Anda di halaman 1dari 5

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Anak usia prasekolah merupakan anak yang berusia antara 3-6 tahun (Wong, 2009).
Usia pra sekolah disebut juga masa emas (golden age) karena pada usia ini pertumbuhan dan
perkembangan anak berkembang sangat cepat di setiap aspek perkembangannya, meskipun
pada umumnya anak memiliki pola perkembangan sama tetapi ritme perkembangannya akan
berbeda antara anak yang satu dengan lainnya karena pada dasarnya anak bersifat individual
(Sofia, 2005).
Proses utama perkembangan anak merupakan hal yang saling berkaitan antara proses
biologis, proses sosio-emosional dan proses kognitif. Ketiga hal tersebut akan saling
berpengaruh satu sama lain dan sepanjang perjalanan hidup manusia. Selama proses
perkembangan tidak tertutup kemungkinan anak menghadapi berbagai masalah yang akan
menghambat proses perkembangan selanjutnya. Perkembangan tersebut mencakup
perkembangan perilaku sosial, bahasa, kognitif, fisik/motorik (motorik kasar dan motorik
halus), (Depkes, 2012).
Salah satu kemampuan dasar anak yang perlu dikembangkan adalah kemampuan
motorik yang terbagi menjadi 2 bagian yaitu motorik kasar dan halus. Kedua bidang ini
mempunyai arti gerakan, hanya saja gerakan motorik kasar dilakukan oleh otot-otot besar
sedangkan gerakan motorik halus dilakukan oleh gerakan otot-otot kecil, keterampilan motorik
baik motorik kasar maupun motorik halus dapat dilatih sejak anak pada lembaga pendidikan
usia dini, mengingat bahwa pemberian rangsangan sejak dini dapat menghasilkan perubahan-
perubahan dalam ukuran serta fungsi otak (Hadist, 1996 didalam Milanti, A. 2016).
Salah parameter perkembangan adalah motorik halus. Motorik halus adalah suatu
gerakan yang menggunakan otot-otot halus atau sebagian anggota tubuh tertentu, kemampuan
motorik halus dipengaruhi oleh intensitas belajar dan berlatih dari masing-masing anak,
misalnya, kemampuan memindahkan benda dari tangan, mewarnai, menyusun puzzle, melipat,
menulis dan sebagainya, kedua kemampuan tersebut sangat penting agar anak dapat
berkembang secara optimal. Membentuk karakter pribadi anak yang matang, bertanggung
jawab, serta mampu menghadapi segala permasalahan yang ada dalam hidupnya diperlukan
rangsangan yang dapat mengoptimalkan seluruh aspek tersebut. Anak yang termasuk dalam
usia prasekolah adalah anak dengan usia 4-6 tahun. Perkembangan kecerdasan pada usia
prasekolah ini mengalami peningkatan dari 50% menjadi 80% (Depdiknas, 2004).
Periode penting dalam tumbuh kembang anak adalah pada usia di bawah lima tahun.
Karena pada masa ini pertumbuhan dasar yang akan mempengaruhi dan menentukan
perkembangan anak selanjutnya. Pada masa balita ini perkembangan kemampuan berbahasa,
kreativitas, kesadaran sosial, emosional dan intelegensia berjalan sangat cepat merupakan
landasan perkembangan berikutnya, sehingga setiap kelainan atau penyimpangan sekecil
apapun apabila tidak terdeteksi apalagi tidak ditangani dengan baik, akan mengurangi kualitas
sumber daya manusia kelak kemudian hari (Soetjiningsih, 2010).
Pada masa ini pertumbuhan dasar yang akan mempengaruhi dan menentukan
perkembangan anak selanjutnya. Pada masa balita ini perkembangan kemampuan berbahasa,
kreativitas, kesadaran sosial,emosional dan inteligensia berjalan sangat cepat dan merupakan
landasan perkembangan berikutnya. Salah satu bentuk perkembangan yang harus dicapai anak
yaitu terutama motorik halus, karena motorik halus merupakan aspek penting dalam
perkembangan terutama usia 4-6 tahun (Adriana, 2011).
WHO (World Health Organitation) melaporkan bahwa 5-25 % dari anak-anak usia pra-
sekolah menderita disfungsi otak minor,termasuk gangguan perkembangan motorik halus
(WHO dalam Sidiarto,2007). Menurut Depkes RI (2006) bahwa 0,4 juta (16%) balita di
Indonesia mengalami gangguan perkembangan motorik halus dan kasar, gangguan
pendengaran, kecerdasan kurang dan keterlambatan bicara. Berdasarkan data Dinas kesehatan
tingkat I Propinsi Jawa Timur 2008 untuk deteksi tumbuh kembang balita di Jawa Timur
ditetapkan 80% tetapi cakupan diperiksa 40-59% dan mengalami perkembangan tidak optimal
sebanyak 0,14%. (Yunita Syaiful, 2012).
Menurut UNICEF tahun 2011 didapat data masih tingginya angka kejadian gangguan
pertumbuhan dan perkembangan pada anak usia balita khususnya gangguan perkembangan
motorik didapatkan (27,5%) atau 3 juta anak mengalami gangguan. Balita di Indonesia Sekitar
16% di laporkan mengalami gangguan perkembangan berupa gangguan kecerdasan akibat
gangguan perkembangan otak, gangguan pendengaran dan gangguan motorik (Depkes RI,
2006). Pada tahun 2010 gangguan pertumbuhan dan perkembangan pada anak di Indonesia
mencapai 35,7% dan tergolong dalam masalah kesehatan masyarakat yang tinggi menurut
acuan WHO karena masih diatas 30% (Riskesdas, 2010).
Seorang anak dapat mengalami keterlambatan perkembangan di hanya satu ranah
perkembangan saja, atau dapat pula di lebih dari satu ranah perkembangan. Keterlambatan
perkembangan umum atau global developmental delay merupakan keadaan keterlambatan
perkembangan yang bermakna pada dua atau lebih ranah perkembangan. Sekitar 5 hingga 10%
anak diperkirakan mengalami keterlambatan perkembangan. Data angka kejadian
keterlambatan perkembangan umum belum diketahui dengan pasti, namun diperkirakan sekitar
1-3% anak di bawah usia 5 tahun mengalami keterlambatan perkembangan umum (IDAI,
2013).
Gangguan perkembangan bicara dan bahasa merupakan gangguan perkembangan yang
sering ditemukan pada anak usia 3-16 tahun. Angka kejadiannya berkisar antara 1% sampai
32% pada populasi yang normal (Soetjiningsih, IG. N. Gde Ranuh, 2014).
Anak perlu diberikan stimulasi-stimulasi baru yang menyenangkan dengan stimulasi
yang baru itu, anak akan lebih semangat dalam berlatih untuk meningkatkan motorik halusnya.
Salah satu cara mengoptimalkan penggunaan semua dimensi otak adalah senam otak. Upaya
adanya gangguan pada motorik halus adalah senam otak / brain gym berfungsi untuk
merangsang perkembangan seluruh bagian otak, baik otak kanan, otak kiri, otak depan,
maupun otak belakang secara sinergis (Hilda, 2009). Gerakan-gerakan dalam senam otak atau
Brain Gym memiliki manfaat seperti menyeimbangkan otak kanan dan otak kiri, sehingga
logika maupun kreativitas anak menjadi seimbang, dapat membangun kepercayaan diri, serta
berpengaruh positif, terhadap peningkatan konsentrasi, daya ingat, dan pengalihan emosi anak
(Septriari, 2012).
Senam otak akan meningkatkan kebutuhan nutrisi otak, dan akan meningkatkan sel Glia,
dimana sel glia berfungsi untuk memberikan asupan nutrisi bagi neuron, melindungi otak dari
bahan beracun, menyingkirkan sisa neuron yang sudah mati dan menyelubungi neuron.
Gerakan senam otak juga memperkuat area ganglia basalis. Aea ini yang berfungsi mengatur
perkembangan motorik halus pada semua orang. Gerakan-gerakan yang ada di dalamnya
dibuat untuk merangsang otak. Senam otak (Brain Gym) adalah serangkaian latihan gerak
sederhana untuk memudahkan kegiatan belajar dan penyesuaian dengan aktivitas sehari-hari
(Rachman, 2008 ; Guyton, 2009).
Senam otak adalah serangkaian gerakan sederhana yang menyenangkan dan digunakan
oleh para murid di Education Kinesiologi (Edu-K) untuk meningkatkan kemampuan belajar
mereka dengan menggunakan keseluruhan otak. Gerakan-gerakan ini membuat segala macam
pelajaran menjadi lebih mudah, dan terutama sangat bermanfaat bagi kemampuan akademik .
Gerakan-gerakan ringan dengan permainan melalui olah tangan dan kaki dapat memberikan
rangsangan atau stimulus itulah yang dapat meningkatkan kemampuan motorik halus yaitu
meningkatkan koordinasi mata-tangan dan kemampuan visual lain. (Paul E. Dennison, 2009).
Senam otak terkait dengan ilmu gerak tubuh, yaitu gerakan tubuh yang disatukan dan
dipadukan, sehingga dapat membantu mengoptimalkan fungsi dari otak. Senam otak akan
memfasilitasi agar bagian otak kanan dan otak kiri dapat bekerja secara seimbang. Dimensi
lateralis, yang mendapat rangsangan adalah otak kiri dan kanan, sedangkan dalam dimensi
pemfokusan, gerakan senam otak pun berupaya meringankan atau merileksasi otak belakang
dan bagian otak depan. Dimensi pemusatan, gerakan senam otak juga merangsang sistem yang
terkait dengan perasaan/emosional, yakni otak tengah (sistem limbik) dan otak besar. Gerakan
senam otak pada cerebrum dapat menstimulasi fungsi cerebrum. Aplikasi gerakan senam otak
pada cerebellum terdiri dari gerakan keseimbangan, koordinasi gerak otot, keterampilan
motorik halus (Saichudin dkk, 2009).
Beberapa penelitian senam otak misalnya, Ainur (2009) melaporkan peningkatan
motivasi belajar pada siswa kelas 1 SD setelah di beri perlakuan senam otak. Puji (2009)
mengatakan, untuk menentukan peningkatan yang bermakna fungsi memori jangka pendek
setelah perlakuan senam otak pada anak dari keluarga status ekonomi rendah berusia 8-9 tahun
sebanyak 3 kali seminggu selama 2 bulan. Yulan (2015) melaporkan adanya pengaruh senam
otak terhadap koordinasi mata dan tangan anak usia 5-6 tahun.
Penelitian yang dilakukan oleh Hidayatun (2016) menunjukkan hasil menggunakan
hasil uji statistika Wilcoxon diperoleh nilai p = 0,028 atau p = 0,028 < α = 0,05 sehingga H0
ditolak bahwa ada pengaruh senam otak terhadap perkembangan motorik halus anak usia 3-5
tahun (Hidayatun (2016). Penelitian serupa juga dilakukan oleh Sari, LP (2018) menggunakan
metode analisa data yang di gunakan yaitu uji wilcoxon rank test menggunakan SPSS. Hasil
penelitian membuktikan bahwa sebelum dilakukan senam otak lebih dari separuh 17 (56,7%)
anak usia 3-4 tahun memiliki motorik halus fall dan sesudah dilakukan senam otaklebih dari
separuh 18 (60,0%) anak usia 3-4 tahun memiliki motorik halus passed. Hasil uji wilcoxon
rank testdidapatkan p value= (0,000) <(0,050) sehingga dapat disimpulkan bahwaada pengaruh
senam otak terhadap peningkatan motorik halus anak usia3-4 tahun di PAUD Mawar
Tlogomas Malang. Berdasarkan hasil penelitian maka untuk meningkatkan motorik halus perlu
diterapkan senam otak pada anak dengan dampingan guru sebelum memulai pelajaran di
sekolah.
Brain Gym digunakan menurut kecepatan gerakan anak itu sendiri. Akan tetapi secara
efektif membantu anak kembali pada kondisi mental yang optimal untuk pembelajaran. Brain
Gym sangat baik digunakan pada awal proses pembelajaran terlebih lagi bila diiringi dengan
lagu atau musik yang bersifat riang dan gembira. Gerakan-gerakan dalam Brain Gym
dilakukan dengan intensitas yang cepat dan menarik sehingga dapat meningkatkan semangat
anak setelah melakukan rangkaian gerakan senam otak (Gunawan, 2009).
Berdasarkan fenomena diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan
judul “Pengaruh Senam Otak terhadap Perkembangan Motorik Halus pada Anak Usia
Prasekolah di PAUD Pinus Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Tanah Bumbu”.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang diatas maka rumusan masalah yang saya buat adalah “Adakah
pengaruh senam otak terhadap perkembangan motorik halus pada anak usia prasekolah di
PAUD Pinus Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Tanah Bumbu ?”.
1.3 TUJUAN
1.1.1 TUJUAN UMUM
Untuk mengetahui pengaruh senam otak terhadap perkembangan motorik halus
pada anak usia prasekolah di PAUD Pinus Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Tanah
Bumbu 2018.
1.1.2 TUJUAN KHUSUS
1. Mengidentifikasi perkembangan motorik halus pada anak usia prasekolah sebelum
dilakukan senam otak di TK Tunas Bangsa Batulicin Kabupaten Tanah Bumbu 2018.
2. Mengidentifikasi perkembangan motorik halus pada anak usia prasekolah sesudah
dilakukan senam otak di TK Tunas Bangsa Batulicin Kabupaten Tanah Bumbu 2018.
3. Mengidentifikasi pengaruh senam otak terhadap perkembangan motorik halus pada
anak usia prasekolah di PAUD Pinus Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Tanah
Bumbu 2018.

Anda mungkin juga menyukai