darah, dimana peningkatan
kadar gula dalam darah mencapai nilai 160 – 180 mg/dL dan air seni (urine) penderita
kencing manis yang mengandung gula (glucose), sehingga urine sering dilebung atau
dikerubuti semut. Penderita kencing manis umumnya menampakkan tanda dan gejala
dibawah ini meskipun tidak semua dialami oleh penderita :

1. Jumlah urine yang dikeluarkan lebih banyak (Polyuria)


2. Sering atau cepat merasa haus/dahaga (Polydipsia)
3. Lapar yang berlebihan atau makan banyak (Polyphagia)
4. Frekwensi urine meningkat/kencing terus (Glycosuria)
5. Biasanya terjadi pada wanita yang gemuk kemudian kehilangan berat badan yang
tidak jelas sebabnya
6. Kesemutan/mati rasa pada ujung syaraf ditelapak tangan & kaki
7. Cepat lelah dan lemah setiap waktu
8. Mengalami rabun penglihatan secara tiba-tiba
9. Apabila luka/tergores (korengan) lambat penyembuhannya
10. Mudah terkena infeksi terutama pada kulit.

Kondisi kadar gula yang drastis menurun akan cepat menyebabkan seseorang tidak
sadarkan diri bahkan memasuki tahapan koma. Gejala kencing manis dapat
berkembang dengan cepat waktu ke waktu dalam hitungan minggu atau bulan.

G. Pengaruh Dm Terhadap Kehamilan,Persalinan, Dan Nifas

1. Pengaruh diabetes pada kehamilan adalah :

a. Kehamilan dapat menyebabkan status prediabetik menjadi manifest


(diabetic).
b. Diabetes akan menjadi lebih berat oleh kehamilan.
c. Pada persalinan yang memerlukan tenaga ibu dan kerja rahim akan
memerlukan glukosa yang banyak, maka bisa terjadi hipoglikemia atau koma.
d. Dalam masa laktasi keperluan akan insulin akan bertambah.

2. Pengaruh diabetes terhadap kehamilan :

a. Abortus atau partus prematurus


b. Hidramnion
c. Pre eklamsi
d. Kesalahan letak janin
e. Insufisiensi plasenta
3. Pengaruh diabetes terhadap persalinan :

a. Inersia uteri dan atonia uteri


b. Distosia karena janin (anak besar, bahu lebar)
c. Kelahiran mati
d. Persalinan lebih sering ditolong secara operatif
e. Angka kejadian perdarahan dan infeksi tinggi
f. Morbiditas dan mortalitas ibu tinggi

4. Pengaruh diabetes terhadap nifas :

a. Perdarahan dan infeksi puerperal lebih tinggi


b. Luka-luka jalan lahir lambat pulih / sembuh

5. Pengaruh diabetes terhadap janin atau bayi :

a. Sering terjadi abortus


b. kematian janin dalam kandungan setelah 36 minggu
c. Dapat terjadi cacat bawaan
d. Dismaturitas
e. Janin besar (bayi kingkong / makrosomia)
f. Kematian neonatal tinggi
g. Kemudian hari dapat terjadi kelainan neurologik dan psikologik

H. Penatalaksanaan penyakit DM

Pengobatan dan penanganan penderita diabetes yang hamil dilakukan untuk mencapai
3 maksud utama, yaitu:

1. Menghindari ketosis dan hipoglikemia.


2. Mengurangi terjadinya hiperglikemia dan glisuria.
3. Mengoptimalkan gestasi.

Penanganan pada penderita DM meliputi:

1. Diet

Penderita harus mendapatkan lebih banyak kalori karena berat badannya


bertambah menurun. Penderita DM dengan berat badan rata-rata cukup diberi
diet yang mengandung 1200-1800 kalori sehari selama kehamilan. Pemeriksaan
urine dan darah berkala dilakukan untuk mengubah dietnya apabila perlu. Diet
dianjurkan ialah karbohidrat 40%, protein 2 gr/kg berat badan, lemak 45-60gr.
Garam perlu dibatasi untuk mengurangi kecenderungan retensi air dan garam.

2. Olah raga
Wanita hamil perlu olah raga, tetapi sekedar untuk menjaga kesehatannya.
Kita tidak bisa memaksakan olah raga pada ibu hamil hanya untuk menurunkan
gula dalam darahnya.

3. Obat-obat antidiabetik

Selama kehamilan kadar darah diatur dengan antidiabetik. Pemeriksaan kadar


darah harus dilakukan lebih sering. Pemberian suntikan insulin merupakan salah
satu pengobatan bagi penderita penyakit DMG untuk mengontrol kadar gula
darahnya. Beberapa jenis obat-obat untuk penderita DM yang dapat dikonsumsi
dengan dimakan dan yang beredar di Indonesia hingga saat ini memang tidak
seluruhnya boleh diberikan pada ibu hamil, karena dapat menimbulkan efek yang
merugikan bagi janin yang dikandung. Misalnya menimbulkan cacat bawaan
pada janin. Pada trimester pertama paling sukar dilakukan pengobatan karena
adanya nausea dan vomitus. Pada timester kedua pengobatan tidak begitu sukar
lagi karena tidak perlu perubahan diet dan dosis antidiabetik. Dalam trimester
ketiga sering diperlukan lebih banyak antidiabetik karena meningginya toleransi
hidrat arang.

4. Diuretik

Jika ada hipertensi atau tanda-tanda retensi cairan dianjurkan miskin garam.
Jika ini tidak menolong dapat diberikan deuretik.

5. Steroid-steroid seks

Sekresi estrogen berkurang pada wanita hamil diabetik. Komplikasi pada fetus
berkurang jika selama kehamilan diberi estrogen dan progesteron dalan dosis
besar.

6. Penatalaksanaan obstetrik
7. Persalinan dilakukan:
o Pertahankan sampai aterm dan spontan.
o Induksi persalinan pada minggu 37-38.
o Primer seksio sesarea.
8. Penanganan bayi dengan DM:
o Disamakan dengan bayi prematur.
o Observasi kemungkinan hipoglisemia.
o Perawatan intensif: neonatus intensif unit care dengan pengawasan ahli
neonatologi.
I. Tujuan dari nutrisi terapi pada pasien yang menderita DM
1. Mencapai dan memelihara hasil metabolik secara optimal, seperti :
 Kadar glukosa darah pada batas normal atau mendekati normal untuk
mencegah atau mengurangi resiko komplikasi DM
 Gambaran lemak dan lipoprotein yang mengurangi resiko penyakit
macrofaskuler. Tekanan darah yang dapat mengurangi resiko penyakit
vaskuler.
2. Mencegah dan mengobati komplikasi kronis DM, memodifikasi asupan nutrient
dan pola hidup yang baik untuk mencegah dan mengobati obesitas, dislipidemia,
penyakit kardiovaskular, hipertensi, dan nefropati.
3. Memperbaiki kesehatan melalui pemilihan makanan dan aktifitas fisik yang
menyehatkan.
4. Kebutuhan gizi setiap individu berbeda berdasarkan pilihan personal dan
kebudayaan serta pola hidup yang menghargai
5. Mencapai berat badan yang ideal
6. mencegah atau memperlambat timbulnya komplikasi, dengan cara menciptakan
pola makan sehat.

J. Unsur gizi pada pasien DM


1. Asupan karbohidrat
Energi cukup untuk mencapai dan mempertahankan berat badan
normal. Kebutuhan energi di tentukan dengan memperhitungkan kebutuhan
untuk metabolisme basal sebesar 25-30kkal/kgBB normal, di tambah
kebutuhan untuk aktifitas fisik dan keadaan khusus misalnya, kehamilan atau
laktasi serta ada tidaknya komplikasi. Makanan dibagi dalam 3 porsi besar
yaitu, makan pagi(20%), siang(30%), sore(25%), serta 2-3 porsi kecil untuk
makanan selingan masing-masing (10-15%)

2. Asupan protein
Jumlah protein yang dibutuhkan adalah 10-20% total kalori. Asupan
protein lebih dari 20% kalori total dapat meningkatkan risiko nefropati.
Sumber protein dipilih yang mengandung lemak rendah. Pada pasien dengan
nefropati asupan protein dikurangi atau 10% dari total kalori.
3. Asupan lemak
Asupan lemak yang dianjurkan adalah 20-25% kalori total dengan
asupan lemak jenuh kurang dari 7%. Asupan lemak trans seminimal mungkin.
Asupan lemak tidak jenuh ganda <10%, sisanya adalah lemak tidak jenuh
tunggal. Asupan kolesterol dibatasi <200 mg/hari.
4. Asupan serat
Normalnya 20-35 g/hari.
5. Asupan natrium
Asupan natrium dibatasi 6-7 gram garam per hari atau setara 1 sendok
teh.
6. Vitamin dan mineral
Suplemen vitamin E yang di anjurkan yaitu sebesar 400-1200 IU/hari
dan suplementasi vitamin C sebesar 1000-4000 mg/hari dapat membantu
pencegahan penyakit microvaskuler pada ekstremitas.
Unsur mineral lainnya yang mampu mengatasi DM yaitu vanadium,
yang akan menurunkan glukosa darah dengan cara meniru kerja insulin dan
memperbaiki sensitifitas sel terhadap insulin.
7. Penggunaan gula murni dalam minuman dan makanan tidak di perbolehkan
kecuali sedikit sebagai bumbu masakan. Bila kadar gula darah terkendali di
perbolehkan mengkonsumsi gula murni sampai 5% dari kebutuhan energi
total.
8. Penggunaan gula alternatif(selain sakrosa) dalam jumlah terbatas ada dua jenis
gula alternatif yaitu yang bergizi (fruktosa, gula aklohol berupa sarbitol,
manitol, silitol) dan gula alternatif tidak bergizi (aspartame dan sakarin).

Anda mungkin juga menyukai