Anda di halaman 1dari 10

Tersedia online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.

php/tlingkungan
Jurnal Teknik Lingkungan, Vol. 6, No. 1 (2017)

PENENTUAN STATUS MUTU AIR SUNGAI BERDASARKAN


METODE INDEKS PENCEMARAN SEBAGAI PENGENDALIAN
KUALITAS LINGKUNGAN (STUDI KASUS : SUNGAI GELIS,
KABUPATEN KUDUS, JAWA TENGAH)
*)Ulfah Sarach Sheftiana1 , **)Anik Sarminingsih, **)Winardi D Nugraha
Program Studi Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Diponegoro
JL. Prof. H. Sudarto, SH Tembalang, Semarang, Indonesia 50275
email: ulfahsheftiana@yahoo.com

Abstrak
Sungai Gelis merupakan salah satu sungai yang melintasi Kabupeten Kudus. Sungai Gelis
digunakan sebagai tempat pengaliran air hujan yang keberadaannya tidak dapat dipisahkan
dari aktivitas manusia di sekitar DAS. Banyaknya aktivitas penduduk disekitar sungai
meningkatkan jumlah limbah domestik masuk ke Sungai Gelis. Penelitian ini bertujuan untuk
menghitung status mutu air sungai di Sungai Gelis. Sungai Gelis sebagai daerah penelitian
memiliki panjang ±29 km dan dibagi ke dalam 5 lokasi titik sampling. Analisis status mutu
air sungai dilakukan menggunakan metode indeks pencemaran yang telah dianggap
komprehensif menurut Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 115
Tahun 2003. Hasil penelitian menunjukkan status mutu air sungai pada Sungai Gelis adalah
cemar sedang.
Kata kunci : status mutu air sungai, indeks pencemaran

Abstract
[Determination of The River Water Quality Status Based on Pollution Index Methode as
Environmental Quality Control ( Case Study : Gelis River, Kudus Regency, Central Java
Province )]. Gelis River is the river which is cross the district, Kudus. Gelis River is used as
a rain water drainage that existence is not be separated from human activities in around
Gelis River. The number of residents around the river to increase the amount of domestic
waste into the Gelis River. This study aims to calculate the status of river water quality in the
Gelis River. Gelis River as the research area has a length of 29 km and is divided into 5
locations of sampling points. Analysis of water quality status of the river is made using
Pollution Index which comprehensive by Decree of the Minister of Environment of the
Republic of Indonesia Number 115 Year 2003. The results showed quality status in Gelis
River was medium contamined.
Keyword: quality status, pollution index

PENDAHULUAN
Dalam Peraturan Pemerintah Nomer 82 merupakan modal dasar dan faktor utama
Tahun 2001, air merupakan salah satu pembangunan. Perubahan kondisi kualitas
sumber daya alam yang memiliki fungsi air disebabkan oleh penggunaan lahan,
sangat penting bagi kehidupan dan litologi, waktu, curah hujan dan aktivitas
perikehidupan manusia, serta untuk manusia yang mengakibatkan pencemaran
memajukan kesejahteraan umum, sehingga air sungai, baik fisik, kimia, maupun
1 *) Penulis
**) Dosen Pembimbing
Tersedia online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan
Jurnal Teknik Lingkungan, Vol. 6, No. 1 (2017)

biologik (Martopo, 1988 dalam Kusuma, dilakukan di Laboratorium Kesehatan


2005). Sungai Gelis merupakan salah satu Masyarakat CITO.
sungai yang melintasi Kabupaten Kudus.
Berdasarkan Laporan Akhir Kajian Parameter yang diukur dan diamati
Lingkungan Hidup Kabupaten Kudus, data adalah parameter fisika, kimia dan
geometrik rata-rata Sungai Gelis memiliki mikrobiologi. Penelitian kualitas air
panjang ±29 km dengan lebar permukaan dilakukan dengan membagi sungai
±25 m, lebar dasar ±15 m, dan kedalaman menjadi 5 titik lokasi pengambilan sampel
dengan 4 segmen. Pembagian segmentasi
±8 m. Perubahan kualitas air dapat
diketahui dengan pemantauan kualitas air. sungai berdasarkan pada pola penggunaan
Oleh sebab itu, pemantauan kualitas air lahan yang ada dengan tetap
dapat digunakan untuk menjawab memperhatikan kemudahan akses, biaya
permasalahan yang spesifik terkait dengan dan waktu sehingga ditentukan titik yang
pengelolaan daerah aliran sungai (Ponce, mewakili kualitas air sungai.
1980 dalam Asdak, 1995).
Tabel 1 Tata Guna Lahan DAS Gelis

METODOLOGI PENELITIAN Segmen Satuan 1 2 3 4


Luas
ha 4340,91 1651,74 689,22 1005,01
Penilitian dilakukan di Sungai Gelis Wilayah
Kabupaten Kudus. Lokasi penelitian pada Jumlah
orang 35716 52856 63187 33463
Penduduk
Sungai Gelis memiliki panjang ±29 km Lahan ha 933,77 879,24 97,26 477,24
dengan hulu mata air yang terletak pada Pertanian
Dusun Semliro, Desa Rahwatu, Kecamatan % 21,51 53,23 14,11 47,49
Sawah
Gebog sampai dengan Jembatan Desa Jati Lahan ha 540,96 587,13 458,81 313,33
Kulon, Kecamatan Jati. Pengambilan Pemukiman % 12,46 35,55 66,57 31,18
sampel air sungai dilakukan pada tanggal Lahan ha 2017,31 57,95 48,68 89,03
Hutan/Kebun % 46,47 3,51 7,06 8,86
10 Mei 2016. Analisis laboratorium ha 848,86 127,44 84,47 125,42
Lain-lain
% 19,55 7,72 12,26 12,48

Gambar 1. Peta Lokasi Pengambilan Sampel


2 *) Penulis
**) Dosen Pembimbing
Tersedia online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan
Jurnal Teknik Lingkungan, Vol. 6, No. 1 (2017)

Analisis kualitas air dengan mengacu baku /l Memenu


mutu kualitas air sungai menurut PP hi Kelas
II
82/2001. Penentuan status mutu air
Tidak
menggunakan metode indeks pencemaran mg Memenu
menurut KepMenLH 115/2003, dengan 4 COD 112 25
/l hi Kelas
menggunakan persamaan: II
Memenu
mg
5 DO 10,2 4 hi Kelas
/l
II
Memenu
mg
dimana PIj adalah indeks pencemaran bagi 6 Detergen 167 200 hi Kelas
/l
II
peruntukan j, Ci adalah konsentrasi
Tidak
parameter kualitas air i, Lij adalah µg/ Memenu
konsentrasi parameter kualitas air i yang 7 Fenol 220 1
l hi Kelas
tercantum dalam baku peruntukan air j, II
sementara M = maksimum, R = rerata. mg 0,00
Memenu
Indeks kualitas air IP ditentukan dari result 8 Kadmium 0,01 hi Kelas
/l 6
II
nilai maksimum dan nilai rerata rasio Tidak
konsentrasi per-paramater terhadap nilai Khlor mg Memenu
baku mutunya. Kelas indeks IP ada 4 9 0,09 0,03
bebas /l hi Kelas
dengan skor 0≤ PIj ≤1,0 adalah kondisi II
baik (good); 1,0< PIj ≤5,0 cemar ringan Memenu
Kromium mg
10 0,01 0,05 hi Kelas
(slightly polluted); 5,0< PIj ≤10 cemar val.6 /l
II
sedang (fairly polluted), PIj >10,0 dengan Memenu
status perairan cemar berat (heavily mg
11 Nitrat 0 10 hi Kelas
/l
polluted). II
Memenu
mg
12 Nitrit 0,01 0,06 hi Kelas
/l
II
HASIL DAN PEMBAHASAN Memenu
Tabel 2 Hasil Analisis pada Titik 1 13 Ph 7,3 7,5 hi Kelas
II
Bak
u Tidak
Mut mg Memenu
14 Phospat 0,5 0,2
u /l hi Kelas
Air II
Kela
Sat s Ii
N Para- Titik Keteran
u
o. meter 1 (Pp gan
an
No.
82
Tah
un
2001
)
Memenu
mg
1 TDS 100 1000 hi Kelas
/l
II
Memenu
mg
2 TSS 25 50 hi Kelas
/l
II
3 BOD mg 10 3 Tidak

3 *) Penulis
**) Dosen Pembimbing
Tersedia online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan
Jurnal Teknik Lingkungan, Vol. 6, No. 1 (2017)

Tabel 2 Hasil Analisis pada Titik 1 dalam jaringan tumbuhan (Bidwell,1979


dalam Djukuri,2009). Kebanyakan spesies
(Lanjutan)
Bak
tumbuhan menyerap Cl- 10-100 kali lebih
u banyak dari yang mereka butuhkan. Rains
Mut (Bonner dan Varner, 1976 dalam
u Djukuri,2009) menyatakan bahwa Cl-
Air mempunyai fungsi utama dalam reaksi
Kela
fotosintesis. Disamping itu Cl- juga
N Para- Satu Titi s Ii Keteran
o. meter an k1 (Pp gan penting bagi akar dan pada pembelahan sel
No. daun.
82 Sumber alami fosfat di perairan
Tah adalah pelapukan batuan mineral dan
un
2001
dekomposisi bahan organik . sumber-
) sumber antropogenik fosfat adalah limbah
Memenu industri, limbah domestik, hanyutan dari
15 Seng mg/l 0,03 0,05 hi Kelas pupuk, dan hancuran-hancuran bahan
II organik dan mineral-mineral fosfat
Memenu (Effendi, 2000).
Sianid 0,00
16 mg/l 0,02 hi Kelas
a 7
II
Memenu Tabel 3 Hasil Analisis pada Titik 2
17 Sulfat mg/l 22,4 (-) hi Kelas Baku
II Mutu
Memenu Air
18 Timbal mg/l 0,03 0,03 hi Kelas Para- Satu Titik Kelas Keteranga
II No.
meter an 2 Ii (Pp n
Memenu No. 82
Temba
19 mg/l 0,02 0,02 hi Kelas Tahun
ga
II 2001)
Tidak Memenuhi
Fecal 1 TDS mg/l 100 1000
Jml/100 350 Memenu Kelas II
20 Colifor 1000
ml 0 hi Kelas
m Memenuhi
II 2 TSS mg/l 30 50
Kelas II
Tidak
Dari tabel 2 dapat dilihat bahwa 3 BOD mg/l 6 3 Memenuhi
konsentrasi yang melebihi baku mutu pada Kelas II
titik 1 yang berada pada mata air Desa Tidak
Rahtawu Kecamatan Gebog adalah BOD, 4 COD mg/l 115 25 Memenuhi
Kelas II
COD, DO, Fenol, Khlor Bebas, Phospat Memenuhi
dan Fecal Coliform. Lebihnya konsentrasi 5 DO mg/l 8,3 4
Kelas II
fenol pada hulu disebabkan oleh Deterge Memenuhi
6 mg/l 167 200
pembusukan bahan organik berupa daun n Kelas II
dan kayu, sisa pakan ternak serta sisa Tidak
pupuk organik. Kadar fenol yang tinggi 7 Fenol µg/l 260 1 Memenuhi
Kelas II
mempengaruhi Fecal Coliform, karena Kadmiu Memenuhi
bersifat desinfektan (Widyastuti,2012). 8 mg/l 0,006 0,01
m Kelas II
Tingginya kadar COD sejalan dengan Tidak
Khlor
tingginya kadar BOD(Supenah, 2015). 9
bebas
mg/l 0,12 0,03 Memenuhi
Klorin diserap dari tanah sebagai ion Kelas II
Kromiu Memenuhi
klorida (Cl-) dan sebagian besar tetap 10
m val.6
mg/l 0,01 0,05
Kelas II
dalam bentuk ini apabila sudah berada 11 Nitrat mg/l 0 10 Memenuhi

4 *) Penulis
**) Dosen Pembimbing
Tersedia online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan
Jurnal Teknik Lingkungan, Vol. 6, No. 1 (2017)

Kelas II Kadar BOD yang tinggi ditentukan oleh


Memenuhi aktivitas lingkungan sekitar seperti sawah,
12 Nitrit mg/l 0,01 0,06
Kelas II
mandi cuci, kakus, dan kebun yang
Memenuhi
13 pH 7,2 7,5 mengakibatkan masuknya beberapa bahan
Kelas II
Tidak organik sehingga dapat menurunkan
14 Phospat mg/l 0,72 0,2 Memenuhi kualitas air di mata air
Kelas II tersebut(Rahmawati, 2015). Umumnya
Memenuhi nilai COD akan selalu lebih besar
15 Seng mg/l 0,02 0,05
Kelas II
Memenuhi
dibandingkan dengan nilai BOD5, karena
16 Sianida mg/l 0,008 0,02 BOD5 terbatas hanya terhadap bahan
Kelas II
Memenuhi organik yang bisa diuraikan secara
17 Sulfat mg/l 17,8 (-)
Kelas II biologis saja, sementara nilai COD
Memenuhi menggambarkan kebutuhan oksigen untuk
18 Timbal mg/l 0,03 0,03
Kelas II
total oksidasi baik terhadap senyawa yang
Tembag Memenuhi
19
a
mg/l 0,02 0,02
Kelas II dapat diuraikan secara biologis maupun
Fecal Tidak terhadap senyawa yang tidak dapat
Jml/1 1600
20 Colifor 1000 Memenuhi diuraikan secara biologis(Syahrul,2011).
00ml 0
m Kelas II Keberadaan fosfat di perairan alami
biasanya relatif kecil, kadarnya lebih
Berdasarkan tabel 3 dapat dilihat sedikit daripada nitrogen. Sumber alami
bahwa konsentrasi yang melebihi baku fosfat di perairan adalah pelapukan batuan
mutu pada titik 2 yang berada pada mineral dan dekomposisi bahan organik.
Jembatan Desa Jurang, Kecamatan Gebog sumber-sumber antropogenik fosfat adalah
adalah BOD, COD, Fenol, Khlor Bebas, limbah industri, limbah domestik,
Phospat dan Fecal Coliform. Hal ini terjadi hanyutan dari pupuk, dan hancuran-
akibat penumpukan pencemar dari titik 1 hancuran bahan organik dan mineral-
dan masih belum adanya pengolahan air mineral fosfat (Effendi, 2000). Fosfat
serta adanya aktivitas di sekitar titik ini. memasuki sungai melalui bahan buangan
Aktivitas yang dimaksud adalah adanya detergen, tinja dan sisa
aktivitas warga yaitu pembuangan limbah makanan(Haryadi,2012 dalam Harahap,
domestik ke sungai tanpa melakukan 2012).
pengelolaan terlebih dahulu. Penggunaan
lahan pada segmen 1 adalah 21,51% untuk Tabel 4 Hasil Analisis pada Titik 3
lahan pertanian sawah, 12,46% untuk
Baku
lahan pemukiman, 46,47% untuk lahan Mutu
hutan/kebun dan 19,55% untuk lain-lain. Air
Limbah domestik dari hasil rumah tangga Para- Satu Titik Kelas Keteranga
No.
ini apabila dibuang langsung ke sungai meter an 3 Ii (Pp n
tanpa melakukan pengolahan akan No. 82
Tahun
menjadikan kadar BOD, COD, DO, Khlor 2001)
Bebas dan Phospat meningkat. Sedangkan Memenuhi
untuk konsentrasi Fecal Coliform karena 1 TDS mg/l 100 1000
Kelas II
masyarakat masih melakukan buang air Memenuhi
2 TSS mg/l 32 50
besar di sekitar sungai dan untuk Kelas II
parameter fenol disebabkan oleh Tidak
3 BOD mg/l 8 3 Memenuhi
penggunaan pestisida atau desinfektan Kelas II
pada sawah. Kadar fenol yang tinggi Tidak
mempengaruhi Fecal Coliform, karena 4 COD mg/l 115 25 Memenuhi
bersifat desinfektan (Widyastuti,2012). Kelas II
5 *) Penulis
**) Dosen Pembimbing
Tersedia online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan
Jurnal Teknik Lingkungan, Vol. 6, No. 1 (2017)

5 DO mg/l 8,9 4
Memenuhi sampah-sampah dari hasil rumah tangga
Kelas II ini apabila dibuang langsung ke sungai
Tidak
Deterge tanpa melakukan pengolahan akan
6 mg/l 229 200 Memenuhi
n menjadikan kadar BOD, COD, DO, Khlor
Kelas II
Tidak Bebas dan Phospat meningkat. Sedangkan
7 Fenol µg/l 300 1 Memenuhi untuk konsentrasi Fecal Coliform karena
Kelas II masyarakat masih melakukan buang air
Kadmiu Memenuhi besar di sekitar sungai dan untuk
8 mg/l 0,006 0,01
m Kelas II
Tidak
parameter fenol disebabkan oleh
Khlor penggunaan pestisida atau desinfektan
9 mg/l 0,18 0,03 Memenuhi
bebas
Kelas II pada sawah.
Kromiu Memenuhi
10 mg/l 0,01 0,05
m val.6 Kelas II Tabel 5 Hasil Analisis pada Titik 4
Memenuhi
11 Nitrat mg/l 5,2 10
Kelas II Baku
Memenuhi Mutu
12 Nitrit mg/l 0,02 0,06
Kelas II Air
Memenuhi Para- Satu Titik Kelas Ii Keterang
13 pH 8,1 7,5 No.
Kelas II meter an 4 (Pp No. an
Tidak 82
14 Phospat mg/l 0,67 0,2 Memenuhi Tahun
Kelas II 2001)
Memenuhi Memenuh
15 Seng mg/l 0,02 0,05 1 TDS mg/l 170 1000
Kelas II i Kelas II
Memenuhi Memenuh
16 Sianida mg/l 0,008 0,02 2 TSS mg/l 23 50
Kelas II i Kelas II
Memenuhi Tidak
17 Sulfat mg/l 21,9 (-)
Kelas II 3 BOD mg/l 13 3 Memenuh
Memenuhi i Kelas II
18 Timbal mg/l 0,03 0,03
Kelas II Tidak
Tembag Memenuhi 4 COD mg/l 172 25 Memenuh
19 mg/l 0,02 0,02 i Kelas II
a Kelas II
Fecal Tidak Memenuh
Jml/1 1600 5 DO mg/l 0,64 4
20 Colifor 1000 Memenuhi i Kelas II
00ml 0
m Kelas II Deterge Memenuh
6 mg/l 267 200
n i Kelas II
Dari tabel 4 dapat dilihat bahwa Tidak
7 Fenol µg/l 210 1 Memenuh
konsentrasi yang melebihi baku mutu pada i Kelas II
titik 3 yang berada pada Bendung Kadmiu Memenuh
8 mg/l 0,006 0,01
Kedunggupit Desa Panjang, Kecamatan m i Kelas II
Bae adalah BOD, COD, DO, Detergen, Khlor
Tidak
Fenol, Khlor Bebas, pH, Phospat dan 9 mg/l 0,32 0,03 Memenuh
bebas
i Kelas II
Fecal Coliform. Hal ini terjadi akibat
Kromiu Memenuh
adanya aktivitas di sekitar titik ini. 10 mg/l 0,01 0,05
m val.6 i Kelas II
Aktivitas yang dimaksud adalah adanya Memenuh
11 Nitrat mg/l 0,45 10
aktivitas warga yaitu pembuangan limbah i Kelas II
detergen ke sungai. Penggunaan lahan Tidak
pada segmen 2 adalah 53,23% untuk lahan 12 Nitrit mg/l 1,7 0,06 Memenuh
i Kelas II
pertanian sawah, 35,55% untuk lahan Tidak
pemukiman, 3,51% untuk lahan 13 pH 7,6 7,5 Memenuh
hutan/kebun dan 7,72% untuk lain-lain. i Kelas II
Limbah yang mengandung detergen, 14 Phospat mg/l 0,84 0,2 Tidak

6 *) Penulis
**) Dosen Pembimbing
Tersedia online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan
Jurnal Teknik Lingkungan, Vol. 6, No. 1 (2017)

Memenuh Rekomendasi Pengendalian


i Kelas II Pencemaran Sungai
Memenuh
15 Seng mg/l 0,02 0,05 Dari hasil penelitian ini dapat
i Kelas II
Memenuh disimpulkan status mutu air pada Sungai
16 Sianida mg/l 0,007 0,02 Gelis, Kabupaten Kudus telah tercemar
i Kelas II
17 Sulfat mg/l 28,1 (-)
Memenuh sedang. Oleh karena itu diperlukan
i Kelas II beberapa upaya pengendalian untuk
Memenuh mengurangi pencemaran Sungai Gelis.
18 Timbal mg/l 0,03 0,03
i Kelas II
Tembag Memenuh
Rencana pengendalian pencemaran sungai
19 mg/l 0,02 0,02 untuk Sungai Gelis dapat dilihat pada tabel
a i Kelas II
Fecal Tidak 3:
Jml/1 1600
20 Colifor
00ml 0
1000 Memenuh Tabel 7 Rekomendasi Pengendalian
m i Kelas II Pencemaran Sungai
Se
Pelaku
Penentuan Status Mutu Air Sungai N g- Permasalah Rekomenda
Pelaksa
Menggunakan Metode Indeks o me an si
Pencemaran na
n
Indeks pencemaran merupakan salah
satu metoda yang digunakan untuk 1 I Adanya Perlu adanya Pemerin
menentukan status mutu air suatu sumber penambanga izin dalam tah
air. Status mutu air menunjukkan tingkat n pasir melakukan
kondisi mutu air sumber air dalam kondisi
illegal aktivitas
cemar atau kondisi baik dengan
membandingkan dengan baku mutu yang penambanga
telah ditetapkan. Hasil perhitungan indeks n dengan
pencemaran Sungai Gelis adalah sebagai tujuan untuk
berikut:
mengetahui
Tabel 6 Nilai Indeks Pencemaran
jumlah pasir
Titik Nilai Indeks Status
No. yang
Sampling Pencemaran Mutu
Cemar ditambang
1 1 9,078
Sedang
Cemar 2 II Terdapat Perlu Pemerin
2 2 9,350
Sedang banyak dilakukannya tah
Cemar
3 3 9,584 pertanian sosialisasi
Sedang
Cemar yang kepada
4 4 9,119
Sedang
menggunaka pengusaha
Cemar
5 5 9,187
Sedang n pestisida tani agar
Dari tabel 6 dapat dilihat bahwa ataupun menurunkan
mayoritas nilai Indeks Pencemaran pada
desinfektan penggunaan
setiap titik sampling adalah 9. Berdasarkan
KepMenLH No.115 tahun 2003 tentang yang desinfektan
pedoman Penentuan Status Mutu Air, nilai menyebabka kimia.
Indeks Pencemaran yang berada pada 5,0 n tingginya
< Pij ≤ 10 maka dikategorikan cemar
parameter
sedang. Maka Sungai Gelis dikatagorikan
sebagai sungai dengan status mutu cemar fenol pada
sedang
7 *) Penulis
**) Dosen Pembimbing
Tersedia online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan
Jurnal Teknik Lingkungan, Vol. 6, No. 1 (2017)

Se Se
Pelaku Pelaku
N g- Permasalah Rekomenda N g- Permasalah Rekomenda
Pelaksa Pelaksa
o me an si o me an si
na na
n n
Sungai Gelis pembu
3 III  Konsen  Melaku Pemerin angan
trasi kan tah sampah
pence pemera di
mar taan sungai
mening penyeb  Membu
kat aran at
akibat pendud instalas
banyak uk dan i
nya pengen pengol
jumlah dalian ahan
pendud pertum air
uk buhan limbah
 Adany jumlah 4 IV Adanya nilai Perlu Pemerin
a pendud Fenol yang dilakukannya tah
masyar uk di terlalu tinggi sosialisasi
akat wilaya kepada
yang h padat industri dan
masih  Perlu petani untuk
membu adanya melakukan
ang fasilitas pengurangan
sampah pembu penggunaan
di angan bahan kimia
sungai sampah dan
disekita melakukan
r pengolahan
pemuki terlebih
man dahulu
 Membu kepada
at limbah
peratur sebelum
an dibuang ke
melara badan Sungai
ng Gelis

8 *) Penulis
**) Dosen Pembimbing
Tersedia online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan
Jurnal Teknik Lingkungan, Vol. 6, No. 1 (2017)

val.6, Nitrat, pH, Seng, Sianida,


KESIMPULAN Sulfat, Timbal dan Tembaga
1. Nilai konsentrasi kualitas air Sungai sedangkan yang berada di atas baku
Gelis berdasarkan titik sampling mutu Kelas II adalah BOD, COD,
adalah sebagai berikut: Fenol, Khlor Bebas, Nitrit, Phospat
a. Nilai konsentrasi pada titik 1 di dan Fecal Coliform
Sungai Gelis yang di bawah baku 2. Status mutu air sungai pada Sungai
mutu Kelas II adalah TDS, TSS, DO, Gelis adalah cemar sedang.
Detergen, Kadmium, Kromium 3. Strategi pengendalian pencemaran
val.6, Nitrat, Nitrit, pH, Seng, sungai adalah perlu adanya izin
Sianida, Sulfat, Timbal dan Tembaga dalam melakukan aktivitas
sedangkan yang berada di atas baku penambangan dengan tujuan untuk
mutu Kelas II adalah BOD, COD, mengetahui jumlah pasir yang
Fenol, Khlor Bebas, Phospat dan ditambang, perlu dilakukannya
Fecal Coliform sosialisasi kepada pengusaha tani
b. Nilai konsentrasi pada titik 2 di agar menurunkan penggunaan
Sungai Gelis yang di bawah baku desinfektan kimia, Melakukan
mutu Kelas II adalah TDS, TSS, pemerataan penyebaran penduduk
Detergen, Kadmium, Kromium dan pengendalian pertumbuhan
val.6, Nitrat, Nitrit, pH, Seng, jumlah penduduk di wilayah padat,
Sianida, Sulfat, Timbal dan Tembaga perlu adanya fasilitas pembuangan
sedangkan yang berada di atas baku sampah disekitar pemukiman,
mutu Kelas II adalah BOD, membuat peraturan melarang
COD,DO, Fenol, Khlor Bebas, pembuangan sampah di sungai, perlu
Phospat dan Fecal Coliform dilakukannya sosialisasi kepada
c. Nilai konsentrasi pada titik 3 di industri dan petani untuk melakukan
Sungai Gelis yang di bawah baku pengurangan penggunaan bahan
mutu Kelas II adalah TDS, TSS, kimia dan melakukan pengolahan
Kadmium, Kromium val.6, Nitrat, terlebih dahulu kepada limbah
Nitrit, Seng, Sianida, Sulfat, Timbal sebelum dibuang ke badan sungai.
dan Tembaga sedangkan yang
berada di atas baku mutu Kelas II DAFTAR PUSTAKA
adalah BOD, COD, DO, Detergen,
Fenol, Khlor Bebas, pH, Phospat dan Alaerts, G. dan Santika, S.S. 1984. Metoda
Fecal Coliform Penelitian Air. Penerbit Usaha
d. Nilai konsentrasi pada titik 4 di Nasional: Surabaya.
Sungai Gelis yang di bawah baku Ali, Azwar. et al. 2013. Kajian Kualitas
mutu Kelas II adalah TDS, TSS, DO, Air Dan Status Mutu Air Sungai
Kadmium, Kromium val.6, Nitrat, Metro Di Kecamatan Sukun Kota
Seng, Sianida, Sulfat, Timbal dan Malang. Jurnal Bumi Lestari,
Tembaga sedangkan yang berada di Volume 13 No. 2, hlm. 265-274
atas baku mutu Kelas II adalah
BOD, COD, Detergen, Fenol, Khlor Asdak, C. 2007. Hidrologi dan
Bebas, Nitrit, pH, Phospat dan Fecal Pengelolaan Daerah Aliran Sungai.
Coliform Gadjah Mada University Press.
e. Nilai konsentrasi pada titik 5 di Yogyakarta.
Sungai Gelis yang di bawah baku Clair N. Sawyer, Perry L. McCarty, and
mutu Kelas II adalah TDS, TSS, DO, Gene F. Parkin. 2003.
Detergen, Kadmium, Kromium Chemistry for Environmental Engine
9 *) Penulis
**) Dosen Pembimbing
Tersedia online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan
Jurnal Teknik Lingkungan, Vol. 6, No. 1 (2017)

ering and Science 5 th edition , Pemerintah Republik Indonesia No.


McGraw-Hill,Singapore 121 Tahun 2015 tentang
Djukuri.2009. Cekaman Salinitas Pengusahaan Sumber Daya Air,
Terhadap Pertumbuhan Tanaman. Jakarta
Pendidikan dan Penerapan MIPA. Peraturan Pemerintah Republik
Effendi, Hefni. 2003. Telaah Kualitas Air. Indonesia.2001. Peraturan
Penerbit Kanisius. Yogyakarta. Pemerintah Republik Indonesia No.
Fardiaz, Srikandi. 2009. Polusi Air & 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan
Udara.Penerbit Kanisius : Kualitas Air dan Pengendalian
Yogyakarta Pencemaran Air, Jakarta
Harahap, Alprida.et al. 2012. Analisis Salmin. 2005. Oksigen Terlarut (DO) dan
Kualitas Air Sungai Akibat Kebutuhan Oksigen Biologi (BOD)
Pencemaran Tempat Pembuangan Sebagai Salah Satu Indikator Untuk
Akhir Sampah Batu Bola Dan Menentukan Kualitas Perairan.
Karakteristik Sertakeluhan Oseana Volume XXX No. 3, 2005,
Kesehatan Pengguna Air Sungai hlm. 1-6.
Batang Ayumi Di Kota Saraswati, Sri P. et al. 2014. Kajian
Padangsidimpuan. 1213-3140-1-pb Bentuk Dan Sensitivitas Rumus
Hasan, Achmad.2006. Dampak Indeks PI, Storet, CCME untuk
Penggunaan Klorin. Badan Penentuan Status Mutu Perairan
Pengkajian dan Penerapan Sungai Tropis Di Indonesia. Jurnal
Teknologi. Manusia dan Lingkungan, Vol 21,
Jujun S. Suriasumantri. 2003. Filsafat No.2, pp. 129-142
Ilmu. Sebuah Pengantar Populer. SNI 03-7016-2004.Tata Cara
Pustaka Sinar Harapan. Jakarta. Pengambilan Contoh Dalam Rangka
Marlena, Bekti. 2012. Kajian Pengelolaan Pemantauan Kualitas Air Pada
Das Garang Untuk Memenuhi Suatu Daerah Pengaliran Sungai.
Kualitas Air Sesuai Dengan Jakarta: Badan Standarisasi
Peruntukannya. Tesis. Program S2 Nasional.
Ilmu Lingkungan Universitas SNI 6989.57:2008.Metoda Pengambilan
Diponegoro. Semarang. Contoh Air Permukaan. . Jakarta:
Menteri Lingkungan Hidup Republik Badan Standarisasi Nasional.
Indonesia.2003. Keputusan Menteri Rahayu, Subekti; Widodo, R.H; van
Lingkungan Hidup Nomor : 115 Noordwijk,M;Suryadi, Indra;
Tahun 2003 tentang Pedoman Verbist, Bruno. 2009.Monitoring Air
Penentuan Status Mutu Air, Jakarta : Di Daerah Alira Sungai.Bogor,
Departemen Lingkungan Hidup Indonesia. World Agroforestry
Menteri Lingkungan Hidup Republik Centre – Southeast Asia Regional
Indonesia. 2012. Peraturan Menteri Office.
Negara Lingkungan Hidup Nomor Wardhana, Lina.2004.Dampak
37 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Pencemaran Lingkungan. Penerbit
Daerah Aliran Sungai, Jakarta : ANDI: Yogyakarta.
Departemen Lingkungan Hidup Yusrizal, Heri.2015. Efektivitas Metode
Palar, Heryando. 2008. Toksikologi dan Perhitungan Storet, IP dan CCME
Pencemaran Lingkungan.Jakarta WQI dalam Menentukan Status
:PT. Rineka Cipta. Kualitas Air Way Sekampung
Peraturan Pemerintah Republik Provinsi Lampung. Jurnal Sains dan
Indonesia.2015. Peraturan Pendidikan Vol. 2 No. 1, 11-23.

10 *) Penulis
**) Dosen Pembimbing

Anda mungkin juga menyukai