Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Era globalisasi merupakan perubahan global yang melanda seluruh dunia.


Dampak yang terjadi sangatlah besar terhadap berbagai aspek kehidupan manusia
di semua lapisan masyarakat. Baik di bidang ekonomi, sosial, politik, teknologi,
lingkungan, budaya, dan sebagainya. Hal ini disebabkan adanya kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang akan mengubah pola perilaku konsumsi
masyarakat. Globalisasi merupakan sebuah konsep kebudayaan yang menjadi
wacana sentral dalam disiplin ilmu-ilmu sosial saat ini. Globalisasi adalah proses
kebudayaan yang ditandai dengan adanya kecenderungan wilayah-wilayah di
dunia, baik geografis maupun fisik, menjadi seragam dalam format sosial, budaya,
ekonomi, dan politik. Dalam kehidupan sosial proses global telah menciptakan
egalitarianisme, di bidang budaya memicu munculnya “internationalization of
culture”, di bidang ekonomi menciptakan saling ketergantungan dalam proses
produksi dan pemasaran, dan di bidang politik menciptakan “liberalisasi” (Heru
Nugroho, 2001: 4).

Globalisasi sering diperbincangkan oleh banyak orang, dalam Globalisasi


tersebut mengandung suatu pengertian akan satu situasi dimana berbagai
pergerakan barang dan jasa antar negara diseluruh dunia dapat bergerak bebas dan
terbuka dalam perdagangan. Dengan terbukanya satu negara terhadap negara lain,
yang masuk bukan hanya barang dan jasa, tetapi juga teknologi, pola konsumsi,
pendidikan, nilai budaya dan lain-lain. Globalisasi adalah proses dimana berbagai
peristiwa, keputusan dan kegiatan di belahan dunia yang satu dapat membawa
konsekuensi penting bagi berbagai individu dan masyarakat di belahan dunia yang
lain.(A.G.Mc.Grew, 1992).

Berbicara mengenai Libralisasi, Menurut Chacholiades (1978) partisipasi


dalam perdagangan internasional bersifat bebas sehingga keikutsertaan suatu
negara tersebut dilakukan secara sukarela. Dari sisi internal, keputusan suatu negara

1
melakukan perdagangan internasional merupakan pilihan sehingga perdangangan
seharusnya memberikan keuntungan pada kedua belah pihak. Hal ini didasarkan
pada argumen bahwa perdagangan akan memberikan manfaat pada negara pelaku
dan akan meningkatkan kesejahteraan yang lebih besar dibandingkan tidak ada
perdagangan (Kindleberger dan Lindert, 1978). Dengan kata lain, perdagangan
akan meningkatkan efisiensi ekonomi sekaligus memberikan keuntungan akibat
perbedaan harga relatif dan spesialisasi dalam berproduksi. Secara teoritis,
penghapusan berbagai bentuk intervensi dan hambatan menjadikan penerapan
liberalisasi perdagangan akan mendorong peningkatan volume perdagangan lebih
besar sehingga nilai tambah yang diciptakan juga makin besar. Kondisi tersebut
selanjutnya diperkirakan akan memacu pertumbuhan ekonomi dunia.

Liberalisasi akan menguntungkan bagi negara yang sedang berkembang dan


penduduk miskin karena ekspor produk yang bersifat padat karya akan meningkat.
Selain itu, liberalisasi yang menuntut peningkatan daya saing produk akan
mendorong peningkatan nilai tambah melalui pembangunan industri-industri
manufaktur pengolahan hasil pertanian.

1.2. Rumusan Masalah

1. Apakah hakekat dari globalisasi?


2. Apa dampak positif dan negatif dari globalisasi bagi Indonesia?
3. Bagaimana strategi Indonesia dalam menghadapi globalisasi dalam
bidang ideologu, politik, ekonomi, sosial, budaya, dan teknologi?

1.3. Tujuan

1. Mengetahui hakekat dari globalisasi.


2. Mengetahui dampak positif dan negatif dari globalisasi bagi
Indonesia.
3. Mengetahui strategi Indonesia dalam menghadapi globalisasi dalam
bidang ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, dan teknologi.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Hakekat Globalisasi

2.1.1. Pengertian Globalisasi

Menurut asal katanya, kata “globalisasi” diambil dari kata global, yang
maknanya ialah universal. Achmad Suparman menyatakan globalisasi adalah suatu
proses menjadikan sesuatu (benda atau perilaku) sebagai ciri dari setiap individu di
dunia ini tanpa dibatasi oleh wilayah. Globalisasi belum memiliki definisi yang
mapan, kecuali sekedar definisi kerja (working definition), sehingga bergantung
dari sisi mana orang melihatnya. Ada yang memandangnya sebagai suatu proses
sosial, atau proses sejarah, atau proses alamiah yang akan membawa seluruh bangsa
dan negara di dunia makin terikat satu sama lain, mewujudkan satu tatanan
kehidupan baru atau kesatuan ko-eksistensi dengan menyingkirkan batas-batas
geografis, ekonomi dan budaya masyarakat.

Di sisi lain, ada yang melihat globalisasi sebagai sebuah proyek yang
diusung oleh negara-negara adikuasa, sehingga bisa saja orang memiliki pandangan
negatif atau curiga terhadapnya. Dari sudut pandang ini, globalisasi tidak lain
adalah kapitalisme dalam bentuk yang paling mutakhir. Negara-negara yang kuat
dan kaya praktis akan mengendalikan ekonomi dunia dan negara-negara kecil
makin tidak berdaya karena tidak mampu bersaing. Sebab, globalisasi cenderung
berpengaruh besar terhadap perekonomian dunia, bahkan berpengaruh terhadap
bidang-bidang lain seperti budaya dan agama. Theodore Levitte merupakan orang
yang pertama kali menggunakan istilah Globalisasi pada tahun 1985.

Scholte melihat bahwa ada beberapa definisi yang dimaksudkan orang dengan
globalisasi:

Internasionalisasi: Globalisasi diartikan sebagai meningkatnya hubungan


internasional. Dalam hal ini masing-masing negara tetap mempertahankan

3
identitasnya masing-masing, namun menjadi semakin tergantung satu sama
lain.
Liberalisasi: Globalisasi juga diartikan dengan semakin diturunkankan
batas antar negara, misalnya hambatan tarif ekspor impor, lalu lintas devisa,
maupun migrasi.
Universalisasi: Globalisasi juga digambarkan sebagai semakin tersebarnya
hal material maupun imaterial ke seluruh dunia. Pengalaman di satu
lokalitas dapat menjadi pengalaman seluruh dunia.
Westernisasi: Westernisasi adalah salah satu bentuk dari universalisasi
dengan semakin menyebarnya pikiran dan budaya dari barat sehingga
mengglobal.
Hubungan transplanetari dan suprateritorialitas: Arti kelima ini berbeda
dengan keempat definisi di atas. Pada empat definisi pertama, masing-
masing negara masih mempertahankan status ontologinya. Pada pengertian
yang kelima, dunia global memiliki status ontologi sendiri, bukan sekadar
gabungan negara-negara.

2.1.2. Ciri-Ciri Globalisasi

Berikut ini beberapa ciri yang menandakan semakin berkembangnya


fenomena globalisasi di dunia:

Perubahan dalam konstantin ruang dan waktu. Perkembangan barang-


barang seperti telepon genggam, televisi satelit, dan internet menunjukkan
bahwa komunikasi global terjadi demikian cepatnya, sementara melalui
pergerakan massa semacam turisme memungkinkan kita merasakan banyak
hal dari budaya yang berbeda.
Pasar dan produksi ekonomi di negara-negara yang berbeda menjadi saling
bergantung sebagai akibat dari pertumbuhan perdagangan internasional,
peningkatan pengaruh perusahaan multinasional, dan dominasi organisasi
semacam World Trade Organization (WTO).

4
Peningkatan interaksi kultural melalui perkembangan media massa
(terutama televisi, film, musik, dan transmisi berita dan olah raga
internasional). Saat ini, kita dapat mengonsumsi dan mengalami gagasan
dan pengalaman baru mengenai hal-hal yang melintasi beraneka ragam
budaya, misalnya dalam bidang fashion, literatur, dan makanan.
Meningkatnya masalah bersama, misalnya pada bidang lingkungan hidup,
krisis multinasional, inflasi regional dan lain-lain.

Kennedy dan Cohen menyimpulkan bahwa transformasi ini telah membawa


kita pada globalisme, sebuah kesadaran dan pemahaman baru bahwa dunia adalah
satu. Giddens menegaskan bahwa kebanyakan dari kita sadar bahwa sebenarnya
diri kita turut ambil bagian dalam sebuah dunia yang harus berubah tanpa terkendali
yang ditandai dengan selera dan rasa ketertarikan akan hal sama, perubahan dan
ketidakpastian, serta kenyataan yang mungkin terjadi. Sejalan dengan itu, Peter
Drucker menyebutkan globalisasi sebagai zaman transformasi sosial.

Globalisasi sebagai sebuah gejala tersebarnya nilai-nilai dan budaya tertentu


keseluruh dunia (sehingga menjadi budaya dunia atau world culture) telah terlihat
semenjak lama. Cikal bakal dari persebaran budaya dunia ini dapat ditelusuri dari
perjalanan para penjelajah Eropa Barat ke berbagai tempat di dunia ini (Lucian W.
Pye, 1966).

Namun, perkembangan globalisasi kebudayaan secara intensif terjadi pada


awal ke-20 dengan berkembangnya teknologi komunikasi. Kontak melalui media
menggantikan kontak fisik sebagai sarana utama komunikasi antarbangsa.
Perubahan tersebut menjadikan komunikasi antarbangsa lebih mudah dilakukan,
hal ini menyebabkan semakin cepatnya perkembangan globalisasi kebudayaan.

2.1.3. Proses Terjadinya Globalisasi

Globalisasi digambarkan sebagai semua proses yang merujuk kepada


penyatuan seluruh warga dunia menjadi sebuah kelompok masyarakat global.
Merupakan sesuatu yang sangat ideal apabila penyatuan warga dunia menjadi
sebuah kelompok masyarakat global tersebut dapat tercapai. Namun globalisasi

5
pada kenyataannya merupakan penyatuan yang bersifat semu, karena nilai-nilai
sosial, ekonomi dan budaya didominasi oleh nilai-nilai yang sebenarnya asing bagi
mayoritas warga dunia. Persoalan lain yang cukup mendasar apakah globalisasi
dimungkinkan, jika secara psikologis mayoritas warga dunia terkucil dari pergaulan
internasional dan keterlibatan mereka hanya sebatas menjadi obyek dan bukan
sebagai subyek.

Proses globalisasi muncul karena adanya perkembangan ilmu pengetahuan,


teknologi, dan komunikasi ditandai dengan adanya teknologi satelit, telepon dan
internet. sedangkan perkembangan transportasi ditandai dengan adanya alat
transportasi modern. Hasil proses komunikasi antar manusia semakin dekat, waktu
yang ditempuh semakin sigkat dan mudah bergerak dari satu tempat ke tempat lain.
Oleh karena itu, globalisasi membuat dunia seolah tanpa batas penghalang. Wujud
dari arus globalisasi adalah sebagai berikut:

1. Arus etnis berupa mobilitas manusia dalam bentuk imigran, turis, eksodus,
pengungsi, dan lain lain.

2. Arus teknologi berupa mobilitas teknologi, munculnya organisasi multinasional


dan organisasi transnasional.

3. Arus keungan berupa mobilitas penanaman modal asing, investasi, ekspor, dan
impor.

4. Arus gagasan atau pendapat berupa meningkatkannya nilai baru dalam dunia
sehingga menjadi isu internasional.

2.2. Dampak dari Globalisasi

Seperti yang diketahui bahwa globalisasi adalah proses komplek yang


digerakan oleh berbagai pengaruh sehingga mengubah kehidupan sehari-hari
terutama dinegara berkembang, dan pada saat yang sama ia menciptakan system-
system dan kekuatan trans nasional baru. Arus globalisasi yang melanda seluruh
dunia mempunyai dampak bagi bidang sosial budaya suatu bangsa. Pada awalnya,
globalisasi hanya dirasakan di kota-kota besar di Indonesia. Namun dengan adanya

6
kemajuan teknologi, komunikasi, informasi, dan transportasi globalisasi juga telah
menyebar ke seluruh penjuru tanah air. Arus globalisasi yang penyebarannya sangat
luas dan cepat tersebut membawa dampak positif dan negatif. Dampak positif
globalisasi, antara lain sebagai berikut.

2.2.1. Dampak Positif dari Globalisasi bagi Indonesia

1. Meningkatkan etos kerja yang tinggi, suka bekerja keras, disiplin,


mempunyai jiwa kemandirian, rasional, sportif, dan lain sebagainya.
2. Kemajuan teknologi menyebabkan kehidupan sosial ekonomi lebih
produktif, efektif, dan efisien sehingga membuat produksi dalam negeri
mampu bersaing di pasar internasional.
3. Tingkat Kehidupan yang lebih Baik.
4. Dapat memperoleh lebih banyak modal dan teknologi yang lebih baik.
5. Meluaskan pasar untuk produk dalam negeri.
6. Kemajuan di bidang teknologi, komunikasi, informasi, dan transportasi
yang memudahkan kehidupan manusia.
7. Cepat dalam bepergian (mobilitas tinggi).
8. Mudah memperoleh informasi dan ilmu pengetahuan.
9. Berkembangnya turisme dan pariwisata.
10. Meningkatkan pembangunan negara.

2.2.2. Dampak Negatif Globalisasi bagi Indonesia

1. Semakin mudahnya nilai-nilai barat masuk ke Indonesia baik melalui


internet, media televisi, maupun media cetak yang banyak ditiru oleh
masyarakat.
2. Semakin lunturnya semangat gotong-royong, solidaritas, kepedulian, dan
kesetiakawanan sosial sehingga dalam keadaan tertentu/ darurat, misalnya
sakit,kecelakaan, atau musibah hanya ditangani oleh segelintir orang.
3. Maraknya penyelundupan barang ke Indonesia.
4. Perusahaan dalam negeri lebih tertarik bermitra dengan perusahaan dari
luar, Akibatnya kondisi industri dalam negeri sulit berkembang.
5. Terjadi kerusakan lingkungan dan polusi limbah industri.

7
6. Menghambat pertumbuhan sektor industri.
7. Terjadinya sikap mementingkan diri sendiri (individualisme)
8. Adanya sikap sekularisme yang lebih mementingkan kehidupan duniawi
dan mengabaikan nilai-nilai agama.
9. Timbulnya sikap bergaya hidup mewah dan boros karena status seseorang
di dalam masyarakat diukur berdasarkan kekayaannya.
10. Mudah terpengaruh oleh hal yang tidak sesuai dengan kebiasaan atau
kebudayaan suatu negara.

2.3. Strategi Indonesia dalam Menghadapi Globalisasi

Arus globalisasi telah menyebabkan negara-negara di dunia menyatu dalam


sebuah global village sehingga terjadi suatu homogenisasi budaya yang
mengabaikan identitas parsial bangsa-bangsa (Media Indonesia Online, 2007).
Globalisasi juga telah menyebabkan masyarakat dunia masuk ke dalam kehidupan
dengan arus informasi dan perubahan yang super cepat. Akhirnya untuk dapat
beradaptasi dengan perubahan yang super cepat tersebut, tiap bangsa dituntut
memiliki sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. Globalisasi akan
berdampak negatif pada suatu bangsa apabila tidak memiliki SDM yang
berkualitas. Disinilah letak kelemahan bangsa Indonesia dalam menghadapi
globalisasi. Kita harus mengakui bahwa SDM bangsa Indonesia masih sangat
rendah dibandingkan negara-negara lainnya.

Memang tidak dapat dipungkiri bahwa globalisasi telah menghasilkan


banyak perubahan positif dalam berbagai bidang kehidupan bangsa Indonesia, yang
tentunya akan bermanfaat bagi masyarakat Indonesia, yaitu antara lain kemajuan
dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek), pertumbuhan ekonomi,
peningkatan kecanggihan sarana komunikasi dan sebagainya. Akan tetapi kita juga
harus berani melihat dari sudut pandang lain dan mengakui secara jujur bahwa
globalisasi juga telah menimbulkan berbagai dampak negatif yang pada akhirnya
akan merugikan bangsa Indonesia sendiri. Berikut akan dibahas beberapa strategi
Indonesia menghadapi globalisasi yang akan dikelompokkan kedalam beberapa
aspek.

8
2.3.1. Strategi Indonesia Menghadapi Globalisasi dalam Bidang Ideologi

Pancasila sebagai dasar negara Indonesia yang sudah ditentukan oleh para
pendiri negara ini haruslah menjadi sebuah acuan dalam menjalankan kehidupan
berbangsa dan bernegara, berbagai tantangan dalam menjalankan ideologi
pancasila juga tidak mampu untuk menggantikankan pancasila sebagai ideologi
bangsa Indonesia, pancasila terus dipertahankan oleh segenap bangsa Indonesia
sebagai dasar negara, itu membuktikan bahwa pancasila merupakan ideologi yang
sejati untuk bangsa Indonesia. Oleh karena itu tantangan di era globalisasi yang bisa
mengancam eksistensi kepribadian bangsa, dan kini mau tak mau, suka tak suka
bangsa Indonesia berada di pusaran arus globalisasi dunia. Tetapi harus diingat
bahwa bangsa dan negara Indonesia tak mesti kehilangan jati diri, kendati hidup
ditengah-tengah pergaulan dunia. Rakyat yang tumbuh di atas kepribadian bangsa
asing mungkin saja mendatangkan kemajuan, tetapi kemajuan tersebut akan
membuat rakyat tersebut menjadi asing dengan dirinya sendiri. Mereka kehilangan
jati diri yang sebenarnya sudah jelas tergambar dari nilai-nilai luhur pancasila.
Dalam arus globalisasi saat ini dimana tidak ada lagi batasan-batasan yang jelas
antar setiap bangsa Indonesia, rakyat dan bangsa Indonesia harus membuka diri.

Strategi di bidang ideologi ditujukan untuk mengatasi segala ancaman,


tantangan, hambatan, serta gangguan yang akan membahayakan kelangsungan
kehidupan Pancasila sebagai dasar filsafat bangsa dan negara. Strategi di bidang
ideologi menurut Noor Ms. Bakry (2009:363) dirumuskan sebagai kondisi mental
bangsa Indonesia yang berlandaskan ke yakinan kebenaran ideologi Pancasila yang
mengandung kemampuan untuk menggalang dan memelihara persatuan dan
kesatuan nasional dan kemampuan untuk menangkal penetrasi ideologi asing serta
nilainilai yang tidak sesuai dengan kepribadian bangsa. Pancasila sebagai dasar
negara, merupakan pandangan hidup bangsa yang tidak dapat dipisahkan dari
kehidupan bangsa Indonesia, sekaligus merupakan ideologi Bangsa Indonesia
karena dapat mengarahkan Bangsa Indonesia dalam bernegara.

Upaya menghadapi atau menangkal ancaman yang berdimensi Ideologi


adalah dengan kebijakan dan langkah-langkah politik yang tepat dan intensif untuk
mencegah meluasnya pengaruh ideologi lain terhadap ideologi Pancasila. Konsep

9
penanganannya ditempatkan dalam kerangka upaya bela negara. Strategi
menghadapi ancaman ini dihadapi dengan konsep pertahanan berlapis berikut:

1. Lapisan terdepan dalam konsep penanganannya terdiri atas unsur-unsur


pertahanan nirmiliter, yakni kementerian atau lembaga pemerintah
nonkementerian yang membidangi ideologi.
2. Kementerian serta unsur pemerintahan yang membidangi politik dalam
negeri mengerahkan seluruh kekuatan politik serta instrumen pemerintahan
dalam negeri mulai dari tingkat pusat sampai dengan tingkat daerah guna
menghadapi ancaman berdimensi ideologi, sementara kementerian serta
unsur pemerintahan yang membidangi politik luar negeri mengerahkan
jajarannya yang tersebar di setiap negara untuk penguatan langkah serta
upaya diplomasi dalam menangkal usaha-usaha pihak lain yang mengancam
ideologi Pancasila.
3. Unsur pemerintah yang membidangi informasi mendinamisasikan kekuatan
nasional di bidang informasi untuk melakukan “operasi informasi
imbangan” sehingga masyarakat mendapatkan informasi yang dapat
menangkal berbagai pengaruh asing yang dapat memecah belah persatuan
dan kesatuan bangsa.
4. Unsur pemerintah yang membidangi pendidikan melaksanakan proses
pembelajaran dan kesadaran akan ideologi Pancasila secara bertingkat dan
berlanjut kepada para siswa dan mahasiswa di semua tingkat dan jenjang
pendidikan, salah satunya melalui proses pembelajaran Pendidikan
Pancasila dan Pendidikan Kewarganegaraan.
5. Unsur pemerintah yang membidangi agama memberdayakan para
pemimpin agama untuk menjadi mitra pemerintah dalam menyinergikan
strategi untuk membentengi masyarakat dari ancaman penetrasi ideologi
asing yang membahayakan serta merusak harmonisasi kehidupan
kebangsaan serta membahayakan keamanan negara.
6. Peran lapis pertahanan militer dalam hal ini dilaksanakan melalui program
pelaksanaan bakti TNI yang secara intensif sesuai dengan wilayah kerja unit
TNI. Titik berat pelaksanaannya adalah dengan peningkatan komunikasi
sosial TNI yang diselenggarakan dalam format meningkatkan kesadaran

10
bela negara, dengan memanfaatkan program bela negara di lingkungan
pekerjaan, pendidikan dan perumahan dalam rangka revitalisasi Pancasila
(Buku Putih Pertahanan Indonesia Tahun 2008: 81-83).

2.3.2. Strategi Indonesia Menghadapi Globalisasi dalam Bidang Politik

Dalam menghadapi ancaman yang berdimensi politik, strategi pertahanan


di bidang politik ditentukan oleh kemampuan sistem politik dalam menanggulangi
segala bentuk ancaman yang ditujukan kepada kehidupan politik bangsa Indonesia.
Menurut Noor Ms Bakry (2009:366), strategi di bidang politik terwujud dengan
adanya kehidupan politik bangsa yang berlandaskan demokrasi Pancasila yang
telah mampu memelihara stabilitas politik yang sehat dan dinamis serta mampu
Melaksanakan politik luar negeri yang bebas aktif.

Adapun, langkah-langkah yang ditempuh untuk melaksanakan strategi


dalam menghadapi ancaman berdimensi politik dilakukan melalui dua pendekatan
berikut:

1. Pendekatan ke dalam

Yaitu pembangunan dan penataan sistem politik dalam negeri yang


sehat dan dinamis dalam kerangka negara demokrasi yang menghargai
kebhinnekaan atau kemajemukan bangsa Indonesia. Hasil yang diharapkan
adalah terciptanya stabilitas politik dalam negeri yang dinamis serta
memberikan efek penangkal yang tinggi. Penataan ke dalam diwujudkan
melalui pembangunan dan penataan sistem politik dalam negeri yang
dikemas ke dalam penguatan tiga pilar berikut.

Penguatan penyelenggaraan pemerintahan negara yang sah, efektif,


bersih, berwibawa, bebas KKN (korupsi, kolusi, nepotisme) dan
bertanggung jawab yang berkemampuan mewujudkan tujuan
pembentukan pemerintah negara, seperti tercantum dalam
Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945.

11
Penguatan lembaga legislatif sehingga menjadi lembaga yang
berkualitas dan profesional pada bidangnya. Lembaga legislatif
yang mampu bekerja sama dengan pemerintah dalam memproses
dan melahirkan produk-produk legislasi (berupa peraturan
perundang-undangan) bagi kepentingan pembangunan nasional.
Lembaga legislatif yang melaksanakan fungsi kontrol secara efektif
terhadap penyelenggaraan pemerintahan dalam kerangka
kepentingan bangsa dan negara bukan atas kepentingan golongan
atau pribadi, serta berdasarkan kaidah dan etika bernegara dalam
negara demokrasi.
Penguatan kekuatan politik nasional baik partai politik maupun
organisasi masyarakat sebagai alat untuk memberdayakan
masyarakat sebagai subjek politik dan pembangunan nasional.
Kekuatan politik berkewajiban mewujudkan dan meningkatkan
perannya dalam pendidikan politik bagi warga negara, terutama
konstituennya sehingga menjadi warga negara yang sadar hukum
yang memahami kewajiban dan hak sebagai warga negara. (Buku
Putih Pertahanan Indonesia Tahun 2008: 85)
2. Pendekatan ke luar

Pendekatan keluar diarahkan untuk mendinamisasikan strategi dan


upaya diplomatik melalui peningkatan peran instrumen politik luar negeri
dalam membangun kerja sama dan saling percaya dengan negara-negara
lain sebagai kondisi untuk mencegah atau mengurangi potensi konflik
antarnegara, yang dimulai dari tataran internal, regional, supraregional,
hingga global. Pendekatan keluar diwujudkan dengan cara berikut:

Pada lingkup internal, yaitu melalui penciptaan, pembangunan, dan


peningkatan kondisi dalam negeri yang semakin mantap dan stabil,
yang dibarengi dengan upaya-upaya peningkatan dan perbaikan
pertumbuhan ekonomi yang sehat dan kuat serta penguatan dan
peningkatan kehidupan sosial kemasyarakatan.

12
Pada lingkup regional, politik dan diplomasi Indonesia diarahkan
untuk selalu aktif dan berperan dalam membangun dan
meningkatkan kerja sama dengan negara lain dalam kerangka
prinsip saling percaya, saling menghargai, dan tidak saling
mengintervensi urusan dalam negeri.
Pada lingkup supraregional, politik luar negeri dikembangkan untuk
berperan dalam penguatan ASEAN plus Enam yang terdiri atas 10
negara anggota bersama-sama dengan Cina, Jepang, Korea Selatan,
India, Australia, dan Selandia Baru, melalui hubungan bilateral yang
harmonis dan terpelihara serta diwujudkan dalam kerja sama yang
lebih konkret. Dalam kerangka penguatan ASEAN plus Enam
tersebut, kinerja politik luar negeri Indonesia harus mampu
membangun hubungan dan kerja sama yang memberikan jaminan
atas kedaulatan dan keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia, tidak adanya intervensi, terutama jaminan tidak adanya
agresi terhadap wilayah kedaulatan Indonesia.
Pada lingkup global, politik luar negeri harus memainkan perannya
secara maksimal dalam memperjuangkan kepentingan nasional
melalui keberadaan Indonesia sebagai anggota PBB, Gerakan Non-
Blok, Organisasi Konferensi Islam (OKI) dan Forum Regional
ASEAN (ARF). Peran diplomasi harus mampu mengidentifikasi
potensi-potensi ancaman berdimensi politik yang mengancam
kedaulatan dan kepentingan nasional Indonesia serta melakukan
langkah-langkah pencegahan. Lapis pertahanan militer dalam
menghadapi ancaman politik yang membahayakan kedaulatan,
keutuhan wilayah NKRI, mengembangkan strategi pertahanan
militer dalam konteks memperkuat usaha-usaha diplomasi yang
dilakukan unsur pertahanan nir-militer. Implementasi upaya
pertahanan militer dalam konteks menghadapi ancaman berdimensi
politik (Buku Putih Pertahanan Indonesia Tahun 2008: 86).

13
2.3.3. Strategi Indonesia Menghadapi Globalisasi dalam Bidang Ekonomi

Pembangunan di bidang ekonomi ditujukan untuk menciptakan kehidupan


perekonomian bangsa Indonesia yang berlandaskan demokrasi ekonomi yang
mampu memelihara stabilitas ekonomi yang sehat dan dinamis serta mampu
menciptakan kemandirian ekonomi nasional berdaya saing yang tinggi (Noor Ms
Bakry, 2009:368). Kondisi tersebut dapat tercipta apabila negara kita mempunyai
strategi yang tepat untuk menghadapi berbagai macam ancaman di bidang ekonomi.

Dalam menghadapi ancaman berdimensi ekonomi, sistem dan upaya


pertahanan negara yang ditempuh adalah dengan membangun ketahanan di bidang
ekonomi melalui penataan sistem ekonomi nasional yang sehat dan berdaya saing.
Sasaran pembangunan bidang ekonomi adalah pertumbuhan ekonomi yang cukup
tinggi bagi perwujudan stabilitas ekonomi yang memberikan efek kesejahteraan dan
penangkalan yang efektif sekaligus mampu menjadi pemenang dalam era
globalisasi. Aspek ekonomi dalam kerangka pertahanan negara memiliki peran
vital. Ekonomi dengan pertumbuhan yang cukup tinggi akan memungkinkan
terselenggaranya pembangunan pertahanan yang efektif tantangan perekonomian
Indonesia ke depan dihadapkan dengan era komunitas bebas ASEAN 2015, dengan
produk-produk asing akan masuk secara bebas dan bersaing dengan produk dalam
negeri. Untuk menghadapi tantangan tersebut, diperlukan upaya akselerasi
pembangunan perekonomian nasional yang berdaya saing melalui pertumbuhan
ekonomi yang cukup tinggi.

Adapun strategi untuk menghadapi ancaman globalisasi di bidang ekonomi,


diantaranya:

a) Peningkatan Daya Saing Ekonomi

Untuk meningkatkan daya saing, industrialisasi harus dilakukan dalam


segala bidang, hanya dengan industrialisasi, penerapan teknologi produksi yang
lebih baik dapat dilakukan. Teknologi produksi adalah syarat utama untuk
meningkatkan produktivitas dan nilai tambah. Umumnya industrialisasi
dilakukan oleh pemodal besar dengan kekuatan pendanaan dan kemampuan

14
entrepreneurship yang mumpuni. Namun, menarik para pemodal besar untuk
berinvestasi di Indonesia jelas tidak mudah. Banyak faktor eksternal dan
internal yang harus dibenahi. Stabilitas politik, pungutan liar, penegakan
hukum, infrastruktur, dan lain-lain.

Mengundang investor asing harus terus dilakukan untuk menggali potensi


ekonomi yang belum tersentuh dan membuka lapangan pekerjaan. Harus diakui,
pemodal besar bisa mengubah warna ekonomi suatu daerah secara cepat dan
instan. Namun, penguatan ekonomi kerakyatan juga wajib dilakukan. Meskipun
tidak bisa membawa perubahan secara drastis, tapi penguatan perekonomian
bawah bisa meningkatkan ketahanan dan kemandirian ekonomi Indonesia.
Ekonomi rakyat umumnya bersifat padat karya. Dengan gelontoran dana yang
sama, lapangan kerja yang tercipta lebih besar daripada industri padat modal.
Penguatan dunia usaha rakyat juga akan meningkatkan daya beli yang akan
meningkatkan permintaan barang dan jasa. Permintaan ini jelas akan menjadi
pasar potensial bagi investor. Investor akan lebih bergairah untuk menanam
modal dan akan mendorong penciptaan lapangan kerja dan pertumbuhan
ekonomi yang lebih lanjut.

Namun, meningkatkan daya saing pada ekonomi rakyat jelas tidak mudah,
masalah terbesar dalam upaya peningkatan daya saing pada level rakyat adalah
minimnya akumulasi modal dan kurangnya pengetahuan. Berbeda dengan para
pemodal besar yang cukup dengan satu kibasan maka teknologi terbaru pun siap
digunakan, rakyat kecil dengan modal minim tentu kesulitan bersaing.
Kurangnya pemahaman tentang konsep konsep manajerial usaha juga bisa
menghambat pembentukan bisnis yang sehat. Dan yang tidak kalah penting,
pengetahuan mengenai penjualan dan pemasaran produk juga menjadi kendala.
Strategi terbaik yang dapat dilakukan adalah dengan upaya pemerintah untuk
mendorong pertumbuhan koperasi. Keberadaan koperasi dapat mempermudah
koordinasi para pemilik usaha dengan karakteristik yang homogen. Mereka bisa
menggabungkan modal untuk membeli peralatan yang diperlukan untuk
meningkatkan nilai tambah barang yang diproduksi, sesuatu yang sulit
dilakukan bila mereka bergerak sendiri-sendiri.

15
b) Peningkatan Laju Ekspor

Indonesia harus bekerja ekstra keras menjadi pelaku perdagangan. Produk-


produk yang dihasilkan perusahaan baik kategori besar atau Usaha Mikro, Kecil
dan Menengah (UMKM) harus mampu berdaya saing. Oleh sebab itu kualitas
produk dan jasa harus dinomorsatukan agar bisa diterima di pasar global. Hal
ini bukan masalah yang mudah buat Pemerintah dan pelaku industri. Menurut
laporan tahunan dari World Trade Organization (WTO), yang menyatakan
bahwa berdasarkan sumbangannya terhadap nilai total ekspor dunia, Indonesia
hingga saat ini tidak termasuk negara-negara eksportir penting untuk hampir
semua barang dan jasa yang diperdagangkan secara internasional. Dalam
perdagangan dunia, Indonesia bukan penentu harga, melainkan price taker.
Pemerintah Indonesia hanya bisa mempengaruhi harga dalam mata uang asing
dari produk-produk ekspor Indonesia lewat perubahan kurs rupiah (devaluasi
atau revaluasi).

Perlu adanya langkah cerdas dari kebijakan pemerintah yang memberikan


kesempatan yang seluas-luasnya kepada para pelaku industri, seperti beban
pajak yang tidak memberatkan, proses pengurusan usaha yang tidak
membutuhkan banyak “meja” (aturan berbelit), meniadakan aroma korupsi
birokrasi dalam pengurusan usaha. Masalah tersebut dimaksudkan untuk
menimbulkan gairah kepada masyarakat Indonesia agar ikut andil dalam
menciptakan ekonomi kreatif yang berdaya saing tinggi dan meningkatkan laju
ekspor. Dalam bidang jasa, peran pemerintah sangat penting seperti program
peningkatan kemampuan berbahasa asing agar tenaga kerja di Indonesia mampu
bersaing dengan tenaga kerja lokal di luar negeri. Pengurusan sertifikasi
keahlian pun jangan sampai memakan waktu lama (berbelit).

Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang bekerja di luar negeri harus


memaksimalkan kemampuannya dengan mengikuti berbagai seminar atau
pelatihan keterampilan agar wawasan semakin luas. Kita tidak ingin tenaga
kerja Indonesia yang bekerja di luar negeri menyandang stigma negatif, dalam
arti tidak mempunyai keahlian dan kecakapan dalam menghadapi arus
globalisasi. Saat ini, kemampuan tenaga kerja kita yang bekerja di luar negeri

16
masih di bawah Philipina. Sebagai contoh kasus di Singapura yang memberikan
gambaran bahwa Tenaga Kerja Asing (TKA) dari Philipina yang bekerja di
sektor informal lebih dihargai dibandingkan dengan tenaga kerja dari Indonesia.
Penyebabnya adalah masalah kemampuan berbahasa Inggris para tenaga kerja
Indonesia yang kurang mahir. Perlu adanya kerjasama Pemerintah dan
stakeholders lainnya secara konsisten dalam mengatasi kualitas produk kita agar
bisa berdaya saing.

Kontribusi Pemerintah untuk mewujudkan produk dalam negeri yang


berkualitas sangatlah menentukan. Dalam dunia perindustrian, masalah tentang
ketersedian modal yang cukup, teknologi informasi yang memadai, dan tenaga
kerja yang terampil di bidangnya serta diimbangi dengan keahlian pengusaha,
organisasi dan manajemem perusahaan, pemakaian teknologi maju dan input
lainnya akan memberikan andil yang besar dalam mencetak produk dalam
negeri bermutu tinggi. Disinilah kerja sama Pemerintah dan pengusaha sangat
dibutuhkan untuk menciptakanhasil produksi perusahaan yang bermutu.

c) Pemberdayaan UMKM

Belum kokohnya fundamental perekonomian Indonesia saat ini, mendorong


pemerintah untuk terus memberdayakan Usaha Mikro Kecil dan Menengah
(UMKM). Sektor ini mampu menyerap tenaga kerja cukup besar dan memberi
peluang bagi UMKM untuk berkembang dan bersaing dengan perusahaan yang
lebih cenderung menggunakan modal besar (capital intensive). Eksistensi
UMKM memang tidak dapat diragukan lagi karena terbukti mampu bertahan
dan menjadi roda penggerak ekonomi, terutama pasca krisis ekonomi. Disisi
lain, UMKM juga menghadapi banyak sekali permasalahan, yaitu terbatasnya
modal kerja, Sumber Daya Manusia yang rendah, dan minimnya penguasaan
ilmu pengetahuan serta teknologi (Sudaryanto dan Hanim, 2002). Kendala lain
yang dihadapi UMKM adalah keterkaitan dengan prospek usaha yang kurang
jelas serta perencanaan, visi dan misi yang belum mantap. Hal ini terjadi karena
umumnya UMKM bersifat income gathering yaitu menaikkan pendapatan,
dengan ciri-ciri sebagai berikut: merupakan usaha milik keluarga,
menggunakan teknologi yang masih relatif sederhana, kurang memiliki akses

17
permodalan (bankable), dan tidak ada pemisahan modal usaha dengan
kebutuhan pribadi.

Pemberdayaan UMKM di tengah arus globalisasi dan tingginya persaingan


membuat UMKM harus mampu mengadapai tantangan global, seperti
meningkatkan inovasi produk dan jasa, pengembangan sumber daya manusia
dan teknologi, serta perluasan area pemasaran. Hal ini perlu dilakukan untuk
menambah nilai jual UMKM itu sendiri, utamanya agar dapat bersaing dengan
produk-produk asing yang kian membanjiri sentra industri dan manufaktur di
Indonesia, mengingat UMKM adalah sektor ekonomi yang mampu menyerap
tenaga kerja terbesar di Indonesia (Sudaryanto, 2011).

UMKM hadir sebagai salah satu jalan keluar bagi Indonesia untuk bangkit
dari masa- masa krisis ekonomi. Selain itu, UMKM tumbuh dengan
berlandaskan ekonomi domestik, sementara itu pertumbuhan sektor ekonomi
Indonesia pun sebagian besar didorong oleh ekonomi domestik. Disinilah dapat
dilihat betapa kuatnya pengaruh UMKM di Indonesia, yang jumlahnya
sekarang masih terus bertambah. Melalui pasar bebas, UMKM justru tak perlu
khawatir akan tergerus oleh serbuan barang impor, karena dengan nilai- nilai
lokal yang diusungnya menjadi senjata utama menghadapi barang asing.

Nilai kelokalan inilah yang perlu diandalkan setiap UMKM di Indonesia.


Local is the new power. Kekuatan dalam ciri khas lokal setiap produk UMKM
ini yang akan membuatnya mampu bertahan dengan keunikannya tersebut.
Produk lokal, orang- orang lokal dan segmen pasar lokal. Ketiga hal ini saling
terkait satu dengan lainnya. Dengan mengusung nilai kelokalan ini bukan
mustahil jika kelak segmen pasar lokal UMKM akan menggaet perhatian pasar
global. Bukanlah tak mungkin jika keunikan ini membawa nama produk lokal
UMKM Indonesia bersaing dengan produk branded yang ada di pasar
internasional.

18
d) Perbaikan Infrastruktur

Pembangunan infrastruktur merupakan salah satu aspek penting dan vital


untuk mempercepat proses pembangunan nasional. Infrastruktur juga
memegang peranan penting sebagai salah satu roda penggerak pertumbuhan

ekonomi. Ini mengingat gerak laju dan pertumbuhan ekonomi suatu negara
tidak dapat dipisahkan dari ketersediaan infrastruktur seperti transportasi,
telekomunikasi, sanitasi, dan energi. Oleh karena itu, pembangunan sektor ini
menjadi fondasi dari pembangunan ekonomi selanjutnya. Tapi faktanya

bertahun-tahun saat ini perkembangan infrastruktur yang diharapkan selalu

berkembang lebih baik di Indonesia malah sangat mencemaskan, sebagai


contoh pergerakan barang hampir pada posisi terkunci karena kondisi
infrastruktur sangat parah dan sistem logistik yang sangat rapuh. Dengan
melihat informasi di berita dan berfikir sejenak ternyata pertumbuhan ekonomi
Indonesia 2 tahun terakhir naik sekitar 6 persen, bahkan menurut berita
Indonesia sebagai salah satu Negara terbaik yang mampu melewati masa-masa
krisis dunia. Akan tetapi tidak dibarengi dengan kenaikan kapasitas
infrastruktur, yang ada perkembangan infrastruktur menjadi minus karena
kerusakan infrastruktur yang sudah ada diperparah oleh alam yang tidak
bersahabat.
Kemampuan daya saing produk Indonesia menuntut ketersediannya
infrastruktur yang memadahi. Infrastruktur yang kurang maksimal akan
memperlambat gerak laju ekspor berbagai produk. Akibatnya kepercayaan
permintaan luar negeri terhadap produk kita mengalami penurunan. Bahkan
produk yang berdiam lama selama di perjalanan akan mengalami penyusutan
kualitas. Sama halnya dalam permintaan jasa, seperti tenaga kerja kita ke luar
negeri juga membutuhkan sarana infrastruktur yang memadai, agar permintaan
luar negeri terhadap tenaga kerja kita bisa sesuai jadwal.
Perlu disadari, bahwa infrastruktur di negeri kita masih jauh dari apa yang
diharapkan. Masalah infrastruktur merupakan pekerjaan rumah Pemerintah
yang harus diselesaikan sesegera mungkin:

19
1) Memperbaiki semua infrastruktur yang rusak, seperti jalan-jalan raya yang
berlubang dan bergelombang (sebagian hancur karena tanah longsor dalam
waktu singkat)
2) Membangun jalan tol atau jalan kereta api ke pelabuhan, dan memperluas
kapasitas pelabuhan seperti Tanjung Priok, Tanjung Perak dan
lainnya yang selama ini menjadi pintu keluar masuk barang dalam beberapa
tahun ke depan
3) Meningkatkan akselerasilistrik dalam dua tahun ke depan, dan banyak lagi.
Sangatlah penting untuk mempermudah aliran logistik yang merupakan urat
nadi perdagangan pada khususnya, seperti pengiriman hasil produksi dan
logistik dari pabrik ke pelabuhan atau sebaliknya atau dari pelabuhan ke pusat
pemasaran.
Memerlukan sarana transportasi yang memadai, seperti kondisi jalan raya
yang baik dan mencukupi, fasilitas pelabuhan yang memadahi dan lain-lain
perlu penanganan yang serius dan terkoordinir. Tercapainya infrastruktur yang
memadahi akan berpengaruh besar terhadap daya saing produk dalam negeri.
Dengan demikian, daya saing sangat ditentukan oleh kecepatan barang masuk
dan keluar. Saking pentingnya infrastruktur, Pemerintah seharusnya
menjadikan sektor ini adalah sektor yang paling diprioritaskan. Pemerintah
Pusat dan daerah hendaknya bersinergi secara harmonis dalam membuat
berbagai kebijakan, agar pembangunan infrastruktur, seperti perbaikan
pelabuhan, jalan raya dan sarana transportasi lainnya bisa dilakukan
secepatnya. Bahkan pembangunan sarana transportasi ini mampu menjangkau
sampai ke pedesaan, di mana terdapat UMKM atau home industry yang
menciptakan ekonomi kreatif agar bisa membantu negara dalam meningkatkan
laju ekspor. Akses insfrastruktur benar-benar merupakan faktor penentu dalam
memperlancar sirkulasi produk yang mempunyai daya saing tinggi. Apalagi,
ketersediaan infrastruktur mampu meningkatkan taraf hidup masyarakat.
Tantangan membangun infrastruktur di Indonesia sangat besar mengingat
celah yang lebar antara kondisi yang ada dan kebutuhan yang harus dipenuhi.
Luas wilayah negara yang besar membutuhkan infrastruktur yang berskala
raksasa, melebihi kebutuhan yang sama pada kebanyakan negara. Berbagai

20
upaya serius perlu dilakukan untuk benar-benar mewujudkan hadirnya
infrastruktur yang merata dan berkualitas baik.
Pembangunan infrastruktur akan dipercepat melalui skema Masterplan
Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) 2011-
2025. Dalam rencana ini, akan dibangun infrastruktur yang diperlukan untuk
mengembangkan potensi ekonomi di kawasan-kawasan sepanjang enam
koridor terpilih yang tersebar di seluruh wilayah negara. Ke-enam koridor ini
kemudian akan terhubung dengan koridor ASEAN, untuk mempercepat arus
barang antar negara.
Skema kerjasama pemerintah dan swasta dalam penyediaan infrastruktur
juga akan terus didorong. Perangkat peraturan, kelembagaan dan SDM terus
disiapkan untuk menggalang dan melayani permintaan kerjasama dengan pihak
swasta. Promosi kepada investor asing pun harus dilakukan pemerintah.
Namun pemerintah masih perlu terus bekerja keras melakukan promosi dan
membuat peraturan yang lebih menarik dan terprediksi, termasuk mengenai
pengaturan jika terjadi suatu risiko dan memastikan adanya perlindungan
terhadap hasil investasi.
Kunci keberhasilan penyediaan infrastruktur yang lain adalah pembagian
kewenangan dan tanggungjawab yang jelas antara pemerintah pusat dan
daerah. Seluruh jalan raya yang ada di wilayah negara sudah ditetapkan
kewenangan dan kewajiban pembangunan dan pemeliharaannya, apakah
pemerintah pusat, provinsi atau kabupaten/kota. Yang belum jelas adalah
bagaimana kerjasama yang baik dilakukan antar tingkatan pemerintahan,
sehingga setiap prasarana dan sarana, siapapun penanggungjawabnya, selalu
berada dalam kondisi baik dan saling mendukung.

e) Ketahanan Ekonomi
Ketahanan ekonomi diartikan sebagai kondisi dinamik kehidupan
perekonomian bangsa yang berisi keuletan dan ketangguhan yang mengandung
kemampuan untuk mengembangkan kekuatan nasional dalam menghadapi
serta mengatasi segala ancaman, gangguan, hambatan dan tantangan yang

21
datang dari luar maupun dari dalam negeri baik yang langsung maupun tidak
langsung untuk menjamin kelangsungan hidup pereokonomian bangsa dan
negara Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Wujud ketahanan ekonomi tercermin dalam kondisi kehidupan
perekonomian bangsa, yang mengandung kemampuan memelihara stabilitas
ekonomi yang sehat dan dinamis serta kemampuan menciptakan kemandirian
ekonomi nasional dengan daya saing tinggi dan mewujudkan kemakmuran
rakyat yang adil dan merata. Dengan demikian, pembangunan ekonomi
diarahkan kepada mantapnya ketahanan ekonomi melalui terciptanya iklim
usaha yang sehat serta pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi,
tersedianya barang dan jasa, terpeliharanya fungsi lingkungan hidup serta
meningkatkan daya saing dalam lingkup persaingan global.
Usaha untuk mencapai ketahanan ekonomi yang diinginkan perlu upaya
pembinaan terhadap berbagai hal yang dapat menunjangnya antara lain yaitu:

a) Sistem ekonomi Indonesia diarahkan untuk dapat mewujudkan kemakmuran


dan kesejahteraan yang adil dan merata di seluruh wilayah nusantara melalui
ekonomi kerakyatan untuk menjamin kesinambungan pembangunan nasional
kelangsungan hidup bangsa dan negara berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

b) Strukttur ekonomi dimantapkan secara seimbang dan saling menguntungkan


dalam keselarasan dan keterpaduan antar sektor pertanian dengan perindustrian
dan jasa.

c) Pembangunan ekonomi dilaksanakan sebagai usaha bersama atas dasar asas

kekeluargaan dibawah pengawasan anggota masyarakat, serta memotivasi dan


mendorong peran serta masyarakat secara aktif. Harus diusahakan keterkaitan
dan kemitraan antara para pelaku dalam wadah kegiatan ekonomi yaitu
Pemerintah, BUMN, Koperasi, Badan Usaha Swasta, dan sektor informal
untuk mewujudkan pertumbuhan, pemerataan, dan stabilitas ekonomi.

22
d) Pemerataan pembangunan dan pemfaatan hasil-hasilnya senantiasa
dilaksanakan melalui keseimbangan dan keserasian pembangunan antar
wilayah dan antar sektor.

e) Kemampuan bersaing harus ditumbuhkan secara sehat dan dinamis dalam


mempertahankan serta meningkatkan eksistensi kemandirian perekonomian
nasional, dengam memanfaatkan sumber daya nasional secara optimal dengan
sarana iptek tepat guna dalam menghadapi setiap permasalahan serta dengan
tetap memperhatikan kesempatan kerja.

Dari beberapa strategi diatas, tentunya masih banyak hal yang harus
dilakukan guna menghadapi tantangan global khususnya di tahun 2016. Kita
juga tentunya berharap, melalui berbagai pembangunan infrastruktur dapat
meningkatkan daya saing ekonomi, mengatasi masalah kesenjangan, dan
mengurangi disparitas harga diberbagai wilayah, pembangunan infrastruktur
juga berperan peran vital dalam pemenuhan hak dasar rakyat.

Urgensi menyukseskan berbagai pembangunan infrastruktur seyogyanya


menjadi prioritas utama bagi seluruh pemangku kepentingan, mengingat
memiliki keterkaitan yang sangat kuat dengan kesejahteraan sosial dan juga
berperan penting dalam memacu proses pertumbuhan ekonomi suatu wilayah
atau region. Hal tersebut dapat ditunjukkan dengan indikasi bahwa wilayah
yang memiliki kelengkapan sistem infrastruktur yang berfungsi lebih baik
dibandingkan dengan wilayah lainnya mempunyai tingkat kesejahteraan sosial
dan kualitas lingkungan serta pertumbuhan ekonomi yang lebih baik pula.

Dalam konteks ekonomi, infrastruktur merupakan modal sosial masyarakat


(social overhead capital) yaitu barang-barang modal esensial sebagai tempat
bergantung bagi perkembangan ekonomi, dan merupakan prasyarat agar
berbagai aktivitas masyarakat dapat berlangsung. Pembangunan infrastruktur
merupakan katalisator di antara proses produksi, pasar dan konsumsi akhir.
Keberadaan infrastruktur memberikan gambaran tentang kemampuan
berproduksi masyarakat dan tingkat kesejahteraan masyarakat.

23
Pertumbuhan ekonomi yang tinggi tidak mungkin dicapai apabila tidak ada
ketersediaan infrastruktur yang memadai, atau dengan kata lain infrastruktur
adalah basic determinant atau kunci bagi perkembangan ekonomi. Keberadaan
infrastruktur, telah terbukti berperan sebagai instrumen bagi pengurangan
kemiskinan, pembuka daerah terisolasi, dan mempersempit kesenjangan
antarwilayah. Dengan demikian, investasi infrastruktur baik dari pemerintah
maupun swasta dan masyarakat perlu terus didorong guna meningkatkan
pertumbuhan ekonomi sektor riil, penyerapan tenaga kerja guna mengurangi
pengangguran dan kemiskinan, serta menumbuhkan investasi sektor lainnya.

Berbagai tantangan dan peluang pembangunan ekonomi yang kita hadapi di


tahun 2016 diharapkan dapat memacu kita untuk lebih memanfaatkan
momentum dan mengoptimalkan upaya dalam menjamin percepatan
pembangunan infrastruktur agar dapat memacu berkembangnya sektor
ekonomi produktif, guna mengatasi masalah kesenjangan serta mempercepat
terwujudnya kemandirian ekonomi.

2.3.4. Strategi Indonesia Menghadapi Globalisasi dalam Bidang Sosial

Kecenderungan terjadinya perubahan sosial maupun gaya hidup dari desa


menuju metropolitan, dari konsumsi produk padat karya menuju sarat teknologi
canggih pada masyarakat dunia maupun sebagian besar masyarakat Indonesia
semakin menuntut tingkat kepraktisan dalam gaya hidup serta meningkatkan
kesadaran akan kebutuhan informasi. Hal ini semakin meningkatkan kebutuhan
akan pemberdayaan setiap elemen dalam masyarakat untuk dapat lebih fleksibel
serta tangguh dalam menghadapi dinamika dunia, yang menuju pada suatu sistem
dunia tanpa batas.

Pertumbuhan yang luar biasa akan segera menyusul ketika orang


dibebaskan untuk menyumbangkan ide dan energinya, dengan tidak adanya lagi
keharusan untuk menerima segalanya yang datang dari pemerintahan atau pimpinan
pusat. Hal ini melahirkan suatu pergeseran tatanan sosial baru dari sentralisasi
menuju desentralisasi.

24
Derasnya arus informasi serta banyaknya pilihan produk dan jasa akan
meningkatkan kesadaran masyarakat akan kebutuhan pada produk dan jasa yang
berkualitas tinggi. Kebebasan dan keterbukaan pasar dunia akan diberikan pada
siapapun yang dapat memenuhi standar persyaratan teknis maupun standar
persyaratan sistem jaminan mutu, melalui prosedur pengujian yang diakui oleh
lembaga akreditasi dan sertifikasi internasional.

Tidaklah mengherankan bila pada akhirnya kualitas yang dijamin melalui


standar jaminan mutu (ISO) akan menjadi salah satu prasyarat dalam transaksi
perdagangan bebas, karena konsumen dunia akan semakin kritis dalam memilih dan
menilai kualitas dari produk ataupun layanan jasa (service) yang ditawarkan.

Ketidakmampuan pelaku usaha untuk memenuhi standar kualitas internasional


akan mengurangi daya saingnya di pasar bebas, terutama bagi mereka yang
menginginkan pengembangan usaha ke arah bentuk transnational company guna
dapat merambah pasar internasional.

Pencapaian standar kualitas ini hanya dimungkinkan dengan adanya


dukungan yang kuat dari sumber daya yang berkualitas (termasuk sumber daya
manusia), sistem manajemen yang baik serta nilai-nilai budaya perusahan yang
mengakar kuat, dibarengi dengan adanya komitmen terhadap visi dan misi yang
jelas

2.3.5. Strategi Indonesia Menghadapi Globalisasi dalam Bidang Budaya

Revolusi dalam teknologi, khususnya teknologi informatika dan


telekomunikasi telah membuat segalanya menjadi transparan. Kemajuan di bidang
teknologi maupun infrastruktur penunjang lainnya telah membuat terjadinya
evolusi budaya menuju budaya yang lebih mandiri, serta semakin meningkatnya
kesadaran untuk memperluas pengetahuan. Dengan demikian akan tercipta suatu
jaringan masyarakat yang global, tanpa adanya lagi batas-batas wilayah yang nyata.

Tenaga kerja, khususnya tenaga ahli telah berubah peran dengan semakin
meningkatnya tingkat pengharapan dan kepuasan. Hal ini menuntut adanya
pemberdayaan serta wewenang yang lebih besar dalam lingkup perusahaan.

25
Semakin besar kekuasaan teknologi, semakin besar pula kekuasaan yang
dimiliki pemakai induvidualnya. Dengan demikian akan terjadi peningkatan
pemberdayaan baik secara individual (tenaga kerja) maupun dalam bentuk gaya
kepemimpinan dalam perusahaan. Ketika para pelaku bisnis mulai menyadari
bahwa pasar mereka pada akhirnya akan menjadi satu dan sama, aliansi lintas
perbatasan dan lintas industri akan menjadi norma baru dalam masyarakat industri.

Dilain pihak semakin lancar arus informasi, membuat semakin banyak


orang mendengar keindahan lingkungan dan budaya belahan dunia lainnya, yang
semakin meningkatkan hasrat masyarakat untuk melihat sendiri lingkungan dan
budaya itu sejalan dengan sifat keingintahuan dan hasrat pembelajaran pada diri
manusia sebagaimana dijelaskan dalam teori Y tentang sifat dasar manusia. Trend
ini akan merupakan peluang emas tersendiri dari sisi ekonomi, khususnya dari segi
pariwisata. Melakukan perjalanan pariwisata akan menjadi budaya tersendiri yang
diakibatkan oleh trend informasi global. Sarana infrastruktur penunjang yang baik
sangat diperlukan dalam mendukung perkembangan sektor pariwisata yang
semakin pesat.

2.3.6. Strategi Indonesia Menghadapi Globalisasi dalam Bidang Teknologi

Seperti telah disinggung sebelumnya, bahwa kemajuan pesat dalam


teknologi, khususnya telekomunikasi dan informatika telah membuat evolusi dalam
segala aspek kehidupan, khususnya dalam aspek sosial budaya. Era transparansi
telah dimulai, yang membuat tidak adanya lagi batas-batas yang nyata antar negara,
khususnya dalam dunia usaha sehingga semakin memungkinkan dilakukannya
multi sourcing serta terciptanya transnational company guna memperluas akses
penetrasi pasar dunia.

Pergeseran produk dan jasa dari padat karya menjadi sarat teknologi akan
terjadi dalam kurun waktu yang tidak lama lagi. Telekomunikasi akan merupakan
kekuatan penggerak yang secara serentak menciptakan ekonomi global yang besar
sekali. Serta di dalam jaringan ekonomi global abad ke 21, teknologi informasi akan
mendorong perubahan sama pastinya seperti ketika manufaktur mendorong
perubahan di dalam era industri.

26
Kemajuan pesat dalam teknologi telekomunikasi dan informatika
melahirkan suatu bentuk perdagangan baru berupa perdagangan menggunakan
media elektronik (e-commerce) yang memungkinkan terjadinya perdagangan
melewati batas-batas negara serta penguasaan pasar dunia dalam bentuk
transnational company. Trend e-commerce ini telah menunjukkan betapa semakin
tipisnya batas-batas wilayah antar negara di dunia yang semakin global sejalan
dengan meningkatnya tuntutan masyarakat dunia akan gaya hidup yang lebih
praktis.

Pada dasarnya ada empat ide dasar yang sedang terwujud di dunia ini yang
disebabkan oleh perkembangan teknologi:

¨ Pembauran teknologi

¨ Aliansi strategi

¨ Pembentukan jaringan global

¨ Akses pada teknologi informasi-telekomunikasi untuk pengembangan individu

Untuk itu tidak ada jalan lain kecuali diperlukannya dukungan dan kesiapan
yang kuat bagi setiap pelaku usaha dalam hal penguasaan teknologi dan informasi
bila tidak ingin tertinggal dalam kancah internasional. Penguasaan teknologi dan
informasi akan menjadi suatu keharusan dalam dunia usaha. Semakin besar
kemajuan dalam akses informasi, akan semakin besar pula kemampuan dan
kesempatan setiap pelaku usaha untuk belajar dan mendapatkan keuntungan
melalui pembagian informasi penting dari seluruh dunia.

Penguasaan informasi merupakan hal yang penting bagi para pelaku usaha
di negara-negara berkembang, karena bersama dengan gerakan swastanisasi dan
pendidikan, hal lain yang paling mendukung kesejahteraan ekonomi negara yang
sedang berkembang adalah prasarana telekomunikasi dan akses informasi. Tanpa
prasarana telekomunikasi dan informasi maka perekonomian suatu bangsa akan
gagal. Tepat ketika bergerak secara global ke satu pasar ekonomi maka kita pun

27
bergerak dalam telekomunikasi ke satu jaringan tingkat dunia dengan keterkaitan
satu sama lain.

Perkembangan teknologi yang sangat pesat telah pula menciptakan semakin


banyak jenis jasa yang dapat diperdagangkan. Bahkan kemajuan teknologi akan
memacu proses pemberdayaan individual yang melahirkan semakin banyak bentuk
perdagangan hak intelektual atau hak cipta. Adanya kecenderungan ini telah
membuat kesepakatan perundingan perdagangan multilateral (GATT) dalam
putaran Uruguay menghasilkan aturan-aturan baru dalam bidang perdagangan jasa
atau services (GATS) serta perdagangan hak-hak intelektual (TRIPs) yang
menunjukkan semakin tingginya tingkat pengakuan dan penghargaan masyarakat
dunia akan sumber daya manusia yang berkualitas.

Namun disadari bahwa tidak semua negara memiliki tingkat kemajuan yang sama
dalam hal teknologi, walaupun era pasar bebas sangat menuntut kemampuan dan
pengusaan teknologi sebagai salah satu kunci keunggulan kompetitif. Kondisi ini
akan menciptakan terjadinya suatu aliansi strategis ataupun kooperasi yang saling
menguntungkan antar perusahaan dari berbagai negara.

28
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Kehadiran globalisasi adalah sebuah keniscayaan yang tidak dapat


dihindari, seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi menjadikan
globalisasi memberikan pengaruh yang cukup besar disegala aspek kehidupan, baik
itu pengaruh positif maupun pengaruh negatif. Dalam menghadapi globalisasi,
terdapat beberapa strategi yang harus diterapkan oleh Indonesia agar masyarakat
tidak terpengaruh oleh pengaruh negatif dari globalisasi. Strategi ini terdiri dari
beberapa bidang diantaranya, ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, dan
teknologi.

Ditingkat makro, dalam menghadapi tantangan globalisasi perusahaan atau


pelaku bisinis, pemerintah dan akademisi perlu mengembangkan tenaga kerja
nasional melalui program-program terpadu dan nyata seperti misalnya penyusunan
kurikulum pendidikan yang mengacu pada dunia usaha, dan pemberian pelatihan-
pelatihan praktis. Kendati, tugas cukup berat, kita harus optimis dan segera
menentukan dan menjalankan strategi yang tepat dalam meningkatkan mutu
SDM/tenaga kerja ditingkat nasional kita agar kita tidak tertinggal jauh dalam
percaturan bisnis dunia.

29
DAFTAR PUSTAKA

Arief. 2009. Peranan Teknologi Informasi Dalam Peningkatan Daya Saing Usaha
Kecil Menengah. ISSN : 1907-5022. Bandung

Aspan, Henry. 2011. Kebijakan Perdagangan Luar Negeri Indonesia Dalam


Menghadapi Pemberlakuan Kesepakatan ASEAN Free Trade
(AFTA). Vol 4 No.2. ISSN : 1979-5408. Medan

http://wessalkurni99.blogspot.co.id/ (Diakses tanggal 3 Januari 2017)

https://id.wikipedia.org/wiki/Globalisasi (Diakses tanggal 3 Januari 2017)

http://www.ipapedia.web.id/2016/02/setrategi-indonesia-menghadapi-ancaman-
di-berbagai-bidang.html (Diakses tanggal 3 Januari 2017)

30

Anda mungkin juga menyukai