Anda di halaman 1dari 12

HALAMAN PENGESAHAN

Laporan kasus pre klinik di poliklinik Fisioterapi/Rehabmedik mulai tanggal 12 Maret


sampai dengan 16 Maret 2018 dengan judul ”Penatalaksanaan Fisioterapi pada osteoarthritis
genu binistra” telah disetujui oleh Pembimbing Lahan (Clinical Educator) dan Preceptor
(Dosen).

Makassar, ..............................................

Clinical Educator Preceptor

, ______________________________ , ______________________________
BAB I

PENDAHULUAN

Osteoarthritis (OA) merupakan penyakit degeneratif pada kartilago sendi yang banyak
ditemukan. OA lutut lebih sering menyebabkan disabilitas dibandingkan OA pada sendi lain.
Penderita OA mengeluh nyeri pada waktu melakukan aktivitas atau jika ada pembebanan pada
sendi yang terkena. Pada derajat yang lebih berat nyeri dapat dirasakan terus menerus sehingga
sangat mengganggu mobilitas penderita.1

Prevalensi OA pada sendi meningkat secara progresif dengan meningkatnya usia yang
merupakan faktor resiko yang kuat untuk terjadinya OA. Wanita 2 kali lebih banyak menderita
OA dibandingkan pria, dimana wanita kulit hitam dengan OA lebih banyak 2 kali dibandingkan
wanita kulit putih.1

Pada usia lebih dari 65 tahun, baik secara klinik maupun radiologi didapatkan
peningkatan jumlah kasus OA lutut. Menurut The Framingham Osteoarthritis Study gambaran
radiologik OA lutut yang berat (grade III dan IV menurut kriteria Kellgreen-Lawrence) makin
meningkat dengan bertambahnya umur, yaitu 11,5% pada usia kurang dari 70 tahun, 17,8% pada
umur 70-79 tahun dan 19,4% pada usia lebih dari 80 tahun. Wanita yang mempunyai gambaran
radiologik osteoarthritis berat adalah 10,6% pada umur kurang dari 70 tahun, 17,6% pada umur
70-79 tahun dan 21,1% pada umur lebih dari 80 tahun; sedangkan pada laki-laki 12,8% pada
umur kurang dari 70 tahun, 18,2% pada umur 70-79 tahun dan 17,9% pada umur lebih dari 80
tahun. Prevalensi radiologik OA akan meningkat sesuai dengan umur. Pada umur di bawah 45
tahun jarang didapatkan gambaran radiologik yang berat. Pada usia tua gambaran radiologik OA
lutut yang berat mencapai 20%.2

Dari aspek rehabilitasi medik, penyakit sendi degeneratif, dapat menimbulkan kecacatan
fisik dalam beberapa tingkat, yaitu, tingkat impairmen (kerusakan sendi, terutama yang
menyebabkan keluhan nyeri), tingkat disabilitas (adanya kecacatan fisik, sehingga
terganggunya activity of daily living), dan handikap (tidak bisa menyesuaikan diri dengan
lingkungan, akibat hambatan psikologis, sosial, dan vokasional oleh karena kecacatan fisik yang
dideritanya).3

Sebagian besar manajemen OA bertujuan untuk mengurangi nyeri secara farmakologis.


Pemberian latihan juga sudah umum diberikan pada pasien OA, tetapi masih banyak difokuskan
hanya pada impairmen lokal di sekitar sendi yang terkena seperti kelemahan otot, keterbatasan
luas gerak sendi, dan nyeri. Padahal manajemen yang efektif seharusnya juga memperhatikan
keterbatasan fungsional dan disabilitas sekunder yang timbul karena impairmen lokal pada
OA.4Oleh karena itu pada tinjauan kepustakaan ini akan dibahas latihan secara holistik untuk
pasien OA lutut.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi Fisiologi
Knee joint adalah salah satu sendi kompleks dalam tubuh manusia. Femur, tibia, fibula,
dan patella disatukan menjadi satu kelompok yang kompleks oleh ligament. (Ballinger, 2007).
Sendi merupakan pertemuan antara dua atau beberapa tulang dari kerangka.Terdapat tiga jenis
utama berdasarkan kemungkinan gerakannya yaitu sendi fibrus, sendi tulang rawan dan sendi
sinovial (C Evelyn, 1999).
Sendi fibrus atau sinartroses adalah sendi yang tidak dapat bergerak atau merekat ikat,
maka tidak mungkin ada gerakan antara tulang – tulangnya, misalnya: sutura antara tulang pipih
tengkorak. Sendi tulang rawan atau amfiartroses adalah sendi dengan gerakan
sedikit dan permukaan persendiannya dipisahkan oleh bahan dan mungkin sedikit gerakannya.
Misalnya, Simphisis pubis, dimana sebuah bantalan tulang rawan mempersatukan kedua tulang
pubis. Sendi synovial atau diartroses adalah persendian yang bergerak bebas dan terdapat
banyak ragamnya.
Sendi lutut dibentuk oleh epiphysis distalis tulang femur, epiphysis proksimalis,tulang tibia
dan tulang patella, serta mempunyai beberapa sendi yang terbentuk dari tulang yang
berhubungan, yaitu antar tulang femur dan patella disebut articulatio patella femoral, antara
tulang tibia dengan tulang femur disebut articulatio tibio femoral dan antara tulang
tibia dengan tulang fibula proximal disebut articulatio tibio fibular proxsimal (De Wolf, 1996).
Sendi lutut merupakan suatu sendi yang disusun oleh beberapa tulang , ligament beserta
otot, sehingga dapat membentuk suatu kesatuan yang disebut dengan sendi lutut atau knee
joint. Anatomi sendi lutut terdiri dari:
1. Tulang pembentuk sendi lutut antara lain:
a. Tulang Femur
b. Tulang Tibia
c. Tulang Fibula
d. Tulang Patella

B. Patologi
1. DEFINISI

Osteoartritis yang dikenal sebagai penyakit sendi degeneratif atau osteoartrosis


(sekalipun terdapat inflamasi) merupakan kelainan sendi yang paling sering ditemukan dan
kerapkali menimbulkan ketidakmampuan (disabilitas). (Smeltzer , C Suzanne, 2002 hal 1087).
Osteoartritis merupakan golongan rematik sebagai penyebab kecacatan yang menduduki urutan
pertama dan akan meningkat dengan meningkatnya usia, penyakit ini jarang ditemui pada usia di
bawah 46 tahun tetapi lebih sering dijumpai pada usia di atas 60 tahun. Faktor umur dan jenis
kelamin menunjukkan adanya perbedaan frekuensi (Sunarto, 1994, Solomon, 1997).
Osteoartritis (AO) adalah gangguan sendi yang bersifat kronis disertai kerusakan tulang
dan sendi berupa disentegrasi dan pelunakan progresif yang diikuti dengan pertambahan
pertumbuhan pada tepi tulang dan tulang rawan sendi yang disebut osteofit, dan fibrosis dan
kapsul sendi. Kelainan ini timbul akibat mekanisme abnormal proses penuaan, trauma atau
kelainan lain yang menyebabkan kerusakan tulang rawan sendi. Keadaan ini tidak berkaitan
dengan faktor sistemik atau infeksi. Osteoartritis merupakan penyakit sendi degenaritif yang
berkaitan dengan kerusakan kartiloago sendi. Lutut, punggung, tangan, dan pergelangan kaki
paling sering terkena.
2. ETIOLOGI
Beberapa penyebab dan faktor predisposisi adalah sebagai berikut:
a. Usia/Umur
Umumnya ditemukan pada usia lanjut (diatas 50tahun). Karena pada lansia pembentukkan
kondrotin sulfat (substansi dasar tulang rawan) berkurang dan terjadi fibrosis tulang rawan.
b. Jenis Kelamin
Kelainan ini ditemukan pada pria dan wanita, tetapi sering ditemukan lebih banyak pada
wanita pascamenopause (osteoartritis primer). Osteoartritis sekunder lebih banyak ditemukan
pada pria.
c. Ras
Lebih sering ditemukan pada orang Asia, khususnya cina, Eropa, dan Amerika daripada kulit
hitam.
d. Faktor Keturunan
Faktor genetik juga berperang timbulnya OA. Bila ibu menderita OA sendi interfalang distal,
anak perempuannya mempunyai kecenderungan terkena OA 2-3 kali lebih sering.
e. Faktor Metabolik/Endokrin
Klien hipertensi, hiperurisemia, dan diabetes lebih rentan terhadap OA. Berat badan
berlebihan akan meningkatkan resiko OA, baik pada pria maupun wanita.
f. Trauma dan Faktor Predisposisi
Trauma yang hebat terutama fraktur intraartikular atau dislokasi sendi merupaan predisposisi
OA. Cedera sendi, pekerjaan dan olahraga yang menggunakan sendi berlebihan, dan gangguan
kongruensi sendi akan meningkatkan OA.
g. Cuaca dan Iklim
OA lebih sering timbul setelah kontak dengan cuaca dingin atau lembab.
h. Diet
Salah satu tipe OA yang bersifat umum di Siberia disebut penyakit Kashin-Beck yang
mungkin disebabkan oleh menelan zat toksin yang disebut fusaria.

3. TANDA & GEJALA


a. Rasa nyeri pada sendi
Merupakan gambaran primer pada osteoartritis, nyeri akan bertambah apabila sedang
melakukan sesuatu kegiatan fisik.
b. Kekakuan dan keterbatasan gerak
Biasanya akan berlangsung 15 - 30 menit dan timbul setelah istirahat atau saat memulai
kegiatan fisik.
c. Peradangan
Sinovitis sekunder, penurunan pH jaringan, pengumpulan cairan dalam ruang sendi akan
menimbulkan pembengkakan dan peregangan simpai sendi yang semua ini akan
menimbulkan rasa nyeri.
d. Mekanik
Nyeri biasanya akan lebih dirasakan setelah melakukan aktivitas lama dan akan
berkurang pada waktu istirahat. Mungkin ada hubungannya dengan keadaan penyakit
yang telah lanjut dimana rawan sendi telah rusak berat. Nyeri biasanya berlokasi pada
sendi yang terkena tetapi dapat menjalar, misalnya pada osteoartritis coxae nyeri dapat
dirasakan di lutut, bokong sebelah lateril, dan tungkai atas. Nyeri dapat timbul pada
waktu dingin, akan tetapi hal ini belum dapat diketahui penyebabnya.
e. Pembengkakan Sendi
Pembengkakan sendi merupakan reaksi peradangan karena pengumpulan cairan dalam
ruang sendi biasanya teraba panas tanpa adanya pemerahan.
f. Deformitas
Disebabkan oleh distruksi lokal rawan sendi.
g. Gangguan Fungsi
Timbul akibat Ketidakserasian antara tulang pembentuk sendi.

4. PROSES PATOLOGI GANGGUAN GERAK DAN FUNGSI

a. Nyeri sendi (recurring pain or tenderness in joint) Keluhan nyeri merupakan keluhan
utama yang sering-kali membawa penderita ke dokter, walaupun mungkin sebelumnya 19
sendi sudah kaku dan berubah bentuknya. Biasanya nyeri sendi bertambah dikarenakan
gerakan dan sedikit berkurang bila istirahat. Pada gerakan tertentu (misal lutut digerakkan
ke tengah) menimbulkan rasa nyeri. Nyeri pada osteoarthritis dapat menjalar kebagian
lain, misal osteoarthritis pinggang menimbulkan nyeri betis yang disebut sebagai
“claudicatio intermitten”. Korelasi antara nyeri dan tingkat perubahan struktur pada
osteoarthritis sering ditemukan pada panggul, lutut dan jarang pada tangan dan sendi
apofise spinalis.
b. Kekakuan (stiffness) Pada beberapa penderita, kaku sendi dapat timbul setelah duduk
lama di kursi, di mobil, bahkan setelah bangun tidur. Kebanyakan penderita mengeluh
kaku setelah berdiam pada posisi tertentu. Kaku biasanya kurang dari 30 menit.
c. Hambatan gerakan sendi (inability to move a joint) Kelainan ini biasanya ditemukan pada
osteoarthritis sedang sampai berat. Hambatan gerak ini disebabkan oleh nyeri, inflamasi,
sendi membengkok, perubahan bentuk. Hambatan gerak sendi biasanya dirasakan pada
saat berdiri dari kursi, bangun dari tempat berbaring, menulis atau berjalan. Semua
gangguan aktivitas tergantung pada lokasi dan beratnya kelainan sendi yang terkena. 20
d. Bunyi gemeretak (krepitasi) Sendinya terdengar berbunyi saat bergerak. Suaranya lebih
kasar dibandingkan dengan artritis reumatoid dimana gemeretaknya lebih halus.
Gemeretak yang jelas terdengar dan kasar merupakan tanda yang signifikan.
e. Pembengkakan sendi (swelling in a joint) Sendi membengkak /membesar bisa disebabkan
oleh radang sendi dan bertambahnya cairan sendi atau keduanya.
f. Perubahan cara berjalan atau hambatan gerak Hambatan gerak atau perubahan cara
berjalan akan berkembang sesuai dengan beratnya penyakit. Perubahan yang terjadi dapat
konsentris atau seluruh arah gerakan maupun eksentris atau salah satu gerakan saja.
g. Kemerahan pada daerah sendi (obvious redness or heat in a joint) Kemerahan pada
sendi merupakan salah satu tanda peradangan sendi. Hal ini mungkin dijumpai pada
osteoarthritis karena adanya sinovitis, dan biasanya tanda kemerahan ini tidak menonjol
dan timbul belakangan

C. PENDEKATAN INTERVENSI FISIOTERAPI

 ICE pack
Ice di gunakan untuk menurun kan odema dengan cara menempelkan ice pack pada
odema atau inflamasi dengan mengunakan ice pack dapat menurunkan odema dengan
indikasi
 Ultrasound (US)
modalitas terapeutik yang biasa digunakan untuk memperbaiki ekstensibilitas jaringan
ikat, termasuk mengatasi jaringan parut, memfasilitasi penurunan nyeri pada cedera
muskuloskeletal, serta meningkatkan penyembuhan jaringan dan remodeling dalam
intervensi pada tendinopati
 Mobilisasi with movement(MWM)
Mobilisasi dengan gerakan (mobilization with movement, MWM) merupakan aplikasi
mobilisasi asesoris terus-menerus oleh terapis yang disertai dengan gerakan fisiologis
aktif sampai akhir lingkup gerak yang ada oleh pasien. Overpressure dari bantuan tangan
pasien sendiri dapat diaplikasikan pada akhir lingkup gerak atau peregangan, diberikan
tanpa menimbulkan nyeri. Teknik ini selalu diaplikasikan ke arah bebas nyeri dan
berperan mengoreksi jalur sendi dari posisi yang salah. Brian Mulligan dari New Zealand
adalah orang pertama yang menjelaskan teknik ini. Teknik MWM terkait dengan daerah
sendi perifer spesifik
BAB III

PROSES FISIOTERAPI

A. Identitas Pasien
Nama : Tn. S
Jenis Kelamin : Laki – Laki
Umur : 68 Tahun
Pekerjaan : Petani

B. Anamnesis Khusus
Keluhan pasien : Nyeri saat beraktifitas pada knee.
Sifat nyeri : Menjalar
Kapan kejadian :-
Faktor yang memperberat : karna usia pasien sudah menua maka terjadi
degeenerati
Faktor yang menperingan : sudah tidak melakukan kerjaan berat
Riwayat penyakit penyertaan :-

C. Inspeksi
Static :terjadi fleksi knee 150
Dinamis :kesusahan untuk berjalan pada tangga dan tanjakan

D. Pemeriksaan Fungsi Khusus


 Tes gerak aktif
 Fleksi :nyeri (hard endfeel)
 Ekstensi : nyeri ( hard endfeel )
 Tes gerak pasif
 Fleksi :nyeri ( hardendfeel)
 Ekstensi :nyeri (hardendfeel)
 Palpasi
Terjadi tekan pada saat di palpasi pada patella bagian medial dan terjadi
hipomobile pada patella

E. Diagnosa dan Problematik Fisioterapi

 Impairment (Body structure and function)


 Fleksi knee 150
 Nyeri pada kedua lutut
 Penurunan kekuatan otot
 Terdapat hipomobile pada patella
 Terjadi odema

 Acivity Limitation
 Tidak daoat berjalan jauh
 Tidak dapan menaiki tangga
 Terjadi nyeri pada saat jongkok ke berdiri

 Participation Restriction
 Belum dapat berjalan jauh
 Belum dapat melakukan pekerjaan berat
 Belum dapat naik turun tangga

F. Rencana Intervensi Fisioterapi

 ICE pack
 Ultrasound (US)
 Mobilisasi with movement(MWM)

G. Program Intervensi Fisioterapi

 Ice pack
Dengan cara merebahka badan pasien di bad atau dan menepelkan ice pack di
knee joint atau tempat yang terkena odema hal ini di lakukan kerna untuk
menurun kan odema sebelum di lakukan tindakan lanjutan
 Ultrasound
1) Persiapan Alat
a) Siapkan gel Ultrasound sebagai media penghantar, tidak ada kerusakan pada
kabel-kabel yang terpasang.
b) Alat ultrasound tidak bisa dijangkau oleh pasien
2) Persiapan pasien
a) Fisioterapis menjelaskan kepada pasien mengenai prosedur dan tujuan dari
pemberian ultrasound
b) Pasien dalam posisi tidur terlentang
c) Daerah yang akan diterapi bebas dari pakaian
3) Teknik aplikasi
a) Oleskan gel ultrasound pada sisi medial knee yang mengalami nyeri
b) Ultrasound dihidupkan dan transduser diletakkan di atas sisi medial knee
c) Tranduser digerakkan secara perlahan dalam gerakan horizontal di atas sisi
medial knee.
d) Dosis terapi adalah : frekuensi 1 MHz, pulse ratio 50% - 100%, intensitas 1
w/cm2, ERA tranducer 5 cm, waktu 10 menit, jumlah intervensi sebanyak 6 kali
 Mobilization With Movement

1) Medial Glide
a) Persiapan pasien
(1) Pasien dalam posisi tengkurap.
(2) Knee diposisikan pada awal keterbatasannya
b) Persiapan fisioterapis dan peletakan tangan/belt :
(1) Fisioterapis berdiri kontralateral dari sisi tungkai yang diterapi
(2) Pasang belt di ujung proksimal tibia pasien dan dibawah bokong
fisioterapis.
(3) Satu tangan fisioterapis sebagai stabilisasi pada sisi medial knee
pasien dan satu tangan fisioterapis pada distal tibia pasien
c) Teknik Pelaksanaan
(1) Fisioterapis menarik belt kearah medial melalui bokongnya
sementara satu tangan fisioterapis menstabilisasi knee joint pasien.
Kemudian, pasien diminta untuk menggerakkan knee kearah
fleksi sementara tangan fisioterapis dapat memberikan overpressure
pada akhir gerakan
H. EVALUASI

 bertambahnya ROM
 turunnya odema
 hilangnya keterbatasan gerak pada patella
 stabilitas knee joint

BAB IV

PENUTUP

Setelah melakukan intervensi fisioterapi pasien ini sudah merasakan penikatan yang
sitnifikan dari pasien yang tidak bisa berjalan jauh, naik turun tangga dan jalan di jalan
yang menanjak dan setelah melakukan intervensi Fisioterapi pasien dapat berjalan jauh
meski tidak terlalu jauh, nait turun tangga meskin tidak dapat secepat waktu dia muda dan
jalan di jalan menanjak meski tidak bisa jalan terlalu cepat
DAFTAR PUSTAKA

https://blueicepack.blogspot.co.id/2014/10/kegunaan-dan-cara-memakai-ice-pack.html

http://eprints.ums.ac.id/45282/1/NASKAH%20PUBLIKASI%20.pdf

file:///F:/fisioterapi/file%20laporan/pakis/NASKAH_PUBLIKASI%20(1).pdf
LAPORAN KASUS
RSUP WAHIDIN SUDIROSUHODO
“Osteoarthritis Genu Binistra”

KELOMPOK 6C
NAMA : TITIK MARFUAH

TRESKIA RANTE DATU

VIVI ARFIANTI AMALIA

WILDAYATI

YUNITA ANGRAENI A

DIV IIIB FISIOTERAPI

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MAKASSAR


JURUSAN FISIOTERAPI
2018

Anda mungkin juga menyukai