Anda di halaman 1dari 19

HECTING

A. Luka

1. Definisi
 Luka adalah rusaknya kesatuan/komponen jaringan, dimana secara spesifik
terdapat substansi jaringan yang rusak atau hilang.
 Luka adalah terputusnya kontinuitas suatu jaringan tubuh yang dapat
menyebabkan terganggunya fungsi tubuh sehingga mengganggu aktivitas
fisik.
2. Macam -macam luka
a. Luka insisi (Incised wounds), terjadi karena teriris oleh instrumen yang tajam.
Misal yang terjadi akibat pembedahan. Luka bersih (aseptik) biasanya tertutup
oleh sutura seterah seluruh pembuluh darah yang luka diikat (Ligasi)
b. Luka memar (Contusion Wound), terjadi akibat benturan oleh suatu tekanan dan
dikarakteristikkan oleh cedera pada jaringan lunak, perdarahan dan bengkak.
c. Luka lecet (Abraded Wound), terjadi akibat kulit bergesekan
dengan benda lain yang biasanya dengan benda yang tidak tajam.
d. Luka tusuk (Punctured Wound), terjadi akibat adanya benda, seperti peluru atau
pisau yang masuk kedalam kulit dengan diameter yang kecil.
e. Luka gores (Lacerated Wound), terjadi akibat benda yang tajam seperti oleh
kaca atau oleh kawat.
f. Luka tembus (Penetrating Wound), yaitu luka yang menembus organ tubuh
biasanya pada bagian awal luka masuk diameternya kecil tetapi pada bagian
ujung biasanya lukanya akan melebar.
g. Luka Bakar (Combustio)
3. Proses Penyembuhan Luka
a. Tahap respons inflamasi akut terhadap cedera
Tahap ini dimulai saat terjadinya luka. Pada tahap ini, terjadi proses homeostatis
yang ditandai dengan pelepasan histamin dan mediator lain lebih dari sel-sel
yang rusak, disertai proses peradangan dan migrasi sel darah putih ke daerah
yang rusak.
b. Tahap destruktif
Pada tahap ini, terjadi pembersihan jaringan yang mati oleh leukosit
polimorfonuklear dan makrofag.
c. Tahap poliferatif
Pembuluh darah baru diperkuat oleh jaringan ikat dan menginfiltrasi luka.
d. Tahap maturasi
Pada tahap ini, terjadi reepitelasi, kontraksi luka dan organisasi jaringan ikat.
4. Faktor Yang Mempengaruhi Penyembuhan Luka
a. Vaskularisasi
Mempengaruhi luka karena luka membutuhkan keadaan peredaran darah yang
baik untuk pertumbuhan sel atau perbaikan sel,
b. Anemia
Memperlambat proses penyembuhan luka mengingat perbaikna sel
membutuhkan kadar protein yang cukup, oleh sebab itu orang yang mengalami
kekurangan kadar hemoglobin dalam darah akan mengalami proses
penyembuhan lama.
c. Usia
Kecepatan perbaikan sel berlangsung sejalan denganpertumbuhan atau
kematangan susia seseorang. Namun selanjutnya, proses penuaan dapat
menurunkan sistem perbaikan sel sehingga dapat memperlambat proses
penyembuan luka.
d. Penyakit lain
Adanya penyakit lain seperti diabetes melitus dan ginjal dapat memperlambat
proses penyembuhan luka.
e. Nutrisi
Unsur utama dalam membantu perbaikan sel, terutama karena kandungan zat
gizi yang terdapat di dalamnya. Vitamin A untuk proses epitelisasi dan sintesis
protein, vitamin B kompleks sebagai fibroblas dan mencegah adanya infeksi
serta membentuk kapiler-kapiler darah dan vitamin K membantu sintesis
prorombin dan berfungsi sebagai zat pembekuan darah.
f. Kegemukan, obat-obatan, merokok, dan stress
Orang yang terlalu gemuk, banyak mengonsumsi obat-obatan, merokok atau
stress akan mengalami proses penyembuhan luka yang lebih lama.
B. Heacting
1. Definisi
Heacting atau penjahitan adalah tindakan untuk menyatukan menghubungkan
kembali jaringan tubuh yang terputus atau terpotong (mendekatkan) dan mencegah
kehilangan darah yang tidak perlu (memastikan hemostatis) mencegah infeksi dan
mempercepat proses penyembuhan.
2. Macam-macam jahitan luka
a. Jahitan Simpul Tunggal/Jahitan Terputus Sederhana/Simple Inerrupted Suture
Merupakan jenis jahitan yang sering dipakai dan dapat diaplikasikan pada
semua luka.
Teknik :
 Melakukan penusukan jarum dengan jarak antara setengah sampai 1 cm
ditepi luka dan sekaligus mengambil jaringan subkutannya sekalian
dengan menusukkan jarum secara tegak lurus pada atau searah garis
luka.
 Simpul tunggal dilakukan dengan benang absorbable dengan jarak
antara 1cm.
 Simpul di letakkan ditepi luka pada salah satu tempat tusukan
 Benang dipotong kurang lebih 1 cm.
Jahitan terputus sederhana banyak dipakai untuk menjahit luka di kulit, karena
apabila ada pus (cairan) dapat dilepas satu atau dua jahitan dan membiarkan
yang lain.
b. Jahitan Matras Vertikal/Vertical Mattress suture/Donati/ Near to near and far to
bar
Jahitan dengan menjahit secara mendalam dibawah luka kemudian
dilanjutkan dengan menjahit tepi-tepi luka. Biasanya menghasilkan
penyembuhan luka yang cepat karena di dekatkannya tepi-tepi luka oleh jahitan
ini. Jahitan matras vertikal berguna untuk mendapatkan tepi luka secara tepat,
tetapi tidak boleh dipakai di tempat-tempat yang vaskularisasinya kurang.
Langkah-langkah penjahitan matras vertikal pada prinsipnya sama seperti
pada jahitan kulit terputus, perbedaan beberapa jenis jahitan adalah pada arah
lintasan benangnya dan mungkin juga letak simpulnya. Pada jahitan ini jarak
antara kedua penusukan lebih lebar karena akan dipakai untuk dua kali
penusukan, dan sebelum dilakukan pembuatan simpul jarum kembali
ditusukkan pada kulit dekat tepi luka, kemudian di arahkan keluar ke tepi luka
dengan tidak terlalu dalam.
Selanjutnya dengan bantuan pinset chirurgis tepi kulit di seberangnya
diangkat untuk dilakukan penusukan dari arah dalam tepi luka sejajar dengan
tempat keluarnya jarum dari kulit seberangnya dan menembus ke arah kulit luar
dekat tepi luka dengan jarak sama dengan tempat penusukan kedua pada tepi
luka seberangnya. Pembuatan simpul dilakukan dengan mempertemukan dua
ujung benang panjang dan pendek, dengan teknik sama dengan pada jahitan
kulit terputus.
c. Jahitan matras Horizontal/Horizontal Mattress suture/Interrupted mattress
Jahitan dengan melakukan penusukan seperti simpul, sebelum disimpul
dilanjutkan dengan penusukan sejajar sejauh 1 cm dari tusukan pertama.
Memberikan hasil jahitan yang kuat. Jahitan matras horizontal untuk menautkan
fascia, tetapi tidak boleh digunakan untuk menjahit subkutis karena kulit akan
bergelombang.
Teknik jahitan sama seperti pada jahitan matras vertikal akan tetapi
dengan arah horizontal.
d. Jahitan Matras Modifikasi/Half Burried Mattress Suture
Modifikasi dari matras horizontal tetapi menjahit daerah luka seberangnya pada
daerah subkutannya.
e. Jahitan Jelujur sederhana/Simple running suture/ Simple continous/Continous
over and Dover
Jahitan ini sangat sederhana, sama dengan kita menjelujur baju.
Biasanya menghasilkan hasil kosmetik yang baik, tidak disarankan
penggunaannya pada jaringan ikat yang longgar. Jahitan jelujur, lebih cepat
dibuat serta lebih kuat tetapi kalau terputus seluruhnya akan terbuka.
Untuk mengerjakan jahitan jelujur, pertamakali adalah dengan membuat
satu jahitan seperti pada jahitan kulit terputus dan dibuat simpul, selanjutnya
benang panjang tidak dipotong tetapi melanjutkan dengan penusukan pada tepi
luka selanjutnya dengan tempat penusukan dan keluarnya benang yang sejajar,
sehingga tampak dari luar arah benang miring, tetapi dalam posisi tegak lurus
di dalam jaringan, seperti pada gambar.
f. Jahitan Jelujur Feston/Running locked suture/Interlocking suture
Jahitan kontinyu dengan mengaitkan benang pada jahitan sebelumnya,
biasa sering dipakai pada jahitan peritoneum. Merupakan variasi jahitan jelujur
biasa. Jahitan jelujur terkunci, ini merupakan jahitan jelujur yang menyelipkan
benang di bawah jahitan yang telah terpasang. Cara ini efektif untuk
menghentikan perdarahan, tetapi kadang-kadang jaringan mengalami iskemia.
Pada jahitan ini tekniknya hampir sama dengan jahitan jelujur di atas,
akan tetapi dilakukan kuncian pada setiap satu jahitan, untuk kemudian
dilakukan penusukan selanjutnya, seperti pada gambar.

g. Jahitan Jelujur horizontal/Running Horizontal suture


Jahitan kontinyu yang diselingi dengan jahitan arah horizontal.
h. Jahitan Simpul Intrakutan/Subcutaneus Interupted suture/Intradermal burried
suture/Interrupted dermal stitch
Jahitan simpul pada daerah intrakutan, biasanya dipakai untuk menjahit
area yang dalam kemudian pada bagian luarnya dijahit pula dengan simpul
sederhana.
i. Jahitan Jelujur Intrakutan/Running subcuticular suture/Jahitan jelujur
subkutikular
Jahitan jelujur yang dilakukan dibawah kulit, tehnik ini dapat
diindikasikan pada luka di daerah yang memerlukan kosmetik karena jahitan
terkenal menghasilkan kosmetik yang baik, namun tidak disarankan pada luka
dengan tegangan besar.
3. Pemilihan Benang
Setiap jahitan merupakan benda asing di dalam luka. Karena alasan ini,maka
untuk mendapatkan aposisi jaringan yang adekuat, penjahitan harus dilakukan
dengan ukuran sekecil mungkin dan jumlah jahiatn sedikit mungkin. Pada luka
terkontaminasi, tidak boleh dilakukan penjahitan kecuali bila sangat diperlukan
untuk mempertahankan kedudukan jaringan. Pemilihan ukuran jarum dan benang
tergantung dari ukuran, lokasi luka serta ketelitian penutupan yang diinginkan.
Jarum-jarum atraumatik (bulat atau runcing) digunakan untuk menjahit fasia,
otot, jaringan subkutan dan memperbaiki laserasi pembuluh darah dan saraf. Jarum
tajam biasanya digunakan untuk penutupan dermis dan epidermis diaman jaringan
kolagen yang liat harus ditusuk dengan jarum sehingga penjahitan lebih mudah.
Benang berdiameter besar (2-0, 3-0) sangat baik digunakan untuk menjahit jaringan
dan lapisan fasia utama di daerah dengan regangan kuat (misalnya, luka di lutut atau
siku). Kekuatan efektif dari benang tersebut harus sama dengan kekuatan jaringan
yang dijahit, bila benang halus digunakan untuk menjahit luka dengan peregangan
mekanis, dapat menimbulkan gangguan jika benang tersebut tertarik ke dalam luka.
Biasanya, benang halus digunakan untuk menjahit luka-luka (atau bagiannya)
yang perlu dirapatkan secara tepat, untuk menutup laserasi di wajah digunakan
benang berukuran 5-0 dan 6-0. Untuk menutup lapisan-lapisan luka (fasia, dermis)
dapat digunakan benang epidermis halus di setiap bagian tubuh. Daya regang dari
epidermis sendiri biasanya rendah dan tujuan penjahitan disini hanyalah agar tepi-
tepi luka dirapatkan dengan baik. Penutupan perkutan dari epidermis dan dermis di
setiap bagian tubuh selain wajah, sebaiknya menggunakan benang berukuran 3-0
atau 4-0. Bekas jahitan merupakan hasil tekanan ikatan dan lamanya jahitan
dibiarkan di tempat tersebut.

4. Macam-Macam Benang Dan Jarum Jahit


a. Macam-macam benang jahit
Benang jahit untuk pembedahan dikenal dalam bentuk yang dapat diserap
Tubuh (absorbable) dan tidak diserap oleh tubuh.
1) Diserap oleh tubuh: catgut, cromic catgut, kelompok polyglactin
(misalnya Vicryl).
a) Catgut polos
Dibuat dari pita murni usus binatang yang dipintal menjadi jalinan
diukur secara elektronik dan kemudian dipulas. Benang ini sangat
popular, tetapi ada kecenderungan digantikan oleh benang sintetik
yang dapat diserap pada tahun belakangan ini.
b) Cromic catgut
Dibuat dari pita usus binatang, dipintal menjadi jalinan tepatnya
menjadi catgut polos. Dibuat sedemikian rupa sehingga kekuatan
dari benang tersebut dipertahankan untuk waktu yang lebih lama
daripada catgut polos.

Absorbsi benang dapat melalui 2 mekanisme ialah melalui pencernaan oleh


enzim jaringan, misalnya Vicryl dan Dexon

 Dexon
Benang ini tidak menghasilkan reaksi jaringan karena mereka larut, bila
dibandingkan dengan reaksi jaringan yang terjadi pada catgut. Tingkat
penyerapannya lebih lambat mungkin membutuhkan waktu beberpa
Minggu. Merupakan benang yang ideal untuk semua jahitan subnukleus,
subkutikular, dan penutupan luka. Melalui proses rejeksi immunologis,
misalnya pada catgut.
2) Tidak diserap oleh tubuh: sutera, katun, nylon, polypropilena (prolene),
benang-benang baja yang dibuat dari komponen besi, nikel, dan
chronium.
a. Benang sutera
Terbentuknya menjadi jalinan yang padat yang dapat diikat dengan
mudah. Benang ini sangat populer dan digunakan secara luas dalam
penutupan luka.
b. Polipropilen
keuntungannya : lemas, dapat diikat dengan aman dan dapat
digunakan dengan mudah. Seperti benang monofilamen sintetik
lainnya, simpul perlu diperkuat denagn simpul tambahan dan
sebagai tambahan. Kerusakan yang didapat dari forsep dan
pemegang jarum harus dihindarkan untuk mencegah putusnya
benang. Benang ini sangat halus dan cocok untuk jahitan
subkutikular.
c. Baja tahan karat dan penjepit atau Staples logam
Jahitan baja tahan karat dan penjepit logam telah digunakan
bertahun-tahun karena sifanya kaku. Pada luka
terkontaminasi,bahan ini akan meningkatkan kemungkinan infeksi.
Peningkatan ini mungkin disebabkan oleh iritasi mekanis dari
kekuatannya dan bukan karena korosi. Sifat kaku dari benang
metalik ini mempersulit.
d. Dakron
Merupakan poliester yang kurang menimbulkan reaksi jaringan
dibandingkan dengan sutera. Karena koefisien gesekannya
tinggi,bahan ini sulit digunakan untuk menjahit. Luka gesekan yang
ditimbulkan dakron terhadap jaringan ini dapat diatasi dengan
melapisinya dengan teflon.
e. Nilon
Kurang menimbulkan reaksi pada jaringan bila dibandingkan
dengan dakron dan bila digunakan pada luka kontaminasi akan
menimbulkan kemungkinan infeksi lebih rendah.
1. Benang nilon monofilamen akan kehilangan daya regangnya
kurang lebih sebesar 20% setelah digunakan 1 tahun. Bentuk
nilon monofilamen ini cukup kaku sehingga tidak membentuk
simpul dengan baik.
2. Benang nilon multufilamen akan kehilangan daya regangnya
setelah 6 bulan tetapi lebih mudah untuk mengikatnya
dibadingkan benang monofilamen.

Catatan :

a. Pada luka infeksi hendaknya jangan di pakai benang-benang yang reaktif


(absorbable) dan yang multifilamen karena bakter-bakteri dapat bersarang
di sela-sela anyaman.
b. Pada keadaan ini lebih baik dipakai benang monofilamen dan yang tidak
dapat diserap.
c. Jangan mengubur benang dalam luka infeksi karena itu tembuskan jahitan
dari kulit untuk seluruh tebalnya luka,dan pada saatnya nanti benangnya
akan diangkat (dibuang).

b. Macam-macam jarum untuk menjahit luka


1. Taper. Ujung jarum taper dengan batang bulat atau empat persegi cocok
digunakan untuk menjahit daerah aponeurosis, otot, saraf, peritoneum,
pembuluh darah, katup.

2. Blunt. blunt point dan batang gepeng cocok digunakan untuk menjahit
daerah usus besar, ginjal, limpa, hati
3. Triangular. Ujung segitiga dengan batang gepeng atau empat persegi.
Bisa dipakai untuk menjahit daerah kulit, fascia, ligament, dan tendon.

4. Tapercut. Ujung jarum berbentuk segitiga yang lebih kecil dengan batang
gepeng, bisa digunakan untuk menjahit fascia, ligaments, uterus, rongga
mulut, dan sebagainya.

Untuk jarum tajam hampir selalu dipakai untuk semua jaringan, kecuali
untuk organ yang berlubang.
Standar Operasional Prosedur (SOP)

JUDUL :

Heacting

Tanggal terbit

Pengertian Heacting atau penjahitan adalah tindakan untuk menyatukan


menghubungkan kembali jaringan tubuh yang terputus atau
terpotong (mendekatkan) dan mencegah kehilangan darah yang
tidak perlu (memastikan hemostatis) mencegah infeksi dan
mempercepat proses penyembuhan.

Tujuan 1. Mencegah terjadinya infeksi pada luka


2. Mempercepat proses penyembuhan luka

Indikasi Setiap luka dimana untuk penyembuhannya perlu mendekatkan tepi


luka/ luka robekan/ sayatan.

Kontraindikasi

Alat dan bahan 1. Nald Voelder


2. Gunting Diseksi / Gunting Jaringan
3. Gunting Verban
4. Gunting Benang
5. Pisau Bedah
6. Klem Arteri
7. Towel Clamp
8. Pinset Anatomis dan Cyrugis
9. Korentang
10. Jarum Jahit
11. Benang Jahit
12. Duk Lubang
13. Hand Scoon
14. Kassa
15. Deppers
16. NaCl
17. Alkohol
18. Betadine
19. H2O2
20. Obat Anestesi Lokal
21. Plester / Hypafix
22. Spuit 3 cc / 5 cc
23. Perlak Pengalas
24. Bengkok
25. Desinfektan (bila di perlukan)
26. Kom
27. Bak Instrument

Prosedur 1) Tahap pra interaksi


a. Verifikasi datasebelumnya
b. Mengidentifikasi pasien dengan tepat (nama, nomor
kamar)
c. Mencuci tangan
d. Mendekatkan alat ke dekat pasien
2) Tahap orientasi
a. Mengucapkan salam, menyapa nama pasien dan
memperkenalkan diri
b. Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan
c. Menanyakan persetujuan dan kesiapan pasien
3) Tahap kerja
a. Menjaga privacy.
b. Mengatur posisi pasien sehingga luka dapat terlihat
dengan jelas dan membebaskan dari pakaian dan hal
yang mengganggu.
c. Memakai hand scoon.
d. Membuka peralatan (pertahankan kesterilan alat).
e. Mendisinfeksi daerah sekitar luka.
f. Menutup / mengelilingi luka dengan doek steril.
g. Memberikan anestesi lokal pada jaringan sekitar luka.
h. Membersihkan luka dengan NaCl / perhidrol, (bila luka
sangat kotor dan sulit di bersihkan, bersihkan dengan
urutan NaCl - perhidrol - NaCl).
i. Melakukan debridement jika di perlukan
j. Menjahit jaringan :
 Model jahitan simpul tunggal : menusuk
jaringan pada pinggir luka dari kulit hingga
jaringan di bawahnya kemudian menyebrang ke
pinggir luka di sisi lain dengan jarak tusukan
yang sama, kemudian membuat simpul pada
salah satu sisi. Menjahit dengan cara yang sama
di sepanjang luka.
 Model jahitan jelujur : buat jahitan simpul
tunggal satu kali kemudian menjahit sepanjang
luka tanpa simpul dan tanpa memotong benang.
 Benang yang di gunakan untuk menjahit :
perdarahan di ikat dengan plain catgut, otot di
daerah muka di jahit dengan plain catgut / dexon
/ vicril kemasan atraumatik, ligamen dan fasia
dijahit dengan chromic catgut / dexon / vicril,
lemak sub cutan di jahit dengan plain catgut,
kulit di jahit dengan siede / nylon / prolene.
k. Merapikan tepian luka bila luka tidak rapi.
l. Membersihkan area di sekitar luka dengan NaCl dan
betadine dengan urutan NaCl – betadine – NaCl.
m. Menutup jahitan dengan balutan steril
n. Merapikan pasien
4) Tahap terminasi
a. Mengevaluasi tindakan yang di lakukan
b. Merapikan pasien dan lingkungan
c. Berpamitan dengan pasien
d. Membereskan alat dan mengembalikan ke tempat
semula
e. Mencuci tangan
f. Mencatat kegiatan kedalam lembar catatan keperawatan
Standar Operasional Prosedur (SOP)

JUDUL :

Pengangkatan Jahitan

Tanggal terbit

Pengertian Mengangkat jahitan adalah suatu tindakan melepaskan jahitan yang


biasanya dilakukan hari ke 5-7 (atau sesuai dengan penyembuhan
luka yang terjadi)

Tujuan 1. Mengambil benang atau kawat yang tidak di absorbsi luka


2. Mempercepat proses penyembuhan
3. Membersihkan luka
Indikasi

Kontraindikasi

Alat dan bahan 1. Gunting Verban


2. Gunting Benang
3. Pinset Anatomis dan Cyrugis
4. Hand Scoon
5. Kassa
6. NaCl
7. Alkohol
8. Betadine
9. Plester / Hypafix
10. Perlak Pengalas
11. Bengkok
12. Desinfektan (bila di perlukan)
13. Bak Instrument
Prosedur 1. Tahap pra interaksi
a. Verifikasi datasebelumnya
b. Mengidentifikasi pasien dengan tepat (nama, nomor
kamar)
c. Mencuci tangan
d. Mendekatkan alat ke dekat pasien
2. Tahap orientasi
a. Mengucapkan salam, menyapa nama pasien dan
memperkenalkan diri
b. Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan
c. Menanyakan persetujuan dan kesiapan pasien
3. Tahap kerja
a. Menjaga privacy
b. Mengatur posisi pasien sehingga luka dapat terlihat
dengan jelas dan membebaskan dari pakaian dan hal
yang mengganggu.
c. Memakai hand scoon.
d. Membuka peralatan (pertahankan kesterilan alat).
e. Mengangkat balutan lapis dalam menggunakan pinset
dan membuangnya pada kantung sampah / bengkok.
f. Mengobservasi luka. Inspeksi kondisi luka terhadap
integritas jahitan / penutupan kulit, pastikan kulit sudah
menutup rapat sebelum jahitan di angkat, palpasi
sepanjang tepi luka untuk mengetahui adanya eksudat /
pus di bawah jaringan.
g. Membersihkan luka. Memegang kasa yang di basahi
dengan NaCl menggunakan pinset. Menggunakan satu
kasa untuk setiap satu kali usapan. Membersihkan luka
dari area yang kurang terkontaminasi ke area
terkontaminasi / menjauhi luka untuk mencegah
kontaminasi organisme ke dalam luka.
h. Mengeringkan luka dengan kassa kering, gunakan
kassa bersih setiap kali usapan.
i. Mendesinfeksi luka dengan betadine
j. Meletakkan kassa steril di dekat luka
k. melepas jahitan satu persatu dengan cara :
 menjepit dan menarik simpul jahitan sedikit ke
atas secara hati-hati dengan memakai pinset
cyrughis, sehingga benang yang berada di
dalam kulit kelihatan
 menggunting benang tepat di bawah simpul
yang berdekatan dengan kulit atau pada sisi lain
yang tidak ada simpul
 menarik benang secara hati-hati
l. membilas dengan menggunakan NaCl
m. mengompres luka dengan kassa betadine atau menutup
luka dengan kassa steril
 menutup luka dengan satu kassa setiap kali
sebagai lapisan kontak
 memasang kassa lapisan kedua sebagai lapisan
absotben (melindungi luka pada masuknya
mikroorganisme)
n. memberikan plester empat sisi pada balutan kassa atau
menutup rapat kassa dengan hypafix
o. bila menggunakan balutan plastic berikan kassa tipis
agar tidak menyulitkan penempelan plastic pada kulit
p. melepas sarung tangan
4. Tahap terminal
a. Mengevaluasi tindakan yang di lakukan
b. Merapikan pasien dan lingkungan
c. Berpamitan dengan pasien
d. Membereskan alat dan mengembalikan ke tempat
semula
e. Mencuci tangan
f. Mencatat kegiatan kedalam lembar catatan
keperawatan

Anda mungkin juga menyukai