Search for:
DIARE
1. DEFENISI
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cairan atau setengah cairan,
dengan demikian kandungan air pada tinja lebih banyak dari keadaan normal yakni 100-200
ml sekali defekasi (Hendarwanto, 1999).
Menurut WHO (1980) diare adalah buang air besar encer atau cair lebih dari tiga kali sehari.
Diare ialah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali
pada anak dengan konsistensi feses encer, dapat berwarna hijau atau dapat bercampur lendir
dan darah (Ngastiyah, 1997).
Anak usia TODDLER adalah anak usia antara 1 sampai 3 tahun (Donna L. Wong)
1. ETIOLOGI
1. Faktor infeksi
1. Infeksi enteral; infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab
utama diare pada anak, meliputi infeksi bakteri (Vibrio, E. coli,
Salmonella, Shigella, Campylobacter, Yersinia, Aeromonas, dsb),
infeksi virus (Enterovirus, Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus, dll),
infeksi parasit (E. hystolytica, G.lamblia, T. hominis) dan jamur (C.
albicans).
2. Infeksi parenteral; merupakan infeksi di luar sistem pencernaan yang
dapat menimbulkan diare seperti: otitis media akut, tonsilitis,
bronkopneumonia, ensefalitis dan sebagainya.
2. Faktor Malabsorbsi
1. Faktor Makanan
Diare dapat terjadi karena mengkonsumsi makanan basi, beracun dan alergi terhadap jenis
makanan tertentu.
1. Faktor Psikologis
Diare dapat terjadi karena faktor psikologis (rasa takut dan cemas), jarang terjadi tetapi dapat
ditemukan pada anak yang lebih besar.
1. MANIFESTASI KLINIS
Mula-mula anak cengeng, gelisah, suhu tubuh meningkat, napsu makan berkurang kemudian
timbul diare. Tinja mungkin disertai lendir dan atau darah. Warna tinja makin lama berubah
kehijauan karena bercampur dengan empedu. Daerah anus dan sekitarnya timbul luka lecet
karena sering defekasi dan tinja yang asam akibat laktosa yang tidak diabsorbsi usus selama
diare.
Gejala muntah dapat timbul sebelum atau selama diare dan dapat disebabkan karena lambung
turut meradang atau akibat gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit. Bila kehilangan
cairan terus berlangsung tanpa penggantian yang memadai, gejala dehidrasi mulai tampak
yaitu: berat badan menurun, turgor kulit berkurang, mata dan ubun-ubun besar cekung (pada
bayi), selaput lendir bibir dan mulut serta kulit kering.
Bila dehidrasi terus berlanjut dapat terjadi renjatan hipovolemik dengan gejala denyut jantung
menjadi cepat, denyut nadi cepat dan lemah bahkan tidak teraba, tekanan darah menurun,
klien tampak lemah dengan kesadaran menurun. Karena kekurangan cairan, diuresis
berkurang (oliguria sampai anuria). Bila terjadi asidosis metabolik klien akan tampak pucat,
pernapasan cepat dan dalam (pernapasan Kussmaul).
1. PATOFIIOLOGI
1. Gangguan osmotic
Adanya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik
dalam lumen usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektroloit ke dalam lumen
usus. Isi rongga usus yang berlebihan akan merangsang usus untuk mengeluarkannya
sehingga timbul diare.
1. Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan terjadi peningklatan
sekresi, air dan elektrolit ke dalam lumen usus dan selanjutnya timbul diare kerena
peningkatan isi lumen usus.
1. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan diare akut pada anak:
KETERANGAN :
Skor :
Ada 4 hal yang penting diperhatikan agar dapat memberikan rehidrasi yang cepat dan akurat,
yaitu:
Pada saat ini cairan Ringer Laktat merupakan cairan pilihan karena tersedia cukup banyak di
pasaran meskipun jumlah aliumnya rendah bila dibandingkan dengan kadar kalium tinja. Bila
RL tidak tersedia dapat diberiakn NaCl isotonik (0,9%) yang sebaiknya ditambahkan dengan
1 ampul Nabik 7,5% 50 ml pada setiap satu liter NaCl isotonik. Pada keadaan diare akut awal
yang ringan dapat diberikan cairan oralit untuk mencegah dehidrasi dengan segala akibatnya.
Pada prinsipnya jumlah cairan pengganti yang hendak diberikan harus sesuai dengan jumlah
cairan yang keluar dari badan. Jumlah kehilangan cairan dari badan dapat dihitung dengan
cara/rumus:
1) Mengukur BJ Plasma
BJ Plasma – 1,025
———————- x BB x 4 ml
0,001
2) Metode Pierce
Total Kehilangan
BB (kg) Umur PWL NWL CWL
Cairan
<3 < 1 bln 150 125 25 300
Keterangan:
CWL : Concomitant Water Lose (ml/KgBB) = cairan diare dan muntah yang terus
menerus
1. Dietetik
Untuk mencegah kekurangan nutrisi, diet pada anak diare harus tetap dipertahankan yang
meliputi:
1. Obat-obatan
1. A. PENGKAJIAN
1. Identitas
Diare akut lebih sering terjadi pada bayi dari pada anak, frekuensi diare untuk neonatus > 4
kali/hari sedangkan untuk anak > 3 kali/hari dalam sehari. Status ekonomi yang rendah
merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya diare pada nak ditinjau dari
pola makan, kebersihan dan perawatan. Tingkat pengetahuan perlu dikaji untuk mengetahui
tingkat perlaku kesehatan dan komunikasi dalam pengumpulan data melalui wawancara atau
interview. Alamat berhubungan dengan epidemiologi (tempat, waktu dan orang)
1. Keluhan utama
yang membuat klien dibawa ke rumah sakit. Manifestasi klnis berupa BAB yang
tidaknomral/cair lebih banyak dari biasanya
Paliatif, apakah yang menyebabkan gejala diare dan apa yang telah dilakukan. Diare dapat
disebabkan oleh karena infeksi, malabsorbsi, faktor makanan dan faktor psikologis.
Kuatitatif, gejala yang dirasakan akibat diare bisanya berak lebih dari 3 kali dalam sehari
dengan atau tanpa darah atau lendir, mules, muntak. Kualitas, Bab konsistensi, awitan, badan
terasa lemah, sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari .
Skala/keparahan, kondisi lemah dapat menurunkan daya tahan tubuh dan aktivitas sehari-hari.
Timing, gejala diare ini dapat terjadi secara mendadak yang terjadi karena infeksi atau faktor
lain, lamanya untuk diare akut 3-5 hari, diare berkepanjangan > 7 hari dan Diare kronis > 14
hari
Pada umumnya anak masuk rumah sakit dengan keluhan buang air cair berkali-kali baik
desertai atau tanpa dengan muntah, tinja dapat bercampur lendir dan atau darah. Keluhan lain
yang mungkin didapatkan adalah napsu makan menurun, suhu badan meningkat, volume
diuresis menurun dan gejala penurunan kesadaran.
Meliputi pengkajian riwayat prenatal, natal dan post natal, hospitalisasi dan pembedahan
yang pernah dialami, alergi, pola kebiasaan, tumbuh-kembang, imunisasi, status gizi (lebih,
baik, kurang, buruk), psikososial, psikoseksual, interaksi dan lain-lain.
1. Prenatal
1. Natal
Umur kehamilan, persalinan dengan bantuan alat yang dapat mempengaruhi fungsi dan
maturitas organ vital .
1. Post natal
Apgar skor < 6 berhubungan dengan asfiksia, resusitasi atau hiperbilirubinemia. BErat badan
dan panjang badan untuk mengikuti pertumbuhan dan perkembangan anak pada usia
sekelompoknya. Pemberian ASI dan PASI terhadap perkembangan daya tahan tubuh alami
dan imunisasi buatan yang dapat mengurangi pengaruh infeksi pada tubuh.
Pertumbuhan dan perkembangan menjadi bahan pertimbangan yang penting karena setiap
individu mempunyai ciri-ciri struktur dan fungsi yang berbeda, sehingga pendekatan
pengkajian fisik dan tindakan haruys disesuaikan dengan pertumbuhan dan perkembangan
(Robert Priharjo, 1995)
Lingkungan yang kotor dan kumuh serta personal hygiene yang kurang mudah terkena kuma
penyebab diare.
BAB yang tidak pada tempat (sembarang)/ di sungai dan cara bermain anak yangkurang
higienis dapat mempermudah masuknya kuman lewat Fecal-oral.
1. Persepsi keluarga
Kondisi lemah dan mencret yang berlebihan perlu suatu keputusan untuk penangan awal atau
lanjutan ini bergantung pada tingkat pengetahuan dan penglaman yang dimiliki oleh anggota
keluarga (orang tua).
Makanan yang terinfeksi, pengelolaan yang kurang hygiene berpengaruh terjadinya diare,
sehingga status gizi dapat berubah ringan samapai jelek dan dapat terjadi hipoglikemia.
Kehilangan Berat Badan dapat dimanifestasikan tahap-tahap dehidrasi. Dietik pada anak <
1tahun/> 1tahun dengan Berat badan < 7 kg dapat diberikan ASI/ susu formula dengan
rendahlaktosa, umur > 1 tahun dengan BB > 7 kg dapat diberikan makananpadat atau
makanan cair.
1. Pola eliminasi
BAB (frekuensi, banyak, warna dan bau) atau tanpa lendir, darah dapat mendukung secara
makroskopis terhadap kuman penyebab dan cara penangana lebih lanjut. BAK perlu dikaji
untuk output terhadap kehilangan cairan lewat urine.
1. Pola istirahat
Pada bayi, anak dengan diare kebutuhan istirahat dapat terganggu karena frekuensi diare yang
berlebihan, sehingga menjadi rewel.
1. Pola aktivitas
Klien nampak lemah, gelisah sehingga perlu bantuan sekunder untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari.
1. Pengkajian Fisik
Pengakajian secara umum dilakukan dengan metode head to too yang meliputi: keadaan
umum dan status kesadaran, tanda-tanda vital, area kepala dan wajah, dada, abdomen,
ekstremitas dan genito-urinaria.
Fokus pengkajian pada anak dengan diare adalah penemuan tanda-tanda yang mungkin
didapatkan yang meliputi: penurunan BB, denyut nadi cepat dan lemah, tekanan darah
menurun, mata cekung, mukosa bibir dan mulut kering, kulit kering dengan turgor berkurang.
Dapat ditemukan peningkatan frekuensi pernapasan, peningkatan peristaltik usus dan adanya
luka lecet sekitar anus
1. a. Sistem Neurologi
1. b. Sistem Penginderaan
Mata, Amati mata conjunctiva adakah anemis, sklera adakah icterus. Reflek mata dan pupil
terhadap cahaya, isokor, miosis atau midriasis. Pada keadaan diare yang lebih lanjut atau
syok hipovolumia reflek pupil (-), mata cowong.
Hidung, pada klien dengan dehidrasi berat dapat menimbulkan asidosis metabolik sehingga
kompensasinya adalah alkalosis respiratorik untuk mengeluarkan CO2 dan mengambil
O2,nampak adanya pernafasan cuping hidung.
Palpasi,
Kepala, Ubun-ubun besar cekung, kulit kepala kering, sedangkan untuk anak-anak ubun-
ubun besar sudah menutup maximal umur 2 tahun.
1. d. Sistem Kardiovaskuler
Subyektif, badan terasa panas tetapi bagian tangan dan kaki terasa dingin
Inspeksi, pucat, tekanan vena jugularis menurun, pulasisi ictus cordis (-), adakah
pembesaran jantung, suhu tubuh meningkat.
Palpasi, suhu akral dingin karena perfusi jaringan menurun, heart rate meningkat
karena vasodilatasi pembuluh darah, tahanan perifer menurun sehingga cardiac output
meningkat. Kaji frekuensi, irama dan kekuatan nadi.
Perkusi, normal redup, ukuran dan bentuk jantung secara kasar pada kausus diare
akut masih dalam batas normal (batas kiri umumnya tidak lebih dari 4-7 dan 10 cm ke
arah kiri dari garis midsternal pada ruang interkostalis ke 4,5 dan 8.
Auskultasi, pada dehidrasiberat dapat terjadi gangguansirkulasi, auskulatasi bunyi
jantung S1, S2, murmur atau bunyi tambahan lainnya. Kaji tekanan darah.
1. e. Sistem Pernafasan
1. f. Sistem Pencernaan
1. g. Sistem Perkemihan
1. h. Sistem Muskuloskletal
Subyektif, lemah
Inspeksi, klien tampak lemah, aktivitas menurun
Palpasi, hipotoni, kulit kering , elastisitas menurun. Kemudian dilanjutkan dengan
pengukuran berat badan dan tinggi badan , kekuatan otot.
1. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
1) Faeces lengkap
Makroskopis dan mikroskopis (bakteri (+) mis. E. Coli, PH dan kadar gula, Biakan dan uji
resistensi
Analisa Baood Gas Darah dapat menimbulkan Asidosis metabolik dengan kompensasi
alkalosis respiratorik.
Pada diare dapat terjadi hiponatremia, hipokalsemia yang memungkinkan terjadi penuruna
kesadaran dan kejang.
Terutama untuk diare kronik dapat dideteksi jasad renik atau parasit secara kualitatif dan
kuantitatif.
1. Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan radiologi diperlukan kalau ada penyulit atau penyakit penyerta seperti
bronchopnemonia dll seperti foto thorax AP/PA Lateral.
1. Penatalaksanaan
1. Rehidrasi
i. Jenis cairan
cara rehidrasi oral : Formula lengkap (NaCl, NaHCO3, KCl dan Glukosa) seperti
oralit,pedyalit setiap kali diare, Formula sederhana (NaCl dan Sukrosa/KH lain)
seperti LGG, tajin
cairan parenteral : usia 0-2 hari dengan BB < 2500 D5%, BB > 2500 (aterm) D10%,
Usia 2 hari-3 bulan d100,18 NS, Usia 3 bulan- 3 tahun D51/4 NS, Usia > 3 tahun
D51/2NS, HSD (Half Strength Darrow) D1/2 2,5 NS cairan khusus untuk diare > usia
3 bulan.
Oral (dehidrasi ringan, sedang dan tanpa dehidrasi, anak mau minum serta kesadaran
baik)
Intragastrik (dehidrasi ringan, sedang, tanpa dehidrasi, anak tidak mau makan dan
kesadaran menurun).
IV line bila dehidrasi berat
iv. Jadwal/kecepatan
Jadwal atau kecepatan pemberian cairan tergantung pada tingkat dehidrasi dan umur. Untuk
defisit diberikan 3 jampertama dan dilanjutkan maintenance.
1. Obat-obatan
Antibiotik
1. Dietetik
1. Anak < 1 tahun atau > 1 tahun denga BB < 7 kg
1. MASALAH KEPERAWATAN
1. Kekurangan volume cairan b/d kehilangan berlebihan melalui feses dan
muntah serta intake terbatas (mual).
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan absorbsi nutrien
dan peningkatan peristaltik usus.
3. Nyeri (akut) b/d hiperperistaltik, iritasi fisura perirektal.
4. Kecemasan keluarga b/d perubahan status kesehatan anaknya
5. Kurang pengetahuan keluarga tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan terapi
b/d pemaparan informasi terbatas, salah interpretasi informasi dan atau
keterbatasan kognitif.
1. INTERVENSI
1. 1. DX. Kekurangan volume cairan b/d kehilangan berlebihan melalui
feses dan muntah serta intake terbatas (mual).
Criteria :
Intervensi :
1. Penatalaksanaan rehidrasi :
1. Anjurkan keluarga bersama klien untuk meinum yang banyak (LGG, oralit
atau pedyalit 10 cc/kg BB/mencret
Rasional : Kandungan Na, K dan glukosa dalam LGG, oralit dan pedyalit mengandung
elektrolit sebagai ganti cairan yang hilang secara peroral. Bula menyebarkan gelombang
udara dan mengurangi distensi.
1. Pemberian cairan parenteral (IV line) sesuai dengan umur dan penyulit (penyakit
penyerta)
Rasional : Klien yang tidak sadar atau tingkat dehidrasi ringan dan sedang yang kurang
intakenya atau dehidrasi berat perlu pemberian cairan cepat melalui IV line sebai pengganti
cairan yang telah hilang.
1. Kolaborasi :
1. Pemeriksaan serum elektrolit (Na, K dan Ca serta BUN)
Rasional : Serum elektrolit sebagai koreksi keseimbangan cairan dan elektrolit. BUN untuk
mengetahui faali ginjal (kompensasi).
Rasional : Antisekresi berfungsi untuk menurunkan sekresi cairan dan elektrolit untuk
keseimbangannya. Antispasmolitik berfungsi untuk proses absrobsi normal. Antibiotik
sebagai antibakteri berspektrum luas untuk menghambat endoktoksin.
Tujuan :
Criteria :
Intrvensi :
1. Diskusikan dan jelaskan tentang pembatasan diet (makanan yang berserat tinggi,
berlemak dan air panas atau dingin)
1. Ciptakan lingkungan yang menyenagkan selama waktu makan dan bantu sesuai
dengan kebutuhan.
Rasional : Nafsu makan dapat dirangsang pada situasi releks dan menyenangkan.
1. Diskusikan dan jelaskan tentang pentingnya makanan yang sesuai dengan kesehatan
dan peningkatan daya tahan tubuh.
Rasional : Makanan sebagai bahan yang dibutuhkan tubuh untuk proses metabolisme dan
katabolisme serta peningkatan daya tahan tubuh terutama dalam keadaan sakit. Penjelasan
yang diterima dapat membuka jalan pikiran untuk mencoba dan melaksanakan apa yang
diketahuinya.
1. Kolaborasi :
1. Dietetik
anak , 1 tahun/> 1 tahun dengan BB < 7 kg diberi susu (ASI atau formula rendah
laktosa), makan setengah padat/makanan padat.
Rasional : Pada diare dengan usus yang terinfeksi enzim laktose inaktif sehingga intoleransi
laktose.
Umur > 1 tahun dengan BB > 7 kg diberi makan susu/cair dan padat
Rasional : Klien yang tidak sadar atau tingkat dehidrasi ringan dan sedang yang kurang
intakenya atau dehidrasi berat perlu pemberian cairan cepat melalui IV line sebai pengganti
cairan yang telah hilang.
Rasional : Vitamin merupakan bagian dari kandungan zat gizi yang diperlukan tubuh
terutama pada bayi untuk proses pertumbuhan.
1. Kaji keluhan nyeri (skala 1-10), perubahan karakteristik nyeri, petunjuk verbal dan
non verbal
1. Atur posisi yang nyaman bagi klien, misalnya dengan lutut fleksi.
1. Bersihkan area anorektal dengan sabun ringan dan airsetelah defekasi dan berikan
perawatan kulit
Rasional : Analgetik sebagai agen anti nyeri dan antikolinergik untuk menurunkan spasme
traktus GI dapat diberikan sesuai indikasi klinis.
Tujuan
kecemasan berkurang
Intervensi
1. Dorong keluarga klien untuk membicarakan kecemasan dan berikan umpan balik
tentang mekanisme koping yang tepat.
1. Tekankan bahwa kecemasan adalah masalah yang umum terjadi pada orang tua klien
yang anaknya mengalami masalah yang sama.
Rasional : Membantu menurunkan stres dengan mengetahui bahwa klien bukan satu-satunya
orang yang mengalami masalah yang demikian.
1. Ciptakan lingkungan yang tenang, tunjukkan sikap ramah tamah dan tulus dalam
membantu klien.
Rasional : Mengurangi rangsang eksternal yang dapat memicu peningkatan kecamasan.
Tujuan
Intervensi
Rasional : Efektivitas pembelajaran dipengaruhi oleh kesiapan fisik dan mental serta latar
belakang pengetahuan sebelumnya.
Rasional : Pemahaman tentang masalah ini penting untuk meningkatkan partisipasi keluarga
klien dan keluarga dalam proses perawatan klien.
1. Jelaskan tentang tujuan pemberian obat, dosis, frekuensi dan cara pemberian serta
efek samping yang mungkin timbul.
Ruangan :
1. BIODATA
2. Identitas Klien
Nama : An. A
Agama : Islam
Alamat : t____
1.
1. Ibu
Nama : NY. A
Usia : 25 tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan :IRT
Agama : Islam
Alamat : T______
1. Ayah
Nama : Tn.K
Usia : 28 tahun
Pendidikan : S1
Agama : Islam
Alamat : Tamalate VI
1. KELUHAN UTAMA
2. Keluhan utama
Klien masuk di RS dengan keluhan muntah kurang dari 10 kali sejak 1 hari sebelum masuk
rs serta BAB kurang dari 4 kali dengan konsistensi encer sejak 3 hari sebelum masuk RS
1. RIWAYAT KESEHATAN
2. Riwayat kesehatan sekarang
Genogram
2thn
Keterangan :
: perempuan : pasien
: laki-laki : meninggal
: garis keturunan
GII : –
1. Pertumbuhan fisik
1. Berat bdan saat lahir : 2.500 gr
2. Tinggi badan : 48 cm
3. Waktu tumbuh gigi : 7 bulan
4. Perkembangan tiap tahap
1. Berguling : 3 bulan
2. Duduk : 4 bulan
3. Merangkak : lupa
4. Berdiri : 8 bulan
5. Senyum kepada orang lain pertama kali : lupa
6. Bicara pertama kali : 12 bulan
7. Berpakaian tanpa bantuan : 9 bulan
1. Pemberian ASI
1. Pertama kali disusui sejak 2 hari lahir karena asi ibu belum ada
2. Lama pemberian : 1 tahun 8 bulan
3. Pemberian susu formula
1. Alasan pemberian : asi ibu belum keluar
2. Jumlah pemberian : 4 gelas sehari
3. Cara pemberian dengan sendok
4. Pemberian makanan tambahan
1. Pertama kali diberikan , pada usia 6 bulan
2. Jenis : bubur, biskuit
5. Perubahan nutrisi tiap tahap usia sampai saat ini
1. RIWAYAT PSIKOLOGI
2. Lingkungan rumah berada dikota
3. Tidak ada tetangga yang berbahaya
4. Hubungan dengan anggota keluarga harmonis
5. Anak diasuh oleh orang tua
1. RIWAYAT SPIRITUAL
2. Hubungan dengan keluarga harmonis
3. Kegiatan keagamaan diselenggarakan dirumah dan dimesjid
1. REAKSI HOSPITALISASI
2. Pemahaman keluarga tentang sakit dan rawat inap
1. Ibu membawah anaknya ke RS karena demam
2. Ibu mengatakan bahwa anaknya selalu menangis
3. Orang tua selalu mengunjungi anaknya di RS
4. Yang tinggal bersama anak adalah ayah, ibu,dan nenek
5. Pemahaman anak tentang sakit dan rawat inap
1. Anak belum mengerti bahwa ia dibawah dirumah sakit karena sakit
2. Klien belum mengerti apa yang menyebabkan dia sakit
3. AKTIVITAS SEHARI-HARI
1. Nutrisi
1. Cairan
1. Eliminasi (BAB/BAK)
1. Istirahat tidur
1. Olah raga
1. Frekuensi Shampoo+air
2. Cara
1. Rekreasi
1. PEMERIKSAAN FISIK
2. Keadaan umum klien
Lemah
1. Tanda-tanda vital
1. Suhu : 36,5
2. Nadi : 128x/ i
3. Respirasi : 38 x/i
4. Tekanan darah : 90/60 mmhg
5. Antropometri
1. Tinggi badan :
2. Berat badan : 9 kg
3. Lingkar lengan atas :
4. Lingkar kepala :
5. Lingkar dada :
6. Lingkar perut :
7. System pernafasan
1. Hidung
1. Inspeksi
1. Palpasi
1. Leher
1. Inspeksi
1. Palpasi
1. Dada
1. Inspeksi
1. Palpasi
1. Auskultasi
1. Perkusi
1. System kardiovaskuler
1. Konjungtiva tampak pucat
2. Suara jantung I/II murni regular
1. System pencernaan
1. Skelera tidak ikterus
2. Mulut : tidak stomatitis,
3. Nyeri tekan pada abdomen kuadran kiri atas
4. Jumlah gigi
212 212
212 212
1. System indra
1. Mata
1. Inspeksi
1. Palpasi
1. Hidung
1. Penciuman baik
2. Tampak adanya secret
3. Tidak ada nyeri tekan dan tidak teraba massa
4. Telinga
1. Inspeksi
1. Palpasi
Tidak ada nyeri tekan
Tidak terdapat massa
1. System saraf
1. Fungsi cerebral
1. Status mental :
2. Kesadaran : compos mentis dgn GCS 15 ( E4 M6 V5)
3. Fungsi cranial
1. Nervus I (olfaktorius ) : klien dapat membedakan bau
2. Nervus II (optikus ) : lapang pandang baik
3. Nervus III( okulomotorius )
1. Nervus IV (troclearis )
1. Nervus V ( trigeminus)
Sensorik
Motorik
Klien dapat tersenyum, menutup mata dengan rapat, mengangkat kedua alis dan
mampu mengembangkan pipinya
1. Nervus VI ( abdusen)
Sensorik
Motorik
Klien dapat tersenyum, menutup mata dengan rapat, mengangkat kedua alis,
mengembangkan pipinya.
1. Nervus IX ( glosofaringeus )
Klien dapat merasakan fungsi pengecapan pada 1/3 posterior lidah
1. Nervus X ( vagus )
1. Nervus XI ( aksesorius )
1. Fungsi motorik
Keterangan :
5 : normal
Tonus otot
3 3
3 3
1. Fungsi sensorik
1. Fungsi cerebellum
1. Reflex
1. Bisep ka/ki : +/+ (normal )
2. Trisep ka/ki : +/+ ( normal)
3. Patella ka/ki :+/+ (normal )
1. System musculoskeletal
1. Inspeksi
1. Palpasi
1. System integument
1. Warna rambut hitam merata
2. Warna kulit sawo matang
3. Turgor kulit kering
4. Suhu 37
5. System endokrin
1. Eksresi urine tidak berlebih
2. Tidak ada bekas air seni dikelilingi semut
3. System perkemihan
1. Tidak Nampak udeme palpebral
2. Tidak teraba distensi kandung kemih
3. System imun
1. Tidak ada riwayat alergi
2. Penyakit yang berhubungan dengan cuaca adalah flu
3. Pemeriksaan nyeri
1. Ibu klien mengatakan bahwa anaknya merasa
nyeri pada perut timbul sejak 3 hari sebelum
masuk RS
2. Lama nyeri : hilang timbul
3. Pencetus yang memperburuk nyeri : pada saat
beraktivitas
4. Anak Nampak menangis
5. Intensitas nyeri : sedang
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1. TEST DIAGNOSTIK
2. Darah rutin
3. Feses rutin
4. GDS
5. Eletrolit
1. PENGOBATAN
2. Zimpit syrup 1×1
3. Probit sachet 2×1
4. Elkana syrup 2×1
KLASIFIKASI DATA
DATA SUBJEKTIF:
DATA OBJEKTIF :
BB 9 kg
TTV
N :128 x/i
P : 38 x/i
S :36,5
ANALISA DATA
BB: 9 kg
Makanan tidak dihabiskan
TTV
N :128 x/i
P : 38 x/i
S :36,5
1. DS : Reaksi peradangan pada Nyeri
usus
Ibu klien mengatakan bahwa
anaknya merasa nyeri pada Kerusakan mukosa usus
perut
Merangsang reseptor
DO : nyeri
N :128 x/i
P : 38 x/i
S :36,5
1. Analgetik sebagai
agen anti nyeri dan
antikolinergik
untuk menurunkan
spasme traktus GI
dapat diberikan
sesuai indikasi
klinis.