Anda di halaman 1dari 5

1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan karya ilmiah!

* Karya ilmiah merupakan karya tulis yang isinya berusaha memaparkan suatu
pembahasan secara ilmiah yang dilakukan oleh seorang penulis atau peneliti. Untuk
memberitahukan sesuatu hal secara logis dan sistematis kepada para pembaca. Karya ilmiah
biasanya ditulis untuk mencari jawaban mengenai sesuatu hal dan untuk membuktikan
kebenaran tentang sesuatu yang terdapat dalam objek tulisan. Maka sudah selayaknyalah, jika
tulisan ilmiah sering mengangkat tema seputar hal-hal yang baru (aktual) dan belum pernah
ditulis orang lain. Jika pun, tulisan tersebut sudah pernah ditulis dengan tema yang sama,
tujuannya adalah sebagai upaya pengembangan dari tema terdahulu. Disebut juga dengan
penelitian lanjutan.

Tradisi keilmuan menuntut para calon ilmuan (mahasiswa) bukan sekadar menjadi penerima
ilmu. Akan tetapi sekaligus sebagai pemberi (penyumbang) ilmu. Dengan demikian, tugas
kaum intelektual dan cendikiawan tidak hanya dapat membaca, tetapi juga harus dapat
menulis tentang tulisan-tulisan ilmiah. Apalagi bagi seorang mahasiswa sebagai calon ilmuan
harus menguasai tata cara menyusun karya ilmiah. Ini tidak terbatas pada teknik, tetapi juga
praktik penulisannya. Kaum intelektual jangan hanya pintar bicara dan “menyanyi” saja,
tetapi juga harus gemar dan pintar menulis.

Istilah karya ilmiah di sini adalah mengacu kepada karya tulis yang penyusunan dan
penyajiannya didasarkan pada kajian ilmiah dan cara kerja ilmiah. Dilihat dari panjang
pendeknya atau kedalaman uraian, karya tulis ilmiah dibedakan atas makalah (paper) dan
laporan penelitian. Dalam penulisan, baik makalah maupun laporan penelitian, didasarkan
pada kajian ilmiah dan cara kerja ilmiah. Penyusunan dan penyajian karya semacam itu
didahului oleh studi pustaka dan studi lapangan (Azwardi, 2008:111).

Sementara itu, Yamilah dan Samsoerizal (1994:90) memaparkan bahwa ragam karya ilmiah
terdiri atas beberapa jenis berdasarkan fungsinya. Menurut pengelompokan itu, dikenal ragam
karya ilmiah seperti; makalah, skripsi, tesis, dan disertasi.

Sumber :

http://hamdanimulya.blogspot.co.id/2009/07/bahasa-indonesia-untuk-perguruan-tinggi.html

1
2. Apa sikap ilmiah yang harus dimiliki oleh setiap penulis atau peneliti?

* sikap ingin tahu, sikap kritis, sikap terbuka, sikap objektif, sikap menghargai karya
orang lain, sikap berani mempertahankan kebenaran, dan sikap menjangkau ke depan.

Sumber :

http://hamdanimulya.blogspot.co.id/2009/07/bahasa-indonesia-untuk-perguruan-tinggi.html

3. Sebutkan ciri-ciri karya ilmiah!

* Ciri-ciri karya ilmiah menurut Alamsyah (2008:99) adalah sebagai berikut:

(1) merupakan pembahasan suatu hasil penelitian (faktual objektif ). Artinya, faktanya sesuai
dengan yang diteliti,

(2) bersifat methodis dan sistematis. Artinya, dalam pembahasan masalah digunakan metode
tertentu dengan langkah-langkah yang teratur dan terkontrol secara tertip dan rapi,

(3) tulisan ilmiah menggunakan laras ilmiah. Artinya, laras bahasa ilmiah harus baku dan
formal. Selain itu laras ilmiah harus lugas agar tidak ambigu (ganda).

Sumber :
http://hamdanimulya.blogspot.co.id/2009/07/bahasa-indonesia-untuk-perguruan-tinggi.html

4. Mengapa dalam menulis karya ilmiah, penulis hendaklah mengangkat tema-tema yang

aktual dan bukan suatu tema yang sudah basi dan kusam?

* karya tulis yang dihasilkan lebih berbobot dan mendapat sambutan yang baik dari
pembaca. Sebagian penulis kadang kala mengangkat tema yang kurang penting yang hanya
menjadi sebuah tulisan yang mubazir. Selain itu, ada sebagian penulis ilmiah hanya bertindak
sebagai seorang penulis plagiator atau diistilahkan dengan penulis “ceplakan atau sarjana foto
kopi, julukan bagi mahasiswa yang skripsinya diupahkan pada tukang buat skripsi”.

Sumber :

http://hamdanimulya.blogspot.co.id/2009/07/bahasa-indonesia-untuk-perguruan-tinggi.html

2
5. Bagaimana penggunaan bahasa dalam karya ilmiah?

* Dalam penggunaan bahasa terdapat beberapa ragam bahasa. Sugono (1999:10)


berpendapat bahwa berdasarkan pokok persoalan yang dibicarakan, ragam bahasa dapat
dibedakan atas bidang-bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, seperti ragam bahasa hukum,
ragam bahasa niaga, ragam bahasa sastra, dan ragam bahasa jurnalistik.

Yamilah dan Samsoerizal (1994:10) mengklasifikasikan ragam bahasa dengan nama istilah
ragam fungsiolek. Ragam fungsiolek adalah ragam berdasarkan sikap penutur mencakup
daya ucap secara khas. Ragam ini digunakan antara lain dalam kegiatan: kesehatan, susastra,
olahraga, jurnalistik, lingkungan, dan karya ilmiah. Setiap bidang tersebut menampakkan ciri
tersendiri dalam pengungkapannya. Bahasa ragam karya ilmiah memiliki karakteristik
tersendiri yaitu : singkat, padat, sederhana, lugas, lancar, dan menarik.

Selain itu, gaya penulisan karya ilmiah hendaknya memiliki kejelasan, reproduktif, dan
impersonal. Kejelasan dimaksudkan bahwa setiap karya ilmiah harus mampu menyampaikan
informasi kepada pembaca tentang objek penelitiannya secara gamblang. Kegamblangan ini
dibicarakan sebagai foto kopi dari aslinya. Inilah yang dimaksud dengan reproduktif.
Sedangkan impersonal berarti peniadaan kata ganti perorangan seperti: saya atau peneliti.
Misalnya: Adapun masalah yang akan diteliti mencakup, pengkajian, perencanaan,
pelaksanaan, dan penelitian. Pada posisi kata impersonal “diteliti” tidak boleh menggunakan
kata saya atau peneliti.

Sumber :

http://hamdanimulya.blogspot.co.id/2009/07/bahasa-indonesia-untuk-perguruan-tinggi.html

6. Apa manfaat penulis karya ilmiah?

* Manfaat penulisan karya ilmiah adalah sebagai berikut: (1) penulis akan terlatih
mengembangkan keterampilan membaca yang efektif, karena sebelum menulis karya ilmiah,
penulis harus membaca dulu, (2) penulis akan terlatih menggabungkan hasil bacaan dari
berbagai sumber dan mengembangkan ke tingkat pemikiran yang lebih matang, (3) penulis
akan terasa akrab dengan kegiatan perpustakaan, seperti bahan bacaan dalam katalog
pengarang atau katalog judul buku, (4) penulis akan dapat meningkatkan keterampilan dalam
mengorganisasikan dan menyajikan fakta secara jelas dan sistematis, (5) penulis akan

3
memperoleh kepuasan intelektual, dan (5) penulis turut memperluas cakrawala ilmu
pengetahuan masyarakat (Istarani, 2009:5).

Selain itu, dengan karya ilmiah penulis juga telah ikut serta dalam usaha pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi (iptek) melalui karya tulis yang dihasilkannya. Dengan demikian
para penulis dan peneliti telah memberikan royalti (masukan) yang berguna bagi
pengembangan iptek itu sendiri. Sehingga karya ilmiah tersebut dapat dibaca dan bermanfaat
bagi para mahasiswa, intelektual, pendidik (guru dan dosen), dan bagi masyarakat umum.

Sumber :
http://hamdanimulya.blogspot.co.id/2009/07/bahasa-indonesia-untuk-perguruan-tinggi.html

7. Sebutkan prinsip-prinsip penulisan karya ilmiah!

* Prinsip-prinsip umum yang mendasari penulisan sebuah karya ilmiah adalah:

1. Objektif, artinya setiap pernyataan ilmiah dalam karyanya harus didasarkan kepada data
dan fakta. Kegiatan ini disebut studi empiris. Objektif dan empiris merupakan dua hal yang
bertautan.

2. Prosedur atau penyimpulan penemuannya melalui penalaran induktif dan deduktif.

3. Rasio dalam pembahasan data. Seorang penulis karya ilmiah dalam menganalisis data
harus menggunakan pengalaman dan pikiran secara logis.

Sumber :
http://hamdanimulya.blogspot.co.id/2009/07/bahasa-indonesia-untuk-perguruan-tinggi.html

8. Bagaimana tata tertib mengutib? Jelaskan!

* Dalam tradisi mengarang ilmiah berlaku mengutip pendapat orang lain. Karya ilmiah
pada umumnya merupakan hasil pengamatan atau penelitian yang merupakan lanjutan dari
penelitian yang terdahulu. Dengan kata lain, hasil-hasil penelitian orang lain, pendapat ahli,
baik yang dilisankan maupun yang dituliskan dapat digunakan sebagai rujukan untuk
memperkuat uraian atau untuk membuktikan apa yang dibentangkan (Walija, 1996:125).
Dalam dunia tulis menulis ilmiah ada dua macam jenis kutipan, yaitu: kutipan langsung dan
kutipan tidak langsung. Kutipan langsung dalam pengutipannya harus diberi tanda kutip

4
(“…“). Sedangkan kutipan tidak langsung tidak diberikan tanda kutip. Namun, kutipan
langsung maupun kutipan tidak langsung dalam tertib mengutip harus diberikan tanda dengan
catatan kaki (footnotes).

Catatan kaki adalah semua kegiatan yang berkaitan dengan uraian (teks) yang ditulis di
bagian bawah halaman yang sama. Apabila keterangan semacam ini disusun dibagian akhir
karangan biasanya disebut keterangan saja. Catatan kaki bukan hanya untuk menunjukkan
sumber kutipan, melainkan juga dipergunakan untuk memberikan keterangan tambahan
terhadap uraian atau teks.

Ada beberapa prinsip mengutip, yaitu: (1) tidak mengadakan perubahan, (2) memberitahu
bila sumber kutipan mengandung kesalahan, (3) memberitahu bila melakukan perbaikan, dan
(4) memberitahu bila menghilangkan bagian-bagian tertentu yang ada didalam kutipan.

Sumber :
http://hamdanimulya.blogspot.co.id/2009/07/bahasa-indonesia-untuk-perguruan-tinggi.html

Anda mungkin juga menyukai