Anda di halaman 1dari 5

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pengembangan pembelajaran pada dewasa ini banyak terfokus pada


konsep pembelajaran student center, yang diyakini oleh banyak pihak
merupakan konsep pembelajaran paling tepat karena mendorong siswa untuk
belajar dan mengoptimalkan segala potensinya. Konsep student center ini
dikembangkan berdasarkan pendekatan konstuktivisme yang berdasarkan
pada kepercayaan bahwa siswa sudah mengerti sebagian besar faktor yang
menentukan dalam hasil pembelajaran (Chandrasegaran et.al, 2007). Dalam
pembelajaran dengan konsep student center, siswa diberikan kesempatan
untuk membangun pemahamannya terhadap pelajaran yang diberikan dengan
bantuan guru sebagai fasilitator dalam pembelajaran bukan sebagai
pentransfer ilmu.

Kimia merupakan mata pelajaran yang memiliki kompleksitas yang


cukup inggi, dimana terdapat banyak sekali konsep abstrak yang dipelajari
oleh siswa (Treagust dan Chittleborough, 2001). Hasilnya siswa membangun
suatu pemahaman pribadi terhadap fenomena dan konsep sains yang mereka
terapkan dalam pelajaran sains. Konsepsi yang dibangun oleh siswa dengan
berdasarkan pemahaman pribadi, memunculkan implikasi dimana siswa
membangun pemahaman konsep yang tidak lengkap (Wilis, 2011).

Peran penting guru untuk segera mengatasi pemahaman siswa yang


tidak utuh tersebut dengan cara meluruskan pemahaman siswa, sehingga
pemahaman siswa menjadi penuh. Untuk meluruskan pemahaman siswa maka
guru perlu mengetahui pada bagian mana siswa kurang atau belum memahami

1
materi tersebut. Selain itu penting juga untuk mengetahui siapa saja siswa di
dalam kelas yang memiliki pemahaman belum atau kurang tersebut. Oleh
karena itu sangat penting bagi seorang guru untuk mengidentifikasi
miskonsepsi yang muncul pada siswa agar dapat dilakukan suatu pengukuran
untuk membantu siswa meningkatkan pemahaman konsep sehingga lebih bisa
diterima secara ilmiah (Tan, 2005).

Untuk tingkat pemahaman siswa yang berbeda-beda terhadap suatu


konsep maka perlu dilakukan sebuah diagnosis terhadap pemahaman siswa.
Dalam melakukan diagnosa sangat diperlukan adanya suatu alat ukur atau tes
diagnostik yang dapat mengungkap pemahaman siswa ini. Tes diagnostik
yang digunakan adalah tes diagnostik yang dikembangkan menjadi tes
diagnostik two tier. Menurut Dindar dan Geban(2011), two tier adalah alat
penilaian yang dapat memberikan informasi bagi guru atau peneliti dalam
menentukan siswa yang mengalami miskonsepsi dengan siswa yang
menjawab dengan benar melalui pertanyaan tentang suatu konsep yang
disertai alasan.

Berdasarkan observasi awal dari wawancara yang dilakukan dengan


Guru Kimia di SMA Yadika Langowan, menunjukan bahwa hasil belajar
yang diperoleh, sebagian besar siswa kelas X SMA Yadika Langowan tahun
ajaran 2016/2017 masih rendah. Rata-rata nilai ulangan harian, khususnya
pada pokok bahasan Larutan Elektrolit dan Larutan Non Elektrolit hanya
mencapai nilai 63 dengan KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) sebesar 75. Ini
menunjukkan bahwa standar ketuntasan belum tercapai.

Oleh karena itu berdasarkan permasalahan yang telah dipaparkan


peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul : “Penerapan Tes
Diagnostik Pilihan Ganda Dua Tingkat (Two Tier Multiple Choice) Untuk

2
Mengidentifikasi Tingkat Pemahaman Materi Larutan Elektrolit dan
Larutan Non Elektrolit Pada Siswa Kelas X SMA Yadika Langowan ”.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan pemaparan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka
didapatlah permasalahan sebagai berikut :
 Belum ada tes diagnostik yang bisa digunakan secara praktis di
sekolah untuk mengidentifikasi pemahaman siswa pada materi larutan
elektrolit dan larutan non elektrolit di sekolah. Sehingga perlu
dikembangkan tes diagnostik yang praktis, sehingga dapat digunakan
dalam proses evaluasi secara mudah dan cepat.
 Masih banyaknya siswa yang belum mencapai KKM pada materi
larutan elektrolit dan larutan non elektrolit
C. Pembatasan Masalah
Batasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Penerapan instrumen tes diagnostik pilihan ganda dua tingkat (two tier
multiple choice) dilakukan pada materi larutan elektrolit dan larutan non
elektrolit.
2. Mengidentifikasi miskonsepsi siswa berdasarkan subtopik – subtopik yang
ada pada materi larutan elektrolit dan larutan non elektrolit.
D. Rumusan Masalah
Berkaitan pada pembatasan masalah yang diuraikan tersebut, maka
pemasalahan penelitian dapat dirumuskan “Apakah tes diagnostik pilihan
ganda dua tingkat (two tier multiple choice) yang diterapkan dapat
mengidentifikasi pemahaman pada materi larutan elektrolit dan larutan
non elektrolit ?”

E. Tujuan Penelitian

3
Berdasarkan pertanyaan penelitian yang diungkapkan dalam rumusan masalah
di atas maka tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui seperti apa gambaran pemahaman siswa kelas X
terhadap materi larutan elektrolit dan larutan non elektrolit berdasarkan
penggunaan tes diagnostik pilihan ganda bertingkat (two tier multiple
choice) yang diterapkan.
2. Untuk dapat mengetahui info ilmiah mengenai identifikasi pemahaman
siswa berdasarkan subtopik – subtopik terhadap materi larutan elektrolit
dan larutan non elektrolit.

F. Manfaat penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :
1. Bagi Siswa : tes diagnostik dapat menjadi sarana untuk mengetahui
miskonsepsi siswa pada materi larutan elektrolit dan non elektrolit.
2. Bagi Guru : hasil penelitian ini dapat menjadi dasar bagi guru untuk
memperbaiki pemahaman siswa terhadap materi konsep redoks dan
larutan elektrolit.
3. Bagi Peneliti lain : hasil penelitian ini dapat menjadi sumbangan
penelitian pada kajian masalah serupa atau sebagai acuan dalam penelitian
sejenis dengan topik yang berbeda.

4
5

Anda mungkin juga menyukai