Anda di halaman 1dari 2

A.

Step 1
1. Cedera Kepala Ringan
2. Multiple Hematoma Regional Frontal
3. Closed Fracture Scapula Sinistra
B. Step II
1. Untuk menegakkan diagnosa Cedera Kepala Ringan, apa saja tanda dan gejala
yang harus kita ketahui? Dimana letak perbedaan dari Cedera Kepala Ringan,
Sedang dan Berat?
2. Dari keadaan klien yang ditemui saat masuk ke IGD, dapatkah kita mengetahui
bagaimana sebenarnya mekanisme jatuh yang dialami klien saat kecelakaan?
3. Dari kasus yang didapatkan, apakah yang membuat klien merasa sesak dan nyeri di
bagian dada?
4. Bagaimana penanganan yang harus diberikan pada klien Cedera Kepala Ringan
saat sampai di IGD? Sebutkan secara berurutan!
C. Step III
Berdasarkan hasil diskusi kami, maka hipotesa pada kasus ini adalah Cedera Kepala
Ringan (CKR)
D. Step IV
1. Pertama dapat dilihat dari GCS, jika GCS 14-15 maka termasuk ke dalam Cedera
Kepala Ringan (CKR), jika GCS 9-13 maka termasuk dalam Cedera Kepala
Sedang (CKS), jika GCS 3-8, maka termasuk Cedera Kepala Berat (CKB). Namun
selain itu, kita juga dapat membedakan dari tanda dan gejala. CKR biasanya tidak
ada fraktur tengkorak, tidak ada contusio serebral, namun terdapat hematoma. Pada
CKS sudah mengalami fraktur pada tengkorak. Sedangkan pada CKB sudah
mengalami contusio serebral atau pendarahan pada otak.
2. Jika dilihat dari manifestasi yang muncul yakni terdapat luka pada dahi kurang
lebih 10 cm dan terdapat fraktur pada scapula sinistra, bisa jadi klien jatuh ke
posisi sebelah kiri sehingga mengakibatkan tangan kiri khususnya pada bagian
scapula kiri mengalami fraktur, adapun luka pada dahi bisa jadi dikarenakan saat
jatuh, posisi kepala klien sempat tergores oleh aspal, ataupun sesuatu yang
mengakibatkan dahi mengalami luka. Namun untuk memastikan mekanisme jatuh
yang sebenarnya, dibutuhkan saksi mata yang langsung melihat kejadian dan akan
sangat membantu dalam menganamnesa dan merumuskan diagnosa.
3. Klien mengalami sesak dan nyeri dada bisa jadi murni dikarenakan faktor
kecelakaan yang dialami. Rata-rata klien yang mengalami kecelakaan pasti
merasakan nyeri pada bagian yang terkena trauma tertentu, misalnya terdapat luka
dan fraktur, ditambah dengan kejadian kecelakaan yang tak terduga yang membuat
klien merasa terkejut, sehingga manifestasi yang muncul akibat kecelakaan dan
psikologi klien yang dapat mencetuskan sesak pada pernapasan. Namun,
pengkajian riwayat penyakit klien juga harus jelas, bisa jadi klien memang
mengidap asma, ataupun nyeri dada yang timbul akibat memiliki penyakit jantung.
4. Karena mekanisme klien yang memerlukan pertolongan kegawatdaruratan akibat
kecelakaan lalu lintas, tetap hal pertama yang harus dilakukan adalah mengecek
kesadaran klien. Jika perawat telah hadir langsung ditempat kejadian, maka harus
mengamankan diri sendiri dan klien ditempat yang aman untuk melakukan
pemeriksaan dan tindakan. Mobilisasi klien harus sangat diperhatikan karena
apapun mekanisme jatuh yang dialami klien jika telah ditemukan tanda cedera
kepala, bagian tubuh klien saat dimobilisasi yang harus diperhatikan adalah kepala,
kepala harus dalam keadaan terfiksasi. Saat memeriksa kesadaran klien, periksa
Circulation klien dengan meraba nadi, pastikan nadi terutama nadi karotis masih
berdetak, kemudian masuk ke Airway, periksa apakah ada sumbatan jalan napas,
apakah jalan napas klien paten, jika tidak paten, bersihkan. Jika jalan napas telah
dipastikan paten, lanjut ke Breathing, yang harus diperhatikan adalah pola napas
klien, RR klien serta memerlukan bantuan terapi oksigen atau tidak. Kemudian
Dissability untuk menilai fungsi neurologi, yakni apakah klien dalam keadaan
sadar, atau merespon terhadap rangsangan suara, atau respon hanya ketika
diberikan rangsang nyeri ataupun tidak respon sama sekali. Setelah itu Exposure,
yang harus diperhatikan adalah jangan sampai ada pakaian klien yang menganggu
proses pemeriksaan, namun kontrol suhu juga harus diperhatikan yakni dengan
memberikan selimut pada klien. Jika ada luka, segera lakukan pembersihan luka.
Hal-hal yang dilakukan diatas adalah Primary Survey, setelah semua selesai
dilakukan baru masuk ke Secondary Survey, yakni dilakukan evaluasi ulang yang
lebih teliti dengan pemeriksaan fisik Head to Toe, hingga pemeriksaan penunjang
lainnya.

Anda mungkin juga menyukai