Anda di halaman 1dari 47

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami mengucapkan kehadirat Allah SWT atas segalanya berkat limpahan
rahmatnya yang mana telah memberikan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalahaskep yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan DHF (
DengueHaemoragic Faver )”.
Kami menyadari masih banyak terdapat kekurangan dan kelemahan baik dari segi
penulisan, isi dan juga penggunaan tata bahasa yang baik dalam penulisan makalah ini. Pada
kesempatan ini kami menyampaikan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya kepada dosen
pembimbing Rodiyah, S.Kep,.Ns, M.Kes

Akhir dengan rendah hati dan hanya kepada Allah SWT penulis berserah diri. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri dan pembaca pada umumnya, semoga
Allah SWT memberi berkahnya bagi kita semua. Amiin

Penyusun

Jombang, 04 Februari 2017

Asuhan Keperawatan DHF Kelompok VI | i


LEMBAR PENGESAHAN

Laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan dengan judul “DHF (Dengue Hemorragic
Fever)” ini telah dipelajari dan disahkan oleh pembimbing :Rodiyah S.Kep,.Ns, M.Kes pada
02 Februari 2017.

Jombang, 04 Februari 2017


Mengetahui
Pembimbing Lahan Dosen Pembimbing

Puji Astuti Amd. Kep Rodiyah S.Kep,.Ns, M.Kes

Asuhan Keperawatan DHF Kelompok VI | ii


DAFTAR ISI

Kata Pengantar .......................................................................................................... i

Halaman Pengesahan ...............................................................................................ii

Daftar Isi ................................................................................................................ iii

BAB 1PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ................................................................................................... 1

1.2 Rumusan masalah ............................................................................................. 2

1.3 Tujuan ................................................................................................................ 2

BAB 2 PEMBAHASAN

2.1 Definisi ............................................................................................................... 3

2.2 Etiologi ............................................................................................................... 3

2.3 Patofisiologi ...................................................................................................... 4

2.4 Pathway/WOC ................................................................................................... 6

2.5 Manifestasi Klinis .............................................................................................. 7

2.6 Klasifikasi .......................................................................................................... 8

2.7 Penatalaksanaan ................................................................................................ 8

2.8 Pemeriksaan Penunjang ..................................................................................... 9

2.9 Komplikasi ........................................................................................................ 9

2.10Pencegahan DHF ............................................................................................ 10

BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

3.1 Pengkajian ........................................................................................................ 11

3.2 Diagnosa Keperawatan ................................................................................... 25

3.3 Intervensi.......................................................................................................... 27

3.4 Implementasi ................................................................................................... 27

3.5 Evaluasi ........................................................................................................... 27

Asuhan Keperawatan DHF Kelompok VI | iii


BAB 4 ASUHAN KEPERAWATAN

4.1 Pengkajian ........................................................................................................ 28

4.2 Diagnosa Keperawatan ................................................................................... 36

4.3 Intervensi.......................................................................................................... 37

4.4 Implementasi ................................................................................................... 38

4.5 Evaluasi ........................................................................................................... 40

BAB 5 PENUTUP

5.1 Kesimpulan ..................................................................................................... 41

5.2 Saran ............................................................................................................. 41

DAFTAR PUSTAKA . .......................................................................................... 42

Asuhan Keperawatan DHF Kelompok VI | iv


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Demam berdarah atau biasa dikenal dengan DHF ( Dengue haemorragic Fever )
merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh nyamuk Aedes Aegypti betina, Nyamuk ini
merupakan spesies nyamuk tropis dan subtropis, dan bisa hidup pada daerah yang
ketinggiannya mencapai 2200 m diatas permukaan laut. (Price & Wilson. 2007). Nyamuk ini
merupakan vektor bagi virus demam berdarah, karena nyamuk Aedes ini sangat antropolitik
dan hidup dekat manusia dan sering hidup didalam rumah.(Soedarmo, 2006) Indonesia
merupakan salah satu negara yang ditetapkan sebagai negara endemik demam berdarah.
Karena indonesia merupakan negara tropis yang memiliki curah hujan yang cukup tinggi.
(Depkes RI, 2008)

Wabah Dengue pertama kali ditemukan di dunia tahun 1635 di Kepulauan Karibia dan
ditemukan lagi pada abad 18, 19 dan awal abad 20, sedangkan di Indonesia dengue pertama
kali ditemukan di Surabaya tahun 1968, tetapi konfirmasi virologist baru diperoleh wabah
penyakit yang menyerupai Dengue telah digambarkan secara global di daerah tropis dan
beriklim sedang. Vektor penyakit ini berpindah dan memindahkan penyakit dan virus Dengue
melalui transportasi laut. ( soedarmo, 2006).

Menurut WHO, (1997) memperkirakan lebih dari 500.000 dari 50 juta kasus demam
dengue memerlukan perawatan di rumah sakit, lebih dari 40% penduduk di dunia hidup di
daerah endemis demam dengue dan Thailan merupakan negara peringkat pertama yang
melaporkan banyaknya kasus DHF yang dirawat di rumah sakit. Sedangkan menurut Depkes
RI,(2008) Indonesia termasuk peringkat kedua berdasarkan jumlah kasus DHF yang
dilaporkan lebih dari 10.000 setiap tahunnya.

Asuhan Keperawatan DHF Kelompok VI | 1


1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dariDengue Homorgic Fever (DHF) ?
2. Apa penyebab dari Dengue Homorgic Fever (DHF) ?
3. Bagaimana proses terjadinyaDengue Homorgic Fever (DHF) ?
4. Bagaimana tanda dan gejala Dengue Homorgic Fever (DHF) ?
5. Bagaimana asuhan keperawatan Dengue Homorgic Fever (DHF) ?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Mengetahui apa itu Dengue Homorgic Fever (DHF)
2. Mengetahui penyebab dari Dengue Homorgic Fever (DHF)
3. Mengetahui proses terjadi Dengue Homorgic Fever (DHF)
4. Mengetahui tanda dan gejala Dengue Homorgic Fever (DHF)
5. Mengetahui asuhan keperawatan Dengue Homorgic Fever (DHF)

Asuhan Keperawatan DHF Kelompok VI | 2


BAB II

PEMBAHASAN

DENGUE HAEMORAGIC FEVER (DHF)

2.1 Definisi

Demam berdarah atau Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) ialah penyakit demam akut
terutama menyerang pada anak-anak, dan saat ini cenderung polanya berubah ke orang
dewasa. Gejala yang ditimbulkan dengan manifestasi perdarahan dan bertendensi
menimbulkan shock yang dapat menimbulkan kematian. (Depkes, 2006).

Infeksi virus dengue dapat menyebabkan Demam Dengue (DD), Dengue Hemorrhagic
Fever (DHF), dan Syndrom Shock Dengue (SSD). Infeksi dengue dijumpai sepanjang tahun
dan meningkat pada musim hujan dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot dan atau nyeri
sendi yang disertai leukopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia, dan diatesis
haemoragic. Pada DBD terjadi perembesan plasma, yang ditandai oleh hemokonsentrasi
(peningkatan hematokrit) atau penumpukan cairan dirongga tubuh. Sindrom renjatan Dengue
(dengue shock syndrome) adalah demam berdarah dengue yang ditandai oleh renjatan atau
shock. (DepKes RI, 2005)

2.2 Etiologi

Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue
sejenis virus yang tergolong arbovirus (Arthropod-borne viruses) artinya virus yang di
tularkan melalui gigitan arthropoda misalnya nyamuk aedes aegypti (betina). Arthropoda
akan menjadi sumber infeksi selama hidupnya sehingga selain menjadi vektor virus dia
juga menjadi hospes reservoir. Virus tersebut yang paling bertindak menjadi vector
(Soegijanto,2004).

1. Virus dengue

Virus dengue yang menjadi penyebab penyakit ini termasuk ke dalam Arbovirus
(Arthropodborn virus) group B, yaitu virus dengue tipe 1,2,3 dan 4. Keempat tipe virus
dengue tersebut terdapat di Indonesia dan dapat dibedakan satu dari yang lainnya secara

Asuhan Keperawatan DHF Kelompok VI | 3


serologis. Virus dengue yang termasuk dalam genus flavivirus ini berdiameter 40
nanometer, dapat berkembang biak dengan baik pada berbagai macam kultur jaringan
baik yang berasal dari sel – sel mamalia misalnya sel BHK (Babby Homster Kidney)
maupun sel – sel Arthropoda misalnya sel aedes Albopictus.

2. Vektor

Virus dengue serotipe 1, 2, 3, dan 4 yang ditularkan melalui vektor yaitu nyamuk
aedes aegypti, nyamuk aedes albopictus, aedes polynesiensis dan beberapa spesies lain
merupakan vektor yang kurang berperan. Infeksi dengan salah satu serotipe akan
menimbulkan antibodi seumur hidup terhadap serotipe bersangkutan tetapi tidak ada
perlindungan terhadap serotipe jenis yang lainnya. Nyamuk Aedes Aegypti maupun
Aedes Albopictus merupakan vektor penularan virus dengue dari penderita kepada orang
lainnya melalui gigitannya. Nyamuk Aedes Aegyeti merupakan vektor penting di daerah
perkotaan (Viban) sedangkan di daerah pedesaan (rural) kedua nyamuk tersebut berperan
dalam penularan. Nyamuk Aedes berkembang biak pada genangan air bersih pada
bejana–bejana yang terdapat di dalam rumah maupun yang terdapat di luar rumah di
lubang–lubang pohon di dalam potongan bambu, dilipatan daun dan genangan air bersih
alami lainnya (Aedes Albopictus). Nyamuk betina lebih menyukai menghisap darah
korbannya pada siang hari terutama pada waktu pagi hari dan senja hari.

3. Host

Jika seseorang mendapat infeksi dengue untuk pertama kalinya maka ia akan
mendapatkan imunisasi yang spesifik tetapi tidak sempurna, sehingga ia masih mungkin
untuk terinfeksi virus dengue yang sama tipenya maupun virus dengue tipe lainnya.
Dengue Haemoragic Fever (DHF) akan terjadi jika seseorang yang pernah mendapatkan
infeksi virus dengue tipe tertentu mendapatkan infeksi ulangan untuk kedua kalinya atau
lebih dengan pula terjadi pada bayi yang mendapat infeksi virus dengue untuk pertama
kalinya jika ia telah mendapat imunitas terhadap dengue dari ibunya melalui plasenta.

2.3 Patofisiologi

Virus akan masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypty. Pertama-tama
yang terjadi adalah virus kontak dan bereaksi dengan antibody, sehingga terbentuk kompleks
virus antibodi. Pasien masuk rumah sakit karena kurangnya informasi dari gejala atau tanda
tanda yang dialami dan juga terjadilah stress hospitalisasi.

Asuhan Keperawatan DHF Kelompok VI | 4


Virus menyerang sistem pernafasan sehingga mengaktifkan komplemen dan aktivasi C3
dan C5 menyebabkan pelepasan anafilaktoksin (C3a dan C5a). Karena hal tersebut, maka
terjadinya peningkatan permeabilitas dinding pembuluh darah. Lalu menghilangnya plasma
melalui endotel dinding pembuluh darah menyebabkan kebocoran plasma (ke
ekstravaskuler). Hal tersebut membuat adanya penumpukan cairan pada pleura.

Virus menyerang sistem kardiovaskuler sehingga terjadi agregasi trombosit dan


melepaskan adenosine di phospat, karena hal tersebut mengakibatkan trombositopenia.
Aktivasi C3 dan C5 mengakibatkan peningkatan permeabilitas dinding pembuluh darah dan
menghilangnya plasma melalui endotel dinding pembuluh darah sehingga mengakibatkan
kebocoran plasma (ke ekstravaskuler). Karena trombositopenia dan kebocoran plasma bisa
menyebabkan syok, hipotensi, nadi cepat dan lemah, serta penurunan O2 dalalm jaringan.
Virus mauk ke dalam pembuluh darah menstimulasi sel host inflamasi (seperti makrofag
neutrofi), memproduksi endogenus pirogen (IL-1, IL-6), karena produksi tersebut
endothelium hypothalamus meningkatkan produksi prostgladin dan neuoro transmitter.
Prostaglandin berikatan dengan neuron prepiotikl di hyphotalamus, sehingga mengakibatkan
peningkatan thermostat “set point” pada pusat termoregulator dan terjadilah demam.

Virus menyerang sistem persyarafan mengakibatkan pelepasan neuro transmitter


(histamine, bradikinin, prostaglandin) berikatan dengan reseptor nyeri, lalu impuls nyeri
masuk ke thalamus.

Virus menyerang sistem perkemihan dengan aktivasi C3 dan C5 sehingga meningkatkan


permeabilitas dinding pembuluh darah dan menghilangnya plasma melalui endotel dinding
pembuluh darah. Maka terjadilah kebocoran plasama (ke eksravaskuler) yang menyebabkan
syok dan penurunan sirkulasi ke ginjal.

Virus menyerang sistem pencernaan dengan aktivasi C3 dan C5 sehingga mengalami


hepato-splenomegali yang mendesak lambung mengakibatkan peningkatan HCL. Maka
terjadial mual, muntah, dan nafsu makan menurun sehingga masukan nutrisi dalam tubuh
kurang dari kebutuhan normal. Hepato-splenomegali yang meningkatkan SGOT,SGPT
menyebabkan mual, muntah, dan penurunan nafsu makan.

Asuhan Keperawatan DHF Kelompok VI | 5


Virus menyerang sistem muskuloskeletal dan integuman menyebabkan perpindahan
cairan ke ekstravaskuler, sehingga terjadinya penurunan kebutuhan O2 dan nutrisi. Maka
metabolisme mengalami penurunan dan terjadilah kelemahan, pusing, frekuensi nadi dan
pernafasan meningkat

2.4 Pathway/WOC

Asuhan Keperawatan DHF Kelompok VI | 6


2.5 Manifestasi Klinis
1. Demam

Demam terjadi secara mendadak berlangsung selama 2-7 hari kemudian turun menuju
suhu normal atau lebih rendah. Bersamaan dengan berlangsung demam, gejala-gejala
klinik yang tidak spesifik misalnya anoreksia. Nyeri punggung, nyeri tulang dan
persediaan, nyeri kepala dan rasa lemah dapat menyertainya.

2. Perdarahan

Perdarahan biasanya terjadi pada hari ke 2 dan 3 dari demam dan umumnya terjadi
pada kulit dan dapat berupa uji torniquet yang positif mudah terjadi perdarahan pada
tempat fungsi vena, petekia dan purpura.Perdarahan ringan hingga sedang dapat terlihat
pada saluran cerna bagian atas hingga menyebabkan hematemesis. Perdarahan
gastrointestinal biasanya didahului dengan nyeri perut yang hebat.

3. Hepatomegali

Pada permulaan dari demam biasanya hati sudah teraba, meskipun pada anak yang
kurang gizi hati juga sudah. Bila terjadi peningkatan dari hepatomegali dan hati teraba
kenyal harus di perhatikan kemungkinan akan tejadi renjatan pada penderita.

4. Renjatan (Syok)

Permulaan syok biasanya terjadi pada hari ke 3 sejak sakitnya penderita, dimulai
dengan tanda-tanda kegagalan sirkulasi yaitu kulit lembab, dingin pada ujung hidung, jari
tangan, jari kaki serta sianosis disekitar mulut. Bila syok terjadi pada masa demam maka
biasanya menunjukan prognosis yang buruk.

5. Gejala klinik lain

Nyeri epigastrium, muntah-muntah, diare maupun obstipasi dan kejang-kejang.


Keluhan nyeri perut yang hebat seringkali menunjukkan akan terjadinya perdarahan
gastrointestinal dan syok.

Asuhan Keperawatan DHF Kelompok VI | 7


2.6 Klasifikasi

Sesuai dengan patokan dari WHO (1975) bahwa penderita DHF dalam perjalanan
penyakit terdapat derajat I, II, III, dan IV (Sumarmo, 1983) antara lain :

1. Derajat I (Ringan)

Demam mendadak 2 sampai 7 hari disertai gejala klinik lain, dengan manifestasi
perdarahan ringan. Yaitu uji tes “rumple leed’’ yang positif.

2. Derajat II (Sedang )

Golongan ini lebih berat daripada derajat pertama, oleh karena ditemukan perdarahan
spontan di kulit dan manifestasi perdarahan lain yaitu epitaksis (mimisan), perdarahan
gusi, hematemesis (muntah darah) dan melena (berak darah). Gangguan aliran darah
perifer ringan yaitu kulit yang teraba dingin dan lembab.

3. Derajat III ( Berat )

Penderita syok berat dengan gejala klinik ditemukannya kegagalan sirkulasi, yaitu
nadi cepat dan lembut, tekanan nadi menurun (< 20 mmHg) atau hipotensi disertai kulit
yang dingin, lembab, dan penderita menjadi gelisah.

4. Derajat IV

Penderita syok berat (profound shock) dengan tensi yang tidak dapat diukur dan nadi
yang tidak dapat diraba.

2.7 Penatalaksanaan

1. Tirah baring atau istirahat baring.


2. Diet makan lunak.
3. Minum banyak (2-2,5 liter/24 jam) dapat berupa : susu, teh manis, sirup dan beri
penderita sedikit oralit, pemberian cairan merupakan hal yang paling penting bagi
penderita DHF.
4. Pemberian cairan intravena (biasanya ringer laktat, NaCl Faali) merupakan cairan
yang paling sering digunakan.

Asuhan Keperawatan DHF Kelompok VI | 8


5. Monitor tanda-tanda vital tiap 3 jam (suhu, nadi, tensi, pernafasan) jika kondisi pasien
memburuk, observasi ketat tiap jam.
6. Periksa Hb, Ht dan trombosit setiap hari.
7. Pemberian obat antipiretik sebaiknya dari golongan asetaminopen.
8. Monitor tanda-tanda perdarahan lebih lanjut.
9. Pemberian antibiotik bila terdapat kekuatiran infeksi sekunder.
10. Monitor tanda-tanda dan renjatan meliputi keadaan umum, perubahan tanda-tanda
vital, hasil pemeriksaan laboratorium yang memburuk.
11. Bila timbul kejang dapat diberikan Diazepam.Pada kasus dengan renjatan pasien
dirawat di perawatan intensif dan segera dipasang infus sebagai pengganti cairan yang
hilang dan bila tidak tampak perbaikan diberikan plasma atau plasma ekspander atau
dekstran sebanyak 20-30 ml/kg BB.

2.8 Pemeriksaan Penunjang


A. Darah
1. Trombosit menurun.
2. HB meningkat lebih 20 %
3. HT meningkat lebih 20 %
4. Leukosit menurun pada hari ke 2 dan ke 3
5. Protein darah rendah
6. Ureum PH bisa meningkat
7. NA dan CL rendah

B. Serology : HI (hemaglutination inhibition test).


1. Rontgen thorax : Efusi pleura.
2. Uji Rumpel-leed test (+)

2.9 Komplikasi
Menurut Widagdo (2012) komplikasi DBD adalah sebagai berikut :
1. Gagal ginjal
2. Efusi pleura
3. Hepatomegali
4. Gagal jantung

Asuhan Keperawatan DHF Kelompok VI | 9


2.10 Pencegahan DHF
Sampai saat ini, belum ditemukan vaksin atau obat antivirus bagi penyakit ini.
Salah satu tindakan yang cukup berhasil guna mencegah demam berdarah adalah
dengan mengawasi keberadaan dan menghindari nyamuk pembawa virus dengue
tersebut.
Untuk mengendalikan perkembangbiakan nyamuk demam berdarah dapat dilakukan
dengan memakai beberapa metode, diantaranya :
- 3M : menguras, menutup dan mengubur
Pencegahan demam berdarah dengan mengendalikan vektor nyamuk, antara lain
dengan 3M yaitu : menguras bak mandi / tempat penampungan air sekali sepekan,
menguras vas bunga dan tempat minum burung sepekan sekali; menutup dengan
rapat tempat penampungan air segera setelah dibersihkan atau digunakan; dan
mengubur barang yang tidak terpakai seperti kaleng bekas, wadah bekas dan ban
bekas di sekitar rumah. Pencegahan DBD dengan cara 3M ini cukup ampuh dan
banyak dianjurkan
- Secara biologi
Pencegahan DBD secara biologis juga cukup efektif. Yaitu dengan menggunakan
ikan pemakan jentik dan bakteri. Masukan beberapa ikan kecil kedalam bak mandi
atau kolam, maka vektor nyamuk pembawa virus dengue otomatis dapat
dikendalikan, sebab ikan akan memakan jentik-jentik nyamuk.
- Secara kimiawi
Secara kimiawi, pencegahan yang paling umum dilakukan adalah dengan pengasapan
atau fogging. Fogging dapat membunuh nyamuk dewasa. Cara kimiawi lainnya
adalah pemberian bubuk abate pada tempat air tergenang untuk membunuh jentik-
jentik nyamuk. Larvasida juga bisa digunakan untuk pencegahan demam berdarah.
Seperti telah disebutkan diawal bahwa nyamuk aedes aegypti beraktifitas di siang
hari. Untuk mencegah nyamuk demam berdarah ini biasakan untuk tidak tidur saat
pagi dan sore hari, selain itu gunakan pelindung tubuh dari gigitan nyamuk saat
sedang beraktifitas didalam dan luar rumah.
Jika muncul gejala penyakit demam berdarah segeralah pergi ke dokter, sebelum
penyakitnya berkembang lebih parah.

Asuhan Keperawatan DHF Kelompok VI | 10


BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN TEORI

DENGUE HAEMORAGIC FEVER (DHF)

3.1 Pengkajian
a. Identitas Pasien

DHF dapat terjadi pada siapa saja dari anak-anak sampai orang dewasa dan pada
semua jenis kelamin, kebanyakan penyakit ini ditemukan pada anak perempuan daripada
anak laki-laki (Rampengan, 1997). Tempat atau daerah yang bisa terjangkit adalah
disemua tempat baik dikota ataupun didesa, biasanya nyamuk pembawa vector banyak
ditemukan pada daerah yang banyak genangan air atau didaerah yang lembab.

b. Riwayat Keperawatan
1. Keluhan Utama

Biasanya pasien datang dengan keluhan demam tinggi mendadak dan terus
menerus selama 2-7 hari, terdapat petechie pada seluruh kulit, perdarahan gusi, nyeri
epigastrium, epistaksis, nyeri pada sendi-sendi.

2. Riwayat Penyakit Sekarang


Sering menunjukan panas tinggi, sakit kepala, nyeri otot, pegal seluruh tubuh,
sakit saat menelan, lemah, nyeri ulu hati (epigastrium), mual, muntah, nafsu makan
menurun.

3. Riwayat Penyakit Dahulu


Ada kemungkinan anak yang telah terinfeksi penyakit DHF bisa terulang
terjangkit DHF lagi, tetapi penyakit ini tak ada hubungan dengan penyakit yang
pernah diderita dahulu.

4. Riwayat Penyakit Keluarga


Penyakit DHF dibawa oleh nyamuk jadi bila terdapat anggota keluarga yang
menderita penyakit ini dalam satu rumah besar kemungkinan tertular karena penyakit
ini ditularkan lewat gigitan nyamuk.

5. Riwayat Kesehatan Lingkungan

Asuhan Keperawatan DHF Kelompok VI | 11


Daerah atau tempat yang sering dijadikan tempat tinggal nyamuk ini adalah
lingkungan yang kurang pencahayaan dan sinar matahari, banyak genangan air, vas
bunga yang jarang diganti airnya, kaleng bekas tempat penampungan air, botol dan
ban bekas. Tempat–tempat seperti ini biasanya banyak dibuat sarang nyamuk jenis
ini. Perlu ditanyakan pula apakah didaerah itu ada riwayat wabah DHF karena inipun
juga dapat terulang kapan-kapan.

6. Riwayat Imunisasi

Anak usia pre sekolah sudah harus mendapat imunisasi lengkap antara lain : BCG,
POLIO I,II, III; DPT I, II, III; dan campak.

7. Riwayat Tumbuh Kembang


Tahap tumbuh kembang anak usia pra-sekolah :

a. Pertumbuhan

Beberapa aspek pertumbuhan fisik terus menjadi stabil dalamtahun


prasekolah. Waktu rata-rata denyut jantung dan pernapasan menurun hanya sedikit
mendekati 90x/menit dan pernapasan 22-24x/menit. TD meningkat sedikit ke nilai
rata-rata 95/58mmHg. Berat badan anak meningkat kira-kira 2,5 kg per tahun,
berat rata-rata pada usia 5 tahun adalah kira-kira 21 kg, hampir 6 kali beratbadan
lahir. Prasekolah bertumbuh 2-3 inci per tahun, panjang menjadi dua kali lipat
panjang lahir pada usia 4 tahun, dan beradapada tinggi rata-rata 43 inci pada ulang
tahun kelima mereka.

Perpanjangan tungkai kaki menghasilkan penampilan yang lebih kurus.


Kepala sudah mencapai 90% dari ukuran orang dewasa pada ulang tahun ke enam.
Perbedaan kecil terjadi antara jenis kelamin,walaupun anak laki-laki sedikit lebih
besar dengan lebih banyak otot dan kurang jaringan lemak. Kekurangan nutrisi
umunya terjadi pada anak-anak berusia dibawah 6 tahun adalah kekurangan
vitamin A dan C serta zat besi.

b. Perkembangan
 Rasa keingintahuan tentang hal-hal yang berada di lingkungan semakin
besar dan dapat mengembangkan pola sosialisasinya

Asuhan Keperawatan DHF Kelompok VI | 12


 Anak sudah mulai mandiri dalam merawat diri sendiri, seperti mandi,
makan, minum, menggosok gigi, BAK, dan BAB.
 Mulai memahami waktu.
 Penggunaan tangan primer terbentuk.

1. Perkembangan psikoseksual ( Sigmund Freud )


Fase perkembangan psikoseksual untuk anak usia prasekolah masuk pada
fase falik. Selama fase ini, genitalia menjadi area yang menarik dan area tubuh
yang sensitif. Anak mulai mengetahui perbedaan jenis kelamin dengan
mengetahui adanya perbedaan jenis kelamin.
Negatif : Memegang genetalia.
Positif : Egosentris: sosial interaksi : mempertahankan keinginan

2. Perkembangan psikososial ( Eric Ericson )


Fase perkembangan psikososial pada anak usia prasekolah adalah inisiatif
vs rasa bersalah. Perkembangan ini diperoleh dengan cara mengkaji
lingkungan melalui kemampuan bereksplorasi terhadap lingkungannya. Anak
belajar mengendalikan diri dan memanipulasi lingkungan. Inisiatif
berkembang dengan teman sekelilingnya. Kemampuan anak berbahasa
meningkat. Anak mulai menuntut untuk melakukan tugas. Hasil akhir yang
diperoleh adalah menghasilkan suatu prestasinya.Perasaan bersalah akan
timbul pada anak jika anak tidak mampu berpretasi. Rasa bersalah dapat
menyebabkan anak kurang bersosialisasi, lebih marah, mengalami regresi,
yaitu kembali ke perkembangan sebelumnya, misalnya mengompol dan
menghisap jempol.

3. Perkembangan kognitif ( Jean Piaget )


Fase berkembangan kognitif anak usia prasekolah adalah fase
praoperasional. Karakteristik utama perkembangan intelektual tahap ini
didasari sifat egosentris. Pemikiran didominasi oleh apa yang dilihat,
dirasakan dan dengan pengalaman lainnya, sinbul kata-kata, mengingat masa
lalu, sekarang dan yang akan datang.

Asuhan Keperawatan DHF Kelompok VI | 13


4. Perkembangan Moral ( Kahlberg )
Fase perkembangan moral pada anak usia prasekolah memasuki fase
prekonvensional. Anak belajar baik dan buruk, benar dan salah melalui budaya
sebagai dasar peletakan nilai moral. Fase ini terdiri dari 3 tahapan yaitu:
1) Didasari adanya rasa egosentris pada anak, yaitu kebaikan
2) Orientasi hukuman dan ketaatan
3) Anak berfokus pada motif yang menyenangkan sebagai suatu kebaikan

8. Riwayat nutrisi

Kebutuhan kalori 4-6 tahun yaitu 90 kalori/kg/hari.Pembatasan kalori untuk umur


1-6 tahun 900-1300 kalori/hari. Untuk pertambahan berat badan ideal menggunakan
rumus 8 + 2n. Klasifikasi status gizi sebagai berikut :
 Gizi buruk kurang dari 60%
 Gizi kurang 60 % - <80 %
 Gizi baik 80 % - 110 %
 Obesitas lebih dari 120 %

c. Pemeriksaan Fisik (Persistem)


1. Sistem Pernafasan
Anamnesa :
Derajat 1 dan 2 : Belum ada keluhan
Derajat 3 dan 4 : Sering disertai keluhan sesak napas

Pemeriksaan fisik :
Hidung:

Derajat 1 dan 2

Inspeksi: tidak ada nafas cuping hidung, tidak ada secret / ingus

Derajat 3 dan 4

Inspeksi : adanya nafas cuping hidung, epistaksis, pemberian O2: nasal, masker.

Faring :

Derajat 1 dan 2
Asuhan Keperawatan DHF Kelompok VI | 14
Inspeksi : tidak ada kemerahan dan pembengkakan (oedem)

Derajat 3 dan 4

Inspeksi : adanya kemerahan dan mengalami pembengkakan (oedem)

Area dada:

Derajat 1 dan 2

Inspeksi : pergerakan dada simetris, waktu inspirasi ekspirasi normal dengan


(rasio inspirasi:ekspirasi/normalnya 1:2), bentuk dada normal

Palpasi : tidak ada nyeri tekan maupun kelainan pada dinding thorax

Perkusi : normal (pekak di intercosta V kanan, intercosta II-V kiri, dan tympani
di intercoste VI kanan).

Auskultasi : suara nafas ronkhi atau wheezing

Derajat 3 dan 4

Inspeksi : pola nafas meningkat, penggunaan otot bantu pernafasan, pergerakan


dada simetris

Palpasi : tidak ada nyeri tekan maupun kelainan pada dinding thorax, kulit
terasa panas

Perkusi : normal (pekak di intercosta V kanan, intercosta II-V kiri, dan tympani
di intercoste VI kanan).

Auskultasi : suara nafas ronkhi atau wheezing

2. Sistem Kardiovaskuler
Anamnesa:
Derajat 1 dan 2 : Pusing dan mudah lelah
Derajat 3 dan 4 :Sesak nafas dan mudah lelah

Pemeriksaan fisik :
Wajah

Asuhan Keperawatan DHF Kelompok VI | 15


Derajat 1 dan 2

Inspeksi : Tidak mengalami sembab, pucat, maupun sianosis, konjungtiva pucat.

Asuhan Keperawatan DHF Kelompok VI | 16


Derajat 3 dan 4

Inspeksi : pucat, oedem periorbital, sianosis, pembuluh darah mata pecah,


konjungtiva pucat.

Leher

Derajat 1 dan 2

Inspeksi : tidak ada bendungan vena jugularis

Palpasi : arteri carotis communis normal

Derajat 3 dan 4

Inspeksi :tidak ada bendungan vena jugularis

Palpasi : arteri carotis communis normal

Dada

Derajat 1 dan 2

Inspeksi : bentuk dada normal


Palpasi : letak ictus kordis normal ( ICS 5, 1 cm medial dari garis midklavikula
sinistra)
Perkusi : batas jantung normal dengan adanya bunyi redup dan tidak terjadi
pelebaran atau pengecilan
Auskultasi : bunyi jantung normal ( BJ 1 dan BJ 2)

Derajat 3 dan 4
Inspeksi : bentuk dada normal
Palpasi : letak ictus kordis normal ( ICS 5, 1 cm medial dari garis midklavikula
sinistra)
Perkusi : batas jantung normal dengan adanya bunyi redup dan tidak terjadi
pelebaran atau pengecilan
Auskultasi: bunyi jantung normal ( BJ 1 dan BJ 2)

Asuhan Keperawatan DHF Kelompok VI | 17


Ekstrimitas Atas

Derajat 1 dan 2

Inspeksi : tidak mengalami sianosis maupun clubbing finger

Palpasi : CRT dan suhu akral normal

Derajat 3 dan 4

Inspeksi : tidak mengalami sianosis dan perfusi pucat

Palpasi : CRT> 2 detik, suhu akral dingin, perfusi dingin dan basah

Ekstrimitas Bawah

Derajat 1 dan 2

Inspeksi : tidak mengalami sianosis maupun clubbing finger

Palpasi : CRT dan suhu akral normal

Derajat 3 dan 4

Inspeksi : tidak mengalami sianosis, clubbing finger, maupun oedem

Palpasi : CRT> 2 detik dan suhu akral dingin.

3. Sistem Persyarafan
Anamnesa :

Derajat 1 dan 2 :tidak mengalami nyeri kepala maupun tremor


Derajat 3 dan 4 : mengalami nyeri kepala, mual dan muntah, parese

Pemeriksaan fisik :
Derajat 1 dan 2
a. Uji nervus I olfaktorius (pembau) : Pasien dapat membedakan bau bauan

Asuhan Keperawatan DHF Kelompok VI | 18


b. Uji nervus II opticus (penglihatan) : Tidak ada katarak, infeksi konjungtiva
atau infeksi lainya, pasien dapat melihat dengan jelas tanpa menggunakan
kaca mata
c. Uji nervus III oculomotorius : Tidak ada edema kelopak mata, hipermi
konjungtiva,hipermi sklera kelopak mata jatuh (ptosis), celah mata sempit
(endophthalmus), dan bola mata menonjol (exophthalmus)
d. Nervus IV toklearis : Ukuran pupil normal
e. Nervus V trigeminus ( sensasi kulit wajah) : Pasien dapat membuka dan
menutup mulut
f. Nervus VI abdusen : Tidak ada strabismus (juling), gerakan mata normal
g. Uji nervus VII facialis : Pasien dapat menggembungkan pipi, dan
menaikkan dan menurunkan alis mata
h. Nervus VIII auditorius/AKUSTIKUS : Pasien dapat mendengar kata kata
dengan baik
i. Nervus IX glosoparingeal : Terdapat reflek muntah
j. Nervus X vagus : Dapat menggerakan lidah
k. Nervus XI aksesorius : Dapat menggeleng dan menoleh kekiri kanan, dan
mengangkat bahu
l. Nervus XII hypoglosal/ hipoglosum : Dapat menjulurkan lidah.
Pemeriksaan Reflek fisiologis : Normal, tidak ada gangguan.
Pemeriksaan reflek patologis : Normal, tidak ada gangguan.
Tingkat kesadaran kualitas : Kesadaran compos mentis
Tingkat kesadaran kuantitas :
GCS (Glasgow Coma Scale)
- Eye/membuka mata (E) : 4
- Motorik (M) : 6
- Verbal/bicara (V) : 5

Derajat 3 dan 4
a. Uji nervus I olfaktorius (pembau) : Pasien dapat membedakan bau bauan
b. Uji nervus II opticus (penglihatan) : Tidak ada katarak, infeksi konjungtiva
atau infeksi lainya, pasien dapat melihat dengan jelas tanpa menggunakan
kaca mata

Asuhan Keperawatan DHF Kelompok VI | 19


c. Uji nervus III oculomotorius : Tidak ada edema kelopak mata, hipermi
konjungtiva,hipermi sklera kelopak mata jatuh (ptosis), celah mata sempit
(endophthalmus), dan bola mata menonjol (exophthalmus)
d. Nervus IV toklearis : Ukuran pupil normal
e. Nervus V trigeminus (sensasi kulit wajah) : Pasien dapat membuka dan
menutup mulut
f. Nervus VI abdusen : Tidak ada strabismus (juling), gerakan mata normal
g. Uji nervus VII facialis : Pasien dapat menggembungkan pipi, dan
menaikkan dan menurunkan alis mata
h. Nervus VIII auditorius/AKUSTIKUS : Pasien dapat mendengar kata kata
dengan baik
i. Nervus IX glosoparingeal : Terdapat reflek muntah
j. Nervus X vagus : Dapat menggerakan lidah
k. Nervus XI aksesorius : Dapat menggeleng dan menoleh kekiri kanan, dan
mengangkat bahu
l. Nervus XII hypoglosal/ hipoglosum : Dapat menjulurkan lidah.
Pemeriksaan reflek fisiologis : adanya gangguan
Pemeriksaan reflek patologis : adanya gangguan
Tingkat kesadaran kualitas : kesadaran asites, somnolen, sopor, sampai koma.
Tingkat kesadaran kuantitas :
GCS (Glasgow Coma Scale) :
- Eye/membuka mata (E) : 3
- Motorik (M) : 4
- Verbal/bicara (V) : 4

4. Sistem Perkemihan-Eliminasi Uri


Anamnesa :
Derajat 1 dan 2 : belum ada keluhan
Derajat 3 dan 4 : oliguria (jumlah urin 600 ml/24 jam), anuria (jumlah urin <
200 ml/24 jam), berubah pekat dan berwarna coklat tua.

Pemeriksaan fisik :

Derajat 1 dan 2

Asuhan Keperawatan DHF Kelompok VI | 20


Genetalia eksterna :

Laki-Laki :

Penis

Inspeksi : tidak ada ulkus, tumor penis, maupun warna kemerahan, kebersihan
normal, tidak ada luka atau trauma

Palpasi : tidak ada nyeri tekan

Scrotum

Inspeksi : tidak ada pembesaran, massa padat maupun massa kistus, luka/trauma,
maupun tanda infeksi, kebersihan normal.

Palpasi : tidak ada nyeri tekan

Perempuan :

Genetalia eksterna

Inspeksi : tidak ada odema, kemerahan, maupun tanda–tanda infeksi, kebersihan


normal

Palpasi : tidak ada benjolan maupun nyeri tekan

Kandung kemih:

Inspeksi : tidak ada massa/benjolan, jaringan parut bekas irisan atau operasi di
suprasimfisis, maupun pembesaran kandung kemih

Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tahanan lunak diatas simpisis pubis, maupun
teraba massa

Ginjal :

Inspeksi : tidak ada pembesaran daerah pinggang (karena hidronefrosis atau


tumor di daerah retroperitoneum)

Palpasi : tidak ada nyeri tekanabdomen kuadran I dan II diatas umbilikus

Perkusi : tidak ada nyeri ketok

Derajat 3 dan 4

Asuhan Keperawatan DHF Kelompok VI | 21


5. Sistem Pencernaan-Eliminasi Alvi
Anamnesa :
Derajat 1 dan 2 : nafsu makan menurun, mual dan muntah, dan nyeri telan.
Konsistensi feses cair, bau amis, warna merah, ada darah, ada lendir pada feses,
penurunan BB.
Derajat 3 dan 4 : nyeri perut (P: perdarahan pada daerah epigastrium, Q: seperti
tertusuk-tusuk, R: daerah epigastrium, S: 6, T: saat istirahat/aktivitas),
Konsistensi feses padat/keras, bau menyengat, warna pekat, tidak ada darah,
tidak ada lendir pada feses, mengalami hemoroid.

Derajat 1 dan 2

Mulut:

Inspeksi : mukosa bibir kering, gigi (jumlah 20, kebersihan baik, gusi (tidak
berdarah, tidak membengkak, tidak mengalami edema).

Palpasi : tidak ada nyeri tekan pada rongga mulut dan massa

Lidah

Inspeksi : simetris, kebersihan baik, tidak ada tremor, dan tidak ada lesi

Palpasi : tidak ada oedema dan tidak ada nyeri tekan

Faring - Esofagus :

Inspeksi : tidak ada hiperemi. Tonsil (ada perubahan warna maupun


pembengkakan)

Palpasi : tidak ada pembesaran kelenjar

Asuhan Keperawatan DHF Kelompok VI | 22


Abdomen (dibagi menjadi 4 kuadran)

Inspeksi: adanya distensi abdomen

Auskultasi: peristaltik usus meningkat

Perkusi : hipertympani dan nyeri

Kuadran I:

Hepar tidak mengalami hepatomegali, nyeri tekan, maupunshifting dullness

Kuadran II:

Gaster  distensi abdomen

Lien tidak mengalamisplenomegali

Kuadran III:

Tidak ada massa (skibala maupun tumor) dan tidak ada nyeri tekan

Kuadran IV:

Tidak ada nyeri tekan pada titik Mc Burney

Derajat 3 dan 4

Mulut:

Inspeksi : mukosa bibir kering, gigi gigi (jumlah 20, kebersihan baik, gusi
(adanya perdarahan, tidak membengkak, tidak mengalami edema).

Palpasi : tidak ada nyeri tekan pada rongga mulut

Lidah

Inspeksi : warna putih, tidak ada tremor dan tidak ada lesi

Palpasi : tidak ada nyeri tekan

Faring - Esofagus :

Inspeksi : tidak ada hiperemi, tonsil mengalami pembengkakan

Palpasi : adanya pembesaran kelenjar

Asuhan Keperawatan DHF Kelompok VI | 23


Abdomen (dibagi menjadi 4 kuadran)

Inspeksi: pembesaran abnormal dengan adanya distensi abdomen, tidak ada


bekas luka

Auskultasi: peristaltik usus

Perkusi : hipertympani, adanya nyeri

Palpasi :

Kuadran I:

Hepar adanyahepatomegali dan nyeri tekan

Kuadran II:

Gaster  nyeri tekan pada abdomen

Lien adanyasplenomegali

Kuadran III:

Tidak ada massa (skibala maupun tumor) dan tidak ada nyeri tekan

Kuadran IV:

Tidak ada nyeri tekan pada titik Mc Burney

6. Sistem Muskuloskeletal dan Integumen

Anamnese :

Derajat 1 dan 2 : adanya nyeri pada sistem muskuloskeletal


Derajat 3 dan 4 : adanya nyeri, kelemahan dan kekakuan pada ekstremitas

Pemeriksaan fisik :
Derajat 1 dan 2 :

Warna kulit

Kulit dan kulit wajah terasa panas

Kekuatan otot : 4 4

4 4

Asuhan Keperawatan DHF Kelompok VI | 24


Derajat 3 dan 4

Warna kulit

Kulit dan kulit wajah terasa panas dan kering

Kekuatan otot : 3 3

2 2

7. Sistem Endokrin dan Eksokrin


Anamnesa :
Derajat 1 dan 2 : mengalami kesulitan menelan, tremor
Derajat 3 dan 4 : mengalami polyuria, lemah, kejang, pandangan kabur,
penurunan berat badan.

Pemeriksaan fisik :
Derajat 1, 2, 3, dan 4 tidak ditemukan adanya kelainan

8. Sistem Reproduksi
Anamnesa : Tidak ada keluhan pada sistem reproduksi

9. Sistem Persepsi Sensori


Anamnesa :
Derajat 1 dan 2 : belum ada keluhan
Derajat 3 dan 4 :penurunan ketajaman penglihatan, keluhan mata berkunang-
kunang dan kabur

Pemeriksaan fisik :
Derajat 1 dan 2
1. Mata
Inspeksi : Bentuk mata simetris
Palpasi : Tidak ada nyeri
2. Penciuman
Palpasi : Tidak ada sinus, tidak ada pembengkakan, tidak ada nyeri tekan

Asuhan Keperawatan DHF Kelompok VI | 25


Derajat 3 dan 4
3. Mata
Inspeksi : Bentuk mata simetris
Palpasi : Tidak ada nyeri
4. Penciuman
Palpasi : Tidak ada sinus, tidak ada pembengkakan, tidak ada nyeri tekan

3.2 Diagnosa Keperawatan


1. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus dengue
2. Resiko devisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif tubuh
akibat dehidrasi, keringat berlebih, asupan cairan indekuat
3. Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
intake nutrisi yang tidak adekuat akibat mual dan nafsu makan menurun
4. Syok hipovolemik berhubungan dengan perdarahan yang berlebihan, pindahnya
cairan intravaskuler ke ekstravaskuler

00195 Resiko Ketidakseimbangan elektrolit


NS. ____________________________________________________
DIAGNOSIS
Domain : 2. Nutrisi
:
Kelas : 5. Hidrasi
(NANDA-I)

DEFINITION Kerentanan mengalami perubahan kadar elektrolit serum, yang dapat


: mengganggu kesehatan

 Haus
 Kelemahan
DEFINING  Kulit kering
CHARACTE  Membran mukosa kering
RISTICS  Peningkatan frekuensi nadi
 Peningkatan hematrokit
 Peningkatan kosentrasi urine

Asuhan Keperawatan DHF Kelompok VI | 26


 Peningkatan suhu tubuh
 Penurunan berat badan tiba-tiba
 Penurunan haluaran urine
 Penurunan pengisian vena
 Penurunan tekanan darh
 Penurunan tekanan nadi
 Penurunan turgor kulit
 Penurunan turgor lidah
 Penurunan volume nadi
 Perubahan status mental

 Diare
RELATED
 Gangguan mekanisme pengaturan
FACTORS:
 Kekurangan volume cairan

Subjective data entry Objective data entry

1. Nyeri epigastric 1. Meringis


2. pusing 2. Nadi 53 x/menit
3. Lemah 3. RR 18 x/menit
4. Selera makan menurun 4. BB menurun dari 58 kg menjadi
AS

5. Panas hilang timbul 57 kg


5. Mual/muntah
6. Porsi makanan tidak dihabiskan
7. TD 100/65 mmHg
8. Suhu 35,7
Ns. Diagnosis (Specify):
Client
DIAGNOSIS

Resiko Ketidakseimbangan elektrolit


Diagnostic
Related to:
Statement:
Kekurangan volume cairan

Asuhan Keperawatan DHF Kelompok VI | 27


3.3 Intervensi keperawatan
Pengertian Intervensi
Menurut Kozier et al (1995) Perencanaan adalah sesuatu yang telah di pertimbangkan secara
mendalam, tahap yang sistematis dari proses keperawatan meliputi kegiatan pembuatan
keputusan dan pemecahan masalah.
Dalam perencanaan keperawatan perawat menetapkannya berdasarkan hasil pengumpulan
data dan rumusan diagnose keperawatan untuk mencegah dan menurunkan masalah klien.

3.4 Implementasi
Implementasi adalah penerapan tindakan-tindakan perawatan yang telah dibuat pada
intervensi. Pada tahap pelaksanaan yang dilakukan adalah melakukan tindakan-tindakan
keperawatan yang telah direncanakan dan dilanjutkan dengan pendokumentasian semua
tindakan yang telah dilakukan beserta hasil-hasilnya.
Beberapa petunjuk pada pelaksanaan adalah sebagai berikut :
a. Intervensi dilaksanakan sesuai dengan rencana setelah dilakukan validasi.
b. Keterampilan interpersonal, intelektual, teknikal, dilakukan dengan cermat dan efisien
pada situasi yang tepat.
c. Keamanan fisik dan psikologis dilindungi.
d. Dokumentasi intervensi dan respons klien.
Setelah pelaksanaan selesai, dilakukan dokumentasi intervensi secara tertulis pada catatan
keperawatan dan proses keperawatan

3.5 Evaluasi
Penulis dapat mengevaluasi keadaan pasien dan tindakan keperawatan selanjutnya
setelah dilakukan implementasi. Evaluasi terdiri dari subjektif, berdasarkan apa yang
dikatakan oleh pasien, objektif, berdasarkan pengamatan terhadap keadaan pasien.

Asuhan Keperawatan DHF Kelompok VI | 28


BAB IV

ASUHAN KEPERAWATAN KASUS

KASUS
Pada tanggal 02 Februari 2017 pukul 09.00 WIB, Rahmi yang berusia 18 tahun datang ke
RSUD Kab. Jombang dengan temannya mengeluh demam tinggi sejak 3 hari yang lalu.
serta mengeluh pusing, lemas, selera makan menurun serta mual. Selain itu pasien
tampak , meringis, mual/muntah,serta ada nyeri pada epigastrik, panas hilang timbul,
serta pasien tidak dapat menghabiskan. Dari hasil pemeriksaan didapatkan penurunan BB
dari 58 kg menjadi 57 kg , nadi 53x/mnt , RR 18x/mnt, TD 100/65 mmHg , suhu 35,7.
porsi makannya.

4.1 PENGKAJIAN
A. IDENTITAS KLIEN
Nama : Rahmi No. Reg : 100023

Umur : 18 Tahun Tgl. MRS : 29 Januari 2017 (08.00)

Jenis Kelamin : P Agama : Islam

Diagnosis medis : DHF (Dengue Hemoragic Fever)

Tgl Pengkajian: 02 Februari 2017 (08.15 WIB)

Suku/Bangsa : Indonesia

Pekerjaan :-

Pendidikan : SMU

Alamat : Pondok tambak beras

Asuhan Keperawatan DHF Kelompok VI | 29


Identitas Penanggung Jawab

Nama : Dewi
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Suku / Bangsa : Jawa / Indonesia
Alamat : Mojongapit, Jombang

B. RIWAYAT KEPERAWATAN (NURSING HISTORY)


1. Keluhan utama :
Demam, mual

2. Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien sebelumnya mengeluh demam yang tak turun-turun setelah itu di bawa
ke Rumah Sakit Islam Jombang.Keluhan yang paling sering dirasakan oleh pasien
adalah mual. Hal ini dapat timbul secara terputus-putus, biasanya 2 sampai dengan 3
jam setelah makan atau pada waktu lambung kosong dan meredah setelah menelan
obat atau makanan. Pasien juga mengatakan bahwa nyeri dapat berkurang pada saat
pasien beristirahat yang cukup atau rileks dan kontrol ke rumah sakit kira-kira satu
bulan terakhir pasien tidak lagi kontrol ke rumah sakit sebab tidak ada lagi gejala
yang timbul. Biasanya obat yang dikonsumsi adalah obat maag dan beberapa obat
lainnya.

Sejak kemarin sore pasien merasa tidak enak, merasa mual dan pusing yang
dirasakan semakin lama semakin tidak dapat ditahan dan semakin sering timbul
sehingga pasien dan pengurus pondok memutuskan untuk pergi ke rumah sakit lagi.

Upaya yang telah dilakukan :

Pasien langsung merujuk ke RSUD setelah panas tidak kunjung turun serta pusing dan
mual.

Terapi/operasi yang pernah dilakukan :

Klien tidak pernah dioperasi sebelumnya

Asuhan Keperawatan DHF Kelompok VI | 30


3. Riwayat Kesehatan Terdahulu
Penyakit berat yang pernah diderita : Sejak kecil klien tidak pernah mengalami
penyakit akut maupun kronis, namun pasien tersebut kadang-kadang flu, demam dan
batuk-batuk ringan. Namun sebelumnya klien pernah mengalami gejala typoid.

Obat-obat yang biasa dikonsumsi : obat dengan resep

Kebiasaan berobat : Pasien biasa berobat ke puskesmas atau rumah


sakit

Alergi ( makanan, minuman, obat, udara, debu, hewan) sebutkan : Klien tidak
mengalami alergi terhadap makanan atau obat tertentu

4. Riwayat Kesehatan Keluarga


Klien mengatakan bahwa di dalam keluarganya tidak ada yang menderita penyakit
tersebut (DHF). Teman dipondoknya juga tidak ada yang sakit DHF.
5. Riwayat Kesehatan Lingkungan
Lingkungan dipondok klien, kamar tidak selalu dibersihkan tiap hari biasanya tiap
seminggu sekali, kamar mandi dikuras seminggu sekali, tempat gantungan baju juga
jadi satu yang bersih sama yang kotor, alat-alat makan dan memasak juga selalu
dicuci bersih setelah digunakan namun alat-alat makan sering digunakan bersama.

C. PEMERIKSAAN FISIK
Tanda-tanda Vital, TB dan BB :
BB : 54 kg
nadi 100x/mnt
RR 24x/mnt
TD 120/90 mmHg
Suhu : 37ᵒC

D. PEMERIKSAAN PER SISTEM


1. Sistem Pernapasan
Anamnesa :

Asuhan Keperawatan DHF Kelompok VI | 31


Mengeluh sesak napas

Hidung:

Inspeksi : Bentuk simetris, fungsi penciuman baik, polip (-)

Palpasi : nyeri tekan (-)

Mulut

Inspeksi : Bibir agak kering, sianosis (-)

Leher

Inspeksi : edema (-)

Palpasi : Nyeri tekan (-), adanya massa (-), pembesaran kelenjar limfe(-)

Faring :

Inspeksi : kemerahan (-), oedem / tanda-tanda infeksi (-)

Area dada:

Inspeksi : simetris kanan kiri

Palpasi : nyeri tekan (-)

Perkusi : sonor

Auskultasi : vesikuler

2. Cardiovaskuler Dan Limfe


Anamnesa: Tidak ada tanda-tanda kelainan jantung

Wajah

Inspeksi : pucat (+) , konjungtiva pucat, sianosis (-)

Leher

Inspeksi : bendungan vena jugularis normal

Palpasi : tidak ada pembesaran vena jugularis

Asuhan Keperawatan DHF Kelompok VI | 32


Dada

Inspeksi : bentuk dada sinistra cembung


Palpasi : ictus kordis tidak teraba
Perkusi : batas jantung dengan adanya bunyi redup, apakah terjadi pelebaran
atau pengecilan
Auskultasi : BJ 1 BJ2 normal Lub dub

Ekstrimitas Atas

Inspeksi : sianosis(-) clubbing finger (-)

Palpasi : CRT <2dtk, suhu akral hangat

Ekstrimitas Bawah

Inspeksi : Varises (-), sianosis (-), clubbing finger (-), oedem(-)

Palpasi : CRT <2dtk

3. Persyarafan
Anamnesis : tidak terkaji

4. Perkemihan-Eliminasi Urin
Anamnesa

Tidak ada keluhan pada sistem perkemihan, konsistensi : cair, dan warna : kuning
jernih

Kandung kemih:

Inspeksi : massa (-)

Palpasi : nyeri tekan (-)

5. Sistem Pencernaan-Eliminasi Alvi (KDM ganguan eliminasi sec teori...?)


Anamnesa

Tidak nafsu makan, nyeri area epigastik

Mulut:

Asuhan Keperawatan DHF Kelompok VI | 33


Inspeksi : mukosa bibir merah tidak pucat, tidak mengalami labio/palatoschiziz,
gusi (tidak berdarah, tidak ada lesi/bengkak, dan tidak ada edema), mukosa lembab

Lidah

Inspeksi : tidak ada tremor maupun lesi, warna tengah lidah putih karena
tumpukan susu formula.

Faring - Esofagus :

Inspeksi : tidak terjadi hiperemi. Tonsil (bentuk normal dan tidak terjadi
pembengkakan maupun kemerahan)

Palpasi : tidak ada pembesaran kelenjar

Abdomen (dibagi menjadi 4 kuadran)

Inspeksi : pembesaran abnormal (distensi abdomen), tidak ada bekas luka

Auskultasi : bising usus 20 x/menit

Perkusi : hiperthympani

Palpasi :

Kuadran I:

Hepar tidak mengalami hepatomegali, maupun shifting dullness

Kuadran II:

Gaster  mengalami distensi abdomen

Lien tidak mengalami splenomegali

Kuadran III:

Tidak ada massa

6. Sistem Muskuloskeletal & Integumen


Anamnese : tidak ada keluhan pada sistem musculoskeletal, turgor kulit normal
7. Sistem Endokrin dan Eksokrin

Asuhan Keperawatan DHF Kelompok VI | 34


Anamnesa :

Berat badan turun


Kepala :
Inspeksi : distribusi rambut merata, mudah patah

Leher
Inspeksi : pembesaran kelenjar thyroid, (-)
Palpasi : nyeri tekan (-)

Payudara
Inspeksi : pembesaran mamae nyeri(-)

Genetalia :
Inspeksi : bersih , rambut pubis tersebar merata
Palpasi : benjolan (-)

Ekstremitas bawah
Palpasi : edema non pitting(-)

8. Sistem Reproduksi
Perempuan

Anamnesa :Tidak ada keluhan pada sistem reproduksi

Genetalia
Inspeksi : bentuk normal, kebersihan baik, tidak ada odema dan benjolan, tidak
ada luka

Palpasi : benjolan (-)


9. Persepsi sensori :
Anamnesa :mata tidak berair, kering, maupun adanya benda asing dalam mata

Mata

Inspeksi :Kesimetrisan mata normal, bentuk mata normal, tidak ada oedema pada
kelopak mata

Asuhan Keperawatan DHF Kelompok VI | 35


Kornea : normal berkilau

Iris dan pupil : warna iris dan ukuran normal

Lensa : normal jernih

Sclera : tidak ikterus

Palpasi:

Tidak ada pembengkakan kelopak mata

4.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN

NS.
00195 Resiko Ketidakseimbangan elektrolit
DIAGNOSIS
____________________________________________________
:
Domain : 2. Nutrisi
(NANDA-I)
Kelas : 5. Hidrasi

DEFINITION Kerentanan mengalami perubahan kadar elektrolit serum, yang dapat


: mengganggu kesehatan

 Haus
 Kelemahan
 Kulit kering
 Membran mukosa kering
 Peningkatan frekuensi nadi
DEFINING
 Peningkatan hematrokit
CHARACTE
RISTICS  Peningkatan kosentrasi urine
 Peningkatan suhu tubuh
 Penurunan berat badan tiba-tiba
 Penurunan haluaran urine
 Penurunan pengisian vena
 Penurunan tekanan darh

Asuhan Keperawatan DHF Kelompok VI | 36


 Penurunan tekanan nadi
 Pnurunan turgor kulit
 Penurunan turgor lidah
 Penurunan volume nadi
 Perubahan status mental

 Diare
RELATED
 Gangguan mekanisme pengaturan
FACTORS:
 Kekurangan volume cairan

Subjective data entry Objective data entry

6. Nyeri epigastric 9. Meringis


7. pusing 10. Nadi 53 x/menit
8. Lemah 11. RR 18 x/menit
9. Selera makan menurun 12. BB menurun dari 58 kg menjadi
AS

10. Panas hilang timbul 57 kg


13. Mual/muntah
14. Porsi makanan tidak dihabiskan
15. TD 100/65 mmHg
16. Suhu 35,7
Ns. Diagnosis (Specify):
Client
DIAGNOSIS

Resiko Ketidakseimbangan elektrolit


Diagnostic
Related to:
Statement:
Kekurangan volume cairan

4.3 INTERVENSI KEPERAWATAN

NIC NOC

Intervensi Aktifitas Outcome Indikator

Manajem Pengkajian : mengkaji status cairan Keseimb Irama pernafasan (3)


en pasien angan

Asuhan Keperawatan DHF Kelompok VI | 37


elektrloti Observasi : elektrolit Serum ph (3)
(2000) dan asam
1. Lakukan pengukuran untuk Kelelahan (3)
basa
Definisi : mengontrol kehilangan elektrolit
(0600) Mual (4)
peningkat yang berlebihan ( misal dengan
an mengistirahatkan saluran cerna, Definisi : Kelemahan otot (4)
keseimba perubahan diuretik / pmberian
Keseimb
ngan antipiretik ) dengan tepat.
angan
eletrolit
2. Berikan cairan sesuai resep jika elektrolit
dan
diperlukan. dan non-
pencegah
elektrolit
an Education :
pada
kompikas
1. Ajarkan pasien dan keluarga ruang
i yang
mengenai jenis, penyebab intraselul
diakibatk
dan pengobatan apabila er dan
an oleh
terdapat ketidakseimbangan ekstraelu
adanya
elektrolit, yang sesuai. ler
abnormali
Action : tubuh.
tas
maupun 1. Tingkatkan orientasi

tingkat 2. Berikan lingkungan yang

serum aman kepada klien yang

elektrolit memiliki masalah neorologis

yang dan neoromuskular sebagai

tidak manifestasi dari

diinginka ketidakseimbngan elektrolit.

n. Kolaborasi :

1. Konsultasikan dengan dokter


jika tanda-tanda dan gejala
ketidakseimbangan cairan
dan atau elektrolit menetap
atau memburuk.

Asuhan Keperawatan DHF Kelompok VI | 38


4.4 IMPLEMENTASI
Pada tanggal 02 Februari 2017 pukul 09.00 WIB, Rahmi yang berusia 18 tahun
datang ke RSUD Kab. Jombang dengan temannya mengeluh demam tinggi sejak 3 hari
yang lalu. serta mengeluh pusing, lemas, selera makan menurun serta mual. Selain itu
pasien tampak , meringis, mual/muntah,serta ada nyeri pada epigastrik, panas hilang
timbul, serta pasien tidak dapat menghabiskan. Dari hasil pemeriksaan didapatkan
penurunan BB dari 58 kg menjadi 57 kg , nadi 53x/mnt , RR 18x/mnt, TD 100/65 mmHg
, suhu 35,7. porsi makannya.

No Tanggal/Jam Tindakan Paraf

1 02-02-2017/09.00 Pengkajian : mengkaji status cairan


WIB 1.Mengukur tanda vital
Respon / hasil :
Nadi 60 x/menit
RR 18 x/menit
TD 110/65 mmHg

2.Telah melihat skala nyeri pasien dan catatan


asupan cairan, kalori pasien, pasien telah
mendapat asupan dan cairan yang cukup

Memberikan :
 Makan sesuai selera

 Cairan sesuai resep

Respon : Telah memberikan anjuran kepada


pasien untuk mengurangi aktifitas berat yang
berlebih dan mengkonsumsi banyak air seperi
minum air putih,jus jambu, minuman isotonik.

2 03-02-2017/10.00 1. Membantu pasien memberi makan


WIB
Respon : Pasien makan 3x sehari , porsi

Asuhan Keperawatan DHF Kelompok VI | 39


habis

2. Membantu pasien tehnik distraksi relaksasi


Respon : Nyeri sedikit berkurang

3. Melakukan Kolaborasi dengan ahli gizi


Ahli gizi menyarankan :
Makan sedikit namun sering serta banyak
minum air putih.

Asuhan Keperawatan DHF Kelompok VI | 40


4.5 EVALUASI

MASALAH
KEPERAWATAN / TANGGAL CATATAN PERKEMBANGAN PARAF
KOLABORATIF / JAM
1. Risiko 03-02- S : Pasien mengatakan sudah makan
ketidaksei 2017/10.00 dengan baik dan dapat beraktifitas
mbangan WIB - Pasien mengatakan nyeri pada
elektrolit epigastrik berkurang
- Nafsu makan membaik

O : S : 37 c
N : 60x/menit
TD : 110/65 mmHg
RR : 18 x/menit
TB : 150 cm
BB : 57 kg

A : Masalah teratasi

P : Intervensi dihentikan

Asuhan Keperawatan DHF Kelompok VI | 41


BAB V

PENUTUP

5.1 KESIMPULAN

DHF / DBD adalah salah satu penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang
tergolong arbovirus dan masuk ke dalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk Aedes
Aegypti yang betina.

Penyebab utama adalah virus dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus
(Arthropod-borne viruses) artinya virus yang di tularkan melalui gigitan arthropoda
misalnya nyamuk aedes aegypti (betina). Arthropoda akan menjadi sumber infeksi selama
hidupnya sehingga selain menjadi vektor virus dia juga menjadi hospes reservoir. Virus
tersebut yang paling bertindak menjadi vector (Soegijanto,2004).

Yang vektor tersebut berhubungan dengan :

- Kebiasaan masyarakat menampung air bersih untuk keperluan sehari-hari


- Kondisi lingkungan yang kurang baik
- Penyediaan air bersih yang langka

DHF/DBD dapat dicegah dengan rutin melakukan 3M (menguras, menutup, mengubur) dan
menjaga lingkungan tetap bersih, mengkonsumsi makanan bergizi.

5.2 SARAN
Menjaga kondisi lingkungan tetap sehat dan rutin melakukan 3M akan menghindari kita
terjangkit virus dengue.

Asuhan Keperawatan DHF Kelompok VI | 42


DAFTAR PUSTAKA

Muttaqin,Arif. 2008. Buku Ajar asuhan Keperawatan Dengan Gangguan


Imunologi. Jakarta: Salemba Medika.
Carpenito, Lynda Jual-Moyet. 2008. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi
10. Jakarta: EGC.
Herdman, T. Heather. 2015. NANDA International Inc. Nursing diagnoses:
definitions & classification. Jakarta: EGC.
Widagdo. 2012. Masalah dan Tatalaksanaan Penyakit Anak dengan Demam.
Jakarta: Sagung Seto.

Asuhan Keperawatan DHF Kelompok VI | 43

Anda mungkin juga menyukai