BAB I
PENDAHULUAN
Angka Kematian Ibu (AKI) pada periode 2014 sampai dengan 2015
yang meninggal akibat hamil serta bersalin hingga nifas di dapat kan ibu
nifas yang mengalami ruptur perineum sebanyak 987.346 orang ibu nifas
Menurut data ASEAN pada tahun 2013 bahwa presentasi cakupan ibu
nifas tercatat 107.675 atau ( 92, 73 %) ibu nifas, Pada tahun 2014 terdapat
ibu nifas yang mengalami ruptur perineum sebanyak 95.985 atau ( 35, 67%
) ibu nifas, serta pada tahun 2015 ibu nifas yang mengalami ruptur perineum
perineum sebanyak 35.985 atau (15,60 %) ibu nifas, serta pada tahun 2016
ibu nifas yang mengalami ruptur perineum sebanyak 87.231 atau (37, 12 %)
ibu nifas ( SDKI, 2015). Menurut data Provinsi Kalimatan Selatan, Tahun
2015 di dapat kan ibu yang mengalami ruptur perineum sebanyak 11.321 atau
nya adalah ibu nifas diantaranya ibu nifas fisiologis sebanyak 3000 orang,
serta ibu nifas dengan masalah antara lain yaitu ibu nifas yang mengalami
Atonia Uteri sebanyak 60 orang, 445 orang mengalami ruptur perineum, 455
perdarahan, 150 orang mengalami sub involusi uteri, 100 orang ibu nifas
tubuh dan 26 ibu nifas yang mengalami mastitis. (Dinkes Tanah Bumbu,
2015).
dalam Periode Januari – Desember 2014 terdapat 103 ibu nifas dan yang
Desember 2015 terdapat 100 orang ibu nifas orang dan yang mengalami
didapatkan 60 orang ibu nifas dan 47 orang yang masih melakukan pantang
makanan di BPM Malaika, J., Amd.keb Desa Rejosari diketahui bahwa ada
peningkatan ibu nifas yang menerapkan pantang makanan pada tahun 2016
perineum.
mempengaruhi proses penyembuhan luka jalan lahir Serta status gizi akan
3
nifas.
dengan kesehataan ibu nifas serta bayi upaya yang dapat kita lakukan
adalah dngan cara memberikan penyuluhan terhadap ibu nifas agar mereka
mengerti dan tau pentingnya nutrisi bagi ibu nifas dan bayi serta untuk
pertumbuhan bayi melalui ASI yang di berikan ibu nifas, Oleh karena itu,
Ibu Nifas di BPM Malaika, J., Amd.keb Desa Rejosari Kecamatan Mantewe
penyembuhan luka perineum pada ibu nifas Di BPM Malaika, J., Amd.keb
4
2017?”.
lama penyembuhan luka perineum pada ibu nifas di BPM Malaika, J.,
Tahun 2017?”.
ibu nifas di BPM BPM Malaika, J., Amd.keb Desa Rejosari Kecamatan
3. Bagi Peneliti
luka perineum
4. Bagi Pembaca
proposal ini, peneliti tidak menemukan pokok bahasan yang sama tentang
materi yang diteliti saat ini hanya menyajikan penelitian terkait yang
nasional.
6
Penelitian
Yuliana, I (2008) Hubungan antara jenis penelitian Waktu dan Uji statistik Adanya Hubungan
makan adalah Survey tempat Menggunakan Antara makan
berpantang Analitik, penelitian dan chi square. Berpantang dengan
dengan rancangan populasi penyembuhan Luka
penyembuhan Penelitian Case Perineum
luka perineum Control
di Rumah
Bersalin Ratih
kabupaten
Kudus, Jawa
Tengah.
Deviana, I Hubungan antara sampel dalam Waktu , Sampel dalam Adanya Hubungan
(2010) makan penelitian ini Tempat, dan penelitian ini Antara makan
berpantang adalah ibu jumlah adalah semua Berpantang dengan
dengan nifas, dengan populasi, ibu nifas , Penyembuhan
penyembuhan teknik Penelitian metode Luka Perineum
luka perineum pengambilan menggunakan pengumpulan
pada ibu nifas di sampel adalah deskriptif data yaitu data
klinik Bersalin total sampling. kuantitatif, primer dan
Nadiah, Tehnik Sekunder
Bandung, Jawa pengambilan yang didapat
Barat. sampel dari hasil
Acedental kuesioner.
Sampling. Uji statistik
menggunakan
Chi Square
Dalam
penelitian ini
adalah semua
ibu nifas.
Santika, (2012) Hubungan antara Rancangan Waktu, Uji statistik Adanya Hubungan
makan Penelitian Tempat, menggunakan Antara makan
berpantang menggunakan jumlah Chi Square Berpantang dengan
dengan lama Case Control Populasi Variabel Penyembuhan
penyembuhan dengan Metode independen Luka Perineum
7
Anisa, D Hubungan antara Desain Waktu dan Uji statistik Adanya Hubungan
(2015) makan penelitian Tempat menggunakan Antara makan
berpantang menggunakan Chi Square Berpantang dengan
dengan kejadian deskriptif Variabel Penyembuhan
anemia pada ibu Kualititatif independen Luka Perineum
nifas sampel adalah makan
Accedental berpantang
sampling
8
Clara, S The relationship Type of Time and Place, The Study design
Relationship
(2013) between abstinence analitical using the chi and variable
between
from food with research square statistical independen
abstinence
wound healing study test abstinence from
from food
design food and
with wound
cross variable
healing
dependen wound
healing
Justin, H The refusal of Type of Time and Place. The Study design
refusal of
( 2014) abstinence food analitical and variable
abstinence
with wound healing research independen
food with
study abstinence from
wound healing
design food
cross
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
dan tujuan dan baik disadari maupun tidak. Perilaku merupakan kumpulan
bahwa interaksi itu sangat kompleks sehingga kadang- kadang kita tidak
Karena itu amat penting untuk dapat menelaah alasan dibalik perilaku
2011 ).
a. Bentuk pasif
manusia dan tidak secara langsung dapat terlihat oleh orang lain.
b. Bentuk aktif
Bentuk Aktif yaitu apabila perilaku itu jelas dapat diobservasi secara
sebagainya.
11
periksa.
kecelakaan.
kecelakaan.
2012).
lain.
lain :
1. Menu seimbang
2. Olahraga teratur
3. Tidak merokok
6. Mengendalian stress
5) Perilaku Sakit
perilaku.
fungsi :
1. Instrumental
tersebut.
yang dimaksud bukan hanya sekedar covert behaviour tapi juga overt
tiga bagian :
dengan membuat pagar rumah pada saat akan ada lomba desa
terawat.
2) Pemberian informasi
3) Diskusi partisipatif
bukan hanya penerima yang pasif tapi juga ikut aktif berpartisipasi
20
dan spiritual yang utuh dan unik, mempunyai kebutuhan dasar yang
2008).
21
disiplin).
magis, yaitu adanya kekuatan superpower yang berbau mistik yang akan
22
kapan suatu pantangan atau tabu makanan dimulai dan apa sebabnya.
Seringkali nilai sosial ini tidak sesuai dengan nilai gizi makanan
pengetahuan, nilai, gagasan, norma dan aturan sebagai konsep dasar dari
perasaan bangga pada statusnya, norma, nilai dan unsur budaya yang
2009).
tubuh diatas faktor dingin, maka akan timbul penyakit dengan gejala
"dingin" dan sebaliknya harus dilakukan oleh ibu yang sedang hamil
24
(Mass, 2014). Suatu budaya dengan budaya yang lain memiliki jenis
dan ikan selama 40 hari dengan alasan luka akan lama sembuhnya.
Alasan lain yaitu bahwa ada pihak-pihak yang akan menentukan apa
yang harus dilakukan atau tidak boleh dilakukan oleh ibu nifas,
pihak tersebut adalah orang tua dan suami maupun orang yang memiliki
25
makanan pada ibu nifas yaitu ibu yang baru melahirkan pantang
makan daging, telur, ikan, sayuran yang bersifat dingin seperti labu
dianjurkan yaitu nasi putih dengan garam dan daun bungkal selama
berdampak negatif bagi kese hatan ibu dan janin, karena nasihat
ibu nifas pantang makan ikan (ikan bersisik, ikan tauman) karena
berlaku pantangan makan ikan asin, ikan laut, udang dan kepiting karena
bermutu tinggi dengan cukup kalori, cukup protein, cairan, serta banyak
(Wiknjosastro, 2015).
a) Kalori
b) Lemak
3 yang banyak terdapat pada ikan laut seperti kakap, tongkol dan
c) Protein
(Baumali, 2009).
pada tubuh. Protein hewani antara lain terdapat pada telur, daging,
dan lain-lain
1) Mineral
Beberapa mineral yang penting yaitu zat kapur, zat besi, fosfor,
yodium, dan kalsium. Sumber zat kapur berasal dari susu, keju,
dari susu, keju dan lain-lain. Ibu nifas membutuhkan kalsium 0,5-1
2) Air
3) Vitamin
vitamin B1, vitamin B2, vitamin B3, vitamin B6, vitamin B12,
untuk nafsu makan, berasal dari hati, kuning telur, tomat, jeruk
jaringan saraf. Sumbernya antara lain telur, daging, hati, keju, ikan
pertumbuhan tulang, gigi dan gusi, daya tahan terhadap infeksi dan
2.4.1 Definisi
1. Luka
b) Derajat Satu
berhadapan langsung.
c) Derajat dua
perineum.
d) Episiotomi
e) Derajat tiga
f) Derajat empat
32
Robekan pada derajat ini terjadi sangat luas. Sfingter ani dapat
(Coad, 2007).
infeksi.
33
Epitel tepi luka yang terdiri atas sel basal terlepas dari
(Prabowo, 2007).
berbulan-bulan.
yang maksimal pada luka. Pada akhir fase ini, perupaan luka
a) Faktor eksternal
1) Status Gizi
2) Lingkungan
persalinan.
3) Tradisi
4) Pengetahuan
5) Sosial ekonomi
6) Penanganan petugas
b) Faktor internal
1) Usia
terjadi pada orang tua sering tidak sebaik pada orang yang muda.
Hal ini disebabkan suplai darah yang kurang baik, status nutrisi
penyembuhan luka lebih cepat terjadi pada usia muda dari pada
orang tua.
37
2) Penanganan jaringan
penyembuhan.
3) Hipovolemia
penyembuhan luka.
5) Personal hygiene
6) Medikasi
8) Penyakit penyerta
2.5.1 Pengertian
yaitu dari kata “puer” yang artinya bayi dan “parous” yang berarti
sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra hamil lama masa nifas
(Wiknjosastro, 2006).
a) Puerperium dini
Dalam agama islam, dianggap telah bersih dan bekerja dalam 40 hari.
b) Puerperium Intermedial
minggu.
c) Remote puerperium
tahunan.
1) Perubahan uterus
sebagai berikut :
Tabel 2.1.3 Tinggi fundus uteri dan berat uterus menurut masa
involusi sebagai berikut
Involusi Tinggi fundus uteri Berat uterus
a) Vagina
b) Perlukaan vagina
spekulum.
apabila kepala janin lahir terlalu cepat, sudut arkus pubis lebih
suboksipito bregmatika.
d) Lochea
masa nifas yang mempunyai reaksi basa atau alkalis yang dapat
b. Lochea sanguinolenta
c. Lochea serosa
d. Lochea alba
bersarat selama persalinan. Disamping itu rasa takut untuk buang air
lepas dan juga takut akan rasa nyeri. Buang air besar harus
3) Perubahan perkemihan
a. Diathesis
jam postpartum.
awal karena penurunan tonus otot usus, resa tidak nyaman pada
selama persalinan.
diantaranya, yaitu :
a. Suhu badan
sepsis nifas.
b. Denyut darah
c. Tekanan darah
postpartum.
46
d. Respirasi
(1) Pada umumnya respirasi lambat atau bahkan normal Karena ibu
nyaman.
nifas.
47
sebelumnya.
melahirkan.
a. Fase taking in
fisik yang dialami ibu pada fase ini seperti rasa mules, nyeri
lingkungannya.
c. Fase leting go
perineum dan produksi ASI bagi bayi. Hal tersebut tidak sesuai
penyembuhan luka.
ibu nifas dan kesehatan bayinya karena dari makan yang berpantang
luka pada perineum akan sangat lambat sembuh ketimbang ibu nifas
tidak normal.
52
BAB III
FAKTOR
SOSIAL Perilaku pantang makanan
BUDAYA
Pembatasan
konsumsi beberapa
jenis makanan
Kalori, protein,
vitamin
dan mineral
Fase penyembuhan
Luka
1. Fase Inflamasai
2. Fase Proliferasi
3. Fase Maturasi
Faktor yang
Derajat I Lama penyembuhan luka mempengaruhi :
Luka Derajat II Baik : 24 jam – 48 jam Faktor internal
perineum Derajat III Sedang : 48 jam – 5 hari Faktor eksternal
Derajat IV Lambat : > 5 hari – 1 hari
Keterangan
: Diteliti
: Tidak diteliti
Gambar 3.1 Kerangka Konsep Hubungan antara Perilaku pantang makanan Dengan Kejadian lama
penyembuhan luka perineum Pada Ibu Nifas di BPM Bidan J desa Rejosari
Kecamatan Mantewe Kabupaten Tanah Bumbu.
53
didukung landasan teori yang kuat serta di tunjang oleh informasi yang
: Tidak diteliti
Gambar 3.2 Kerangka Konsep Hubungan antara Perilaku pantang makanan Dengan Kejadian
lama penyembuhan luka perineum Pada Ibu Nifas di BPM Bidan J Desa Rejosari
Kecamatan Mantewe Kabupaten Tanah Bumbu.
54
Variabel Dependen
Variabel Independen Lama Penyembuhan luka
Pantang makanan perineum
Populasi : Seluruh Ibu nifas yang ada di BPM Bidan Malaika, J., Amd. Keb Desa
Rejosari Kecamatan Mantewe Kabupaten Tanah Bumbu berjumlah 60 orang
Sample : seluruh jumlah populasi 60 orang pada bulan juni 2016
Tehnik Pengambilan data : data primer dan Sekunder
H0 : Tidak ada Hubungan antara Perilaku pantang makanan Dengan Kejadian lama
penyembuhan luka perineum Pada Ibu Nifas di BPM Bidan Maliaka,J., Amd.Keb Desa
Rejosari Kecamatan Mantewe Kabupaten Tanah Bumbu.
Ha : Ada Hubungan antara Perilaku pantangan makanan Dengan Kejadian lama
penyembuhan luka perineum Pada Ibu Nifas di BPM Bidan Malaika, J.,Amd.keb Desa
Rejosari Kecamatan Mantewe Kabupaten Tanah Bumbu.
Analisis data
Chi-Square
Kesimpulan
Gambar 3.3 Kerangka Penelitian Hubungan antara Perilaku pantang makanan Dengan
Kejadian lama penyembuhan luka perineum Pada Ibu Nifas di BPM Bidan
Malaika, J., Amd. Keb Desa Rejosari Kecamatan Mantewe Kabupaten Tanah
Bumbu.
55
(Notoadmojo, 2010).
Bumbu.
Bumbu.
56
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1.2 Tempat
Tempat penelitian dilaksananakan di BPM Malaika, J.,
4.3.2 Sampel
Sampel adalah sebagian dari jumlah populasi, sampel yang
1. Kriteria Sampel
Sampel yang nantinya akan dipilih adalah yang memenuhi sebagai
berikut :
a) Kriteria Inklusi
Kriteria Inklusi adalah karakteristik umum subyek
b) Kriteria Eksklusi
Kriteria Eksklusi adalah menghilangkan atau
Ideputri, 2011).
diantaranya :
setiap variabel yang diteliti, parameter, skala, alat ukur, dan hasil
ukur. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut ini :
dan reliabilitas
a. Uji Validitas
Moment, setelah itu diuji dengan menggunakan uji t dan lalu baru
b. Uji reliabilitas
yang ada di BPM Malika, J., Amd. Keb Desa Rejosari Kecamatan
1. Editing
2. Coding
62
1. Ya : 1
2. Tidak : 2
berikut :
1. Baik :3
2. Sedang : 2
3. Lambat : 1
3. Scoring
Pertanyaan yang dijawab diberi skor atau nilai sesuai yang
4. Tabulating
Data yang ada disusun dalam bentuk tabel atau grafik
F
P = N X 100%
Keterangan :
F : frekuensi kejadian
N : populasi penelitian
P : Persentase distribusi
100 % : Seluruhnya
76-99 % : Hampir Seluruhnya
51-75 % : Sebagian Besar
50 % : Setengahnya
26-49% : Hampir setengahnya
1-25% : Sebagian Kecil
0% : Tidak satupun
𝑥2
b k Dengan
(𝑜𝑖𝑗 − 𝑒𝑖𝑗 )2 𝑑𝑓 = (𝑏 − 1)(𝑘 − 1)
= ∑ ∑
𝑒𝑖𝑗
i=1Di mana
j=1 :
(𝑛𝑖. )(𝑛.𝑗 )
𝑒𝑖𝑗 =
𝑛
Keterangan:
x2 : Chi Square
o : jumlah observasi (pengamatan)
e : jumlah ekspektasi (harapan)
b : jumlah baris
k : jumlah kolom
n : jumlah semua pengamatan
ni. : jumlah semua pengamatan pada baris ke-i
n.j : jumlah semua pengamatan pada baris ke-j
adalah:
bermakna.
2010).