Anda di halaman 1dari 11

I.

Tujuan
Mengamati pengaruh suhu terhadap laju reaksi
II. Dasar Teori
Cabang ilmu kimia yang khusus mempelajari tentang laju reaksi disebut
kinetika kimia. Tujuan utama kinetika kimia ialah menjelaskan bagaimana
laju bergantung pada konsentrasi reaktan dan mengetahui mekanisme
suatu reaksi berdasarkan pengetahuan tentang laju reaksi yang diperoleh
dari eksperimen (Oxtoby, 2001). Laju reaksi dapat didefinisikan sebagai
perubahan konsentrasi pereaksi atau produk persatuan waktu. Artinya
terjadi pengurangan konsentrasi pereaksi atau pertambahan konsentrasi
produk tiap satuan waktu (Keenan, 1990).
A+B 3C + D
Persamaan laju reaksinya yaitu v = k [A] [B]2
Dimana v adalah laju reaksi, k adalah konstanta laju reaksi dan [A] [B]
adalah konsentrasi dari zat yang bereaksi. Nilai pangkat 2 menyatakan
koefisien zat ataupun orde dari reaksi tersebut. Orde reaksi berarti
menjelaskan tentang tingkat reaksi atau hubungan antara konsentrasi
dengan kecepatan. Laju reaksi memiliki satuan mol / liter. detik
(Petrucci,1985).
Macam-macam orde reaksi yaitu :
1. Orde reaksi 0 yaitu laju reaksi yang tidak bergantung pada konsentrasi.

Persamaan laju reaksi yang berorde 0 yaitu v = k [A]0

Gambar 1. Orde reaksi 0


2. Orde reaksi 1 yaitu laju reaksi yang berbanding lurus dengan
konsentrasi pereaksi. Jika konsentrasi dinaikkan dua kali, maka laju

1
reaksinya pun akan naik dua kali lebih cepat dari semula, dst.
Persamaan laju reaksi yaitu v = k [A]

Gambar 2. Orde reaksi 1


3. Orde reaksi 2 yaitu pada reaksi orde dua, kenaikan laju reaksi akan
sebanding dengan kenaikan konsentrasi pereaksi pangkat dua. Bila
konsentrasi pereaksi dinaikkan dua kali maka laju reaksinya akan naik
menjadi empat kali lipat dari semula.
Persamaan laju reaksi yaitu v = k [A]1 [B]1 ; v = k [A]2 ; v = k [B]2 (4)

Gambar 3. Orde reaksi 2


Dengan demikian, jika konsentrasi suatu zat dinaikkan a kali, maka
laju reaksinya menjadi b kali sehingga orde reaksi terhadap zat tersebut
adalah : ax = b. Dimana x = orde reaksi (Petrucci,1985). Persamaan
laju reaksi mempunyai dua penerapan utama, yaitu penerapan praktis
dan penerapan teoritis. Dikatakan untuk penerapan praktis adalah
dimana telah diketahui persamaaan laju reaksi dan konstanta laju
reaksi sehingga dapat diramalkan laju reaksi dari komposisi campuran.
Sedangkan penerapan teoritis adalah dimana laju persamaan digunakan
untuk menentukan mekanisme reaksi (Atkins,1990). Laju reaksi

2
sebanding dengan konsentrasi reaktan suatu pangkat. Contohnya laju
reaksi sebanding dengan konsentrasi reaktan A dan B, sehingga :
V = k [A] [B]
Koefisien k disebut konstanta laju reaksi yang tidak bergantung pada
konsentrasi tetapi bergantung pada temperatur. Persamaan sejenis ini
yang ditentukan secara eksperimen disebut hukum laju reaksi. Secara
formal, hukum laju reaksi adalah persamaan yang menyatakan laju
reaksi, dimana v sebagai fungsi dari konsentrasi semua spesies yang
ada termasuk produknya (Atkins, 1990).
Laju reaksi terlihat dari perubahan konsentrasi molekul reaktan atau
konsentrasi molekul produk terhadap waktu. Laju reaksi tidak tetap
melainkan berubah terus-menerus seiring dengan perubahan
konsentrasi (Chang, 2005). Laju suatu reaksi kimia dapat dipengaruhi
oleh lima faktor untuk zat yang bersifat larutan dan ada enam faktor
untuk zat yang bersifat gel. Faktor-faktor yang mempengaruhi laju
reaksi adalah sebagai berikut (Gilles,1984).
a. Konsentrasi
Konsentrasi menyatakan pengaruh kepekatan atau zat yang
berperan dalam proses reaksi. Semakin besar nilai konsentrasi,
maka nilai laju reaksi akan semakin besar pula. Hal ini dikarenakan
jumlah zat semakin besar dan peluang untuk melakukan tumbukan
semakin besar sehingga laju reaksi semakin cepat.

Gambar 4. Hubungan volume gas hidrogen terhadap waktu


Umumnya laju reaksi meningkat seiring dengan meningkatnya
konsentrasi. Hal ini dapat dinyatakan sebagai berikut.
Laju = k f (C1, C2, …., Ci)

3
Di mana k adalah konstanta laju atau disebut juga konstanta laju
spesifik atau konstanta kecepatan, C1, C2, … adalah konsentrasi
dari reaktan-reakan dan produk-produk (Dogra,1990).
b. Suhu
Setiap zat mamiliki energi. Zat tersebut akan bereaksi membentuk
produk bila energi aktivasinya terpenuhi. Dengan menaikan suhu
pada system berarti akan terjadi peristiwa menaikan energi aktivasi
dan zat menjadi lebih mudah bergerak sehingga lebih mudah terjadi
tumbukan dan laju reaksi akan menjadi lebih tinggi. Bila range
suhu tidak terlalu besar, ketergantungan tetapan kecepatan reaksi
pada suhu biasanya dapat dinyatakan dengan persamaan empiris
yang diusulkan oleh arthenius:
k = A.e-Ea/RT
dimana :
A = faktor pre exponensial
Ea = energi aktifasi
R = konstanta gas
K = konstanta laju reaksi
T = suhu mutlak
persamaan tersebut dapat dituliskan dalam bentuk logaritma
sebagai berikut :
log k = log A – Ea /2,303 R.T
Berdasarkan persamaan ini, di peroleh garis lurus untuk grafik log
k vs 1/T (suhu mutlak), dimana harga -Ea/2,303 R merupakan slope
dan log A sebagai intersept.

Gambar 5. Hubungan volume gas terhadap waktu (Wiryoatmojo,


1988).

4
c. Luas Permukaan Sentuh
Umumnya zat yang digunakan adalah padatan yang dilarutkan
dalam suatu pelarut. Luas permukaan total zat tersebut akan
semakin bertambah bila ukurannya diperkecil, Semakin halus suatu
zat maka laju reaksi akan semakin besar karena luas permukaan
yang bereaksi semakin besar.

Gambar 6. Hubungan jumlah molekul terhadap waktu (Roth dan


Blaschke, 1989).
d. Sifat Dasar Pereaksi
Setiap zat memiliki sifat yang khas. Ada yang bersifat padatan, gas,
dan cairan. Secara khas, zat yang bersifat gas adalah zat yang
paling mudah bereaksi, kemudian tercepat kadua adalah cairan,
kemudian padatan. Semakin renggang suatu zat maka laju reaksi
akan semakin besar karena zat tersebut mamiliki partikel yang
makin bebas dan mudah bertumbukan (Martin, 1990).
e. Tekanan
Faktor tekanan yang berlaku jika pereaksi adalah gel. Penambahan
tekanan akan membuat volume suatu zat akan semakin kecil dan
konsentrasi akan semakin besar. Umumnya proses penambahan
tekanan ini dilakukan pada industri amonia (Noerdin, 1986).
f. Katalisator
Katalisator adalah suatu zat yang ditambahkan untuk mempercepat
laju reaksi. Katalisator tidak mengalami perubahan kekal dalam

5
reaksi namun mungkin terlibat dalam reaksi. Katalis mempercepat
suatu reaksi dengan menurunkan energi aktivasi, namun tidak
mengubah entalpi reaksi. Katasis ditambahkan pada zat dalam
jumlah yang sedikit dan umumnya bersifat spesifik untuk setiap
reaksi (Arsyad, 2001). Jadi, katalis tidak muncul dalam laju
persamaan kimia secara keseluruhan, tetapi kehadirannya sangat
mempengaruhi hukum laju, memodifikasi dan mempercepat
lintasan yang ada. Katalis menimbulkan efek yang nyata pada laju
reaksi, meskipun dengan jumlah yang sangat sedikit. Dalam kimia
industri, banyak upaya untuk menemukan katalis yang akan
mempercepat reaksi tertentu tanpa meningkatkan timbulnya produk
yang tidak diinginkan (Oxtoby, 2001).

Gambar 7. Hubungan energi pereaksi terhadap penggunaan katalis.


Sebelum terjadi reaksi, molekul pereaksi harus saling bertumbukan
membentuk suatu molekul kompleks aktif, yang kemudian berubah
menjadi hasil reaksi (Produk). Energi yang di butuhkan untuk
membentuk kompleks aktif ialah yang dinamakan energi aktivasi
(Sukarjo, 1985). Berdasarkan hasil pengamatan, ada dua faktor
yang mempengaruhi keefektifan suatu molekul untuk bertumbukan,
yaitu :
1. Hanya molekul yang lebih energetik dalam campuran reaksi
akan menghasilkan reaksi sebagai hasil tumbukan.
2. Probabilitas tumbukan untuk menghasilkan reaksi bergantung
pada orientasi molekul yang bertumbukan (Petrucci,1985).
Na2S2O3 merupakan hablur besar, tidak berwarna, atau serbuk
hablur kasar. Mengkilap dalam udara lembab dan mekar dalam

6
udara kering pada suhu lebih dari 33°C. Larutannya netral atau
basa lemah terhadap lakmus. Sangat mudah larut dalam air dan
tidak larut dalam etanol (Meredith, 1993).
Asam klorida adalah larutan gas HCl dalam air. Kelarutan gas HCl
ini dalam air dapat mencapai 450 liter per liter air pada suhu 0 oC
dan tekanan 1 atmosfer. Gas HCl tidak berwarna, membentuk
kabut jika terkena udara lembab, baunya sangat menusuk dan
sangat asam. Udara yang mengandung 0,004 % gas tersebut dapat
membunuh. Asam klorida pekat yang murni berupa cairan tidak
berwarna, sedangkan yang teknis berwarna agak kuning karena
mengandung feri. Asam klorida pekat memiliki massa jenis 1,19
dan memiliki kadar sebesar 38%. Asam klorida adalah asam yang
sangat kuat, dapat melarutkan hampir semua logam, termasuk Pb
pada kondisi panas, kecuali logam-logam mulia (Cotton dan
Wilkinson, 1989).
III. Alat dan Bahan
Alat Bahan
1. Gelas kimia 1. Lar. Na2S2O3 0,2 M
2. Pembakaran spiritus 2. Lar. HCl 2 M
3. Kaki tiga dan kasa
4. Termometer
5. Stopwatch
6. Gelas ukur
IV. Gambar Rangkaian Alat

Gambar gelas kimia Gambar pembakar spiritus

7
Gambar kaki tiga dan kasa Gambar Stopwatch

Gambar termometer Gambar gelas ukur

V. Cara Kerja
1. Membuat tanda silang pada sehelai kertas putih
2. Memasukkan 50 Ml Na2S2O3 0,2 M kedalam gelas kimia. Meletakan
gelas kimia diatas kertas bertanda silang. mengukur suhu larutan dan
mencatatnya, menambahkan 5 Ml larutan HCl, mengukur dan catat
waktu yang dibutuhkan sejak penambahan larutan HCl sampai tanda
silang tidak terlihat lagi.
3. Memasukan 50 Ml larutan Na2S2O3 0,2 M kedalam gelas kimia.
Memanaskan larutan hingga 10oC diatas larutan percobaan pertama.
mencatat suhunya. Meletakkan gelas kimia diatas kertas bertanda
silang, kemudian menambahkan 5 Ml larutan HCl catat waktu seperti
diatas.

8
VI. Hasil Pengamatan
No. Zat Suhu Waktu reaksi Warna yang dihasilkan
Putih pekat, berangsur
1 Na2S2O3 2,8o C 19 s
menjadi putih semu kuning
2 Na2S2O3 12,8o C 9,5 s Putih semu kuning

VII. Pembahasan
No. Pembahasan
1 Suhu larutan rendah maka waktu yang dibutuhkan untuk reaksi
lama. Hal ini dikarenakan dengan suhu rendah, maka sulit
menaikan energi aktivasi dan zat menjadi lebih sulit bergerak
sehingga lebih sulit terjadi tumbukan dan laju reaksi akan menjadi
lebih lambat. Dengan laju reaksi yang lambat maka perubahan yang
terjadi pada zat juga lambat (perubahan warna pada larutan lambat,
dapat dilihat, saat detik ke 19 baru terjadi perubahan warna).
2 Suhu larutan tinggi maka waktu yang dibutuhkan untuk reaksi
singkat. Hal ini dikarenakan dengan suhu tinggi, maka lebih mudah
menaikan energi aktivasi dan zat menjadi lebih mudah bergerak
sehingga lebih mudah terjadi tumbukan dan laju reaksi akan
menjadi lebih cepat. Dengan laju reaksi yang cepat maka perubahan
yang terjadi pada zat juga cepat (perubahan warna cepat, dapat
dilihat, perubahan warna terjadi pada detik ke 9,5. Lebih cepat dari
larutan pertama).

Pertanyaan :
Bagaimana pengaruh suhu terhadap kecepatan reaksi antara larutan
Na2S2O3 0,2 M dengan larutan HCl? Jelaskan sebabnya!

9
Jawaban :
pengaruh suhu terhadap kecepatan reaksi antara larutan Na2S2O3 0,2 M
dengan larutan HCl yaitu, semakin tinggi suhu Na2S2O3 maka laju reaksi
semakin cepat, semakin rendah suhu Na2S2O3 maka laju reaksi semakin
lambat. Hal ini dikarenakan dengan suhu tinggi, maka Na2S2O3 lebih
mudah menaikan energi aktivasinya dan zat menjadi lebih mudah bergerak
sehingga lebih mudah terjadi tumbukan dan laju reaksi akan menjadi lebih
cepat.

VIII. Kesimpulan
Suhu berpengaruh terhadap laju reaksi karena laju reaksi pada suhu rendah
dan suhu tinggi berbeda. Semakin tinggi suhu maka semakin cepat laju
reaksi, semakin rendah suhu maka semakin lambat laju reaksi. Tinggi
rendahnya laju reaksi dapat dilihat dari cepat atau lambatnya perubahan
yang terjadi pada zat. Kenaikan suhu dapat mempercepat laju reaksi
karena dengan naiknya suhu energi kinetik partikel zat-zat meningkat
sehingga memungkinkan semakn banyaknya tumbukan efektif yang
menghasilkan perubahan. Hal ini dibuktikan dengan larutan Na2SO3
dengan suhu 12,8o C bereaksi lebih cepat dibandingkan dengan larutan
Na2SO3 2,8o C.

10
Daftar Pustaka

Atkins, P.W. 1990. Kimia Fisika Jilid II Edisi V Penerjemah Kartohadiprodjo.


Jakarta : Erlangga.
Basuki, Atastina Sri, dan Setijo Bismo. 2003. Buku Panduan Praktikum Kimia
Fisika. Jakarta : Tim Dosen Laboratorium Dasar Proses Kimia Universitas
Indonesia.
Cotton dan Wilkinson. 1989. Kimia Anorganik Dasar. Jakarta : Universitas
Indonesia Press.
Dogra, S.K dan S.Dogra.1990.Kimia Fisik dan soal-soal. Jakarta : Penerbit
Universitas Indonesia.
Gilles, R.V. 1984. Mekanika Fluida dan Hidrolika Edisi II Penerjemah Herwan
Widodo. Jakarta : Erlangga.
Martin, A. 1990. Farmasi Fisika. Jakarta : UI-Press.
Noerdin, I. 1986. Buku Materi Pokok Larutan. Jakarta : Karonika.
Keenan, K. dan Wood. 1990. Kimia Untuk Universitas Jilid I Edisi VI
Penerjemah Aloysius, H. Pudjaatmaka. Jakarta : Erlangga.
Oxtoby, dkk.2001.Prinsip-prinsip Kimia Modern edisi keempat jilid 1. Jakarta:
Erlangga.
Petrucci, K.H, 1985. Kimia Dasar Edisi IV Jilid II Penerjemah Suminar S.
Achmadi. Jakarta : Erlangga.
Roth, H.G dan Blaschke. S. 1985. Analisis Farmasi Penerjemah Sarjono Kumar.
Yogyakarta : UGM-Press.
Sukarjo, 1985. Kimia Koordinasi. Jakarta : Binarupa Aksara.
Wiryoatmojo, S. 1988. Kimia Fisika I. Jakarta : Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.

11

Anda mungkin juga menyukai