BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Persalinan merupakan hal yang sangat ditunggu-tunggu oleh setiap ibu hamil, persalinan
merupakan hal yang pertama kali bagi calon ibu yang melakukan persalinan pertama dan
pengalaman pertama, dimana terbayang proses persalinan yang menyakitkan, mengeluarkan
energi dan sebuah perjuangan yang melelahkan, namun tidak dapat dilupakan oleh ibu.
Ada baiknya para calon ibu mengetahui proses atau tahapan persalinan seperti apa,
sehingga para calon ibu dapat mempersiapkan segala halnya guna menghadapi proses
persalinannya.
Proses persalinan terbagi ke dalam empat tahap, yaitu :
1. kala I; Tahap Pembukaan
2. Kala II; Tahap Pengeluaran Bayi
3. Kala III; Tahap Pengeluaran Plasenta
4. Kala IV; Tahap Pengawasan
Pada makalah ini kami hanya membahas tentang kala III yakni tahap pengeruaran
plasenta
B. Tujuan
Untuk mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan kala III yakni tahap pengeluara
plasenta
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Biasanya setelah janin lahir, beberapa menit kemudian mulailah proses pelepasan
plasenta disertai sedikit perdarahan. Ada kalanya plasenta tidak lahir dalam setengah sampai satu
jam setelah janin lahir, hal ini memerlukan perhatian khusus.
Proses persalinan dapat pula menimbulkan keadaan patologis, seperti luka-luka jalan
lahir dan terbaliknya uterus. Dibawah ini dibicarakan keadaan yang memerlukan tindakan bedah
kebidanan dalam kali III yang sedikit banyaknya telah dibicarakan dalam Bagian Obstetri
Patologis. (Prof. Dr. Rustam Mochtae, MPH 2006 halaman 110.)
Kala tiga persalinan dimulai Saat proses pelahiran bayi selesai dan berakhir dengan
lahirnya plasenta. Proses ini dikenal sebagai kala persalinan plasenta. Kala tiga persalinan
berlangsung rata-rata 5 dan 10 menit. Akan tetapi, kisaran normal kala tigasampai 30 menit.
Risiko perdarahan meningkat apabila kala tiga lama dari 30 menit, terutama antara 30 dan 60
menit [1-3]. (Mary Fances Moorhouse : 2001 edisi 2 halaman 313)
Kala tiga persalinan dimulai Saat proses pelahiran bayi selesai dan berakhir dengan
lahirnya plasenta. Proses ini dikenal sebagai kala persalinan plasenta. Kala tiga persalinan
berlangsung rata-rata 5 dan 10 menit. Akan tetapi, kisaran normal kala tigasampai 30 menit.
Risiko perdarahan meningkat apabila kala tiga lama dari 30 menit, terutama antara 30 dan 60
menit [1-3]. (Vicky Chapmam 2006. Halaman 201)
Komponen
Cairan amnion adalah cairan berwarna kuning jerami yang pucat dan jernih yang
mengandung 99% air.Sisanya 1% adalah materi padat terlarut yang mencakup zat makanan dan
produk zat sisa.Selain itu,janin melepaskan sel kulit,verniks kaseosa,dan lanugo kedalam cairan
ini.Komponen abnormal dan cairan amnion ini,seperti mekonium pada kasus gawat
janin,memberikan informasi diagnostik yang berasal tentang kondisi janin.Aspirasi cairan
amnion untuk pemeriksaan dinamakan amniosentesis.
Tali Pusat
Tali psat atau funis memanjang mulai dari janin sampai plasenta dan berisi pembuluh
darah umbilikalis:dua arteri dan satu vena.Pembuuh darah tersebut diselubungi dan dilindungi
oleh jeli Wharton,zat gelatin yang terbentuk dari mesodermSelur tali pusat diselubungi oleh
lapisan amnion,sama dengan yang menyelubungi plasenta.Panjan tali pusat rata-rata adalah 50
cm.Hal ini cukup untuk memungkinkan kelahiran bayi tanpa menarik plasenta.Tali pusat
dianggap pendek jika berukuran kurang dari 40 cm.Tidak ada kesempatan spesifik tentang tali
pust yang terlalu panjang,tetapi kerugian dari tali pusat yang sangat panjang adalah dapat melilit
leher atau tubuh janin atau membentuk simpul,kedua hal tersebut dapat menyebabkan oklusi
pembuluh darah,terutama selama persalinan.Simpul sejati selalu harus dicatat pada saat
memeriksa tali pusat,tetapi harus dibedakan dari simpul yang palsu,yaitu gumpalan jeli Wharton
disisi tali pusat dan tidak signifikan.
Variasi anatomi plasenta dan tali pusat
Lobus tambahan (aksesori) plasenta.Lobus ini merupakan variasi yang paling signifikan
dari bentuk plasenta.Terdapat sebuah lobus kecil ekstra,terpisah dari plasenta utama dan
dihubungkan oleh pembuluh darah sepanjang membran untuk mencapainya.Bahayanya adalah
bahwa lobus kecil ini dapat tertahan didalam uterus stelah plasenta dilahirkan,jika tidak
dikeluarkan,akan mengakibatkan infeksi dan hemoragi.Bidan harus memriksa plasenta untuk
memastikan bahwa lobus tambahan ini tertinggal didalam uterus atau tidak lubang pada
membran dengan pembuluh darah yang terdapat didalamnya.
Plasenta sirkumvalata dalam keadaan ini,lingkaran yang tidak tembus cahaya terlihat
pada permukaan fetal plasenta.Lingkaran ini terbentuk dari bagian belakang yang rangkap pada
korion dan amnion dan dapat menyebabkan lepasnya membran dari plasenta yang lebih dekat
bagian tengah dan bukan dari tepi,seperti yang seharusnya.
Insersi battledore tali pusat,pada kasus ini tali pusat melekat dibagian yang sangat dekat
tepi plasenta,seperti bet tenis meja.Hal ini tidak menimbulkan masalah kecuali jika pelekatannya
rapuh.
Insersi velamentous tali pusat,insersi tali pusat ke dalam membran agak jauh dari tepi
plasenta.Pembuluh darah umbilikalis melewatu membran dari tali pusat sampai plasenta.Bila
letak plasenta normal,tidak ada bahaya yang akan terjadi pada janin,tetapi tali pusat tersebut
dapat terputus bila dilakukan tarikan pada penatalaksanaan aktif persalinan kala tiga.Bila letak
plasenta rendah,pembuluh darah dapat melewati tulang uterus.Istilah yang digunakan untuk
pembuluh darah ysng terletak dalam posisi ini adalah vasa previa.Pada kasus ini sangat
berbahaya bagi janin apabila ketubah pecah dan akan lebih berbahaya lagi bila dilakukan ruptur
buatan,karena pembuluh darah dapat robek,mengakibatkan kehilangan darah yang cepat pada
janin.Bila awitan hemoragi terjadi bersamaan dengan pecah ketbag,dapat diasumsikan terjadi
hemoragi janin dan kelahiran dipercepat.Darah janin dapat dibedakan dari darah ibu dengan
menggunakan tes debaturasi-alkali singer walaupun,pada akhirnya waktu kejadian sangat singkat
sehingga tidak mungkin untuk menyelamatkan nyawa bayi.Bila bayi berhasil bertahan
hidup,kadar hemoglobinnya harus diperiksa setelah kelahiran.Plaseta tripartit juga sama,tetapi
dengan tiga bagian yang berbeda.Selain berbagai bahaya yang dijelaskan sebelumnya,perbedaan
bentuk in tudak memiliki signifikasi klinis.
C. Perkembangan
Menurut Margaret A. Copoor. Tahun 2011 halaman 139.
Awalnya, ovum tampak ditutupi oleh rambut halus, yang berisi tonjolan dari lapisan
trofoblas (lihat Bab 9). Tonjolan ini berpmliferasi dan membentuk percabangan sejak tiga
minggu setelah fertilisasi, membentuk vili korionzic. Vili ini banyak terdapat di area yang kaya
suplai darah -yaitu, di desidua basalis. Bagian trofoblas ini disebut korion fivridosum dan
akhirnya akan berkembang menjadi plasenta. Vili di bawah desidua kapsularis, kurang mendapat
nutrisi, secara bertahap akan mengalami degenerasi dan membentuk korion lame (korion tanpa
rambut), yang merupakan asal membran korion.
Vili meluruhkan dinding pembuluh darah maternal pada scat memasulci desidua,
membuka dinding pembuluh darah tersebut untuk membentuk genangan darah maternal tempat
vili mengapung. Pembuluh darah yang terbuka disebut sinus, dan area di sekitar viii disebut
ruang darah. Darah maternal bersirkulasi secara lambat, memberi kesempatan pada vili untuk
menyerap makanan dan oksigen, serta mengekskresi zat sisa. ini disebut vili nutritif.
Beberapa vili menempel Iebih dalam pada desidua dan disebut vili pengait.
Setiap viii korionik merupakan struktur bercabang yang muncul dari satu batang.
Pusatnya terdiri atas mesoderm dan pembuluh darah janin, percabangan arteri dan vena
umbilikalis. Bagian ini ditutupi oleh lapisan tunggal sel sitotrofoblas dan lapisan eksternal viii,
yaitu sinsitiotrofoblas. Hal ini berarti bahwa keempat lapisan jaringan tersebut memisahkan
darah maternal dari darah janin serta mencegah tercampurnya kedua sirkulasi tersebut, kecuali
jika terdapat kerusakan vili.
Plasenta terbentuk secara lengkap dan dapat ber-fungsi sempuma sejak 10 minggu setelah
fertilisasi. Pada tahap awalnya, struktur plasenta relatif longgar, tetapi semakin matur plasenta
tersebut, semakin padat strukturnya. Di antara usia gestasi 12 dan 20 minggu, plasenta lebih
berat dari janin karena perkembangan organ janin belum sempurna untuk mengatasi proses
metabolisme nutrisi. Pada usia kehamilan selanjutnya, beberapa organ janin, seperti hati, mulai
berfungsi sehingga sitotrofoblas dan sinsitiotrofoblas secara bertahap mengalami degenerasi dan
hal ini memungkinkan terjadinya pertukaran oksigen dan karbon dioksida dengan lebih mudah.
Sirkulasi melalui plasenta
Darah janin, mengandung sedikit oksigen, dipompa oleh jantung janin menuju plasenta
melalui arteri umbilikalis, dan diangkut sepanjang percabangannya ke kapiler viii korionik.
Setelah membuang karbon dioksida dan menyerap oksigen, darah kembali ke janin melalui vena
umbilikalis.
Darah maternal dikirim ke dasar plasenta di dalam desidua oleh arteri spiral dan mengalir
ke dalam ruang darah di sekitar vili. Arah aliran darah tersebut dianggap serupa dengan arah air
mancur; darah mengalir ke atas dan membasahi vilus pada saat bersirkulasi di sekelilingya dan
mengalir kembali ke cabang vena uterina
Plasenta yang matur Fungsi
Respirasi. Selama kehidupan intrauterin, tidak terjadi pertukaran gas pulmonal, sehingga
janin harus mendapatkan oksigen dan mengekskresikan karbon dioksida melalui plasenta.
Oksigen dari hemoglobin ibu masuk ke dalam darah janin dengan cara difusi sederhana dan
dengan cara yang sama janin melepaskan karbon dioksida ke dalam darah maternal.
Nutrisi. Janin membutuhkan nutrisi yang sama dengan orang lain dan memperolehnya
dengan cara transfer aktif melalui plasenta. Asam amino dibutuhkan untuk pembentukan tubuh,
glukosa dalam jumlah besar diperlukan untuk energi dan pertumbuhan, kalsium dan fosfor untuk
tulang dan gigi, serta besi dan mineral lainnya untuk pembentukan darah. Makanan bagi janin
diperoleh dari makanan yang dimakan ibu dan sudah dipecah menjadi bentuk yang lebih
sederhana sampai saatnya mencapai plasenta. Plasenta dapat memilih zat yang dibutuhkan oleh
janin, bahkan dapat mendeplesi suplai yang dimiliki rbu dalam beberapa hal. Plasenta juga dapat
memecah nutrisi kompleks menjadi senyawa yang dapat digunakan oleh janin. Protein ditransfer
melalui plasenta sebagai asam amino, karbohidrat sebagai glukosa, dan lemak sebagai asam
lemak. Air, vitamin, dan mineral jugs diantarkan ke janin. Lemak dan vitamin yang larut dalam
lemak (A, D, dan E) sedikit sulit menembus plasenta dan terutama terjadi pada tahap kehamilan
selanjutnya. Beberapa zat, termasuk asam amino, kadamya ditemukan lebih tinggi di dalam
darah janin daripada di dalam darah ibu.
Penyimpanan. Plasenta memetabolisme glukosa, menyimpannya dalam bentuk glikogen,
dan mengubahnya kembali menjadi glukosa sesuai kebutuhan. Plasenta juga dapat menyimpan
besi dan vitamin yang larut dalam lemak.
Ekskresi. Zat utama yang diekskresi dari janin adalah karbon dioksida. Bilirubin juga
diekskresi karena sel darah merah diganti relatif sering. Terdapat sangat sedikit pemecahan
jaringan selain dari itu dan jumlah urea dan asam urat yang diekskresi juga sangat sedikit.
Perlindungan. Plasenta memberikan barter yang terbatas terhadap infeksi. Kecuali
treponema sifilis dan basilus tuberkel, hanya sedikit bakteri yang dapat menembusnya. Namun
demikian, virus dapat dengan bebas menembus plasenta dan menyebabkan abnormalitas
kongenital, seperti pada kasus virus rubela (lihat Bab 46). Diasumsikan bahwa obat-obatan
menembus plasenta sampai ke janin walaupun terdapat beberapa pengecualian, misalnya heparin.
Beberapa that diketahui menyebabkan kerusakan meskipun banyak juga di antaranya yang tidak
berbahaya dan bermanfaat positif, seperti pemberian antibiotik kepada ibu haunt yang menderita
sifilis (lihat Bab 48).
Menjelang akhir kehamilan, antibodi yang kecil, imunoglobulin G (IgG) akan ditransfer
ke janin dan akan memberikan imunitas kepada bayi selama 3 bulan pertama setelah kelahiran.
Penting untuk diketahui bahwa hanya antibodi yang dimiliki oleh ibu yang dapat masuk
menembus plasenta dan diberikan ke janin.
Endokrin.
Human chorionic gonadotrophin (HCG). Hormon ini dihasilkan oleh lapisan
sitotrofoblas dan viii korionik. Pada awalnya, hormon ini berjumlah sangat banyak, kadar
tertinggi dicapai antara minggu ke-7 dan ke-10, tetapi kadar ini akan menurun secara bertahap
sejalan dengan bertambahnya usia kehamilan. HCG menjadi dasar berbagai tes kehamilan yang
ada karena diekskresikan di dalam urine ibu. Fungsinya adalah menstimulasi pertumbuhan dan
aktivitas korpus luteum.
Estrogen. Saat aktivitas korpus luteum menurun, plasenta mengambil alih produksi
estrogen, yang disekresi dalam jumlah banyak selama kehamilan. janin memberikan prekursor
vital untuk produksi estrogen kepada plasenta. Jumlah estrogen yang dihasilkan (diukur sebagai
estriol urine atau serum) merupakan indeks kesejahteraan fetoplasental.
Progesteron. Hormon ini dibentuk dalam lapisan sinsitial plasenta dengan jumlah yang
terus meningkat.
Menurut Vicky Chapmam 2006. Halaman 201
Penundaan pengkleman tali pusat sangat penting untuk bayi pre-term. Namun, banyak
staf tidak menyadari bahwa upaya resusitasi sederhana masih dapat dilakukan dengan bayi tetap
terhubung dengan tali pusat.
Bahkan pada penatalaksanaan aktif, penundaan pengkleman berhubungan dengan banyak
keuntungan termasuk 50% peningkatan volume sel darah merah, yang mengurangi durasi
ketergantungan oksigen suplemen, dan mengurangi kebutuhan transfusi sel darah merah akibat
anemia pada bayi preterm (Keirse, 2000).
Satu studi besar telah mendukung teori bahwa penundaan pengkleman tampaknya “bebas
bahaya”untuk bayi preterm. Meskipun tingginya kadar hematokrit pada bayi preterm yang
ditunda pengklemannya, tidak ada peningkatan polisitemia atau ikterik simtomatik (Mercer,
2001).
Transfusi via tali pusat “lebih cepat” bila bayi digendong di bawah uterus selama 30-60 detik,
yang mungkin penting pada bayi distres atau hipovolemik (pucat/kulit berbercak) yang perlu
segera dipisah dari tali pusat untuk resusitasi (Mercer, 2001).
Keirse (2000) merangkum dengan mengatakan bahwa tidak ada pembenaran untuk segera
mengklem dan memotong tali pusat kecuali diperlukan resusitasi pediatrik intensif. Bila akhirnya
tali pusat dildem kemudian dipotong, biarkan ujung bagian bayi tetap panjang bila kelak bayi
memerlukan kateterisasi tali pusat.
Data-data pendukung
Pemberian pengobatan kortikosteroid.
Tempat tidur yang sesuai dengan gestasi.
Antibiotika pada persalinan per vagina setelah seksio sesaria atau bila diduga infeksi pada ibu.
Tersedia tenaga terlatih yang tepat dan berdedikasi memberikan resusitasi.
Menjaga kamar melahirkan tetap hangat, meminimalkan hembusan angin, dan mengeringkan
bayi saat lahir.
Kontak kulit-ke-kulit untuk bayi saat lahir untuk termoregulasi, stabilisasi respirasi, denyut
jantung, dan menurunkan respons stres. (Asuhan minor, pengisapan dan corong oksigen harus
diberikan dengan bayi masih terhubung ke tali pusat.)
Menunda pengkleman tali pusat dan membiarkan tali pusat bayi tetap panjang.
Pada kurang lebih tiga perempat kasus inversi uterus, plasenta melekat sebagian atau
lengkap pada fundus uterus. Inversi uterus spontan untungnya merupakan kecelakan obsterik
yang amat jarang.
Akibat utama inversi uterus adalah syok. Perdarahan berlebihan dan nyeri uterus berat
dapat muncul atau dapat juga tidak. Diagnosis ditegakkan dengan mengamati lapisan uterus di
luar vulva atau berdasarkan temuan dari pemeriksaan dalam atau abdomen.Inversi uterus harus
dicurigai dan pemeriksaan dalam diagnostic dilakukan jika wanita mengarah kesyok setelah
melahirkan, tanpa alasan yang jelas.
Pada kejadian inversi uterus, dokter konsulen sebaik nya dipanggil segera. Sementara
menunggu ambulans, bidan sebaiknya mulai terapi IV dan memberikompres normal saline pada
uterus yang inversi. Keadaan wanita harus dipertahan kan dan syoknya diatasi sampai dokter tiba
di rumah sakit. Dokter mungkin akan menangani wanita dan mengobati syok dan dengan
mengembalikan posisi uterus. Mengembalikan posisi uterus dapat dilakukan secara manual jika
inverse didiagnosis dan manipulasi dilakukan segera setelah inverse terjadi. Akan tetapi, jika
ada interval waktu antara inverse dan diagnosis, yang dapat terjadi pada kasus-kasus samar
selama periode post partum, maka prosedur operatif dibutuh kan dalam rangka mengembalikan
posisi uterus.
Reposisi uterus dilakukan dengan plasenta masih melekat. Kehilangan darah biasanya
berhubungan dengan lama waktu uterus mengalami inversi, tetapiakan berkurang jika plasenta di
angkat setelah posisi uterus di kembalikan. Pengembalian posisi secara manual dikembalikan
dengan menempatkan satu tangan di dalam vagina dengan ujung ujung jari di sekeliling
lingkaran pada sambungan tempat uterus membalik dengan sendirinya dan fundus yang inversi
berada di telapak tangan. Tekanan kemudian diberikan telapak tangan pada fundus dan ujung-
ujung jari pada dinding uterus ujung-ujung jari menggerakkan dinding uterus ke atas sewaktu
fundus direposisi. Tindakan ini harus dilakukan secara hati-hati agar tidak menusuk atau
membuat ruftur dinding uterus yang lunak. Pada saat yang sama, seluruh uterus di angkat tinggi
keluar pelvis, di atas level umbilikus, dan tahan di situ selama beberapa menit. Tindakan ini
mendapatkan tegangan pada ligamen uterus,yang mempertahankan uterus mengalami inversi
kembali. Prosedur ini biasanya cukup menyakitkan, dan pemberian anastesia dalam atau relaksan
uterus intravena (mis, magnesium sulfat, agens anestesia terhalogenasi, terbutalin) dianjurkan.
Semua obat ini memiliki efek samping hipotensi dan sebaiknya digunakan dengan sangat hati-
hati pada kasus kehilangan darah berlebihan dan penurunan tekanan darah drastis. Bidan
sebaiknya mengetahui teknik ini dan menggunakannya, dengan atau tanpa obat penginduksi
relaksasi uterus, pada kasus kedatangan dokter ditunda. Sebagian besar bidan tidak akan melihat
komplikasi ini.
Komponen data dasar dalam menetapkan keadaan wanita selama kala tiga persalinan adalah
sebagai berikut:
1. Evaluasi berkelanjutan setiap penemuan bermakna sebelumnya
2. Evaluasi kemajuan 1Msaltnan
3. Evaluasi berkelanjutan pada ibu
4. Skrining tanda dan gejala perdarahan kala tiga.
Bidan harus memahami proses kala tiga persalinan dan parameter normal untuk periode
ini guna mengevaluasi data dasar.
Meskipun bidan juga melakukan evaluasi awal dan mengatur perawatan bayi selama kala
tiga persalinan, demi kejelasan tugas-tugas ini tidak dimasukkan dalam bab ini, tetapi di
diskusikan pada bab yang menyinggung neonatus. Metodologi Leboyeradalah rangkaian
tindakan yang harus dilakukan selama dan segera setelah pelahiran yang bertepatan dengan kala
tiga persalinan. Metodologi ini dijelaskan dengan rinci di Bab 28.
Pelepasan Plasenta
Selama perawatan awal bayi, bidan harus meminta seseorang menjaga perineum ibu guna
melihat tanda-tanda pelepasan plasenta dan perdarahan yang berlebihan. (Pada Saat yang sama,
ketika bidan melakukan penatalaksanaan kala tiga, orang tersebut harus terus mengobservasi
bayi untuk evaluasi kesejahteraan bayi yang kontinu.)
Langkah pertama dalam mengelola kala tiga adalah mengevaluasi kemajuan persalinan
dan kondisi Satu tangan ditempatkan di abdomen ibu untuk merasakan, tanpa melakukan masase,
bentuk dan posisi uterus serta menentukan apakah uterus berkontraksi.
Apabila darah tali pusat akan dikumpulkan, ini Saat yang tepat untuk mendapatkan
spesimen. Darah untuk gas darah tali pusat. jika dibutuhkan, harus diproses segera. Hal ini dapat
dilakukan dengan mengambil darah secara langsung dari arteri tali pusat, dan secara terpisah,
dari vena pusat ke suntikan berheparin. Darah tali pusat lalu secara hati-hati dialirkan ke
mangkuk steril kecil dengan memegang pusat sementara melepaskan klem tali pusat. Setelah
melepaskan klem, suntikan tanpa jarum diisi dengan darah dari waskom dan setelah itu
dimasukkan ke dalam tabung darah. Darah untuk gas darah tali pusat tidak dapat diambil dari
waskom darah tali pusat karena mengandung campuran darah vena dan arteri.
Beberapa bidan secara rutin mengalirkan plasenta dengan mengklem tali pusat dan
menampung darah baik di waskom kaki atau wadah plasenta. Rasional tindakan ini adalah
mengalirkan darah plasenta akan mengurangi volumenya, sehingga memfasilitasi pelepasan
plasenta dari dinding uterus. Validitas rasional ini dipertanyakan, tetapi tidak ada bahaya yang
diketahui akibat mengalirkan darah plasenta. Tindakan ini sangat berharga untuk dicoba jika
anda menganggap pelepasan lambat dan tersedia waktu cukup. Satu-satunya masalah adalah
darah dari plasenta dapat secara bermakna meningkatkan perkiraan kehilangan darah total
kecuali jika dikumpulkan terpisah.
Setelah spesimen-spesimen darah tali pusat dikumpulkan, tali pusat digulung
mengelilingi klem sampai klem berada di introitus vagina sehingga traksi dapat secara efektif
mengeluarkan tali pusat jika dibutuhkan, atau jika anda memiliki klem yang lain, anda dapat
menempatkannya pada tali pusat di introitus. (jangan lepaskan klem anda pada tali pusat hanya
untuk memindahkan introitus atau dara menyembur ke mana-mana – bukan ide yang bagus pada
masa penyebaran HIV/AIDS saat ini). Klem ini dipegang dengan satu tangan sementara tangan
lain tetap menjaga uterus.
“Menjaga uterus” berarti benar-benar dimaksudkan begitu. Sementara tangan anda dalam
posisi tetap untuk meyakinkan bentuk, posisi, dan konsistensi uterus, tangan juga berada dalam
posisi untuk menjaga agar orang lain tidak memasase uterus, sehingga menjaga uterus dan ibu
dari komplikasi yang terjadi akibat tindakan tersebut. Pelepasan plasenta normal dari dinding
uterus dicapai dengan efek kontraksi uterus, seperti yang dirinci dalam bab ini. Jika uterus
dimasase sebelum pelepasan plasenta dari dinding uterus, masase dapat menyebabkan pelepasan
sebagian plasenta, yang berakibat perdarahan. Bahaya pelepasan sebagian adalah bagian plasenta
masih menyatu dengan uterus, dan uterus tidak mampu berkontraksi cukup kuat untuk meligasi
dan membuat kolaps pembuluh yang dialiri darah, yang terjalin melalui serat otot dalam area
tempat pelepasan telah terjadi, Terjadi perdarahan. Penatalaksanaan komplikasi ini didiskusikan
pada Bab 32.
Jika Anda tidak yakin apakah plasenta telah lepas, Anda dapat mengecek dengan
menggunakan modifikasi perasatBrandt-Andrews. Pegang tali pusat dengan tegang pada introitus
vagina dengan satu tangan, dan gunakan klem untuk mengungkit. Bawa ujung jari Anda pada
tangan yang di abdomen, dengan jari Anda dekat satu sama lain, lurus ke bawah ke abdomen
bawah, tepat di atas simfisispubis dan lihat apa yang terjadi pada tali pusat (Gambar 31-2). Jika
tali pusat mundur ke ke dalam vagina, .plasenta. belum lepas_ Jika tali pusat terasa " longgar"
dan panjangnya tetap sama atau memanjang melewati posisinya di introitus vagina, plasenta
telah lepas dan Anda dapat melanjutkan dengan memfasilitasi pengeluaran setelah pelepasan.
Prosedur modifikasi ini berbeda dari perasatBrandt-Andrews dalam hal Anda tidak memberi
tekanan pada uterus untuk menahan atau mendorongnya ke depan (ke atas, dalam abdomen)
karena Anda akan mempermudah pengeluaran plasenta setelah plasenta lepas. Modifikasi ini
tidak berisiko terhadap masase uterus yang tidak bermakna sebelum pelepasan plasenta.
Jika Anda masih tidak yakin apakah plasenta lepas, ada metode lain yang dapat Anda
gunakan untuk menetapkan lokasi plasenta. Sekali lagi pegang tali pusat dengan tegang dengan
satu tangan pada introitus vagina, dan dengan satu tangan Anda yang lain ikuti tali pusat ke
dalam vagina dengan jari pemeriksa Anda sampai Anda dapat merasakan apakah tali pusat
masuk ke dalam plasenta atau apakah memanjang melalui serviks dan ke dalam uterus di luar
jangkauan Anda. Pada keadaan yang terakhir, Anda dapat mengasumsikan bahwa plasenta belum
lepas. Pada keadaan yang pertama, Anda mungkin akan menemukan plasenta di dalam atau pada
orifisiumserviks atau dalam lipatan vagina atas dan jelas lepas. Teknik ini sebaiknya tidak
digunakan secara rutin, tetapi disimpan ketika ada keraguan atau masalah, karena ada risiko
memasukkan infeksi setiap kali Anda memasukkan jari ke dalam vagina dan kemungkinan
ketidaknyamanan tambahan bagi wanita. Secara umum, Anda tidak perlu menggunakan teknik
ini, tetapi sebaiknya diketahui. Lebih baik,-bagaimanapun, menajamkan kemampuan diagnosis
Anda dengan perhatian penuh terhadap tanda-tanda pelepasan plasenta.
Pengeluaran Plasenta
SekaliAnda yakin bahwa plasenta telah lepas, Anda dapat memfasilitasi usaha ibu
mengeluarkannya dengan menggunakan kombinasi perasatBrandt-Andrews dan menarik tali
pusat yang terkontrol. Gunakan tangan Anda di abdomen ibu untuk meyakinkan bahwa uterus
berkontraksi dan topang tubuh uterus dengan menempatkan telapak tangan Anda tepat di atas
simfisispubis dan tekan berlawanan arah dengan uterus, angkat sedikit ke arah atas menuju
umbilkus. Pada Saat yang sama tangan yang lain tali pusat menggunakan klem
disekelilingtempat pusat yang lebih dibungkus untuk diungkit. Pada Saat sama Anda minta
wanita mendorong. Penting untuk mengingat bahwa plasenta mengikuti sumbu carus persis yang
Janin lalui. Oleh karena itu, mula-mula Anda harus menarik tali pusat ke bawah dan ke atas
sewaktu plasenta tampak untuk pelahiran yang sebenarnya.
Jangan pernah memberi tarikan pada tali pusat kapan kecuali uterus berkontraksi. Jika
uterus tidak berkontraksi dan plasenta atau membran melekat ke dinding uterus, inversi uterus
adalah bahaya potensial. Pada keadaan demikian, tarikan pada tali pusat tidak hanya menarik
plasenta tapi juga dinding uterus yang menyatu. Hal ini merupakan bencana obstetri dan
didiskusipada Bab 32. Inversidicegah dengan mengecek untuk meyakinkan bahwa uterus
berkontraksi sebelum tarikan diberikan pada tali pusat dan dengan tidak mencoba melahirkan
plasenta dengan mendorong pada tali pusat sebelum benar-benar yakin bahwa pemisahan
plasenta telah terjadi.
Demikian juga, mendorong tali pusat dapat menyebabkan tali pusat terpisah dari plasenta
(evulsi), sehingga dibutuhkan pengeluaran plasenta secara manual sehingga memajan wanita
pada trauma yang tidak perlu dan meningkatkan risiko infeksi intrauterus.
Menopang uterus selama pengeluaran plasenta dan berhati-hati tidak menggunakan
uterus sebagai piston untuk plasenta melalui kanal vagina sangat berdampak pada kondisi
ginekologis. Menggunakan uterus sebagai piston meregangkan ligamen kardinal dan berpotensi
menyebabkan prolaps uterus di kemudian hari, terutama jika dilakukan dengan penuh semangat
atau berulang pada tiap pengalaman melahirkan.Tidak menggunakan uterus sebagai piston
merupakan upaya pencegahan prolaps uterus.
Harus dicatat bahwa pengeluaran plasenta bukan masalah yang membutuhkan usaha
fasilitatif oleh bidan jika ibu menggunakan posisi natural, seperti berjongkok. Memposisikan
wanita datar atau pada posisi rekumbenagak naik meniadakan arah ke bawah dan keluar vagina
dan efek gravitas.. yang merupakan dorongan fasilitatif alami ketika wanita berada di posisi
tegak.
Waskom ditempatkan di bawah perineum untuk menampung darah dan menahan plasenta
ketika dilahirkan. Jika wanita berada pada posisi litotomi, alas ditempatkan antara bokong wanita
dan tubuh bidan, sehingga kedua tangan bebas untuk mengatur kala tiga Penggunaan Waskom
plasenta untuk menampung darah memungkinkan mengukur mayoritas kehilangan darah dan
juga meminimalkan darah tercecer.
Sewaktu plasenta dilahirkan, di bolehkan menyorongkan secara lembut ke bawah sisi
waskom plasenta, yang lebih diposisikan pada sisinya pada introitus vagina untuk tujuan ini, atau
dibawa ke tangan bidan pada introitus vagina. Apa pun caranya, prinsip yang digunakan tidak
membiarkan plasenta jatuh jauh dari level introitus vagina karena dapat menyebabkan membran
selanjutnya (after-coming), yang mungkin masih mengelupas dari dinding uterus sewaktu
plasenta dilahirkan, terobek, terlepas dan tertahan (lihat gambar 31-3).
Kala tiga berakhir jika membran segera mengikuti plasenta dan dilahirkan bersama
plasenta. Tetapi, kadang-kadang membran tersangkut di belakang dan terancam robek jika
timbul tegangan pada membran. Pada keadaan seperti itu, membran dapat diusik keluar dalam
satu dari dua cara.
Satu cara mengambil klem (klem Kelly lebih disukai, bisa juga cincin forsep besar) dan
menempatkannya pada membran di introitus vagina. Jika ibu tidak berbaring pada posisi dorsal,
satu tangan terus menyangga plasenta, atau waskom dengan plasenta di dalamnya, dalam rangka
mencegah tegangan pada membran. Atau, tangan anda dapat di abdomen ibu, menstabilkan
uterus. Tangan anda yang lain memanipulasi membran yang sudah diklem dengan secara lembut
menggoyangnya ke atas dan ke bawah, sisi ke sisi sementara menariknya sedikit demi sedikit
(lihat gambar 31-4). Anda akan mampu menilai jumlah tarikan yang dibutuhkan karena anda
akan merasakan.
SIRKULASI
Tekanan darah (TD) meningkat saat curah jantung meningkat, kemudian kembali ketingkat
normal dengan cepat.
Hipotensi dapat terjadi sebagai respon terhadap analgesic dan anestesi Frekuensina dimelambat
pada respon terhadap perubahan curah jantung.
MAKANAN/CAIRAN
Kehilangan darah normal, kira-kira 250-300 ml
NYERI/KETIDAKNYAMANAN
Dapat mengeluh tremor kaki/menggigil
KEAMANAN
Inspeksi manual pada uterus dan jalan lahir menentukan adanya robekan atau laserasi. Perluasan
episiotomy atau laserasi jalan lahir mungkin ada.
SEKSUALITAS
Darah yang berwarna hitam dari vagina terjadi saat plasenta lepas dari endometrium, biasanya
dalam1-5 menit setelah melahirkan bayi. Tali pusat memanjang pada muara vagina
Uterus berubah dari discoid menjadi bentuk globular dan meninggikan abdomen
PRIORITAS KEPERAWATAN
1. Meningkatkan kontraktilitas uterus
2. Mempertahankan volume cairan sirkulasi
3. Meningkatkan keamanan maternal dan bayi barulahir
4. Mendukunginteraksiorangtua-bayi
TINDAKAN/INTERVENSI
Instruksikan klien untuk mendorong pada kontraksi; bantu mengarahkan perhatiannya untuk
mengejan
Rasional: Perhatian klien secara alami pada bayi baru lahir; selain itu, keletihan dapat
mempengaruhi upaya-upaya individu, dan ia memerlukan bantuan dalam mengarahkan kearah
membantu pelepasan plasenta. Mengejanmem bantu pelepasan dan pengeluaran, menurunkan
kehilangan darah, dan meningkatkan kontraksi uterus
Kajitanda vital sebelum dan setelah pemberian oksitosin
Rasional: efek samping oksitosin yang sering terjadi adalah hipertensi Palpasiuterus; perhatikan
”ballooning”
Rasional : menunjukkanrelaksasi uterus dengan perdarahan kedalamrongga uterus
Pantau tanda dan gejala kehilangan cairan berlebihan atau syok (mis., periksa TD, nadi,
sensorium, warnakulit, dansuhu).
Rasional : hemoragi dihubungkan dengan kehilangan cairan lebih besar dari 500 ml dapat
dimanifestasikan oleh peningkatan nadi, penurunan TD, sianosis, disorientasi, pekarangsang,
dan penurunan kesadaran.
Tempatkan bayi di payudara klien bilaia merencanakan untuk memberi ASI
Rasional : penghisapan merangsang pelepasan oksitosin dari hipofisisposterior, meningkatkan
kontraksi miometrik dan menurunkan kehilangan darah
Masase uterus dengan perlahan setelah pengeluaran plasenta
Rasional : myometrium berkontraksi sebagai respon sterhadap rangsang taktil lembut, karenanya
menurunkan aliran lokia dan menunjukan bekuan darah
Catat waktu dan mekanisme pelepasan plasenta; mis,mekanisme Duncan versus mekanisme
schulze.
Rasional: pelepasan harus terjadi dalam 5 menit setelah kelahiran. Kegagalan untuk lepas
memerlukan pelepasan manual. Lebih banyak waktu diperlukan bagi plasenta untuk lepas, dan
lebih banyak waktu di mana myometrium tetap rileks, lebih banyak darah hilang.
Inspeksi permukaan plasenta maternal dan janin. Perhatikan ukuran, insersitali pusat, keutuhan,
perubahan vascular berkenaan dengan penuaan,dan klasifikasi (yang mungkin menimbulkan
abrupsi)
Rasional: membantu mendeteksi abnormalitas yang mungkin berdampak pada keadaan ibu atau
bayi baru lahir
Dapatkan dan catat informasi yang berhubungan dengan inspeksi uterus dan plasenta untuk
pragmen plasenta yang tertahan
Rasional: jaringan plasenta yang tertahan dapat menimbulkan infeksi pasca partum dan
hemoragi segera atau lambat. Bila terdeteksi, fragmen harus dilepaskan secara manual atau
dengan instrument yang tepat Hindari menarik talipusat secara berlebihan
Rasional: kekuatan dapat menimbulkan putusnya tali pusat dan retensifragmen plasenta,
meningkatkan kehilangan darah
Berikan cairan melaluirute parenteral
Rasional: bila kehilangan cairan berlebihan, penggantian secara parenteral membantu
memperbaiki volume sirkulasi dan oksigenasi dari organ vital
Berikan oksitosin melalui rute IM atau IV drip diencerkan dalam larutan elektrolit, sesuai
indikasi. Preparatergot IM dapat diberikan pada waktu yang sama
Rasional: meningkatkan efek vasokonstriksi dalam uterus untuk mengontrol perdarahan pasca
partum setelah pengeluaran plasenta. Bolus IV dapat mengakibatkan hipertensi maternal.
Intoksikasi air dapat terjadi bila larutan elekrolit digunakan
Dapatkan dan catatin formasi yang berhubungan dengan inspeksi jalan lahir terhadap laserasi.
Bantu dengan perbaikan serviks ,vagina,dan luasnya episiotomy
Rasional: laserasi menimbulkan kehilangan darah; dapat menyebabkan hemoragi
Bantu sesuai kebutuhan dengan pengangkatan plasenta secara manual di bawahan estesiumum
dan kondisisteril
Rasional: intervensi manual perlu untuk memudahkan pengeluaran plasenta dan menghentikan
hemoragi
Tinggikan fundus dengan memasukkan jari terus kebelakang dan menggerakan badan uterus
keatas simfisis pubis
Rasional: dapat diminta oleh praktisi untuk memudahkan pemeriksaan Internal
TINDAKAN/INTERVENSI RASIONAL
Mandiri
Palpasi fundus dan masase dengan perlahan. Memudahkan pelepasan plasenta.
Masase fundus dengan perlahan setelah penge-
luaran plasenta. (Rujuk pada DK: Kekurangan Menghindari rangsangan/trauma
Volume Cairan, risiko tinggi terhadap.) berlebihan pada fundus.
Kaji irama pernapasan dan pengembangan.
Rendahkan kaki klien secara simultan dari pijakan Membantu menghindari regangan otot.
kaki. Klien mungkin tidak dapat
Bantu dalam berpindah -dari meja melahirkan ke menggerakkan tungkai bawah karena
tempat tidur atau brankar, dengan tepat. efek lanjut dari anestesi. Perawatan
blok pasca spinal atau blok sadel dapat
menyebabkan klien tetap datar selama
beberapa jam setelah melahirkan,
meskipun kewaspadaan adalah
kontroversial.
Dapatkan sampel darah tali pusat; kirimkan ke Bila bayi adalah Rh-positif dan klien
laboratorium untuk menentukan golongan darah Rh-negatif, klien akan menerima
bayi baru lahir. Catat informasi berkenaan dengan imunisasi dengan imun globulin Rh
sampel yang dikirimkan. (Rh-Ig) pada periode pascapartum.
(Rujuk pada Bab 6, MK: Klien pada 4
Jam sampai 3 Hari Pasca Partum.)
A. Kesimpulan
Kala III merupakan tahap ketiga persalinan yang berlangsung sejak bayi lahir sampai plasenta
lahir.
Persalinan kala tiga dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya plasenta dan
selaput ketuban.
Pada kala III, otot uterus (miometrium) berkontraksi mengikuti penyusutan volume rongga
uterus setelah lahirnya bayi. Penyusutan ukuran ini menyebabkan berkurangnya ukuran tempat
perlekatan plasenta. Karena tempat perlekatan menjadi semkin kecil, sedangkan ukuran plasenta
tidak berubah maka pasenta akan terlipat, menebal dan kemudian lepas dari dinding uterus.
Setelah lepas, plasenta akan turun ke bagian bawah uterus atau ke dalam vagina.
B. Saran
Memperhatikan keselamatan ibu dan janin sangatlah penting pada persalinan, untuk itu sebagai
tenaga para medis, tenaga kesehatan harus mampu memberikan pelayanan kesehatan yang baik
dan benar sesuai dengan standar.
DAFTAR PUSTAKA
Helen Varney dan Jan .M Kriebs,2008 Asuhan kebidanan edisi 4 volume 2 ,jakarta : EGC
Prof. Dr. Rustam Mochtar, MPH,1998 Sinopsis Obstetri, jakarta :EGC
Diane M. Freser dan Margaret A. Cooper, 2011 Buku Ajar Bidan edisi revisi : jakarta : EGC
Vicky Chapma,2006 Asuhan kebidanan Persalinan dan kelahiran : Jakarta :EGC