Oleh:
Alfira Zainal C111 12 339
Megawati Ananda H.B C111 13 318
Muh. Arham Harun C111 13 349
Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik pada bagian Ilmu
penyakit dalam Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.
Pembimbing
2
DAFTAR ISI
BAB 2 PEMBAHASAN
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
lahan tetapi memerlukan waktu penyembuhan yang lama. Pada kasus yang sedang
keluhan dan gejalanya bervariasi, tinja biasanya lebih berbentuk, mungkin dapat
mengandung sedikit darah/lendir. Sedangkan pada kasus yang ringan,
keluhan/gejala tersebut di atas lebih ringan.
Makanan, minuman dan keadaan lingkungan hidup yang memenuhi syarat
kesehatan merupakan sarana pencegahan penyakit yang sangat penting. Belum ada
rekomendasi pemakaian vaksin untuk Shigella. Penularan disentri basiler dapat
dicegah dan dikurangi dengan kondisi lingkungan dan diri yang bersih seperti
membersihkan tangan dengan sabun, suplai air yang tidak terkontaminasi,
penggunaan jamban yang bersih. Prognosis ditentukan dari berat ringannya
penyakit, diagnosis dan pengobatan dini yang tepat serta kepekaan ameba terhadap
obat yang diberikan.
5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. DEFINISI
Disentri bersasal dari bahasa Yunani, yaitu dys (gangguan) dan enteron
(usus), yang berarti radang usus yang menimbulkan gejala meluas dengan
buang air besar dengan tinja berdarah, diare encer dengan volume sedikit,
buang air besar dengan tinja bercampur lendir (mucus) dan nyeri saat buang air
besar (tenesmus).1
2.2. EPIDEMIOLOGI
Di dunia sekurangnya 200 juta kasus dan 650.000 kematian terjadi akibat
disentri basiler pada anak-anak di bawah umur 5 tahun. Di Amerika Serikat
dilaporkan sekitar 8-12 kasus per 100.000 populasi selama 30 tahun.
Spesies Entamoeba menyerang 10% populasi dunia. Pravalensi yang
tinggi mencapai 50% di Asia, Afrika dan Amerika Selatan sedangkan pada
Shigella di Amerika Serikat 15.000 kasus. Di negara-negara berkembang
Shigella flexneri dan S.dysentriae menyebabkan 600.000 kematian per tahun.
Hal ini disebabkan pada negara berkembang kondisi infrastruktur yang kadang
kurang bagus, pemukiman padat dengan hygiene yang tidak bagus.3
2.3.ETIOLOGI
Penyebab disentri basiler adalah Shigella sp. dari genus Shigella, yang
termasuk bakteri gram negatif. Secara morfologi bakteri shigella berbentuk
berbentuk ramping, tidak berkapsul, tidak bergerak, tidak berbentuk spora,
bentuk cocobasil dapat terjadi pada biakan muda dan merupakan bakteri
fakultatif anaerob. Shigella mempunyai susunan antigen yang kompleks yang
kompleks. Terdapat banyak tumpang tindih dalam sifat serologik berbagai
spesies dan sebagian besar kuman ini mempunyai antigen O yang juga miliki
oleh kuman enterik lainnya. Secara antigen mirip dengan Eschericia coli,
Shigellla tidak memiliki flagella dan antigen H. Antigen somatik O dari
Shigella adalah lipopolisakarida. Genus ini dibagi menjadi empat spesies
berdasarkan reaksi biokimia dan antigen O spesifik, yaitu Shigella dysentriae
(serogroup A), Shigella flexneri (serogroup B), Shigella boydii (serogroup C),
6
dan Shigella sonnei (serogroup D). Shigella merupakan prototip bakteri
patogen yang dapat invasi dan bermultiplikasi di segala sel epithelial, termasuk
sel target alaminya yaitu enterosit. Shigella dysentriae type 1 (shiga bacillus)
merupakan spesies pertama yang diketahui memproduksi toksin Shiga yang
poten.2
Entamoeba histolytica merupakan bakteri yang hidup sebagai
mikroorganisme komensal (apatogen) di usus besar manusia. Apabila kondisi
mengijinkan dapat berubah menjadi patogen dengan cara membentuk koloni di
dinding usus dan menembus dinding usus sehingga menimbulkan ulserasi.
Siklus hidup amoeba ada 2 macam yaitu bentuk trofozoit yang dapat bergerak
dan bentuk kista. Bentuk trofozoit ada 2 macam, yaitu trofozoit komensal (<10
mm) dan trofozoit patogen (>10 mm). Trofozoit komensal dapat dijumpai di
lumen usus tanpa menyebabkan gejala penyakit. Bila pasien mengalami diare,
maka trofozoit akan keluar bersamaan tinja. Pada pemeriksaan tinja di bawah
mikroskop tampak trofozoit yang bergerak aktif dengan pseudopodinya dan
dibatasi oleh ektoplasma yang terang seperti kaca dan endopasma bentuk butir
kecil dan sebuah inti didalamnya. Trofozoit patogen mengakibatkan gejala
disentri. Diameter lebih besar dari trofozoit komensal dan mengandung
beberapa eritrosit didalamnya, karena sering menelan eritrosit
(haematophagous trophozoite). Bentuk kista bertanggungjawab terhadap
penularan penyakit, dapat hidup lama diluar tubuh manusia. Diduga faktor
kekeringan akibat penyerapan air sepanjang usus besar, menyebabkan trofozoit
berubah menjadi kista.1
2.4.PATOGENESIS
Bakteri Shigella ditransmisikan melalui feko-oral, dapat pula melalui
kontak orang ke orang, makan dan minuman yang tercemar. Ketahanan
terhadap kondisi PH yang rendah menyebabkan shigella bertahan melalui
barrier lambung. Diare air mendahului sindrom disentri karena sekresi aktif
dan reabsorpsi air abnormal. Sindroma disentri ditandai dengan berak berdarah
dan mukopurulen akibat invasi mukosa. Sampai di usus halus terjadi invasi ke
mukosa kolon yang memicu respon inflamasi akut yang intensif dengan
ulserasi mukosa dan pembentukan abses. Shigella memasuki membran mukosa
7
dengan memasuki folikel pada sel M di usus halus. Shigella melekat selektif
dan dapat transitosis melalui sel M ke dalam kumpulan sel fagosit. Bakteri
dapat menyebabkan apoptosis, kemudian dilepaskan ke sel M pada sisi
basolateral enterosit dan mengawali proses invasi yang multipel dan bertahap
yang diperantarai oleh antigen invasi (IpaA, IpaB, IpaC). Meskipun awalnya
bakteri di kelilingi oleh vakuola fagositik, namun dapat lepas dalam waktu 15
menit dan memasuki kompartemen sitoplasma sel inang. Invasi ke enterosit
sebenarnya membentuk proyeksi seperti jari, yang kemudian akan pinch off,
mengganti bakteri kedalam sel baru tetapi dikelilingi oleh membran ganda.
Organisme kemudian melisiskan kedua membran dan dilepaskan kedalam
sitoplasma bebas untuk memulai siklus baru. 2
Sitokin dilepaskan oleh sejumlah sel epitel intestinal menyebabkan
kenaikan PMN proses perluasan membentuk ulkus fokal pada mukosa,
terutama kolon yang menambah komponen perdarahan dan menyebabkan
Shigella untuk mencapai lamina propria sehingga menimbulkan respon
inflamasi akut.2
Pada amoebiasis, trofozoit mula-mula hidup komensal di lumen usus
besar, dapat berubah menjadi patogen menembus mukosa usus dan membuat
ulkus. Amoeba yang ganas memproduksi enzim fosfoglukomutase dan lisozim
yang dapat mengakibatkan kerusakan dan nekrosis jaringan usus. Bentuk ulkus
amoeba yaitu dilapisi mukosa berbentuk kecil, tapi dilapisan submukosa dan
muskularis melebar. Mukosa usus antara ulkus ulkus tampak normal. Hal ini
berbeda dengan disentri basiler dimana mukosa usus antar ulkus meradang.
Ulkus yang terjadi dapat menimbulkan perdarahan dan apabila menembus
lapisan muskular dapat terjadi perforasi dan peritonitis. Infeksi kronik dapat
menimbulkan reaksi terbentuknya massa jaringan granulasi yang disebut
amoeboma. Amoeba dapat mengadakan metastasiske hati lewat cabang vena
porta dan menimbulkan abses hati. Embolisasi lewat pembuluh darah dapat
pula terjadi ke paru, otak atau limpa dan menimbulkan abses, namun jarang
terjadi.1,4
8
2.5 GEJALA KLINIS
a. Disentri Basiler
Masa tunas berkisar antara 7 jam sampai 7 hari. Lama gejala rerata 7 hari
sampai 4 minggu. Pada fase awal pasien mengeluh nyeri perut bawah, diare
disertai demam yang mencapai 400C. Selanjutnya diare berkurang tetapi tinja
masih mengandung darah dan lendir, tenesmus, dan nafsu makan menurun. (6)
b. Disentri Amuba
Pasien ini tidak menunjukkan gejala klinis sama sekali. Hal ini
disebabkan karena amoeba yang berada dalam lumen usus besar tidak
mengadakan invasi ke dinding usus.
9
Disentri amoeba ringan
2.6 DIAGNOSIS
a. Disentri basiler
10
fase akut infeksi Shigella, tes serologi tidak bermanfaat. Pada disentri
subakut gejala klinisnya serupa dengan kolitis ulserosa. Perbedaan utama
adalah kultur Shigella yang positif dan perbaikan klinis yang bermakna
setelah pengobatan dengan antibiotik yang adekuat. (6)
b. Disentri amuba
a. Disentri amoeba
Pemeriksaan tinja
11
mutiara. Di dalamnya terdapat badan-badan kromatoid yang berbentuk
batang dengan ujung tumpul, sedangkan inti tidak tampak. Untuk dapat
melihat intinya, dapat digunakan larutan lugol. Akan tetapi dengan larutan
lugol ini badan-badan kromatoid tidak tampak. Bila jumlah kista sedikit,
dapat dilakukan pemeriksaan menggunakan metode konsentrasi dengan
larutan seng sulfat dan eterformalin. Dengan larutan seng sulfat kista akan
terapung di permukaan sedangkan dengan larutan eterformalin kista akan
mengendap.
Uji serologi banyak digunakan sebagai uji bantu diagnosis abses hati
amebik dan epidemiologis. Uji serologis positif bila amoeba menembus
jaringan (invasif). Oleh karena itu uji ini akan positif pada pasien abses hati
dan disentri amoeba dan negatif pada carrier. Hasil uji serologis positif
12
belum tentu menderita amebiasis aktif, tetapi bila negatif pasti bukan
amebiasis.(2)
Disentri basiler
Pemeriksaan tinja.
Pemeriksaan ini spesifik dan sensitif, tetapi belum dipakai secara luas.
Enzim immunoassay.
Hal ini dapat mendeteksi toksin di tinja pada sebagian besar penderita yang
terinfeksi S.dysentriae tipe 1 atau toksin yang dihasilkan E.coli.
Sigmoidoskopi.
Aglutinasi.
Hal ini terjadi karena aglutinin terbentuk pada hari kedua, maksimum pada
hari keenam. Pada S.dysentriae aglutinasi dinyatakan positif pada
pengenceran 1/50 dan pada S.flexneri aglutinasi antibodi sangat kompleks,
dan oleh karena adanya banyak strain maka jarang dipakai.
Endoskopi
13
2.8 KOMPLIKASI
Komplikasi intestinal
Komplikasi ekstraintestinal
Abses otak, limpa dan organ lain. Keadaan ini dapat terjadi akibat
embolisasi ameba langsung dari dinding usus besar maupun dari abses hati
walaupun sangat jarang terjadi.
Amebiasis kulit. Terjadi akibat invasi
14
ameba langsung dari dinding usus besar dengan membentuk hiliran (fistel).
Sering terjadi di daerah perianal atau dinding perut. Dapat pula terjadi di
daerah vulvovaginal akibat invasi ameba yang berasal dari anus.
2.9 PENGOBATAN
Disentri basiler
Prinsip dalam melakukan tindakan pengobatan adalah istirahat,
mencegah atau memperbaiki dehidrasi dan pada kasus yang berat diberikan
antibiotika. Cairan dan elektrolit dehidrasi ringan sampai sedang dapat
dikoreksi dengan cairan rehidrasi oral. Jika frekuensi buang air besar terlalu
sering, dehidrasi akan terjadi dan berat badan penderita turun. Dalam
keadaan ini perlu diberikan cairan melalui infus untuk menggantikan cairan
15
yang hilang. Akan tetapi jika penderita tidak muntah, cairan dapat diberikan
melalui minuman atau pemberian air kaldu atau oralit. Bila penderita
berangsur sembuh, susu tanpa gula mulai dapat diberikan.
Disentri amuba
Asimtomatik atau carrier : Iodoquinol (diidohydroxiquin) 650 mg tiga
kali perhari selama 10 hari.
Amebiasis intestinal ringan atau sedang : tetrasiklin 500 mg empat kali
selama 5 hari.
Amebiasis intestinal berat, menggunakan 3 obat : Metronidazol 750 mg
tiga kali sehari selama 5-10 hari, tetrasiklin 500 mg empat kali selama
5 hari, dan emetin 1 mg/kgBB/hari/IM selama 10 hari.
Amebiasis ektraintestinal, menggunakan 3 obat : Metonidazol 750 mg
Tiga kali sehari selama 5-10 hari, kloroquin fosfat 1 gram perhari
selama 2 hari dilanjutkan 500 mg/hari selama 4 minggu, dan emetin 1
mg/kgBB/hari/IM selama 10 hari.
16
2.10 PENCEGAHAN
2.11 PROGNOSIS
17
DAFTAR PUSTAKA
18