Anda di halaman 1dari 4

1

1. KLASIFIKASI NT ?

Menurut klasifikasi IHS ( International Headache Society ) membedakan NT klasik dan NT


simptomatik. Termasuk NT klasik adalah semua kasus yang etiologinya belum diketahui ( idiopatik )
Sedangkan NT simptomatik dapat akibat tumor, multipel sklerosis atau kelainan di basis kranii. Sebagai
indikator NT simptomatik adalah defisit sensorik n. Trigeminus, terlibatnya nervus trigeminus bilateral
atau kelainan refleks trigeminus. Tidak dijumpai hubungan antara NT simptomatik dengan terlibatnya
nervus trigeminus cabang pertama, usia muda atau kegagaralan terapi farmakologik.
Perbedaan neuralgia trigeminus idiopatik dan simptomatik (4).
Neuralgia Trigeminus Idiopatik.
1. Nyeri bersifat paroxysmal dan terasa diwilayah sensorik cabang maksilaris, sensorik cabang
maksilaris dan atau mandibularis.
2. Timbulnya serangan bisa berlangsung 30 menit yang berikutnya menyusul antara beberapa
detik sampai menit.
3. Nyeri merupakan gejala tunggal dan utama.
4. Penderita berusia lebih dari 45 tahun , wanita lebih sering mengidap dibanding laki-laki.

Neuralgia Trigeminus simptomatik.


1. Nyeri berlangsung terus menerus dan terasa dikawasan cabang optalmikus atau nervus infra
orbitalis.
2. Nyeri timbul terus menerus dengan puncak nyeri lalu hilang timbul kembali.
3. Disamping nyeri terdapat juga anethesia/hipestesia atau kelumpuhan saraf kranial, berupa
gangguan autonom ( Horner syndrom ).
4. Tidak memperlihatkan kecendrungan pada wanita atau pria dan tidak terbatas pada golongan
usia.

Idiopatik Simptomatik
Neyri bersifat paroksimal di daerah sensorik Nyeri terasa terus menerus di kawasan cabang
cabang oftalmikus atau cabang maksillaris oftalmikus, atau nervus infra-orbitalis
dan/atau cabang mandibularis
Timbulnya nyeri secara hilang timbul, Nyerinya terus-menerus tidak hilang timbul, dengan
serangan pertama bisa berlangsung 30 menit puncak nyeri hilang timbul
dan serangan berikutanya antara beberapa
detik sampai 1 menit
Nyeri merupakan gejala tunggal dan utama Disamping nyeri terdapat juga anestesia/hipestesia
atau kelumpuhan saraf otak, ganguan autonom
Penderitra berusia 45 tahun. lebih sering Tidak memperlihatkan kecenderungan pada wanita
wanita dari pada laki-laki atau pria dan tidak terbatas pada golongan umur
tertentu

2. MENGAPA TERJADI PENINGKATAN NYERI JIKA CUPING HIDUNG DAN SUDUT MULUT DISENTUH ?
3. PATOF NT ?

Patofisiologi dan etiologi sampai saat ini belum ada penjelasan yang pasti dan ada dua pendapat yang
pertama mengatakan gangguan mekanisme perifer sebagai penyebab Neuralgia trigeminal dan
pendapat kedua mengatakan gangguan mekanisme sentral.
2

Gangguan saraf tepi sebagai penyebab NT didukung oleh data-data klinis berupa:
1. Ditemukannya peregangan atau kompresi nervus V.
2. Ditemukannya malformasi vaskular pada beberapa penderita NT.
3. Adanya tumor dengan pertumbuhan yang lambat.
4. Adanya proses inflamasi pada N.V.

Mekanisme sentral sebagai penyebab NT didukung oelh data-data klinis sebagai berikut:
1. Adanya periode laten yang dapat diukur antara waktu stimulus terhadap trigger poin dan onset
NT.
2. Serangan tak dapat dihentikan apabila sudah berlangsung.
3. Setiap serangan selalu diikuti oleh periode refrakter dan selama periode ini pemicu apapun
tidak dapat menimbulkan serangan.
4. Serangan seringkali dipicu oleh stimulus ringan yang pada orang normal tidak menimbulkan
gejala nyeri.
5. nyeri yang menyebar keluar daerah yang diberi stimulus.

4. EPIDEMIOLOGI ?
Neuralgia Trigeminal banyak diderita pada usia diatas sekitar 40 tahun dengan rata – rata antara 50
sampai 58 tahun , walaupun kadang – kadang ditemukan pada usia muda terutama jenis atipikal atau
sekunder, dan ada yang melaporkan kasus neuralgia trigeminal pada anak laki – laki usia 9 tahun. Pada
wanita sedikit lebih banyak dibandingkan dengan laki- laki dengan perbandingan 1,6 : 1. Faktor ras dan
etnik tampaknya tidak terpengaruh terhadap kejadian Neuralgia Trigeminal. Prevalensi lebih kurang
155 per 100.000 penduduk dan insidensi 40 per 1.000.000.Angka prevalensi maupun insidensi untuk
Indonesia belum pernah dilaporkan . Bila insidensi dianggap sama dengan Negara lain maka terdapat
± 8000 penderita baru pertahun. Akan tetapi mengingat harapan hidup orang Indonesia makin tinggi
maka diperkirakan prevalensi penderita Neuralgia Trigeminal akan meningkat.
Onsetnya usia diatas 40 tahun pada 90% penderita. Neuralgia trigeminal sedikit lebih umum terjadi
pada perempuan dibandingkan dengan laki-laki. Penyakit ini lebih sering terjadi pada sisi kanan wajah
dibandingkan dengan sisi kiri (rasio 3:2),
Penyakit ini lebih sering terjadi pada perempuan dan biasanya timbul setelah umur 50 tahun, jarang
setelah umur 70 tahun. Insiden familial sedikit lebih tinggi (2%) dibanding insiden sporadik. Faktor
resiko epidemiologis (umur, ras, kebiasaan merokok dan minum alkohol) diperkirakan penting dalam
hubungannya dengan apakah wajah atas atau wajah bawah yang terkena. Perbandingan frekuensi
antara laki-laki dan perempuan adalah 2:3, sedangkan perkembangan dari neuralgia trigeminal pada
usia muda dihubungkan dengan kemungkinan dari multiple sklerosis. Neuralgia trigeminal yang
idiopatik khas terjadi pada dekade kelima kehidupan, tapi dapat pula terjadi pada semua umur,
sedangkan simptomatik atau neuralgia trigeminal sekunder cenderung terjadi pada pasien yang lebih
muda.

5. ETIOLOGI ?

Mengenai etiologi sampai sekarang juga masih belum jelas, seperti yang disebutkan diatas tadi
tetapi ada beberapa penyebab yang berhubungan dengan gigi, dari berbagai kepustakaan disebut
sebagai berikut. Seperti diketahui N. V merupakan satu-satunya serabut saraf yang kemungkinan selalu
dihadapkan dengan keadaan sepsis sepanjang hidup. Keadaan sepsis tersebut dapat berupa karies gigi,
abses, sinusitis, pencabutan gigi oleh berbagai sebab, infeksi periodontal, yang kesemuanya
diperkirakan dapat menjadi penyebab NT. Akan tetapi bukti lain menunjukkan banyak juga penderita
3

dengan infeksi disekitar mulut, cabut gigi yang tidak menderita NT. Disisi lain, tidak jarang pula
penderita NT yang ditemukan tanpa menderita infeksi seperti tersebut diatas.
( 5)

Dahulu diketahui bahwa NT berawal dari dikeluhkannya rasa nyeri area mulut pasca suatu
prosedur dental sehingga berakibat munculnya diagnosis sebagai dry socket pasca ekstraksi gigi. Oleh
karena seringnya keluhan nyeri dirasakan pada gigi geligi atas atau bawah disatu sisi, maka penderita
terdorong mencari pengobatan ke bagian gigi dengan asumsi nyeri tersebut berasal dari gigi. ( 1)
Setelah dilakukan ekstraksi gigi timbul nyeri setelah 24-48 jam kemudian dan biasanya
disebabkan adanya osteitis superfisial pada tulang alveolar. Pada pemeriksaan tidak menunjukkan
adanya pembekuan darah setelah dilakukan ekstraksi maupun tidak ada nyeri lokal pada waktu
dilakukan palpasi (3).
Satu laporan kasus disebutkan kurang lebih sekitar 2 bulan setelah dilakukan ” endodontic
treatment ” timbul nyeri paroxysmal yang tajam, dan makin bertambah frekwensinya, dan nyeri timbul
bila ada ” trigger ” sentuhan ringan pada pipi kiri dan setiap serangan berlangsung 1-2 detik dan kadang
sampai 5-10 serangan berulang, kemudian akhirnya didiagnosa sebagai Neuralgia Trigeminal (7).
Pada satu penelitian kasus dari 48 penderita dengan NT , 31 penderita yang diobati sebelumnya
telah mengalami 83 tindakan prosedur ”dental” diantaranya ekstraksi tunggal, ekstraksi multipel,
prosedur endodontik, ” complete denture”, ” periapical surgery ” dsbnya. Kesimpulan hasil penelitian
didapatkan adanya korelasi yang bermakna antara sejumlah pasien yang mendapat tindakan terapi
”dental” dengan durasi terjadinya neuralgia trigeminal.

6. PENATALAKSANAAN NT ?

Terapi Farmakologik.
Peneliti-peneliti dalam bidang nyeri neuropatik telah mengembangkan beberapa pedoman terapi
farmakologik. Dalam guidline EFNS ( European Federation of Neurological
Society ) disarankan terapai neuralgia trigeminal dengan carbamazepin ( 200-1200mg sehari ) dan
oxcarbazepin ( 600-1800mg sehari ) sebagai terapi lini pertama. Sedangkan terapai lini kedua adalah
baclofen dan lamotrigin. Neuralgia trigeminal sering mengalami remisi sehingga pasien dinasehatkan
untuk mengatur dosis obat sesuai dengan frekwensi serangannya. Dalam pedoman AAN-EFNS (
American Academy of Neurology- European Federation of Neurological Society ) telah disimpulkan
bahwa: carbamazepin efektif dalam pengendalian nyeri , oxcarbazepin juga efektif, baclofen dan
lamotrigin mungkin juga efektif. Studi open label telah melaporkan manfaat terapi obat-obatan anti
epilepsi yang lain seperti clonazepam, gabapentin, phenytoin dan valproat. Dalam publikasi mutakhir
dari ” The Neurologist” dinyatakan carbamazepine merupakan terapi lini pertama , sedangkan terapi
lini kedua adalah Oxcarbazepine, gabapentin, phenytoin. Terapi lini ketiga adalah lamotrigin dan
baclofen. Pregabalin yang telah terbukti efektif dalam terapi nyeri neuropatik mungkin juga
bermanfaat pada terapi neuralgia trigeminal.

Terapi non Farmakologik.


Terapi farmakologik umumnya efektif akan tetapi ada juga pasien yang tidak bereaksi atau timbul efek
samping yang tidak diinginkan maka diperlukan terapi pembedahan.
Tindakan operatif yang dapat dilakukan adalah prosedur ganglion gasseri, terapi gamma knife dan
dekompresi mikrovaskuler. Pada prosedur perifer dilakukan blok pada nervus trigeminus bagian disatal
ganglion gasseri yaitu dengan suntikan streptomisin, lidokain, alkohol . Prosedur pada ganglion gasseri
ialah rhizotomi melalui foramen ovale dengan radiofrekwensi termoregulasi, suntikan gliserol atau
4

kompresi dengan balon ke dalam kavum Meckel. Terapi gamma knife merupakan terapi radiasi yang
difokuskan pada radiks nervus trigeminus di fossa posterior. Dekompresi mikrovaskuler adalah
kraniotomi sampai nervus trigeminus difossa posterior dengan tujuan memisahkan pembuluh darah
yang menekan nervus trigeminus.

7. KLASIFIKASI NYERI KEPALA DAN WAJAH ?


8. PENEGAKAN DIAGNOSIS NT ?

A. Serangan – serangan paroxysmal pada wajah atau nyeri di frontal yang berlangsung beberapa detik
tidak sampai 2 menit.
B. Nyeri setidaknya bercirikan 4 sifat berikut:
1. Menyebar sepanjang satu atau lebih cabang N trigeminus, tersering pada cabang mandibularis atau
maksilaris.
2. Onset dan terminasinya terjadi tiba-tiba , kuat, tajam , superficial, serasa menikam atau membakar.
3. Intensitas nyeri hebat , biasanya unilateral, lebih sering disisi kanan.
4. Nyeri dapat timbul spontan atau dipicu oleh aktifitas sehari seperti makan, mencukur, bercakap
cakap, mambasuh wajah atau menggosok gigi, area picu dapat ipsilateral atau kontralateral.
5. Diantara serangan , tidak ada gejala sama sekali.
6. Tidak ada kelainan neurologis.
7. Serangan bersifat stereotipik.
8. Tersingkirnya kasus-kasus nyeri wajah lainnya melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
khusus bila diperlukan.

Cara menegakkan diagnosa Trigeminal Neuralgia hanya berdasarkan anamnesa pasien secara teliti dan
cermat. Untuk menegakkan diagnosis neuralgia trigeminal, IHS (International Headache Society)
menetapkan kriteria diagnostik untuk neuralgia trigeminal sebagai berikut
1. Serangan nyeri paroksismal yang bertahan selama beberapa detik sampai 2 menit, mengenai satu
atau lebih daerah persarafan cabang saraf trigeminal.
2. Nyeri harus memenuhi satu dari dua kriteria berikut:
 Intensitas tinggi, tajam, terasa di permukaan, atau seperti ditusuk-tusuk.
 Berawal dari trigger zone atau karena sentuhan pemicu.
 Pola serangan sama terus.
 Tidak ada defisit neurologis.
 Tidak ada penyakit terkait lain yang dapat ditemukan.

9. JURNAL ?

Anda mungkin juga menyukai