Anda di halaman 1dari 8

Momentum, Vol. 8, No.

2, Oktober 2012 : 11- 18 ISSN 0216-7395

KARAKTERISASI KOEFISIEN GESEK


PERMUKAAN BAJA ST 37 PADA
BIDANG DATAR TERHADAP
VISKOSITAS PELUMAS
B. Agus, Pada permesinan tidak lepas adanya kontak mekanik antara elemen satu
Darmanto, dengan elemen lainya. Kontak mekanik tersebut mengakibatkan terjadinya
I. Syafaat (wear) keausan. Untuk mengurangi keausan dapat dengan memberikan
pelumasan. Keausan ada yang memang diperlukan dan ada yang harus
dihindari. Keausan yang diperlukan misalnya proses grinding, cutting,
pembubutan dan lain lain, sedang keausan yang harus dihindari adalah
kontak mekanik pada elemen mesin yang digunakan untuk mentransmisikan
Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknik daya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh viskositas
Universitas Wahid Hasyim pelumas terhadap gaya gesek pada kekasaran permukaan yang berbeda-
Semarang beda. Pada penelitian ini menggunakan jenis pelumas single grade.
Jl Menoreh Tengah X/22 Spesimen yang digunakan pada uji gesek antara landasan gesek dengan
Semarang matrial gesek adalah jenis logam St 37. Dari hasil penelitian diperoleh hasil,
bahwa gaya gesek paling besar pada kondisi tanpa pelumas. Pada kondisi
email: tanpa pelumas, semakin kasar permukaan spesimen maka semakin besar
bayu-aw-uwh@gmail.com gaya geseknya. Pada kondisi menggunakan pelumas, gaya gesek antara
darmanto_uwh@yahoo.co.id psesimen dan plat lebih kecil dibandingkan tanpa pelumas.

Kata kunci: pelumas, viscositas, gesekan

PENDAHULUAN Metode untuk memperkirakan besarnya friksi


Pada permesinan tidak lepas adanya kontak telah diketahui 2 abad lalu. Penyebab utama friksi
mekanik antara elemen satu dengan elemen lainya. antara dua logam adalah gaya tarik daerah kontak
Kontak mekanik tersebut mengakibatkan (contact region) dari permukaan yang secara
terjadinya (wear) keausan. Keausan ada yang mokroskopik tidak beraturan. Jika diperbesar
memang diperlukan dan ada yang harus dihindari. permukaan menyerupai bukit dan lembah. Jika ada
Keausan yang diperlukan misalnya proses beban, ketika 2 permukaan bersinggungan, dua
grinding, cutting, pembubutan dan lain lain, sedang bukit menempel atau menyatu atau terkunci
keausan yang harus dihindari adalah kontak dilembah permukaan dihadapannya. Friksi timbul
mekanik pada elemen mesin yang digunakan untuk akibat adanya geseran (shearing) bukit yang
mentranmisikan daya, misalnya motor bakar, menyatu tersebut dan juga akibat ketidak teraturan
mesin produksi, mesin konvensional, dan lain lain permukaan tersebut, bagian yang keras tertanam
(Darmanto, 2011). kepada bagian lunak. Friksi dari kontak permukaan
Friksi adalah gaya yang menahan gerakan dua benda padat yang diperoleh dari ekperimen
sliding atau rolling satu benda terhadap benda sederhana (Dewanto, 2002).
lainnya. Friksi besar (high friction) dibutuhkan Keausan didefinisikan sebagai kehilangan
untuk bekerjanya mur dan baut, klip kertas penjepit substansi secara progresif dari permukaan benda
tang catut, sol sepatu, alat pemegang. Namun friksi akibat gerakan relatif antara dua permukaan yang
juga merupakan tahanan tehadap gerakan yang saling kontak. Partikel keausan (wear debris) akan
bersifat merugikan 20% tenaga dipergunakan bertindak sebagai partikel (three body) yang akan
untuk mengatasi gaya friksi pada elemen yang menyebabkan keausan lebih lanjut (Mazzucco,
bergerak. Oleh karena itu friksi kecil (low friction) 2003).
dikehendaki untuk benda yang bergerak seperti
mesin tenaga (engine). Disamping itu juga Rumusan Masalah
dibutuhkan friksi konstan (constant friction) yaitu Kekasaran permukaan mempengaruhi koefisien
untuk konstruksi rem, dan kopling agar gerakan gesek bidang kontak, koefisien gesek bidang
tidak tersendat sendat saat bekerja (Dewanto, kontak dapat dirubah dengan memberikan pelumas
2002). pada permukaan tersebut. Bagaimana hubungan
antara viskositas pelumas terhadap koefisien gesek

ft-UNWAHAS SEMARANG 11
Momentum, Vol. 8, No. 2, Oktober 2012 : 11- 18 ISSN 0216-7395

pada bidang yang mempunyai kekasaran minimum, bahkan cairan tidak lagi dapat
permukaan yang berbeda. membasahinya (Dewanto, 2002).
Ada dua jenis gesekan yaitu gesekan kering,
Batasan Masalah kadang-kadang disebut gesekan (Coulomb), dan
Dalam penelitian ini dibatasi hal-hal sebagai gesekan fluida. Pada gesekan kering akan terjadi
berikut : kontak langsung antara dua buah benda padat yang
a. Pelumas yang digunakan hanya seling bergesekkan dan dapat dinyatakan bahwa
dipertimbangkan dari viskositasnya saja permukaan yang halus akan menyebabkan gaya
b. Plat yang dipakai dari jenis material yang sama gesek atau koefisien gesek menjadi lebih kecil
yaitu baja ST 37 nilainya dibandingkan dengan permukaan yang
c. Gaya yang digunakan arahnya horisontal kasar, begitu pula sebaliknya, permukaan yang
d. Plat gesek pada posisi horisontal kasar akan menyebabkan gaya gesek atau koefisien
gesek menjadi lebih besar nilainya dibandingkan
Tujuan dengan permukaan yang halus. Gesekan fluida
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui berkembang di antara lapisan fluida yang bergerak
pengaruh viskositas pelumas terhadap gaya gesek dengan kecepatan berbeda. Gesekan fluida sangat
pada kekasaran permukaan yang berbeda-beda penting dalam soal yang melibatkan aliran fluida
lewat pipa atau berhubungan dengan benda
Manfaat Penelitian tenggelam dalam cairan yang bergerak, hal itu juga
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam merupakan dasar dalam analisis gerak dari
mengendalikan kekasaran permukaan dalam mekanisme pelumasan (Yanuar, 2007).
permesinan.
Gaya gesek statis dan gaya gesek kinetis
LANDASAN TEORI Secara umum, gaya gesek suatu benda dapat
Gaya gesek adalah gaya yang berarah melawan digolongkan dalam dua jenis, yaitu gaya gesek
gerak benda atau arah kecenderungan benda akan statis dan gaya gesek kinetis. Gaya gesek statis
bergerak. Gaya gesek muncul apabila dua buah terjadi saat benda dalam keadaan diam atau tepat
benda bersentuhan. Benda-benda yang dimaksud di akan bergerak, nilai koefisien ini selalu lebih besar
sini tidak harus berbentuk padat, melainkan dapat dibanding nilai koefisien gesek kinetis. Sedang
pula berbentuk cair, ataupun gas. Gaya gesek gaya gesek kinetik terjadi saat benda dalam
antara dua buah benda padat misalnya adalah gaya keadaan bergerak. Gaya gesek merupakan gaya
gesek statis dan kinetis, sedangkan gaya antara sentuh, artinya gaya ini muncul jika permukaan
benda padat dan cairan serta gas adalah gaya dua zat bersentuhan secara fisik, di mana gaya
stokes. Gaya gesek dapat merugikan atau gesek tersebut sejajar dengan arah gerak benda dan
bermanfaat. Panas pada poros yang berputar, berlawanan dengan arah gerak benda. besar gaya
engsel pintu yang berderit, dan sepatu yang aus gesek statis maksimun dengan persamaan (Yanuar,
adalah contoh kerugian yang disebabkan oleh gaya 2007) :
gesek. Akan tetapi tanpa gaya gesek manusia tidak
dapat berpindah tempat karena gerakan kakinya (1)
hanya akan menggelincir di atas lantai. Tanpa (2)
adanya gaya gesek antara ban mobil dengan jalan,
. (3)
mobil hanya akan slip dan tidak membuat mobil
dapat bergerak. Tanpa adanya gaya gesek juga Dimana :
tidak akan dapat tercipta parasut. Gaya gesek = gaya gesek statis maksimum .
merupakan akumulasi interaksi mikro antar kedua =koefisien gesek statis (tanpa satuan).
permukaan yang saling bersentuhan. Gaya-gaya =sudut gesek statis.
yang bekerja antara lain adalah gaya elektrostatik =gaya normal yang bekerja pada benda .
pada masing - masing permukaan. Dulu diyakini Besar gaya yang bekerja pada benda yang
bahwa permukaan yang halus akan menyebabkan memungkinkan menyebabkan benda bergerak.
gaya gesek atau koefisien gesek menjadi lebih Kemudian bandingkan dengan gesar gaya gesek
kecil nilainya dibandingkan dengan permukaan statis maksimum. Jika gaya penggerak lebih besar
yang kasar. Konstruksi mikro pada permukaan dari gaya gesek statis maksimum, maka benda
benda dapat menyebabkan gesekan menjadi bergerak. Gaya gesek yang bekerja adalah gaya
gesek kinetis, dengan demikian (Yanuar, 2007) :

12 ft-UNWAHAS SEMARANG
Momentum, Vol. 8, No. 2, Oktober 2012 : 11- 18 ISSN 0216-7395

Gaya penyebab benda bergerak.


(4) (8)
Saat benda akan bergerak.
(5)
(9)
(6) Koefisien gesekan statis.
Dimana : (10)
= gaya gesek kinetis .
= koefisien gesek kinetis (tanpa satuan). Pelumas
= sudut gesek kinetis. Tidak diketahui dengan pasti kapan pelumas
= gaya normal yang bekerja pada benda . mulai digunakan, namun bermacam bentuk bearing
Jika gaya penggerak sama dengan gaya gesek telah ditemukan di Timur tengah beberapa ribu
statis maksimum maka benda dikatakan tepat akan tahun sebelum masehi. Konsep pelumas sudah
bergerak. Artinya masih tetap belum bergerak, mulai sejak itu walaupun hanya menggunakan air.
sehingga gaya gesek yang bekerja pada benda Pelumas di gunakan sejak 4000 SM di daerah
sama dengan gaya gesek statis maksimumnya. Jika Mesopotamia, dimana daerah tersebut adalah
gaya penggeraknya lebih kecil dari gaya gesek merupakan salah satu pusat peradaban dunia yang
statis maksimumnya maka benda dikatakan belum paling awal sebelum masehi. Untuk bantalan
bergerak. Gaya gesek yang bekerja pada sebuah sederhana, yang dibuat dari zat bitumina. Di Mesir
benda sebesarnya sama dengan gaya pada benda pada tahun 1400 SM, di gunakan pada roda kereta
yang bekerja pada benda pengeraknya (Yanuar, dan kendaraan perang, pelumas yang digunakan
2007). Dibawah ini merupakan analisis gaya gesek adalah campuran yang berasal dari campuran
pada bidang datar ditunjukkan pada. Gambar II.1. lemak hewan dan minyak nabati. Peradaban
Gaya gesek pada bidang miring ditunjukkan pada. Yunani - Romawi untuk roda gigi, derek dan
Gambar II.2. bantalan bola dan rol. Di Inggris abad 18 sekitar
tahun 1760 M ketika revolusi industri berlangsung
selama 80 tahun, menggunakan pelumas minyak
nabati (sawit, zaitun dan kacang tanah), dan
Tidak ada gerak pelumas minyak hewani (lemak babi, lemak sapi,
sperma ikan paus) dan pelumas padat dan semi
(grafit, talk, gemuk dari soda dan minyak hewani
ditambah kapur). Di Canada, Rusia, dan Romania
pada tahun 1852 abad 19, pelumas sudah
Gerak dengan percepatan Gerak tanpa menggunakan minyak bumi. Di Indonesia awal
percepatan produksi sudah menggunakan minyak bumi. Abad
20 peningkatan mutu pelumas di gunakan untuk
Gambar 1. Hubungan antara gaya gesek statis kebutuhan perkembangan motor bakar tahun 1905.
gaya gesek kinetik. (Yanuar, 2007). Pelumas moderen pada saat ini sudah sangat
khusus dan kompleks. Minyak dasar dari minyak
bumi secara konvensional sudah tidak dapat lagi
memenuhi kebutuhan peralatan-peralatan modern,
bahan dasar minyak bumi yang sudah diproses
sekarang ini sudah cukup banyak digunakan pada
kendaraan penumpang. Diwaktu yang akan datang,
kebanyakan minyak dasar harus digunakan hampir
secara keseluruhan dengan minyak dasar dari
minyak bumi dengan cara pemrosesan baru
Gambar 2. Gaya gesek pada bidang miring (Sukirno, 1988).
(Yanuar, 2007). Klasifikasi dalam kekentalan di klasifikasikn
khusus untuk kekentalan dan kemampuan dalam
Dengan demikian gaya gesek statis pada bidang menahan beban. Seperti pelumas mesin, pelumas
miring dapat menggunakan persamaan (Yanuar, roda gigi juga di klasifikasikan dalam kekentalan
2007) : SAE dan kualitas API. Pelumas gigi mempunyai
Gaya normal. angka di belakang SAE seperti Pelumas mesin. 6
(7) indek kekentalan SAE (75W, 80W, 85W, 90W,

ft-UNWAHAS SEMARANG 13
Momentum, Vol. 8, No. 2, Oktober 2012 : 11- 18 ISSN 0216-7395

140W, dan 250W) adalah yang ada saat ini. 0,1-1,0 µm dengan demikian tidak terjadi keausan
Trasmisi dan differensial umumnya memakai pada masing masing elemen. Secara sistematis
pelumas dengan angka kekentalan SAE 90 atau umur elemen tidak terhingga jika pelumasanya
80W - 90W (Anonim, 1996). berlangsung sempurna (Darmanto, 2011). Didaerah
SAE (Society of Automotive Engineers) adalah pelumasan (lubrication regime) seperti ditunjukkan
persatuan ahli otomotif dunia yang bertugas pada Gambar 3.
menetapkan standar viskositas atau kekentalan
ukuran dari tebal lapisan serta kemampuan
mengalir pelumas pada suhu 100 derajad celcius
dan pada -18 derajad celcius, dan terbentuknya
Komisi Standart Pelumas SAE Tahun 1923 SAE
sudah mengklasifikasikan pelumas menurut
Viskositas, dan ada aturan untuk penggantian Gambar 3. Kontak mekanik tanpa dan dengan
pelumas dilakukan setiap 800-1000 mil. Tahun pelumas. (Darmanto, 2011).
1930 pelumas sudah menggunakan bahan Aditif
Daerah pelumasan hidrodinamik merupakan
untuk pengembangan pelumas modern deterjen,
yang paling sempurna, halini memerlukan
temperatur ekstrim, tekanan dan anti lumpur
kekasaran permukaan yang kecil dan viskositas
(Sukirno, 1988).
yang rendah, sehinga koefisien gesek akan
JASO (Japan Automobile Standard
menurun. Pada mixed regime koefisien gesek
Organization) adalah suatu badan organisasi yang
sangat dipengaruhi oleh vuskositas pelumasan,
bertugas mengeluarkan standar grading atau level
tekanan dan putaran mesin. Pada boundary regin
pelumas yang didasarkan terhadap kandungan
dimana terjadi kontak antar permukaan secara
phospor dalam pelumas standar ini dibuat oleh
penuh, sehinga viscositas pelumasan, tekanan dan
Jepang untuk memenuhi tuntutan teknologi di
putaran mesin tidak mempengaruhi koefisien
sepeda motor yang di dalamnya terdapat kopling.
gesek, sehinga tetap tinggi (Neale, 2001).
A JASO MA (gesekan tinggi) pelumas yang
Ditunjukkan pada Gambar 4.
khusus digunakan pada mesin yang menggunakan
gesekan besar seperti kopling basah, ada di type
cub dan sport. A JASO MB (gesekan rendah)
khusus untuk mesin dengan gesekan lebih kecil,
eperti kopling kering (Sukirno, 1988).
API(American Petroleum Institute) adalah
suatu institusi di Amerika yang bertugas
menetapkan grading atau level pelumas menurut
service classification untuk mesin bensin. Standar
grading di dasarkan kepada proteksioksidasi,
Gambar 4. Kurva Stribeck (Neale, 2001).
proteksi keausan, high temperature engine deposit,
foaming, pembentukan asam, pembentukan kerak,
Keausan
perlindungan korosi yang berujung kepada Keausan adalah hilangnya material dari
konsumsi bahan bakar yang efisien, performa permukaan benda padat sebagai akibat dari
mesin dan emisi yang rendah. Grading yang ada : gerakan mekanik. Keausan umumnya sebagi
SG, SJ, SL, SM : untuk motor keluaran tahun 94. kehilangan material yang timbul sebagai akibat
Semakin tinggi API service nya, semakin baik pula interaksi mekanik dua permukaan yang bergerak
kualitas pelumasnya (Sukirno, 1988). sliding dan dibebani. Ini merupakan fenomena
normal yang terjadi jika dua permukaan saling
Pelumasan bergesekan, maka akan ada keausan. atau
Pelumasan adalah tindakan menempatkan perpindahan material. apabila dua material ditekan
pelumas antara permukaan yang saling bergeser bersama maka akan terjadi kontak pada bagian
untuk mengurangi keausan dan friksi. permukaan. Keausan tidak diinginkan karena
Pengembangan dan uji pelumas merupakan aspek material yang hilang akibat dari keausan akan
tribologi yang menerima perhatian sangat besar. menyebabkan penurunan kerja suatu mekanisme.
Kerja pelumas adalah memberi sparasi antar Pembentukan partikel keausan pada pasangan
elemen mesin, sehinga tidak terjadi kontak, permukaan sliding yang sangat rapat dapat
ketebalan lapisan film pada daerah kontak antara menyebabkan mekanisme terhambat atau bahkan

14 ft-UNWAHAS SEMARANG
Momentum, Vol. 8, No. 2, Oktober 2012 : 11- 18 ISSN 0216-7395

macet meskipun umur peralatan masih baru


(Mazzucco, 2003).
210
Keausan akan terjadi lebih besar pada kondisi mm
tanpa pelumasan dibandingkan kondisi permukaan
3m
yang diberi pelumas dengan baik. Apabila m
permukaan yang keras bergesekan dengan 460
permukaan yang lebih lunak maka permukaan mm
yang lunak akan tergoresan permukaan yang kasar, Gambar 6. Landasan gesek.
keausan juga bisa disebabkan oleh patahan partikel
keras yang bergesekan diantara dua permukaan - Spesimen gesek adalah tiga buah plat baja
lebih lunak. Keausan terjadi karena adanya ditunjukkan pada Gambar III.2. dengan
partikel lebih keras dari permukaan yang dimensi:
bergesekan, maka partikel tersebut akan mengikis - Lebar 32 mm.
permukaan material yang bergesekan. Semakin - Panjang 58 mm.
kasar permukaan maka tingkat keausan semakin - Tebal 11 mm.
besar (Bale, 2009 ). Ditunjukkan pada Gambar Dihaluskan permukaanya dengan kekasaran
II.5. yang kerbeda, dengan cara menggerinding, untuk
finising menggunakan amplas kasar 80 CW sampe
yang halus 800 CW.

58 mm

11 mm
32 mm

Gambar 7. Spesimen gesek.


Gambar 5. Hubungan antara kekasaran
permukaan dan volume keausan. (Bale, 2009).
- Pemberat adalah satu buah plat baja
METODOLOGI PENELITIAN ditunjukkan pada Gambar 8. dengan dimensi:
Bahan dan Alat - Lebar 58 mm.
Pada penelitian ini menggunakan bahan - Panjang 110 mm.
sebagai berikut: - Tebal 33 mm.
a. Logam.
Spesimen yang digunakan pada uji gesek antara
landasan gesek dengan matrial gesek adalah jenis 110 mm
logam St 37 dipotong dengan dimensi sebagai
berikut.
- Landasan gesek yang digunakan adalah satu 11 mm
buah pelat baja seperti ditunjukkan pada
Gambar III.1. dengan dimensi: 32 mm
- Lebar 210 mm.
- Panjang 460 mm.
- Tebal 3 mm. Gambar 8. Pemberat spesimen gesek.
Dihaluskan permukaannya dengan cara
menggerinding, untuk finising menggunakan Dimensi spesimen disesuaikan dengan
amplas kasar 80 CW sampe yang halus 800 CW. peralatan benda uji pada alat uji gesek
dilaboratorium Teknik Mesin UNWAHAS.
b. Amplas.
Untuk menghaluskan / mengkasarkan
permukaan spesimen, peneliti menggunakan
amplas dengan ukuran 80 CW, 150 CW, 250 CW,
400 CW, 600 CW, 800 CW.

ft-UNWAHAS SEMARANG 15
Momentum, Vol. 8, No. 2, Oktober 2012 : 11- 18 ISSN 0216-7395

c. Pelumas. - Mengukur kekasaran permukaan spesimen


Pelumas yang digunakan adalah single grade gesek.
oil dengan empat jenis pelumas yang berbeda - Mengukur kekasaran permukaan landasan
viskositasnya yaitu SAE 20, SAE 40, SAE 90, dan gesek.
SAE 140.
b. Prosedur Pengujian.
d. Alat-alat yang digunakan terdiri dari : Mengukur gaya gesek dengan cara
- Pull Gauge (Gambar 9.) alat untuk mengukur menempatkan spesimen gesek diatas landasan
beban dan gaya gesek. gesek kemudian didorong menggunakan Pull
Gauge pada kondisi permukaan :
- Tanpa pelumas.
- Menggunakan pelumas SAE 20.
- Menggunakan pelumas SAE 40.
- Menggunakan pelumas SAE 90.
- Menggunakan pelumas SAE 140.
Ditunjukkan pada Gambar 12.
4
Gambar 9. Pull Gauge.
3 5
- Surface Rouhgness Tester (Gambar 10.) alat 2 1
untuk mengukur kekerasan permukaan.
Gambar 12. Pengukuran gesek.

Keterangan :
1. Spesimen gesek.
2. Landasan gesek.
3. Pull gauge.
4. Arah gerakan.
5. Lapisan pelumas.

c. Flow chart.
Mulai

Gambar 10. Surface Rouhgness Tester.

- Jangka sorong (Gambar 11.) alat untuk


mengukur dimensi plat. Mempersiapkan plat baja untuk Mempersiapkan
landasan dan benda kerja pelumas

Gambar 11. Jangka sorong.


Mengukur gaya gesek pada kondisi
- Kuas, digunakan untuk mengoleskan pelumas. permukaan kering dan dengan
- Minyak tanah, untuk membersihkan pelumas. pelumas
- Lap, untuk mengeringkan.

Langkah – langkah penelitian. Analisa data


a. Persiapan.
Beberapa persiapan yang harus dilakukan
sebagai berikut: selesai
- Membersihkan spesimen dan landasan gesek.
- Menimbang spesimen gesek. Gambar 13. Diagram alir.

16 ft-UNWAHAS SEMARANG
Momentum, Vol. 8, No. 2, Oktober 2012 : 11- 18 ISSN 0216-7395

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil Penelitian.
Dari hasil penelitian diperoleh data berat dan
kekasaran permukaan (spesimen I, II, III) dan
kekasaran permukaan landasan gesek, ditunjukkan
pada. Tabel 1. Pengukuran gaya gesek
mendapatkan hasil bahwa gaya gaya gesek paling
besar terjadi pada kondisi tanpa pelumas,
ditunjukkan pada. Tabel 2. Pengukuran gaya
gesek pada kondisi tanpa pelumas berbanding lurus
dengan kekasaran permukaan, semakin kasar
permukaan spesimen maka semakin besar gaya Gambar 14. Grafik perbedaan pengaruh viskositas
geseknya. Pada kondisi menggunakan pelumas, pelumas terhadap gaya gesek.
gaya gesek antara spesimen dan plat lebih kecil
dibandingkan tanpa pelumas. Pada permukaan Tabel 3. Hasil perhitungan koefisien gesek.
yang halus (spesimen I dan II) dengan pemakaian Perhitungan koefisien gesek.
pelumas SAE 20 sampai SAE 90, gaya gesek Kondisi
Pengukuran. Spesimen Spesimen Spesimen
cenderung semakin besar. Sedangkan pada I II III
spesimen III (kasar) justru gaya geseknya Tanpa
menurun sebanding dengan bertambahnya 2,68 2,98 3,46
pelumas.
kekentalan pelumas. Perbedaan pengaruh
Oli SAE 20 0,97 1,29 1,58
viskositas pelumas terhadap gaya gesek Oli SAE 40 1,12 1,29 1,48
ditunjukkan pada Gambar 14. Oli SAE 90 1,12 1,24 1,23
Oli SAE
Tabel 1. Hasil pengukuran berat dan kekasaran 0,68 0.64 0,54
140
permukaan.
Kekasaran
Spesimen Massa (kg)
permukaan (µm)
I 2,01 0,11
II 1,97 0,28
III 1,98 0,46
Landasan _ 0,55

Tabel 2. Hasil pengukuran Gaya gesek.


Pengukuran
Kondisi gaya gesek.
Pengukuran. Spesimen Spesimen
Spesimen I
II. III.
Tanpa Gambar 15. Grafik perbedaan pengaruh viskositas
5,39 N 5,88 N 6,86 N
pelumas.
pelumas terhadapkoefisien gesek.
Oli SAE 20 1,96 N 2,55 N 3,13 N
Dari perhitungan koefisien gesek didapat hasil
Oli SAE 40 2,25 N 2,55 N 2,94 N pada. Tabel 3. Dan pada Gambar 15. menunjukan
bahwa koefisien gesek paling besar pada spesimen
Oli SAE 90 2,25 N 2,45 N 2,45 N plat gesek tanpa pelumas. Semakin kasar
Oli SAE permukaan spesimen, maka semakin besar
1,37 N 1,27 N 1,08 N koefisien geseknya. Sedangkan koefisien gesek
140
pada permukaan yang menggunakan pelumas,
lebih rendah dibanding koefisien gesek tanpa
pelumas. Pada pemakaian pelumas SAE 20 sampai
SAE 90, koefisien gesek cenderung semakin besar
jika permukaan spesimen semakin kasar. Akan

ft-UNWAHAS SEMARANG 17
Momentum, Vol. 8, No. 2, Oktober 2012 : 11- 18 ISSN 0216-7395

tetapi pada penggunaan pelumas SAE 140 pelumas dengan viskositas yang semakin tinggi
koefisien gesek menurun pada permukaan yang akan menurunkan gaya gesek dan koefien gesek.
kasar.
Saran.
Pembahasan. Untuk mendapatkan hasil penelitian yang lebih
Berdasarkan data yang didapat dari hasil sempurna beberapa hal berikut ini dapat
penelitian dengan menggunakan Pull Gauge pertimbangkan :
menunjukan perbedaan gaya gesek antara 1. Pada komponen yang permukaanya halus,
spesimen I, II, III, pada kondisi tanpa pelumas sebaiknya menggunakan pelumas dengan
gaya gesek akan semakin besar jika permukaan viskositas rendah. Pada komponen yang
spesimen semakin kasar, karena pada gesekan permukaan kasar, sebaiknya menggunakan
kering akan terjadi kontak langsung antara dua pelumas dengan viskositas tinggi.
buah benda padat yang seling bergesekkan dan 2. Pengujian gaya gesek pada bidang datar harus
dapat dinyatakan bahwa permukaan yang halus benar-benar horizontal.
akan menyebabkan gaya gesek atau koefisien 3. Pengembangan lebih lanjut penelitian ini, bisa
gesek menjadi lebih kecil nilainya dibandingkan dengan memvariasikan temperatur, jenis
dengan permukaan yang kasar, begitu pula pelumas, atau jenis matrial yang berbeda.
sebaliknya, permukaan yang kasar akan
menyebabkan gaya gesek atau koefisien gesek
menjadi lebih besar nilainya dibandingkan dengan DAFTAR PUSTAKA
permukaan yang halus (Yanuar, 2007). Anonim, 1995, “New Step 1”, Informasi umum,
Gaya gesek akan turun jika permukaan Toyota Astra Motor Jakarta.
spesimen diberi pelumas. Hal ini dikarenakan Bale. J. S, 2009, “Perubahan Faktor Keausan”,
fungsi pelumas memberi sparasi antar elemen Jurnal Teknik Mesin, Universitas Nusa
mesin, sehinga tidak terjadi kontak, Ketebalan Cendana Kupang.
lapisan film pada daerah kontak antara 0,1 - 1,0 Darmanto, 2011, “Mengenal Pelumas Pada
µm (Darmanto, 2011). Mesin”, Jurnal Momentum, Fakultas Teknik,
Besarnya gaya gesek dipengaruhi oleh Universitas Wahid Hasyim Semarang.
kekasaran permukaan dan viskositas pelumas. Dewanto. J, 2002, “Studi Karakteristik Kopling
Penelitian dengan menggunakan pelumas SAE Plat Gesek Tunggal Pada Kondisi Transient”,
140, gaya gesek menurun pada permukaan Jurnal Teknik Mesin, Universitas Kristen Petra
spesimen yang kasar (spesimen III), hal ini Jakarta.
disebabkan karena pelumas SAE 140 bersifat Mazzucco, 2003, “Keausan”, Tribologi, Bumi
kental sehingga dapat melapisi permukaan Aksara Jakarta.
spesimen yang kasar dengan sempurna. Pada Neale. J. M, 2001, “Lubrication And Reliability”,
permukaan spesimen yang halus, pelumas yang Handbook, Butterworth Heinemann.
kental tidak bisa masuk ke celah yang sempit Sukirno, 1988, “Pelumasan Dan Teknologi
sehingga pelapisanya tidak sempurna. Pada Pelumas”, Jurnal Teknik Kimia, Universitas
pemkaian SAE 90, pelumas mulai bisa masuk Indonesia.
spesimen III sehingga gaya gesek sama dengan Yanuar, 2007, “Koefisien Gesek”, Jurnal Teknik
spesimen II, meskipun spesimen III permukaannya Mesin, Universitas Indonesia.
lebih kasar.

PENUTUP
Kesimpulan.
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan
sebagai berikut:
Pada kondisi tanpa pelumas gaya gesek
berbanding lurus dengan kekasaran permukaan,
semakin kasar permukaan spesimen maka semakin
besar gaya geseknya. Pada permukaan yang halus,
pemakaian pelumas dengan viskositas SAE 20 dan
SAE 40 akan menaikan gaya gesek dan koefien
gesek. Pada permukaan yang kasar, pemakaian

18 ft-UNWAHAS SEMARANG

Anda mungkin juga menyukai