Anda di halaman 1dari 3

A.

Latar Belakang
Bronkopneumonia disebut juga pneumonia lobularis yaitu suatu
peradangan pada parenkim paru yang terlokalisir yang biasanya mengenai
bronkiolus dan juga mengenai alveolus disekitarnya, yang sering menimpa
anak-anak dan orang dewasa, yang disebabkan oleh bermacam-macam
etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing. Kebanyakan kasus
pneumonia disebabkan oleh mikroorganisme, tetapi ada juga sejumlah
penyebab non infeksi yang perlu dipertimbangkan. Bronkopneumonia
lebih sering merupakan infeksi sekunder terhadap berbagai keadaan yang
melemahkan daya tahan tubuh tetapi bisa juga sebagai infeksi primer yang
biasanya kita jumpai pada anak-anak dan orang dewasa. Insiden penyakit
ini pada negara berkembang hampir 30% pada anak-anak di bawah umur 5
tahun dengan resiko kematian yang tinggi,di Negara berkembang infeksi
saluran napas bawah masih tetap merupakan masalah utama dalam bidang
kesehatan. Laporan WHO 1999 menyebutkan bahwa penyebab kematian
tertinggi akibat penyakit infeksi di dunia adalah infeksi saluran napas akut
termasuk pneumonia dan influenza.
Hasil survei Kesehatan Rumah Tangga Depkes tahun 2001,
penyakit infeksi saluran napas bawah menempati urutan ke-2 sebagai
penyebab kematian di Indonesia. Di RSUD Dr. Soetomo Surabaya
didapatkan data sekitar 180 pneumonia komuniti dengan angka kematian
antara 20 - 35 %. Pneumonia komuniti menduduki peringkat keempat dan
sepuluh penyakit terbanyak yang dirawat per tahun.
Gambaran klinis bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi
saluran nafas bagian atas selama beberapa hari. Batuk biasanya tidak
dijumpai pada awal penyakit,anak akan mendapat batuk setelah beberapa
hari, di mana pada awalnya berupa batuk kering kemudian menjadi
produktif.
Campak (Measles) merupakan penyakit infeksi yang sangat
menular disebabkan oleh virus campak dengan gejala awal berupa demam,
konjungtivitis, pilek, batuk dan bintik-bintik kecil dengan bagian tengah
berwarna putih atau putih kebiru-biruan dengan dasar kemerahan di daerah
mukosa pipi (bercak koplik), gejala khas bercak kemerahan di kulit timbul
pada hari ketiga sampai ketujuh, dimulai di daerah muka, kemudian
menyeluruh, berlangsung selama 4–7 hari, kadang-kadang berakhir dengan
pengelupasan kulit berwarna kecoklatan. Di dunia, kematian akibat
campak yang dilaporkan pada tahun 2002 sebanyak 777.000 dan 202.000
diantaranya di negara ASEAN serta 15% kematian campak tersebut di
Indonesia (Depkes, 2006). Di Indonesia frekuensi Kejadian Luar Biasa
(KLB) campak cenderung meningkat yaitu 32 kali pada tahun 1998
menjadi 56 kali pada tahun 1999 dan angka insiden campak pada tahun
1998 paling tinggi pada kelompok balita yaitu 0,7–0,8 per 10000
penduduk. Case Fatality Rate (CFR) campak pada KLB di Indonesia juga
cenderung meningkat yaitu 1,8% pada tahun 1998 menjadi 2,4% pada
tahun 1999.
Dan menurut WHO, apabila ditemukan satu kasus campak pada
satu wilayah, maka kemungkinan ada 17 hingga 20 kasus di lapangan pada
jumlah penduduk rentan yang tinggi (Depkes, 2003). Berdasarkan data
statistik WHO (2011), menyebutkan bahwa sebanyak 1% kematian pada
anak yang berusia dibawah lima tahun disebabkan oleh campak pada
tahun 2010. Indonesia yang termasuk alam negara berkembang, memiliki
insiden kasus campak yang cukup tinggi. Pada tahun 2007, insiden kasus
campak untuk golongan umur < 1 tahun sebesar 48,9 per 100.000 orang
tahun, umur 1–4 tahun sebesar 36,6 per 100.000 orang tahun, dan umur 5–
14 tahun sebesar 18,2 per 100.000 orang tahun (Susilaningsih, 2009).
Berdasarkan Profil Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes, 2010),
dilaporkan insiden kasus campak di Indonesia sebesar 0,73 per 10.000
penduduk pada tahun 2010 sampai dengan tahun 2011 masih dijumpai
sebanyak 356 kejadian luar biasa campak yang terjadi di Indonesia dan
sebagian besar terjadi di Pulau Jawa.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum

Mampu menerapkan perawatan pasien bronkopneumonia pada anak

Mampu menerapkan Perawatan pasien Campak pada anak

2. Tujuan Khusus

a. Dapat melakukan pengkajian secara langsung terhadap perawatan

pasien bronkopneumonia dan Campak pada anak

b. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan dan mampu

mengevaluasi tindakan yang telah dilakukan pada perawatan

pasien bronkopneumonia dan Campak pada anak.

C. Rumusan Masalah

1. Mengetahui pengkajian pada pasien bronkopneumonia dan campak. ?


2. Mengetahui diagnosa yang muncul pada pasien bronkopneumonia dan
campak. ?
3. Mengetahui intervensi yang dapat diberikan pada pasien
bronkopneumonia dan campak ?
4. Mahasiswa dapat melakukan implementasi sesuai intervensi yang
telah dibuat pada pasien bronkopneumonia dan campak ?
5. Mahasiswa dapat mengevaluasi pasien bronkopneumonia dan campak
?

Anda mungkin juga menyukai