Anda di halaman 1dari 5

Laporan Pengaruh Suhu dan Konsentrasi Terhadap Kecepatan Reaksi

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Laju Reaksi adalah perubahan konsentrasi pereaksi ataupun produk dalam satu satuan waktu.
Laju suatu reaksi dapat dinyatakan sebagai laju berkurangnya konsentrasi suatu pereaksi, atau
laju bertambahnya konsentrasi suatu produk. Konsentrasi adalah banyaknya zat terlarut di dalam
sejumlah pelarut. Konsentrasi biasanya dinyatakan dalam mol per liter, tetapi untuk reaksi fase
gas, satuan tekanan atmosfer, milimeter merkurium, atau pascal, dapat digunakan sebagai ganti
konsentrasi.
Semakin banyak zat terlarut, maka akan semakin besar pula konsentrasi larutan. Suatu larutan
dengan konsentrasi tinggi mengandung partikel yang lebih banyak, jika dibandingkan dengan
larutan dengan konsentrasi yang lebih rendah. Karena persamaan laju reaksi didefinisikan dalam
bentuk konsentrsi reaktan maka dengan naiknya konsentrasi maka naik pula kecepatan
reaksinya.. Frekuensi tumbukan meningkat dengan meningkatnya suhu, dan diharapkan hal
tersebut sebagai faktor untuk mempercepat suatu reaksi kimia.

B. Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mempelajari pengaruh suhu dan perubahan
konsentrasi terhadap laju reaksi.

II. TINJAUAN PUSTAKA


Kecepatan reaksi adalah banyaknya jumlah mol/liter suatu zat yang dapat berubah menjadi zat
lain dalam setiap satuan waktu. Laju reaksi berhubungan dengan konsentrasi zat-zat yang terlibat
dalam reaksi. Laju reaksi pada reaksi sederhana berbanding lurus dengan hasil kali konsentrasi.
Konsentrasi reaktan yang dipangkatkan koefesien reaksinya (Utami, 2009).
Berbagai faktor yang mempengaruhi kecepatan reaksi yaitu konsentrasi, suhu, katalis, waktu dan
luas permukaan. Pengaruh konsentrasi terhadap kecepatan reaksi dapat diterangkan melalui
pendekatan teori tumbukan. Hampir setiap reaksi menjadi lebih cepat bila temperatur dinaikkan
karena kalor yang diberikan akan menambah energi kinetik partikel pereaksi. Luas permukaan,
ukuran materi atau luas permuikaan sentuh sangat mempengaruhi kecepatan reaksi (Supardi,
2008).
Pada umumnya reaksi akan lebih cepat terjadi apabila suhu dalam suatu reaksi dinaikkan.
Dengan menaikkan suhu maka energi kinetik molekul-molekul zat yang bereaksi akan bertambah
sehingga akan lebih banyak molekul yang memiliki energi sama bahkan lebih besar. Maka lebih
banyak molekul yang dapat mencapai keadaan transisi atau reaksi menjadi lebih besar. Secara
matematis hubungan nilai tetapan laju reaksi terhadap suhu dinyatakan oleh formulasi (Purba,
2009).
Hukum laju reaksi mempunyai dua penerapan yang utama yaitu penerapan teoritis dan penerapan
praktis. Penerapan praktisnya setelah diketahui hukum laju reaksi dan konstanta laju reaksi, laju
reaksi dapat diramalkan dari komposisi campuran. Penerapan teoritis pada laju ini adalah yaitu
hukum laju merupakan pemandu untuk mekanisme reaksi. Setiap mekanisme yang diajukan
harus konsisten dengan hukum laju yang diamati (Moore, 2005).

III. METODELOGI PERCOBAAN


A. Bahan dan Alat
Adapun bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah HCl 2 ml 1 M, Na₂S₂O₃ 50 ml 0,25
M.
Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini adalah gelas ukur 50 ml, stopwatch, gelas piala
500 ml, thermometer, lampu spritus, dan pipet tetes.

B. Prosedur Kerja
1. Bagian A
Ditempatkan 25 ml Na₂S₂O₃ 0,25 M dalam tabung reaksi besar dan diletakkan diatas kertas
yang diberi tanda silang, sehingga jelas dari atas. Ditambahkan 2 ml HCl 1 M dan tepat ketika
penambahan dilakukan, dihidupkan stopwatch. Diaduk larutan agar homogen, dan dilakukan
pengamatan dari atas. Dicatat waktu sampai tanda silang hitam menjadi kabur. Lalu suhu larutan
diukur dan dicatat. Diulangi cara kerja diatas dengan komposisi larutan Vol Na₂S₂O₃ (ml) 50, 40,
30, 20, 10, dan 5. Vol HCl (ml) 0, 10, 20, 30, 40, dan 45.

2. Bagian B
Ditempatkan 10 ml Na₂S₂O₃ 0,25 M kedalam gelas ukur, lalu diencerkan hingga volumenya
menjadi 50 ml. Diukur 2 ml HCl 1 M dan ditempatkan gelas ukur dan tabung reaksi tersebut ke
penangas air pada suhu 35°C. Dibiarkan beberapa lama sampai mencapai suhu keseimbangan,
diukur suhu dengan thermometer dan dicatat. Ditambahkan HCl ke dalam larutan tiosulfat
tersebut, pada saat yang bersamaan dihidupkan stopwatch. larutan diaduk lalu ditempatkan pada
gelas ukur diatas kertas bertanda silang hitam, dicatat waktu yang dibutuhkan sampai tanda
silang menjadi kabur. Lalu diulangi kerja diatas untuk empat variasi suhu (sesuai tugas asisten).

IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

A. Data Hasil Pengamatan


1. Konsentrasi
Kelompok
Tiosulfat
HCl
Waktu
Warna

1
40 ml
10 ml
3 menit
Sedikit keruh

2
30 ml
20 ml
3 menit
Putih kehijauan
3
20 ml
30 ml
3 menit
Putih keruh

4
10 ml
40 ml
3 menit
Putih susu

5
30 ml
30 ml
3 menit
Putih keruh

2. Suhu
Kelompok
Suhu
Tiosulfat
HCl
Waktu

1
35C
40 ml
10 ml
90 detik

2
40C
30 ml
20 ml
58,3 detik

3
45C
20 ml
30 ml
128 detik

4
50C
10 ml
40 ml
256 detik

5
55C
30 ml
30 ml
40,36 detik

B. Pembahasan
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi laju reaksi, yaitu : katalis, konsentrasi, suhu,
tekanan dan luas permukaan. Pengaruh katalis dalam proses reaksi yaitu semakin besar jumlah
katalis dalam suatu reaksi maka akan semakin besar pula laju reaksi tersebut. Hal ini karena
katalis mampu menurunkan energi aktivasi pada zat-zat yang bereaksi sehingga menyebabkan
pereaksi dapat bergerak dan menciptakan tumbukan dengan cepat. Selanjutnya, pengaruh
konsentrasi terhadap laju reaksi terjadi karena kenaikan konsentrasi akan meningkatkan jumlah
partikel zat yang bereaksi sehingga kemungkinan terjadinya tumbukan antar partikel juga
menjadi semakin besar. Selanjutnya, pengaruh suhu terhadap laju reaksi terjadi karena kenaikan
suhu dapat meningkatkan besarnya energi kinetik dari setiap partikel zat yang bereaksi. Pengaruh
tekanan menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi laju reaksi karena semakin besar tekanan,
akan membuat volume pereaksi semakin kecil dan menjadikan konsentrasi pereaksi menjadi
semakin besar. Pengaruh luas permukaan sentuh terhadap laju reaksi dapat buktikan dengan
percobaan sederhana yaitu ketika merebus air bervolume sama dan suhu yang sama tetapi dalam
wadah dengan luas yang berbeda maka kecepatan mendidihnya air akan berbeda. Air yang
direbus pada wadah dengan penampang luas pasti akan mendidih lebih dulu dibandingkan air
yang direbus pada wadah dengan penampang sempit (Krisbiyanto, 2008).
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, ada dua bagian praktikum yang dilakukan yaitu
bagian A dan bagian B. Adapun cara kerja yang dilakukan pada saat praktikum pada bagian A
yaitu : sebanyak 30 ml larutan H2S2O3 0,25 M dimasukkan kedalam tabung yang diletakkan
pada kertas yang telah diberi tanda silang. Kemudian, sebanyak 20 ml larutan HCl 0,5 M
ditambahkan kedalam tabung yang telah diisi larutan tiosulfat bersamaan dengan dihidupkannya
stopwatch dan diaduk selama 3 menit. Terakhir, dicatat hasil warna yang diperoleh. Adapun cara
kerja yang dilakukan pada bagian B yaitu : sebanyak 30 ml larutan H2S2O3 0,25 M dan 20 ml
larutan HCl 0,5 M dimasukkan kedalam tabung reaksi. Kemudian, ditempatkan gelas ukur pada
pemanas air sampai pada suhu yang diinginkan. Terakhir, dicatat waktu reaksi yang terjadi.
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan pada bagian A mengenai konsentrasi, Kelompok 1
menggunakan larutan tiosulfat sebanyak 40 ml dan HCl sebanyak 10 ml dengan waktu selama 3
menit didapatkan hasil warna pada larutan yang sedikit keruh. Kelompok 2 menggunakan larutan
tiosulfat sebanyak 30 ml dan HCl sebanyak 20 ml dengan waktu selama 3 menit didapatkan hasil
warna pada larutan putih kehijauan. Kelompok 3 menggunakan larutan tiosulfat sebanyak 20 ml
dan larutan HCl sebanyak 30 ml dengan waktu selama 3 menit didapatkan hasil warna pada
larutan yang keruh. Kelompok 4 menggunakan larutan tiosulfat sebanyak 10 ml dan HCl
sebanyak 40 ml dengan waktu selama 3 menit didapatkan hasil warna putih susu. Terakhir,
kelompok 5 menggunakan larutan tiosulfat sebanyak 30 ml dan HCl sebanyak 30 ml dengan
waktu selama 3 menit didapatkan hasil warna pada larutan yaitu putih keruh.
Sedangkan pada bagian B mengenai suhu didapat hasil, kelompok 1 menggunakan larutan
tiosulfat sebanyak 40 ml dan HCl sebanyak 10 ml untuk mencapai suhu 35ºC diperlukan waktu
selama 90 detik. Kelompok 2 menggunakan larutan tiosulfat sebanyak 30 ml dan HCl sebanyak
20 ml untuk mencapai suhu 40ºC diperlukan waktu selama 58,3 detik. Kelompok 3
menggunakan larutan tiosulfat sebanyak 20 ml dan HCl sebanyak 30 ml untuk mencapai suhu
45ºC diperlukan waktu selama 128 detik. Kelompok 4 menggunakan larutan tiosulfat sebanyak
10 ml dan HCl sebanyak 40 ml untuk mencapai suhu 50ºC diperlukan waktu selama 256 detik.
Terakhir, kelompok 5 menggunakan larutan tiosulfat sebanyak 30 ml dan HCl sebanyak 30 ml
untuk mencapai suhu 55ºC diperlukan waktu selama 40,36 detik.
Perubahan laju reaksi disebabkan karena konsentrasi dan suhu mempengaruhi laju reaksi.
Pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi terjadi karena kenaikan konsentrasi akan
meningkatkan jumlah partikel zat yang bereaksi sehingga kemungkinan terjadinya tumbukan
antar partikel juga menjadi semakin besar. Sedangkan, pengaruh suhu terhadap laju reaksi terjadi
karena kenaikan suhu dapat meningkatkan besarnya energi kinetik dari setiap partikel zat yang
bereaksi.

V. KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum ini adalah sebagai berikut :
Pada bagian A mengenai konsentrasi, semua kelompok praktikum menggunakan waktu yang
sama yaitu selama 3 menit.
Pada bagian B mengenai suhu, kelompok 1 menggunakan larutan tiosulfat sebanyak 40 ml dan
HCl sebanyak 10 ml untuk mencapai suhu 35ºC diperlukan waktu selama 90 detik.
Pada bagian B mengenai suhu, kelompok 2 menggunakan larutan tiosulfat sebanyak 30 ml dan
HCl sebanyak 20 ml untuk mencapai suhu 40ºC diperlukan waktu selama 58,3 detik.
Pada bagian B mengenai suhu, kelompok 3 menggunakan larutan tiosulfat sebanyak 20 ml dan
HCl sebanyak 30 ml untuk mencapai suhu 45ºC diperlukan waktu selama 128 detik.
Pada bagian B mengenai suhu, kelompok 4 menggunakan larutan tiosulfat sebanyak 10 ml dan
HCl sebanyak 40 ml untuk mencapai suhu 50ºC diperlukan waktu selama 256 detik.

DAFTAR PUSTAKA
Krisbiyanto. 2008. Panduan Kimia Praktis. Pustaka Widya Utama, Jakarta.
Moore, K.L. 2005. Anatomi Kimia Dasar. Hipokrates, Jakarta.
Purba, Michael. 2009. Konsep – Konsep Kimia Dasar. Erlangga, Jakarta.
Supardi, Kasmadi. 2008. Kimia Dasar II. UPT UNNES Press, Semarang.
Utami, Budi. 2009. Kimia Fisika Edisi Keempat Jilid 2. Erlangga, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai