Anda di halaman 1dari 12

PERMASALAHAN DALAM PROYEK PEMBANGUNAN

FAKTOR FAKTOR PENYEBAB PROYEK PEMANGUNAN


DAN SOLUSI NYA

Keterlambatan pengadaan material dan alat proyek

Keberadaan bahan bangunan dan perlatan merupakan hal vital


dalam pelaksanaan proyek untuk menjamin setiap pekerjaan dapat
selesai sesuai waktu yang dijadwalkan. Keterlambatan dalam
pengadaanya berarti terjadi kemunduran waktu pelaksanaan, untuk
mengatasinya pihak kontraktor dapat bekerja sama dan menjalin
hubungan baik dengan supplier yangh siap mengirim bahan dan alat
tepat waktu sesuai kesepakatan kedua belah pihak.

Tempat pembuangan ( Disposal Area )

Pekerjaan proyek yang berkaitan dengan pembuangan tanah


galian atau sampah membutuhkan tempat pembuangan yang terkadang
sulit untuk mencarinya, untuk pembuangan tanah mungkin masih
mendapat kemudahan karena material terbuang tersebut masih laku
untuk dijual lalu bagaimana dengan sampah proyek yang kehadiranya
mengganggu area sekitar pembuangan sehingga terjadi kesulitan dalam
menemukan disposal area, untuk mengatasinya dapat dilakukan dengan
menjual hasil pembuangan kepihak yang membutuhkan misalnya
untuk urugan pembangunan perumahan, menggunakan tanah hasil
galian sebagai urugan, melakukan daur ulang dan penghancuran
sampah atau mencari tempat pembuangan sampah akhir ( TPA ).

Kebocoran bekisting

Pekerjaan struktur beton bertulang membutuhkan cetakan


bekisting yang benar-benar rapid an rapat sehingga tidak terjadi
kebocoran yang dapat menyebabkan keluarnya air semen, untuk
menutup selah-celah kebocoran bekisting dapat dilakukan dengan cara
penutupan menggunakan sobekan bekas zak semen yang dicelupkan air
terlebih dahulu.
Kondisi lapangan berbeda dengan perencanaan

Dalam pelaksanaan proyek ada kalanya kondisi dilapangan tidak


sesuai dengan apa yang sudah direncanakan baik dalam hal gambar
kerja maupun penggunaan jenis material sehingga perlu dilakukan
perencanaan ulang dengan melakukan perhitungan terlebih dahulu
apabila lokasi perbedaan merupakan struktur bangunan, serta
diperlukan pengawasan pelaksanaan agar pekerjaan sesuai dengan shop
drawing sehingga setiap penyimpangan dapat dihindari.Proyek sering
mengalami keterlambatan. Bahkan bisa dikatakan hampir 80% proyek
mengalami keterlambatan. Jeleknya, keterlambatan proyek sering
berulang pada aspek yang dipengaruhi maupun faktor yang
mempengaruhi. Seringnya terjadi keterlambatan proyek dan
berulangnya kejadian ini, menarik perhatian untuk ditulis. Tulisan ini
adalah bagian pertama dari beberapa tulisan yang akan mengulas
mengenai keterlambatan proyek.

Waktu (Time) adalah salah satu constraint dalam Project


Management di samping biaya (Cost), dan kualitas (Quality).
Keterlambatan proyek akan berdampak pada aspek lain dalam proyek.
Sebagai contoh, meningkatnya biaya untuk effort mempercepat
pekerjaan dan bertambahnya biaya overhead proyek. Dampak lain yang
juga sering terjadi adalah penurunan kualitas karena pekerjaan
“terpaksa” dilakukan lebih cepat dari yang seharusnya sehingga
memungkinkan beberapa hal teknis “dilanggar” demi mengurangi
keterlambatan proyek.

Keterlambatan proyek akan menyebabkan kerugian bagi pihak


Pemilik Proyek yang tidak sedikit. Kehilangan opportunity karena
proyek belum bisa menghasilkan profit sudah sering terjadi. Kejadian
ini umunya menjadi sumber konflik baru bagi Penyedia Jasa dan
Pemilik Proyek. Itu bagi Pemilik Swasta. Bagi proyek pemerintah,
misalnya pada proyek rumah sakit, maka kerugian akan mengarah pada
kerugian non-materiil seperti tertundanya penggunaan ruang operasi
yang sifatnya urgent sehingga pasien harus dirujuk ke rumah sakit lain
jika tidak operasinya ditunda.
Tulisan ini menjadi fokus karena aspek yang terpengaruh dan
yang mempengaruhi keterlambatan proyek ternyata sering berulang.
Artinya, pelaku proyek sering menganggap remeh kejadian
keterlambatan proyek dan tidak menjadikan kejadian itu sebagai lesson
learn dalam pelaksanaan proyek berikutnya.

Keterlambatan proyek dapat dilihat dalam dua hal seperti yang


telah disebutkan di atas yaitu aspek yang terpengaruh dan faktor yang
mempengaruhi atau yang menjadi penyebab. Adapun faktor yang
terpengaruh yang menyebabkan proyek terlambat adalah:

 Keterlambatan terkait material


 Keterlambatan terkait tenaga kerja
 Keterlambatan terkait peralatan
 Perencanaan yang tidak sesuai
 Lemahnya kontrol waktu proyek
 Keterlambatan Subkontraktor
 Koordinasi yang lemah
 Pengawasan yang tidak memadai
 Metode pelaksanaan yang tidak sesuai
 Kurangnya personil secara teknikal
 Komunikasi yang lemah

Aspek yang terpengaruh di atas, rasanya cukup mudah untuk


dipahami dan memang sering dirasakan oleh pelaku proyek. Sebagai
contoh, pada pelaksanaan proyek di Kalimantan apalagi lokasi proyek
berada jauh dari pusat kota, sering terjadi keterlambatan material,
tenaga kerja, peralatan, dan subkontraktor. Pada proyek dengan
kerumitan atau kompleksitas tinggi, aspek yang sering terjadi adalah
perencanaan yang tidak sesuai, kurangnya personil secara teknis, dan
koordinasi yang lemah. Sedangkan aspek lemahnya kontrol waktu,
pengawasan yang tidak memadai, dan komunikasi yang lemah
umumnya terjadi pada proyek yang menghadapi masalah-masalah
internal tim proyek itu sendiri. Penjelasan di atas adalah pendekatan
pengalaman. Tentu harus dikaji lebih teliti.
Suatu penelitian yang dilakukan M.Z. Abd. Majid dan Ronald
Mc.Caffer membuat korelasi antara faktor yang mempengaruhi aspek-
aspek dalam hal schedule pelaksanaan proyek. Sebagai contoh adalah
keterlambatan terkait material dipengaruhi oleh faktor-faktor
pengiriman terlambat / mobilisasi yang lamban, supplier /
subkontraktor yang tidak handal, material rusak, perencanaan yang
kurang, kualitas yang jelek, kurangnya monitor dan kendali, dan
komunikasi yang tidak efisien. Mengenai korelasi ini akan dibahas
lebih lanjut dalam tulisan berikutnya.

Lebih lanjut pada penelitian tersebut, dilakukan analisis


mengenai faktor yang berkontribusi pada keterlambatan proyek yang
dikaji dari penelitian sebelumnya. Hasilnya diperoleh suatu peringkat
25 faktor yang paling berkontribusi atau paling mempengaruhi
keterlambatan proyek. Lihat tabel berikut ini:

Aggregate rating
Factor based on previous Ranking
studies
Late delivery or slow mobilization 8 1
Damaged materials 22 2
Poor planning 27 3
Equipment breakdown 31 4
Improper equipment 34 5
Unreliable supplier / subcontractor 34 6
Inadequate fund allocation 35 7
Poor quality 36 8
Absenteeism 44 9
Lack of facilities 44 10
Inappropriate pratices/procedures 46 11
Lack of experience 47 12
Attitude 47 13
Poor monitoring and control 48 14
Strike 48 15
Shortages of personnel 53 16
Delay payment to
53 17
supplier/subcontractor
Inefficient communication 57 18
Wrong method statement 59 19
Unavailability of proper resources 59 20
Deficient contract 61 21
Interference with other trades 62 22
Too many responsibility 63 23
Subcontractor bankcuptcy 64 24
Low morale / motivation 66 25

Kesimpulan

Jika proyek Anda terlambat, Tabel di atas akan bermanfaat


sebagai suatu daftar checklist untuk mengidentifikasi faktor yang
menjadi penyebab keterlambatan proyek. Tentu dengan
memperhatikan ranking yang telah ada. Menemukan penyebab adalah
langkah awal penting yang harus dilakukan dalam rangka memetakan
masalah-masalah yang mennyebabkan keterlambatan proyek. Solusi
atau strategi yang tepat untuk mengatasi keterlambatan akan lebih
mudah didapatkan jika proyek telah memetakan faktor-faktor utama
yang menyebabkan proyek mengalami keterlambatan.

Sumber : http://www.ilmusipil.com/permasalahan-teknik-pada-
proyek-bangunan

http://manajemenproyekindonesia.com/?p=389
MASALAH PROYEK CV MUARA KENCANA

Proyek adalah suatu rangkaian kegiatan yang dikerjakan dalam


waktu terbatas menggunakan sumber daya tertentu dengan harapan
untuk memperoleh hasil yang terbaik pada waktu yang akan datang.
Sumber daya merupakan faktor penentu dalam keberhasilan suatu
proyek kontruksi. Sumber daya yang berpengaruh dalam proyek terdiri
dari man, materials, machine, money dan method. Sumber Daya
Manusia atau human recources mengandung dua pengertian. Pertama,
adalah usaha kerja atau jasa yang dapat diberikan dalam proses
produksi. Dalam hal lain SDM mencerminkan kualitas usaha yang
diberikan oleh seseorang dalam waktu tertentu untuk menghasilkan
barang dan jasa. Pengertian kedua, SDM menyangkut manusia yang
mampu bekerja untuk memberikan jasa atau usaha kerja tersebut.
Mampu bekerja berarti mampu melakukan kegiatan yang mempunyai
kegiatan ekonomis, yaitu bahwa kegiatan tersebut menghasilkan
barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan atau masyarakat
(Sumarsono, 2003).
Akibat penggunaan sumber daya manusia yang kurang tepat bisa
mengakibatkan sebuah kerugian yang besar pada proyek kontruksi.
Dalam upaya untuk mengatur atau memanajemen penggunaan Sumber
Daya Manusia agar realistis, maka kontraktor harus mengetahui tingkat
produktivitas masing-masing. Hal tersebut sangat diperlukan untuk
memantau dan memetakan apa yang akan terjadi pada sebuah proyek
akibat penggunaan dan pemanfaatan tenaga kerja. Kurang
diperhatikannya produktivitas tenaga kerja pada suatu proyek
kontruksi dapat menghambat pekerjaan kontruksi itu sendiri.
Produktivitas tenaga kerja yang baik sangat diperlukan untuk
keberhasilan proyek kontruksi. Produktivitas tenaga kerja akan sangat
berpengaruh juga terhadap besarnya keuntungan atau kerugian suatu
proyek. Dalam pelaksanaan di lapangan hal tersebut terkadang bisa
terjadi dikarenakan tenaga kerja yang kurang efektif di dalam
pekerjaannya. Contoh tindakan yang menyebabkan pekerjaan kurang
efektif tersebut antara lain menganggur, mengobrol, makan, merokok,
istirahat pada saat jam kerja. Selain kegiatan-kegiatan yang kurang
efektif di atas yang meyebabkan hambatan produktivitas, masih ada
faktor lain yang menjadi pengaruh dalam produktivitas tenaga kerja.
Faktor tersebut antara lain kondisi lapangan dan sarana bantu, keahlian
pekerja, faktor umur atau usia pekerja, kesesuaian upah, pengalaman
dalam bekerja, kesehatan pekerja, koordinasi dan perencanaan, jenis
kontrak kerja, manajerial atau manajemen lapangan. Variabel-variabel
tersebut adalah hal yang tentu menjadi variabel yang berpengaruh
terhadap produktivitas tenaga kerja. Oleh karena itu, dalam usaha
penganalisaan produktivitas tenaga kerja harus dipertimbangkan
variabel-variabel yang mungkin dapat berpengaruh terhadap tingkat
produktivitasnya.
CV Muara Kencana pernah beberapa kali mengalami kegagalan
dalam melakukan pengerjaan proyek. Dari sekian banyak proyek yang
dikerjakan ada sekitar empat proyek yang penyelesaiannya melampaui
batas waktu pengerjaan yang telah ditetapkan. Salah satunya adalah
proyek Rehabilitasi Jaringan Irigasi D.I Plemburan Desa Tawangsari
Kecamatan Teras Kabupaten Boyolali yang pada pengerjaannya tidak
sesuai dengan target yang telah direncanakan. Ada beberapa faktor
yang menyebabkan terjadinya keterlambatan pengerjaan proyek,
diantaranya adalah kondisi fisik lapangan, faktor cuaca atau alam,dan
juga faktor SDM yang tidak memenuhi kualifikasi.

KESIMPULAN
Proyek rehabilitasi jaringan irigasi yang dikerjakan oleh CV
Muara Kencana mengalami keterlambatan pengerjaan pada minggu
ketiga dan minggu keempat. Hasil atau realisasi yang dicapai pada
minggu ketiga dan minggu keempat tidak sesuai dengan target yang
telah diperhitungkan. Hal ini dapat menjelaskan bahwa produktivitas
kinerja CV Muara Kencana untuk minggu ketiga dan minggu keempat
sangat rendah. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu faktor
internal perusahaan dan faktor eksternal perusahaan. Bila ditarik
kesimpulan, ada tiga faktor internal yang mempengaruhi rendahnya
produktivitas kinerja CV Muara Kencana, yaitu:
1. SDM yang kurang memadahi.
2. Peralatan yang kurang mendukung.
3. Tidak optimalnya kinerja para pekerja.
Selain itu juga terdapat tiga faktor eksternal yang mempengaruhi
rendahnya produktivitas kinerja CV Muara Kencana, yaitu:
1. Cuaca yang tidak mendukung.
2. Kondisi fisik lapangan.
3. Lokasi proyek yang sulit dijangkau.
Pengerjaan proyek Rehabilitasi Jaringan Irigasi Plemburan harus
selesai tepat waktu sesuai dengan yang telah dijadwalkan, yaitu 90 hari.
Artinya,proyek Rehabilitasi Jaringan Irigasi Plemburan yang
dikerjakan oleh CV Muara Kencana harus selesai tepat waktu dan tidak
boleh terlambat. Sedangkan pada kasus yang terjadi, pengerjaan pada
minggu ketiga dan minggu keempat mengalami keterlambatan pada
pengerjaan galian tanah yang kemudian berakibat pada terlambatnya
pemasangan batu. Untuk dapat menyelesaikan tepat waktu, direktur
CV Muara kencana harus membuat keputusan untuk menangani
terjadinya penyimpangan kerja. Menurut Kepner&Tragoe (1981)
menyatakan bahwa analisis pengambilan keputusan adalah suatu
prosedur sistematis yang didasarkan pada pola berpikir yang kita
gunakan dalam pengambilan pilihan. Tekniknya menunjukkan
perluasan dan perbaikan dari unsur-unsur yang terdapat dalam pola
berpikir berikut:
1. Kita harus menghargai kenyataan bahwa kita harus menentukan
pilihan.
2. Kita mempertimbangkan semua faktor khusus yang harus dipenuhi
agar supaya pilihan itu
berakhir baik.
3. Kita memutuskan tindakan macam apakah yang paling sesuai dengan
faktor-faktor ini.
4. Kita mempertimbangkan resiko apakah yang melekat pada pilihan
terakhir kita untuk
bertindak, yang dapat mengancam keselamatan dan keberhasilan.
Dari uraian teori diatas, Direktur CV Muara Kencana harus melakukan
keputusan untuk menangani penyimpangan kerja yang terjadi pada
proyek tersebut.
SARAN
Berdasarkan uraian pembahasan dan analisis yang kemudian
ditarik menjadi kesimpulan,penulis mempunyai beberapa saran yang
diperuntukan kepada CV Muara Kencana agar kedepannya pada
pengerjaan Rehabilitasi Jaringan Irigasi dapat berjalan dengan
lancer,antara lain:
1. Mencari tenaga kerja yang berpengalaman dibidangngay dan
mempunyai track record yang
bagus. Dengan adanya tenaga kerja yang memenuhi kualifikasi
standar tenaga kerja
proyek,CV Muara Kencana dapat meningkatkan produktivitas
kinerjanya.
2. Melakukan survey dan observasi lapangan terlebih dahulu sebelum
memulai pekerjaan. Hal
ini bertujuan untuk mengetahui peralatan dan perlengkapan apa saja
yang diperukan untuk
mendukung kelancaran pengerjaan suatu proyek. Misalkan saja
penggunaan alat berat dan
alat mekanik lainnya.
3. Meningkatkan pengawasan proyek dilapangan. Rendahnya tingkat
pengawasan dilapangan
dapat menyebabkan menurunnya kinerja buruh dilapangan,sehingga
membuat kinerja
buruh tidak optimal.
4. Membuat kontrak kerja dengan seluruh buruh sebelum melakukan
pengerjaan proyek. Hal
ini dilakukan untuk menghindari adanya buruh yang bekerja tidak
sesuai target. Selain
itu,kontrak kerja juga berfungsi sebagai perjanjian antara pihak
kontraktor dengan pihak
buruh agar tidaak ada pihak yang dirugikan. Kontrak kerja bisa berisi
tentang jam kerja
setiap hari,jobdesk kerja buruh,serta pembayaran upah buruh.
5. Membuat tim koordinasi lapangan yang dibagi menjadi dua tim. Tim
pertama adalah
mereka yang berada diproyek dan memantau kinerja dilapangan
sementara tim kedua
adalah merek yang bertugas di daerah lain (pada kasus ini tim kedua
ditempatkan di wilayah
hulu sungai). Hal ini bertujuan untuk meminimalisir tejadinya
masalah karena ketidaksiapan
menghadapi pergantian cuaca.

6. Melakukan observasi kondisi fisik lapangan dengan melibatkan


mereka yang ahli
dibidangnya. Dalam kasus proyek rehabilitasi jari ngan irigasi yang
dikerjakan CV Muara
Kencana,perlu adanya dilakukan observasi fisik lapangan dengan
melibatkan ahli
pertanahan dan perairan,ini bertujuan untuk menelaah lebih lanjut
bagaimana kondisi fisik
lapngan proyek sehingga nantinya hal-hal yang tidak diinginkan
bisa diantisipasi.
7. Melakukan penimbunan bahan bangunan dan material. Pada kasus
ini dapat dilakukan
dengan membuat atau menyediakan tempat di sekitar proyek yang
digunakan sebagai
tempat menimbun bahan baku dan material. Untuk menghindari hal-
hal yang tidak
diinginkan seperti terjadinya pencurian,maka perlu juga dibuat pos
keamanan untuk
mengawasi dan mengontrol keamanan lokasi proyek selama 24jam.
8. Membuat rencana pendatangan bahan bangunan dan material.
Dikarenakan lokasi proyek
rehabilitasi jaringan irigasi ini sulit dijangkau,penimbunan bahan
bangunan dan material
perlu dilakukan. Penimbunan dilakukan dengan perencanaan yang
tepat,hal ini bertujuan
pengerjaan proyek tidak terhenti dikarenakan kehabisan bahan
bangunan dan juga
material. Adapun perencanaan pendatangan bahan bangunan dan
bahan baku adalah
mendatangkan bahan bangunan dan material ketika persediaan
bahan bangunan dan
material di proyek tinggal 30%. Dalam hal ini diperlukan ketelitian
pencatatan logistik
proyek. Untuk menanggulangi permasalahn keterlambatan proyek,
Direktur CV Muara
Kencana harus melakukan keputusan untuk menangani
penyimpangan kerja yang
terjadi pada proyek tersebut.
Keputusan yang harus dilakukan Direktur CV Muara Kencana adalah
antara lain:
a) Mengeluarkan biaya tambahan untuk menyewa alat bantu agar
dalam pengerjaan galian
tanah bisa terselesaikan dengan cepat dan tidak bermasalah.
b) Melakukan pekerjaan tambahan atau lembur untuk menutup
kemunduran waktu yang
terjadi akibat permasalahan yang ada.
c) mengeluarkan biaya tambahan untuk menambah biaya upah lembur
para pekerja.

Hal diatas dapat dilakukan untuk mengejar kemunduran waktu


agar proyek rehabilitasi jaringan irigasi plemburan dapat selesai tepat
waktu.

Anda mungkin juga menyukai