A. IDENTITAS PEMRAKARSA
Dampak : hutan yang seharusnya tempat tinggal flora dan fauna beralih fungsi
menjadi lahan perkebunan yang menyebabkan terancamnya habitat flora dan fauna
tersebut.
b. Perolehan Lahan
Deskripsi : Sebelum melakukan pembukaan lahan pada tahap awal
pembangunan kebun, perusahaan bersama dengan Pemda telah melakukan
sosialisasi dengan masyarakat untuk melakukan inventarisasi lahan yang dimiliki,
dikuasai, pernah diusahakan, serta memiliki tanam tumbuh. Kemudian, untuk
lahan-lahan yang tidak termasuk hasil inventarisasi disetujui bersama sebagai
tanah negara dan perusahaan diizinkan oleh masyarakat, tokoh-tokoh masyarakat
dan kepala desa untuk membukanya terlebih dahulu terutama pada areal kosong
dan lahan kritis. Terhadap lahan-lahan yang telah terinventarisasi sebagai milik,
atau pernah dikuasai, atau memiliki tanam tumbuh, atau pernah diusahakan oleh
anggota masyarakat, maka perusahaan melakukan negosiasi pelepasan lahan.
Lahan yang dikuasai masyarakat umumnya hanya didasarkan pada hak tradisional
yaitu karena mereka atau orang tua mereka pernah membuka lahan tersebut untuk
kegiatan perladangan.
Kegiatan inventarisasi penguasaan lahan ini dikoordinasikan dengan
satuan tugas (Satgas) dan satuan pelaksanaan (Satlak) yang dibentuk oleh
pemerintah Kabupaten. Setelah data inventarisasi lahan tersebut diperoleh,
perusahaan membuat peta untuk mengetahui lahan-lahan yang dikuasai
masyarakat dan bersedia diserahkan ke perusahaan, lahan-lahan yang dikuasai
masyarakat dan tidak bersedia diserahkan ke perusahaan, dan tanah negara. Lahan-
lahan yang dikuasai masyarakat dan tidak bersedia diserahkan ke perusahaan
ditetapkan sebagai enclave.
2. TAHAP KONSTRUKSI
a. Pembukaan Lahan
Deskripsi : Tahap paling penting dalam membangun kebun kelapa sawit
adalah ketika pembukaan lahan. Saat pembukaan lahan, ada dua kegiatan yang
perlu mendapat perhatian, yaitu pembukaan lahan tanpa bakar (zero burning) dan
konservasi lahan dan air. Hal yang penting diperhatikan dalam membuka lahan
tanpa pembakaran adalah tatacara dan tahapan teknis kegiatan yang disusun secara
bertahap dan sistematis. Pada topografi areal yang bergelombang atau berbukit,
sebelum dilakukan penanaman, diharuskan menerapkan teknik konservasi lahan
dan air. Konservasi lahan penting untuk mencegah longsor, erosi, dan banjir.
Konservasi lahan juga sangat bermanfaat untuk perawatan tanaman di kemudian
hari. Pilihan teknik dan waktu konservasi tanah sangatlah penting. Jika teknik yang
dilakukan salah, akan bisa berakibat sebaliknya. Pada musim hujan, daerah dengan
kemiringan lebih dari 15% menjadi sangat rawan jika vegetasi penutup tanahnya
dibuka. Daerah dengan kemiringan lebih dari 30% atau sebelah kiri dan kanan
daerah aliran sungai selebar 200 m, tidak boleh dibuka. Daerah ini selain
bermanfaat untuk habitat satwa juga penting untuk mencegah kerusakan vegetasi
penutup tanah. Lahan yang perlu mendapat perhatian untuk dikonservasi terutama
yang memiliki bentuk berombak dan berbukit dengan kemiringan lereng 8 – 30%.
Konservasi lahan dapat dilakukan secara fisik dan biologi. Konservasi secara fisik
dilakukan dengan membuat teras dan saluran untuk jalan air.
c. Penanaman
- Persiapan penanaman
Deskipsi : Persiapan penanaman dilakukan dengan membuat
petak-petak barisan tempat lokasi tanaman akan ditanam. Pembuatan
ini biasa disebut dengan mengajir atau memancang. Sebelum
mengajir, biasanya dibuat blok-blok dan jalan rintisan. Setiap blok
memiliki luas sekitar 400 m x 400 m atau lebih. Kepadatan tanaman
biasanya 130 tanaman per ha pada jarak tanam 9,5 m x 9,5 m dengan
sistem segitiga.
- Penanaman
Deskipsi : Pelaksanaan penanaman diusahakan pada musim
hujan untuk menjaga agar tanaman mendapat cukup air. Penanaman
bibit dilakukan oleh satu regu yang terdiri dari 3 orang pekerja untuk
membuat lubang, membawa kecambah, dan menutup tanah.
d. Panen
Deskipsi : Tanaman kelapa sawit sudah dapat berbuah produktif
setelah umur 3 tahun. Puncak produksi terbaik adalah setelah umur 5
(lima) tahun. Saat itu, jumlah tandan yang dapat dipanen sudah mencapai
lebih dari 60%, atau berat rata-rata tandan sudah lebih dari 3 kilogram.
Pengangkutan tandan buah segar (TBS) menuju pabrik biasanya
menggunakan truk. Untuk menghasilkan persentase perolehan minyak
(rendemen) yang baik, buah segar yang baru dipetik harus segera dikirim
ke pabrik. Oleh karena itu, kegiatan pengiriman buah segar dari kebun ke
pabrik dilakukan siang dan malam. Pada umur 5 tahun, pohon kelapa sawit
dapat berbuah sepanjang tahun. Musim panen paling rendah biasanya
hanya terjadi pada bulan Januari sampai Juni. Pada bulan-bulan itu,
kegiatan lalu lintas pengangkut buah dari kebun relatif lebih sepi.
Dampak : menghasilkan limbah padat yaitu berupa TBS yang tidak lolos
penyortiran. Kualitas udara menurun akibat debu.
3) Stasiun Perebusan
Tandan buah segar setelah ditimbang kemudian dimasukkan ke dalam lori
rebusan yamg terbuat dari plat baja berlubang- lubang (cage) dan langsung
dimasukkan dalam sterilizer yaitu bejana perebusan yang menggunakan uap air
yang bertekanan antara 2,2 sampai 3,0 kg/cm2. Proses perebusab ini dimaksudkan
untuk mematikan enzim-enzim yang dapat menurunkan kualitas minyak.
Disamping itu juga dimaksudkan agar bauh mudah lepas dari tandannya dan
memudahkan pemisahan cangkang dan inti dengan keluarnya air dan biji. Proses
ini berlangsung selama 90 menit dengan menggunakan uap air. Yang berkekuatan
antara 280 sampai 290 kg/ton TBS. Dengan proses ini dapat dihasilkan kondensat
yang mengandung 0,5 % minyak ikutan pada temperatur tinggi. Tandan buah yang
sudah direbus dimasukkan ke dalam Threser dengan menggunakan Hois-ting
Crane.