A. Defenisi
B. Etiologi
1. Wanita obesitas
a. Diabetes Tipe I
Menurut Brunner dan Suddart, 2001 ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan
terjadinya diabetes tipe I :
1. Faktor genetik.
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri; tetapi mewarisi suatu
predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya diabetes tipe I.
2. Faktor imunologi
Pada diabetes tipe I terdapat adanya respon otoimun abnormal dimana antibodi
terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan
tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing.
3. Faktor lingkungan
b. Diabetes Tipe II
Menurut Brunner dan Suddarth, 2001 mekanisme yang tepat yang menyebabkan
belum diketahui. Namun, ada beberapa resiko yang berhubungan dengan
terjadinya DM type II, antara lain:
1. Faktor genetik.
2. Riwayat keluarga.
3. Kelompok etnik.
C. Patofisiologi
Untuk mendapatkan energi yang dibutuhkan, sel yang “kelaparan” ini mulai
memecahkan lemak dan protein yang ada di dalam tubuh. Hal ini mengakibatkan
turunnya berat badan dan rasa lelah. Jika kadar glukosa dalam darah sangat tinggi,
beberapa orang menjadi mudah tersinggung. Selain itu, tubuh juga menjadi rentan
terhadap infeksi. Tidak semua penderita diabetes mengalami gejala ini dan beberapa
orang lainnya bahkan tidak mengalami gejala apa pun; pada keadaan ini, baru
diketahui bahwa mereka ternyata menderita penyakit DM dari pemeriksaan
laboratorium rutin.
Resistensi insulin juga dapat disebabkan oleh adanya hormon estrogen, progesteron,
kortisol, prolaktin, dan plasenta laktogen. Hormon tersebut mempengaruhi reseptor
insulin pada sel, sehingga mengurangi afinitas insulin (Prawirohardjo, 1997).
D. Diagnosis
Juga terdapat riwayat ibu yaitu umur ibu > 30 tahun, riwayat DM dalam keluarga,
riwayat DM pada kehamilan sebelumnya, obesitas, riwayat BBL > 4500 gr dan
infeksi saluran kemih berulang selama hamil.
Pada wanita hamil, sampai saat ini pemeriksaan yang terbaik adalah dengan test
glukosa urine. Diabetes Melitus pada kehamilan memiliki dampak serius pada ibu dan
bayinya bila tidak ditatalaksana dengan baik.
E. Faktor Resiko
Menurut Direktorat Bina Kesehatan Ibu (2009; h.9-10), faktor resiko pada ibu hamil
adalah:
Kondisi kadar gula yang drastis menurun akan cepat menyebabkan seseorang tidak
sadarkan diri bahkan memasuki tahapan koma. Gejala kencing manis dapat
berkembang dengan cepat waktu ke waktu dalam hitungan minggu atau bulan.
H. Penatalaksanaan penyakit DM
Pengobatan dan penanganan penderita diabetes yang hamil dilakukan untuk mencapai
3 maksud utama, yaitu:
1. Diet
2. Olah raga
Wanita hamil perlu olah raga, tetapi sekedar untuk menjaga kesehatannya.
Kita tidak bisa memaksakan olah raga pada ibu hamil hanya untuk menurunkan
gula dalam darahnya.
3. Obat-obat antidiabetik
4. Diuretik
Jika ada hipertensi atau tanda-tanda retensi cairan dianjurkan miskin garam.
Jika ini tidak menolong dapat diberikan deuretik.
5. Steroid-steroid seks
Sekresi estrogen berkurang pada wanita hamil diabetik. Komplikasi pada fetus
berkurang jika selama kehamilan diberi estrogen dan progesteron dalan dosis
besar.
6. Penatalaksanaan obstetrik
7. Persalinan dilakukan:
o Pertahankan sampai aterm dan spontan.
o Induksi persalinan pada minggu 37-38.
o Primer seksio sesarea.
8. Penanganan bayi dengan DM:
o Disamakan dengan bayi prematur.
o Observasi kemungkinan hipoglisemia.
o Perawatan intensif: neonatus intensif unit care dengan pengawasan ahli
neonatologi.
I. Tujuan dari nutrisi terapi pada pasien yang menderita DM
1. Mencapai dan memelihara hasil metabolik secara optimal, seperti :
Kadar glukosa darah pada batas normal atau mendekati normal untuk
mencegah atau mengurangi resiko komplikasi DM
Gambaran lemak dan lipoprotein yang mengurangi resiko penyakit
macrofaskuler. Tekanan darah yang dapat mengurangi resiko penyakit
vaskuler.
2. Mencegah dan mengobati komplikasi kronis DM, memodifikasi asupan nutrient
dan pola hidup yang baik untuk mencegah dan mengobati obesitas, dislipidemia,
penyakit kardiovaskular, hipertensi, dan nefropati.
3. Memperbaiki kesehatan melalui pemilihan makanan dan aktifitas fisik yang
menyehatkan.
4. Kebutuhan gizi setiap individu berbeda berdasarkan pilihan personal dan
kebudayaan serta pola hidup yang menghargai
5. Mencapai berat badan yang ideal
6. mencegah atau memperlambat timbulnya komplikasi, dengan cara menciptakan
pola makan sehat.
2. Asupan protein
Jumlah protein yang dibutuhkan adalah 10-20% total kalori. Asupan
protein lebih dari 20% kalori total dapat meningkatkan risiko nefropati.
Sumber protein dipilih yang mengandung lemak rendah. Pada pasien dengan
nefropati asupan protein dikurangi atau 10% dari total kalori.
3. Asupan lemak
Asupan lemak yang dianjurkan adalah 20-25% kalori total dengan
asupan lemak jenuh kurang dari 7%. Asupan lemak trans seminimal mungkin.
Asupan lemak tidak jenuh ganda <10%, sisanya adalah lemak tidak jenuh
tunggal. Asupan kolesterol dibatasi <200 mg/hari.
4. Asupan serat
Normalnya 20-35 g/hari.
5. Asupan natrium
Asupan natrium dibatasi 6-7 gram garam per hari atau setara 1 sendok
teh.
6. Vitamin dan mineral
Suplemen vitamin E yang di anjurkan yaitu sebesar 400-1200 IU/hari
dan suplementasi vitamin C sebesar 1000-4000 mg/hari dapat membantu
pencegahan penyakit microvaskuler pada ekstremitas.
Unsur mineral lainnya yang mampu mengatasi DM yaitu vanadium,
yang akan menurunkan glukosa darah dengan cara meniru kerja insulin dan
memperbaiki sensitifitas sel terhadap insulin.
7. Penggunaan gula murni dalam minuman dan makanan tidak di perbolehkan
kecuali sedikit sebagai bumbu masakan. Bila kadar gula darah terkendali di
perbolehkan mengkonsumsi gula murni sampai 5% dari kebutuhan energi
total.
8. Penggunaan gula alternatif(selain sakrosa) dalam jumlah terbatas ada dua jenis
gula alternatif yaitu yang bergizi (fruktosa, gula aklohol berupa sarbitol,
manitol, silitol) dan gula alternatif tidak bergizi (aspartame dan sakarin).