Anda di halaman 1dari 3

BUKU JAWABAN TUGAS MATA KULIAH

TUGAS 1

Nama Mahasiswa : Maharry Prisma Purwono

Nomor Induk Mahasiswa/ NIM : 043173993

Kode/Nama Mata Kuliah : HKUM4206

Kode/Nama UPBJJ : 84/Manado

Masa Ujian : 2022/23.1 (2022.2)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS TERBUKA
JAWABAN

1. Teori John Austin tersebut tentu saja sudah tidak relevan lagi dengan perkembangan global saat ini.
Perkembangan konflik internasional hingga perdagangan internasional telah menuntut lahirnya Badan-
badan Internasional dari mulai Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB), Mahkamah Internasional, World
Bank, IMF, WTO, ICRC, dan lain-lain yang memankan peran baik sebagai eksekutif, legislatif,
maupun yudikatif dalam skala Internasional.

Sebagai contoh apabila kita membandingkan WTO dengan APEC. WTO adalah organisasi
perdagangan internasional yang legally binding (mengikat secara hukum) sementara APEC tidak.
WTO juga memiliki prinsip dalam pengambilan keputusan yaitu single undertaking yakni atas dasar
mufakat atau konsensus.

Berdasarkan kedua contoh peran WTO tersebut kita dapat menyimpulkan bahwa di dalam WTO
sebagai salah satu Badan Internasional berlaku sifat koordinatif yakni dimana sesama anggota WTO
memiliki kedudukan yang sejajar baik Negara maju maupun Negara berkembang, dan sifat sub
ordinatif dimana semua perjanjian WTO mengikat bagi anggotanya dan wajib dilaksanakan. Apabila
ada anggota Negara WTO yang lalai dan melanggar perjanjian serta prinsip WTO, maka akan
berpotensi digugat oleh Negara
Anggota WTO lainnya di Dispute Settlement Body (DSB) WTO.

Dari contoh ini, maka saya berpendapat bahwa pemikiran John Austin tentang Hukum Internasional
sudah tidak lagi relevan dan harus muncul pemikiran Neo-John Austin yang merupakan kritik atau
anti-tesis atas pendapat ini.

2. A. Prinsip-prinsip Hukum

1. Prinsip-prinsip hukum pada umumnya.


Prinsip prinsip hukum umum pada dasarnya adalah merupakan penjelmaan/perwujudan dari hukum
positif nasional dan internasional dari suatu negara yang berbeda satu dengan yang lainnya dan
berbeda antara yang dahulu dan yang sekarang. Misalnya: prinsip keadilan dan kepatutan, prinsip
kesamaan derajat sesama manusia, prinsip itikad baik dll.

2. Prinsip-prinsip hukum dari pelbagai sistim hukum.


Ada dua macam sistim hukum yang berlaku di dunia ini yaitu sistim hukum Anglo Saxon dan sistim
hukum Eropa Kontinental. Dari kedua sistim hukum tersebut kalau diteliti secara mendalam, maka
terdapat kesamaan baik dari segi asas-asas maupun prinsip-prinsip hukum yang sama antara negara
satu dengan negara yang lainnya.

3. Prinsip-prinsip hukum nasional pada umumnya


Pada dasarnya walaupun hukum nasional masing-masing-masing negara berbeda-beda demikian juga
dengan prinsip-prinsipnya, namun tentu saja tetap ada prinsip-prinsip yang sama. Misalnya: setiap
hukum nasional negara-negara didunia mengenal prinsip-prinsip nebis in idem, prinsip nullum
delictum dalam hukum pidana, prinsip pacta sunt servanda dalam prinsip hukum perjanjian/perikatan,
prinsip ius soli dan ius sanguinis dalam hukum kewarganegaraan dll.

4. Prinsip-prinsip hukum internasional pada umumnya.


Hukum internasional juga mengenal prinsip-prinsip hukum yang mendasari atau menjadi landasan
lahirnya dan berlakunya kaidah hukum internasional positif. Di dalam prinsip hukum internasional
tersebut dapat dirumuskan norma atau kaidah hukum internasional positif dan sebaliknya suatu norma
hukum positif dapat dicarikan landasan pada prinsip hukum internasional itu sendiri. Misalnya: prinsip
penentuan nasib sendiri dari masing-masing negara, prinsip non intervensi, prinsip-prinsip hukum
internasional yang terkandung dalam piagam PBB dll.

5. Prinsip-prinsip hukum umum dari pelbagai cabang hukum internasional.


Misalnya: hukum laut internasional, hukum diplomatik, hukum humaniter internasional, hukum
ekonomi internasional dll.

B. Fungsi Prinsip Hukum

Prinsip hukum umum memiliki tiga fungsi, yakni sebagai pelengkap, penafsir serta pembatas antara
perjanjian internasional dengan hukum kebiasaan.

Contoh prinsip hukum umum adalah laches, good faith, res judicata, serta imparsialitas hakim.
Pengadilan internasional akan mengandalkan prinsip ini jika tidak menemukan otoritas dari sumber
hukum internasional lainnya.

Anda mungkin juga menyukai