Anda di halaman 1dari 14

RENCANA USAHA DAN KEGIATAN

PT AGRO LESATARI MANDIRI

A. IDENTITAS PEMRAKARSA

1. Nama Perusahaan : PT Agro Lestari Mandiri


2. Nama Penanggung jawab : Tuan Jenardi Purnama
3. Alamat Kantor : Plaza BII, Menara 2, Lantai 30, JL. M.H.
Thamrin Kav.22 No. 51
4. Telp/fax : 3925777

B. RENCANA USAHA ATAU KEGIATAN


1. Nama Rencana Usaha atau Kegiatan
PT Agro Lestari Mandiri merupakan perusahaan yang bergerak di bidang
industri minyak kelapa sawit.

2. Lokasi Rencana Usaha dan Kegiatan


PT ALM beralamat di Plaza BII, Menara 2, Lantai 30, Jl. M.H. Thamrin
Kav. 22 No. 51, Kelurahan Gondangdia, Kecamatan Menteng, Kotamadya
Jakarta Pusat 10350. Kantor Perwakilannya beralamat di Jl. Dr. Sutomo, Gang
Kamboja No.67 A, Ketapang, Kalimantan Barat. Secara geografis, areal PT Agro
Lestari Mandiri terletak antara 02004’46” - 02o10’07” LS dan 110o32’12” - 110o38’20’
BT.

Gambar 1. Peta Lokasi PT Agro Lestari Mandiri


Perkebunan dan Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit PT ALM terletak pada
hamparan lahan di Kecamatan Nanga Tayap Kabupaten Ketapang Provinsi
Kalimantan Barat. Batas-batas wilayahnya adalah sebagai berikut :
Sebelah Utara : berbatasan dengan lahan PT Sepanjang Inti Surya
Sebelah Selatan : berbatasan dengan lahan PT Arthur Borneo
Sebelah Timur : berbatasan dengan lahan PT Sawit Jaya Makmur
Sebelah Barat : berbatasan dengan PT Golden Youth Plantation
dan PT Ladang Sawit Mas

3. Skala Usaha atau Kegiatan

Kegiatan PT ALM utama adalah penanaman dan pemanenan pohon


kelapa sawit, pengolahan tandan buah segar menjadi minyak sawit mentah
("CPO") dan palm kernel, dan pemurnian CPO menjadi nilai tambah produk
seperti minyak goreng, margarin dan shortening. Luas area perkebunan PT
ALM 137.543 hektar. Sedangkan , produksi buah sawit mencapai 641.084 ton
(termasuk produksi plasma) kapasitas produksi 162.087 ton CPO per tahun,
dan inti sawit (PKO) sebesar 34.881 ton untuk inti sawit.
Untuk pembangkit tenaga listrik menggunakan 1 (Satu) unit Turbin
kapasitas 900 KW dan 2 (dua) unit diesel generator set 350 KW (400 KVA)
dan 200 KW. Sedangkan sumber air bersih menggunakan air sungai yang telah
diolah terlebih dahulu. Apabila sungainya kecil maka harus dibuat waduk
(Water Reservoir) yang menampung air + 30.000 M3, sehingga tidak kesulitan
untuk supply kebutuhan air. Untuk kapasitas 30 – 60 Ton TBS per jam
diperlukan + 60 m3 air per jam. Jadi Water Reservoir tersebut muat 25 hari
kerja, berarti cukup menampung kebutuhan air selama 1 (satu) bulan.

4. Garis Besar Komponen Rencana Usaha atau Kegiatan


 Bahan baku
Hampir semua bagian pohon kelapa sawit dapat dijadikan bahan baku
industri. Hasil utama pohon kelapa sawit adalah buah kelapa sawit. Dari
buahnya dapat diperoleh minyak untuk bahan baku industri pangan
maupun non pangan. Buah kelapa sawit juga menghasilkan sabut untuk
industri bubur kertas (pulp), dinding partisi (particle board) atau
dibakar sebagai energi yang bisa dimanfaatkan untuk menggerakkan
mesin di pabrik pengolahan kelapa sawitnya sendiri. Sludge atau
lumpur endapan sisa bahan olah, yang diperoleh dari ampas setelah
minyak sawit diambil, masih dapat digunakan untuk bahan baku
industri pupuk atau dijadikan pakan ternak. Minyak sawit juga dapat
digunakan sebagai bahan utama biodiesel atau bahan bakar nabati
pengganti minyak solar. Dari biji buah kelapa sawit dapat dihasilkan
inti sawit yang merupakan minyak sawit untuk minyak makanan
kualitas utama dan bahan baku mentega. Bungkil atau ampas bijinya
dapat digunakan sebagai pupuk dan pakan ternak. Cangkang biji kelapa
bisa dijadikan karbon aktif, bahan baku industri kimia, atau bahan
pengisi. Sedangkan tandan kosong dan batang sawit masih memiliki
kegunaan yang banyak, misalnya untuk bahan baku industri kertas,
bahan pengisi, atau sebagai bahan bakar mesin untuk pabrik itu sendiri.

 Proses dalam kegiatan industri kelapa sawit


1. Tahap Pra Konstruksi
a. Persiapan
b. Perolehan lahan
2. Tahap Konstruksi
a. Pembukaan lahan
b. Pembibitan tanaman kelapa sawit
c. Penanaman
d. Panen
3. Tahap Pasca Konstruksi
a. Pra produksi
1) Rekrutmen tenaga kerja lapangan
2) Mobilisasi hasil panen dan produksi
b. Produksi
1) Stasiun Penimbangan dan Sortasi
2) Stasiun Loading Ramp
3) Stasiun Perebusan
4) Stasiun Perontokan Buah dari Tandan
5) Stasiun Pengolahan Minyak dari Daging Buah
6) Stasiun Pemurnian Minyak
7) Stasiun Pengolahan Inti Sawit
8) Pendistribusian Hasil Produksi ke Konsumen

C. KEGIATAN-KEGIATAN INDUSTRI KELAPA SAWIT


1. TAHAP PRA KONSTRUKSI
a. Persiapan
Deskripsi : Kegiatan awal pembangunan kebun kelapa sawit adalah studi
kelayakan. Kegiatan ini bertujuan untuk menentukan lokasi dan mencocokkan
kesesuaian lingkungan untuk pertumbuhan tanaman kelapa sawit. Dalam kegiatan
ini juga dikumpulkan data mengenai ketersediaan sumber air, akses jalan dan
faktor pendukung lainnya. Membuat perencanaan luas kebun dan tata ruang yang
berkaitan dengan pembagian areal untuk lokasi pembibitan, jaringan jalan dan
jembatan, bangunan konservasi, tata air atau drainase, komplek perkantoran dan
perumahan, pabrik.

Dampak : hutan yang seharusnya tempat tinggal flora dan fauna beralih fungsi
menjadi lahan perkebunan yang menyebabkan terancamnya habitat flora dan fauna
tersebut.

b. Perolehan Lahan
Deskripsi : Sebelum melakukan pembukaan lahan pada tahap awal
pembangunan kebun, perusahaan bersama dengan Pemda telah melakukan
sosialisasi dengan masyarakat untuk melakukan inventarisasi lahan yang dimiliki,
dikuasai, pernah diusahakan, serta memiliki tanam tumbuh. Kemudian, untuk
lahan-lahan yang tidak termasuk hasil inventarisasi disetujui bersama sebagai
tanah negara dan perusahaan diizinkan oleh masyarakat, tokoh-tokoh masyarakat
dan kepala desa untuk membukanya terlebih dahulu terutama pada areal kosong
dan lahan kritis. Terhadap lahan-lahan yang telah terinventarisasi sebagai milik,
atau pernah dikuasai, atau memiliki tanam tumbuh, atau pernah diusahakan oleh
anggota masyarakat, maka perusahaan melakukan negosiasi pelepasan lahan.
Lahan yang dikuasai masyarakat umumnya hanya didasarkan pada hak tradisional
yaitu karena mereka atau orang tua mereka pernah membuka lahan tersebut untuk
kegiatan perladangan.
Kegiatan inventarisasi penguasaan lahan ini dikoordinasikan dengan
satuan tugas (Satgas) dan satuan pelaksanaan (Satlak) yang dibentuk oleh
pemerintah Kabupaten. Setelah data inventarisasi lahan tersebut diperoleh,
perusahaan membuat peta untuk mengetahui lahan-lahan yang dikuasai
masyarakat dan bersedia diserahkan ke perusahaan, lahan-lahan yang dikuasai
masyarakat dan tidak bersedia diserahkan ke perusahaan, dan tanah negara. Lahan-
lahan yang dikuasai masyarakat dan tidak bersedia diserahkan ke perusahaan
ditetapkan sebagai enclave.

Dampak : Urusan perolehan lahan tak jarang menimbulkan sengketa di


antara penduduk. Masyarakat yang menolak menjual lahan akan berseberangan
posisi dengan masyarakat lain yang mau menjual lahannya. Hal ini tentu dapat
merusak kerukunan penduduk. Persengketaan antarpenduduk dapat juga terjadi
akibat status kepemilikan tanah yang tidak jelas. Lahan yang sama diakui oleh dua
pihak atau lebih. Transaksi jual-beli lahan akan mempengaruhi tingkat pendapatan
masyarakat. Sebagai konsekuensi, hak dan kepemilikan masyarakat terhadap lahan
tersebut akan hilang. Jika kebetulan lahan itu merupakan bagian dari tanah
pertanian, perkebunan, atau lahan yang digunakan masyarakat asli, kegiatan bisa
berdampak langsung pada pola mata pencarian mereka sebelumnya.

2. TAHAP KONSTRUKSI
a. Pembukaan Lahan
Deskripsi : Tahap paling penting dalam membangun kebun kelapa sawit
adalah ketika pembukaan lahan. Saat pembukaan lahan, ada dua kegiatan yang
perlu mendapat perhatian, yaitu pembukaan lahan tanpa bakar (zero burning) dan
konservasi lahan dan air. Hal yang penting diperhatikan dalam membuka lahan
tanpa pembakaran adalah tatacara dan tahapan teknis kegiatan yang disusun secara
bertahap dan sistematis. Pada topografi areal yang bergelombang atau berbukit,
sebelum dilakukan penanaman, diharuskan menerapkan teknik konservasi lahan
dan air. Konservasi lahan penting untuk mencegah longsor, erosi, dan banjir.
Konservasi lahan juga sangat bermanfaat untuk perawatan tanaman di kemudian
hari. Pilihan teknik dan waktu konservasi tanah sangatlah penting. Jika teknik yang
dilakukan salah, akan bisa berakibat sebaliknya. Pada musim hujan, daerah dengan
kemiringan lebih dari 15% menjadi sangat rawan jika vegetasi penutup tanahnya
dibuka. Daerah dengan kemiringan lebih dari 30% atau sebelah kiri dan kanan
daerah aliran sungai selebar 200 m, tidak boleh dibuka. Daerah ini selain
bermanfaat untuk habitat satwa juga penting untuk mencegah kerusakan vegetasi
penutup tanah. Lahan yang perlu mendapat perhatian untuk dikonservasi terutama
yang memiliki bentuk berombak dan berbukit dengan kemiringan lereng 8 – 30%.
Konservasi lahan dapat dilakukan secara fisik dan biologi. Konservasi secara fisik
dilakukan dengan membuat teras dan saluran untuk jalan air.

Dampak : Kegiatan pembangunan perkebunan kelapa sawit dimulai


dengan pembukaan lahan. Kegiatan pembukaan lahan akan mengubah tutupan
lahan (land coverage). Pembukaan lahan di dekat kawasan hutan akan sangat
berpengaruh pada populasi dan sebaran hewan dan tumbuhan terutama yang
dilindungi oleh undang-undang. Perkebunan kelapa sawit akan mengganti fl ora-
fauna yang beragam dengan pohon-pohon kelapa sawit yang monokultur. Hal
tersebut menyebabkan perubahan perilaku pada satwa liar karena terjadinya
perubahan habitat. Di beberapa tempat terjadi kemunculan kembali satwa yang
dilindung seperti gajah, orangutan, atau harimau pada lokasi tersebut. Munculnya
satwa liar di kebun kelapa sawit akan menimbulkan banyak gangguan. Jika
pembukaan lahan dilakukan dengan pembakaran hutan dapat menyebabkan
kebakaran hutan dan lahan , menimbulkan polusi udara, kematian satwa yang
menghuni hutan tersebut dan hilangnya struktur kesuburan tanah. Teknik
konservasi lahan dan air yang salah dapat menyebabkan longsor, erosi dan banjir.

b. Pembibitan kelapa sawit


Deskipsi : Bibit kelapa sawit biasanya disediakan dalam bentuk
kecambah. Untuk tanaman dengan kerapatan 130 pohon per ha, diperlukan
180–185 kecambah per ha. Pembibitan kelapa sawit dapat dilakukan dengan
menggunakan satu atau dua tahap pembibitan. Untuk pembibitan
menggunakan satu tahap (single stage), dilakukan dengan menanam bibit
langsung pada polybag ukuran besar (50 cm x 40 cm). Sedangkan untuk
sistem pembibitan dua tahap (double stage), bibit ditanam pada polybag
kecil (22 cm x 14 cm) selama sekitar 3 bulan, setelah itu baru dipindahkan
ke polybag besar. Pembibitan dua tahap memiliki keuntungan karena dapat
mengatur ketersediaan bibit dan dapat dilakukan seleksi bibit yang baik.

Dampak : Pada saat tanaman mulai tumbuh biasanya sudah mulai


dibutuhkan pemupukan dan penyemprotan pestisida. Untuk mencegah
perkembangan hama dan penyakit, penyemprotan biasanya dilakukan seminggu
sekali. Penggunaan pestisida berlebihan dapat mencemari tanah.

c. Penanaman

- Persiapan penanaman
Deskipsi : Persiapan penanaman dilakukan dengan membuat
petak-petak barisan tempat lokasi tanaman akan ditanam. Pembuatan
ini biasa disebut dengan mengajir atau memancang. Sebelum
mengajir, biasanya dibuat blok-blok dan jalan rintisan. Setiap blok
memiliki luas sekitar 400 m x 400 m atau lebih. Kepadatan tanaman
biasanya 130 tanaman per ha pada jarak tanam 9,5 m x 9,5 m dengan
sistem segitiga.

Dampak : Apabila tidak dilakukan persiapan penanaman,


bibit yang akan ditanam tidak sesuai dengan lahan, maka tanaman
kelapa sawit akan mengalami kesulitan untuk tumbuh.

- Pembuatan lubang tanaman


Deskipsi : Pembuatan lubang tanam dilakukan 2 (dua) minggu
sebelum penanaman. Lubang tanam biasanya berukuran 40 cm x 40
cm x 40 cm. Dalam radius 1,5 m, di sekitar titik tanam, harus
dibersihkan gulma atau tanaman pengganggu.

Dampak : Dilakukan pembuatan lubang 2 minggu sebelum


penanaman agar bibit dapan menyesuaikan kondisi tanah yang baru
dan agar tanaman kelapa sawit tidak terganggu oleh gulma dan
tanaman yang mengganggu atau merugikan bagi tanaman kelapa
sawit. Pencemaran air permukaan oleh pupuk dan pestisida.

- Penanaman
Deskipsi : Pelaksanaan penanaman diusahakan pada musim
hujan untuk menjaga agar tanaman mendapat cukup air. Penanaman
bibit dilakukan oleh satu regu yang terdiri dari 3 orang pekerja untuk
membuat lubang, membawa kecambah, dan menutup tanah.

Dampak : Agar tanaman kelapa sawit tidak kekeringan dan


tumbuh subur menghasilkan buah yang terbaik.
- Pemeliharaan
Deskipsi : Pemeliharaan Tanaman Belum Menghasilkan
(TBM) Tanaman belum menghasilkan adalah tanaman yang baru
ditanam dari bibit sampai berumur 30-36 bulan. Selama masa TBM,
Saat pemeliharaan TBM, biasanya dilakukan juga seleksi tanaman
untuk memilih tanaman yang berkualitas baik. Tanaman kelapa
sawit mulai berbunga pada umur 12-14 bulan. Panen yang
menguntungkan secara ekonomis baru terjadi pada saat tanaman
berumur 2,5 tahun. Tanaman kelapa sawit akan berproduksi optimal
jika dipelihara dengan baik. Pemeliharaan TM meliputi
pengendalian tanaman liar yang mengganggu (gulma),
pemangkasan pelepah, pengendalian hama dan penyakit,
pemupukan dan pemeliharaan jalan rintisan.

Dampak : Ketika kelapa sawit mulai ditanam, penggunaan pupuk


dan pestisida (termasuk insektisida dan herbisida) akan meningkat
menyebabkan dampak negatif kualitas dan kuantitas air permukaan dan
bawah permukaan, morfologi lahan, stabilitas lahan, dan sifat fi sik dan
kimiawi tanah.

d. Panen
Deskipsi : Tanaman kelapa sawit sudah dapat berbuah produktif
setelah umur 3 tahun. Puncak produksi terbaik adalah setelah umur 5
(lima) tahun. Saat itu, jumlah tandan yang dapat dipanen sudah mencapai
lebih dari 60%, atau berat rata-rata tandan sudah lebih dari 3 kilogram.
Pengangkutan tandan buah segar (TBS) menuju pabrik biasanya
menggunakan truk. Untuk menghasilkan persentase perolehan minyak
(rendemen) yang baik, buah segar yang baru dipetik harus segera dikirim
ke pabrik. Oleh karena itu, kegiatan pengiriman buah segar dari kebun ke
pabrik dilakukan siang dan malam. Pada umur 5 tahun, pohon kelapa sawit
dapat berbuah sepanjang tahun. Musim panen paling rendah biasanya
hanya terjadi pada bulan Januari sampai Juni. Pada bulan-bulan itu,
kegiatan lalu lintas pengangkut buah dari kebun relatif lebih sepi.

Dampak : berupa kotoran seperti daun-daunan, tandan buah segar


yang busuk atau kering dan kegiatan pengangkutan TBS yang dilakukan
siang dan malam menyebabkan kebisingan dan gangguan lalu lintas jalan,
serta kemungkinan dapat merusak jalan karena dilewati oleh truk yang
mengangkut TBS dengan kapasitas besar.

3. TAHAP PASCA KONSTRUKSI


a. Pra Produksi
1) Rekrutment Tenaga Kerja Lapangan
Proses pencarian dan penerimaan tenaga produksi
operasional melalui survey dan observasi langsung di sekitar lokasi
pembangunan kebun, proses dilaksanakan sesuai prosedur dan standart
pemilihan SDM yang telah ditentukan.

Dampak: lebih kepada dampak sosial berupa penerimaan


oleh masyarakat, peningkatan pendapatan ataupun perubahan pola
pencaharian sekitar perkebunan, dan terjadinya interaksi antara
pemrakarsa dengan penduduk dan penduduk dengan penduduk.

2) Mobilisasi hasil panen dan produksi


Proses mobilisasi berupa kegiatan transportasi dan pemindahan
barang hasil panen maupun produksi yang dilakukan baik menggunakan
kendaraan bermotor maupun tidak bermotor.

Dampak: Dampak negatif berkaitan dengan kenyamanan


kawasan. Gangguan tersebut akibat lalu lalangnya kendaraan pengangkut
di jalan yang dekat dengan pemukiman, dapat berlangsung mulai tahap
konstruksi sampai tahap beroperasinya perkebunan. Di tahap konstruksi,
berlangsung pada saat dilakukannya mobilisasi alat dan bahan. Pada
tahap operasi, berlangsung ketika pengangkutan hasil dari kebun ke
pabrik. Apalagi saat kegiatan panen kelapa sawit berlangsung setiap hari.
Sifat dampak tidak tetap dan lokal. Biasanya hanya terjadi pada daerah
lintasan antara kebun dan pabrik.
b. Produksi

Diagram Alir Proses Pengolahan Kelapa Sawit


Setelah di panen tandan buah segar (TBS) segera dikirim ke pabrik, terdiri
dari beberapa bagian untuk proses pengolahan kelapa sawit yaitu :
1) Stasiun Penimbangan dan Sortasi
Setelah buah kelapa sawit sampai di pabrik, petugas langsung melakukan
penimbangan. Jenis timbangan yang digunakan adalah timbangan secara
komputerisasi (digital). Truk yang membawa (TBS) masuk melalui jembatan
penimbangan satu persatu secara digital. Truk yang telah melalui jembatan timbang
akan di bongkar muatan TBSnya dilapangan pelataran. Untuk menjaga kualitas
produk akhir maka setelah pembongkaran akan dilakukan sortasi. Buah yang lolos
sortir akan masuk ke bagian pemasakan dengan menggunakan lori atau kereta
pengangkut. Bagian yang tidak lolos akan dibuang dan dikeringkan menjadi bahan
bakar ketel uap.

Dampak : menghasilkan limbah padat yaitu berupa TBS yang tidak lolos
penyortiran. Kualitas udara menurun akibat debu.

2) Stasiun Loading Ramp


TBS yang telah ditimbang atau sortasi, kemudian ditampung ke loading
ramp. Loading ramp adalah tempat penimbunan yang lantainya berkisi-kisi yang
posisinya dibuat miring serta dilengkapi sekat, pintu yang digerakkan oleh pompa
hidrolik. Fungsi loading ramp adalah sebagai tempat penampungan sementara TBS
sebelum diolah.
Tujuan dibuat miring adalah untuk mempermudah pemasukan TBS ke
dalam lori, sedangkan lantai berkisi untuk mengurangi kadar kotoran (tanah, pasir,
daun) yang melekat di TBS tersebut. Lori merupakan alat penampungan TBS yang
akan direbus atau sebagai penampungan TBS yang tidak tertampung di loading
ramp.

Dampak : pada tahap ini dihasilkan debu, penurunan kualitas udara,


kotoran berupa tanah, pasir, daun.

3) Stasiun Perebusan
Tandan buah segar setelah ditimbang kemudian dimasukkan ke dalam lori
rebusan yamg terbuat dari plat baja berlubang- lubang (cage) dan langsung
dimasukkan dalam sterilizer yaitu bejana perebusan yang menggunakan uap air
yang bertekanan antara 2,2 sampai 3,0 kg/cm2. Proses perebusab ini dimaksudkan
untuk mematikan enzim-enzim yang dapat menurunkan kualitas minyak.
Disamping itu juga dimaksudkan agar bauh mudah lepas dari tandannya dan
memudahkan pemisahan cangkang dan inti dengan keluarnya air dan biji. Proses
ini berlangsung selama 90 menit dengan menggunakan uap air. Yang berkekuatan
antara 280 sampai 290 kg/ton TBS. Dengan proses ini dapat dihasilkan kondensat
yang mengandung 0,5 % minyak ikutan pada temperatur tinggi. Tandan buah yang
sudah direbus dimasukkan ke dalam Threser dengan menggunakan Hois-ting
Crane.

Dampak : Pada tahap menghasilkan limbah cair berupa kondensat, kualitas


fisik seperti kebisingan akibat mesin perebusan, asap akibat bahan bakar perebusan,
kelembaban tinggi, panas, debu.

4) Stasiun Perontokan Buah dari Tandan


Buah yang masih melekat pada tandannya akan dipisahkan dengan
menggunakan prinsip bantingan sehingga buah tersebut terlepas kemudian
ditampung dan dibawa oleh Fit Conveyor ke digester. Tujuannya untuk
memisahkan brondolan (fruilet) dari tangkai tandan. Alat yang digunakan disebut
thresher dengan drum berputar (rotari drum thresher), hasil stripping tidak selalu
100%, artinya masih ada brondolan yang melekat pada tangkai tandan, hal ini yang
disebut dengan USB (Unstripped Bunch). Untuk mengatasi hal ini, maka dipakai
sistem “Double Threshing”. Sistem ini bekerja dengan cara tandan kosong / EFB
(Empty Fruit Bunch) dan USB yang keluar dari thresher pertama, tidak langsung
dibuang, tetapi masuk ke threser kedua yang selanjutnya EFB dibawa ketempat
pembakaran (incenerator) dan dimanfaatkan sebagai produk samping.

Dampak : menghasilkan kebisingan, limbah padat berupa tandan kosong,


tangkai tandan, debu.

5) Stasiun Pengolahan Minyak dari Daging Buah


Brondolan buah (buah lepas) yang dibawa oleh Fruit Conveyor dimasukkan
ke dalam Digester atau peralatan pengaduk. Di dalam alat ini dimasudkan supaya
buah terlepas dari biji. Dalam proses pengadukan (digester) ini digunakan uap air
yang temperaturnya selalu dijaga agar stabil antara 80o- 90o C. Setelah masa buah
dari proses pengadukan selesai kemudian dimasukkan ke dalam alat pengeprasan
(Scew Press) agar minyakkeluar dari biji dan fibre. Untuk proses pengeprasan ini
perlu tambahan panas sekitar 10 % s/d 15 % terhadap kapasitas pengeprasan. Dari
pengeprasan tersebut akan diperoleh minyak kasar dan ampas serta biji.
Sebelum minyak kasar tesebut ditampung pada Crude Oil Tank, harus
dilakukan pemisahan kandungan pasirnya pada Sand Trap yang kemudian
dilakukan penyaringan (Vibrating Screen), sedangkan ampas dan biji yang masih
mengandung minyak (oil sludge) dikirim ke pemisahan ampas dan biji
(Deperincarper).
Dalam proses penyaringan minyak kasar tersebut perlu ditambahkan air
panas untuk melancarkan penyaringan minyak tersebut. Minyak kasar (Crude Oil)
kemudian dipompakan ke dalam Decenter guna memisahkan Solid dan Liquid.
Pada fase cair yang berupa minyak, air dan masa jenis ringan ditampung pada
Countnuous Settling Tank, minyak dialirkan ke oil tank dan pada fase berat (sludge)
yang terdiri dari air dan padatan terlarut ditampung ke dalam Sludge Tank yang
kemudian dialirkan ke Sludge Separator untuk memisahkan minyaknya.

Dampak : menghasilkan limbah cair berupa sludge, limbah padat berupa


ampas dan biji, panas dan kelembaban udara.

6) Stasiun Pemurnian Minyak


Minyak dari oil tank kemudian dialirkan ke dalam Oil Purifer untuk
memisahkan kotoran /solid yang mengandung kadar air. Selanjutnya dialirkan ke
Vacuum Drier untuk memisahkan air sampai pada batas standart. Kemudian
melalui Sarvo Balance, maka minyak sawit dipompakan ke tangki timbun (Oil
Storage Tank).

Dampak : menghasilkan limbah cair

7) Stasiun Pengolahan Inti Sawit


Ampas kempa yang terdiri dari biji dan serabut dimasukkan ke dalam
Depericaper melalui Cake Brake Conveyor yang dipanaskan dengan uap air agar
sebagian kandungan air dapat diperkecil, sehingga Press Cake terurai dan
memudahkan proses pemisahan. Pada Depericaper terjadi proses pemisahan fibre
dan biji. Pemisahan terjadi akibat perbedaan berat dan gaya isap blower. Biji
tertampung pada Nut Silo yang dialiri dengan udara panas antara 60o – 80o C selama
18 – 24 jam agar kadar air turun dari sekitar 21 % menjadi 4 %.
Sebelum biji masuk ke dalam Nut Craker terlebih dahulu diproses di dalam
Nut Grading Drum untk dapat dipisahkan ukuran besar kecilnya. Biji yang
disesuaikan dengan fraksi yang telah ditentukan. Nut kemudian dialirkan ke Nut
Craker sebagai alat pemecah. Masa biji pecah dimasukkan dalam Dry Seperator
(proses pemisahan debu dan cangkang halus) utuk memisahkan cangkang halus ,
biji utuh dengan cangkang /inti. Masa cangkang bercampur inti dimasukkan ke
dalam Hydro Cyclone untuk memisahkan antara inti dengan cangkang. Inti
dialirkan masuk ke dalam Kernel Drier untuk proses pengeringan sampai kadar
airnya mencapai 7 % dengan tingkat pengeringan 50oC, 60oC dan 70oC dalam
waktu 14 – 16 jam. Selanjutnya guna memisahkan kotoran, maka dialirkan melalui
Winnowing Kernel (Kernel Storage), sebelum diangkut dengan truk ke pabrik
pemproses berikutnya.
Dampak : kelembaban tinggi, limbah padat berupa biji, cangkang, debu,
kebisingan dari mesin, debu.

8) Pendistribusian Hasil Produksi


Setelah diolah minyak siap untuk dikemas dengan mesin dan disimpan
dalam gudang penyimpanan hasil produk untuk didistribusikan ke distributor
bahan pangan dan akhirnya sampai ke konsumen. Pengangkutan produk ke
distributor adalah dengan menggunakan truk.

Dampak : di dalam gudang penyimpanan kemungkinan terjadi


kontaminasi antara komponen yang tidak diinginkan dengan produk, mis : tikus,
hama gudang, debu, dll. Pada saat pengangkutan dengan truk mengganggu
kenyamanan warga sekitar,

Anda mungkin juga menyukai