Pengertian Asma
Asma adalah penyakit infeksi (peradangan) kronik saluran nafas yang
ditandai adanya mengi, batuk dan rasa sesak di dada yang berulang dan
timbul terutama pada malam atau menjelang pagi akibat penyumbatan saluran
pernafasan. Penyakit ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di
hampir semua negara di dunia, diderita oleh anak-anak sampai dewasa
dengan derajat penyakit dari ringan sampai berat, bahkan beberap kasus dapat
menyebabkan kematian.
Asma merupakan penyakit kronis yang sering muncul pada masa
kanak-kanan dan usia muda sehingga dapat menyebabkan kehilangan hari-
hari produktif seseorang yag berarti, dan juga menyebabkan gangguan
aktivitas sosial, bahkan berpotensi menganggu pertumbuhan dan
perkembangan anak.
1
6. Gatal-gatal pada tenggorokan
7. Merasa capai
8. Lingkaran hitam dibawah mata
9. Susah tidur
10. Turunnya toleransi tubuh terhadap kegiatan olahraga
11. Kecendrungan penurunan prestasi dalam penggunaan peak flow meter.
2
Hal ini terjadi akibat sel otot tidak mampu lagi membentuk energi
sehingga dalam keadaan darurat ini tubuh akan memecah lemak dan
terbentuklah asam yang bersifat racun dalam peredaran darah yang disebut
keton. KAD ini sering terjadi pada diabetes tipe 1 akibat suntikan insulin
berhenti atau kurang, atau mungkin karena lupa menyuntik atau tidak
menaikkan dosis padahal ada makanan ekstra yang menyebabkan glukosa
darah naik.
3
b. Insulin
3) Monitor gula darah tiap jam pada 4 jam pertama, selanjutnya tiap 4
d. Infus Bicarbonat
Batas fase I dan fase II sekitar GDR 250 mg/dL atau reduksi
2. Fase II/Maintenance
a. Cairan maintenance
1) Nacl 0,9% atau D5 atau maltose 10% bergantian
2) Sebelum maltose, berikan insulin reguler 4 unit
b. Kalium
Parenteral bila K+240mg/dL atau badan terasa tidak enak
c. Saat sakit, makanlah sesuai pengaturan makan sebelumnya. Bila tidak
nafsu makan, boleh makan bubur atau minuman berkalori lain.
d. Minumlah yang cukup untuk mencegah dehidrasi
4
F. Definisi Infark Miokard
Infark adalah area nekrosis koagulasi pada jaringan akibat iskemia lokal,
disebabkan oleh obstruksi sirkulasi ke daerah itu, paling sering karena trombus
atau embolus (Dorland, 2002). Iskemia terjadi oleh karena obstruksi, kompresi,
ruptur karena trauma dan vasokonstriksi. Obstruksi pembuluh darah dapat
disebabkan oleh embolus, trombus atau plak aterosklerosis. Kompresi secara
mekanik dapat disebabkan oleh tumor, volvulus atau hernia. Ruptur karena trauma
disebabkan oleh aterosklerosis dan vaskulitis. Vaskokonstriksi pembuluh darah
dapat disebabkan obat-obatan seperti kokain (Wikipedia, 2010).
Infark miokard adalah perkembangan cepat dari nekrosis otot jantung yang
disebabkan oleh ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen (Fenton,
2009). Klinis sangat mencemaskan karena sering berupa serangan mendadak
umumya pada pria 35-55 tahun, tanpa gejala pendahuluan (Santoso, 2005).
Otot jantung diperdarahi oleh 2 pembuluh koroner utama, yaitu arteri koroner
kanan dan arteri koroner kiri. Kedua arteri ini keluar dari aorta. Arteri koroner kiri
kemudian bercabang menjadi arteri desendens anterior kiri dan arteri sirkumfleks
kiri. Arteri desendens anterior kiri berjalan pada sulkus interventrikuler hingga ke
apeks jantung. Arteri sirkumfleks kiri berjalan pada sulkus arterio-ventrikuler dan
mengelilingi permukaan posterior jantung. Arteri koroner kanan berjalan di dalam
sulkus atrio-ventrikuler ke kanan bawah (Oemar, 1996).
5
2. Infark Miokard Tipe 2
Infark miokard jenis ini disebabkan oleh vaskonstriksi dan spasme arteri
menurunkan aliran darah miokard.
3. Infark Miokard Tipe 3
Pada keadaan ini, peningkatan pertanda biokimiawi tidak ditemukan. Hal ini
disebabkan sampel darah penderita tidak didapatkan atau penderita meninggal
sebelum kadar pertanda biokimiawi sempat meningkat.
4. Infark Miokard Tipe 4a
Peningkatan kadar pertanda biokimiawi infark miokard (contohnya troponin) 3
kali lebih besar dari nilai normal akibat pemasangan percutaneous coronary
intervention(PCI) yang memicu terjadinya infark miokard.
5. Infark Miokard Tipe 4b
Infark miokard yang muncul akibat pemasangan stent trombosis.
6. Infark Miokard Tipe 5
Peningkatan kadar troponin 5 kali lebih besar dari nilai normal. Kejadian infark
miokard jenis ini berhubungan dengan operasi bypass koroner.
6
I. Penegakan Diagnosis
Menurut Irmalita (1996), diagnosis IMA ditegakkan bila didapatkan dua atau
lebih dari 3 kriteria, yaitu:
1. Adanya nyeri dada
Sakit dada terjadi lebih dari 20 menit dan tidak hilang dengan pemberian nitrat
biasa.
2. Perubahan elektrokardiografi (EKG)
Nekrosis miokard dilihat dari 12 lead EKG. Selama fase awal miokard infark akut,
EKG pasien yang mengalami oklusi total arteri koroner menunjukkan elevasi
segmen ST. Kemudian gambaran EKG berupa elevasi segmen ST akan
berkembang menjadi gelombang Q. Sebagian kecil berkembang menjadi
gelombang non-Q. Ketika trombus tidak menyebabkan oklusi total, maka tidak
terjadi elevasi segmen ST. Pasien dengan gambaran EKG tanpa elevasi segmen
ST digolongkan ke dalam unstable angina atau Non STEMI (Cannon, 2005).
3. Peningkatan pertanda biokimia
Pada nekrosis miokard, protein intraseluler akan masuk dalam ruang interstitial
dan masuk ke sirkulasi sistemik melalui mikrovaskuler lokal dan aliran limfatik
(Patel, 1999). Oleh sebab itu, nekrosis miokard dapat dideteksi dari pemeriksaan
protein dalam darah yang disebabkan kerusakan sel. Protein-protein tersebut
antara lain aspartate aminotransferase (AST), lactate dehydrogenase, creatine
kinase isoenzyme MB (CK-MB / CKMB), mioglobin, carbonic anhydrase III (CA
III), myosin light chain(MLC) dan cardiac troponin I dan T (cTnI dan cTnT)
(Samsu, 2007). Peningkatan kadar serum protein-protein ini mengkonfirmasi
adanya infark miokard (Nigam, 2007).
7
J. Gejala Klinis Infark Miokard
Nyeri dada penderita infark miokard serupa dengan nyeri angina tetapi lebih
intensif dan berlangsung lama serta tidak sepenuhnya hilang dengan istirahat
ataupun pemberian nitrogliserin (Irmalita, 1996). Angina pektoris adalah “jeritan”
otot jantung yang merupakan rasa sakit pada dada akibat kekurangan pasokan
oksigen miokard. Gejalanya adalah rasa sakit pada dada sentral atau retrosentral
yang dapat menyebar ke salah satu atau kedua tangan, leher dan punggung. Faktor
pencetus yang menyebabkan angina adalah kegiatan fisik, emosi berlebihan dan
terkadang sesudah makan. Hal ini karena kegiatan tersebut mencetuskan
peningkatan kebutuhan oksigen. Namun, sakit dada juga sering timbul ketika
pasien sedang beristirahat (Hanafiah, 1996).
1. Terapi Trombolitik
Obat intravena trombolitik mempunyai keuntungan karena dapat diberikan
melalui vena perifer. Sehingga terapi ini dapat diberikan seawall mungkin dan
dikerjakan dimanapun. Direkomendasikan penderita infark miokard akut <12 jam
yang mempunyai elevasi segmen ST atau left bundle branch block (LBBB)
diberikan IV fibrinolitik jika tanpa kontra indikasi. Sedangkan penderita yang
mempunyai riwayat perdarahan intra kranial, stroke atau perdarahan aktif tidak
diberikan terapi fibrinolitik. Dosis streptokinase diberikan 1,5 juta IU diberikan
dalam tempo 30-60 menit.
2. Terapi Antiplatelet
a. Aspirin: mempunyai efek menghambat siklooksigenase platelet secara
ireversibel. Proses tersebut mencegah formasi tomboksan A2. Pemberian
aspirin untuk penghambat agregasi platelet diberikan dosis awal paling
sedikit 160 mg dan dilanjutkan dosis 80-325 mg per hari.
b. Tiklopidin: merupakan derivate tienopiridin yang efektif sebagai
pengganti aspirin untuk pengobatan angina tidak stabil. Mekanismenya
berbeda dengan aspirin. Tiklopidin menghambat agregasi platelet yang
dirangsang ADP dan menghambat transformasi reseptor fibrinogen
platelet menjadi bentuk afinitas tinggi.
8
c. Clopidogrel: mempunyai efek menghambat agregasi platelet melalui
hambatan aktivitas ADP dependent pada kompleks glikoprotein. Efek
samping clopidogrel lebih sedikit disbanding tiklopidin dan tidak pernah
dilaporkan menyebabkan neutropenia.
3. Terapi Nitra Organic
a. Nitrogliserin: untuk menanggulangi serangan angina akut cukup efektif.
Begitu pula sebagai profilaksis jangka pendek misalnya langsung
sebelum melakukan aktivitas atau menghadapi situasi lain yang dapat
menginduksi serangan. Secara intravena digunakan pada dekompensasi
tertentu setelah infark jantung, jika digoksin dan diuretika kurang
memberikan hasil. Pada penggunaan oral, obat ini mengalami
metabolism lintas pertama yang sangat tinggi sehingga hanya sedikit obat
yang mencapai sirkulasi. Absorpsi sublingual dan oromukosal cepat
sekali karena menghindari efek lintas pertama. Efeknya sesudah 2 menit
dan bertahan selama 30 menit. Dosis sublingual yaitu 0,15-0,6 mg dan
dosis oral 6,5-13 mg.
b. Isosorbit dinitrat: kerjnya hampir sama denga nitrogliserin, tetapi bersifat
long-acting. Secara sublingual mulai kerjanya dalam 3 menit dan
bertahan sampai 2 jam. Resorpsinya juga baik, tetapi efek lintas
pertamanya cukup besar.
c. Isosorbid mononitrat: obat ini terutama digunakan oral sebagai
profilaksis untuk mengurangi frekuensi serangan. Kadang-kadang juga
digunakan pada dekompensasi yang tidak berhasil dengan obat-obat yang
biasa digunakan. Mulai kerja setelah 15 menit dan bertahan kurang lebih
8 jam, waktu paruhnya 4-5 jam. Dosis yang dapat digunakan yaitu 20-30
mg.
9
K. Pengertian fraktur
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang baik karena trauma,
tekanan maupun kelainan patologis. Fraktur adalah patah tulang,
biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik (Price, 2005).
Sedangkan menurut Smeltzer (2005) fraktur adalah terputusnya
kontinuitas tulang yang ditentukan sesuai jenis dan luasnya. Fraktur
terjadi jika tulang dikenai stres yang lebih besar dari yang
diabsorpsinya.
L. Etiologi Fraktur
Fraktur dapat disebabkan oleh pukulan langsung, gaya meremuk,
gerakan punter mendadak dan kontraksi otot yang ekstrim. Patah
tulang mempengaruhi jaringan sekitarnya mengakibatkan oedema
jaringan lunak, perdarahan ke otot dan sendi, dislokasi sendi, ruptur
tendon, kerusakan saraf dan pembuluh darah. Organ tubuh dapat
mengalami cedera akibat gaya yang disebabkan oleh fraktur atau
gerakan fragmen tulang (Brunner & Suddarth, 2005).
10
a. Reduksi fraktur
Reduksi fraktur berarti mengembalikan fragmen tulang
pada kesejajaran dan rotasi anatomis. Reduksi bisa dilakukan
secara tertutup, terbuka dan traksi tergantung pada sifat fraktur
namun prinsip yang mendasarinya tetap sama.
1) Reduksi tertutup
Reduksi tertutup dilakukan dengan mengembalikan
fragmen tulang kembali keposisinya dengan manipulasi dan
traksi manual
2) Reduksi terbuka
Reduksi terbuka dilakukan pada fraktur yang memerlukan
pendekatan bedah dengan menggunakan alat fiksasi interna
dalam bentuk pin, kawat,plat sekrew digunakan untuk
mempertahankan fragmen tulang dalam posisinya sampai
penyembuhan solid terjadi.
3) Traksi
Traksi digunakan untuk reduksi dan imobilisasi. Menurut
Brunner & Suddarth (2005), traksi adalah pemasangan gaya
tarikan ke bagian tubuh untuk meminimalisasi spasme otot,
mereduksi, mensejajarkan, serta mengurangi deformitas.
Jenis – jenis traksi meliputi:
a) Traksi kulit : Buck traction, Russel traction, Dunlop
traction
b) Traksi skelet: traksi skelet dipasang langsung pada tulang
dengan menggunakan pin metal atau kawat. Beban yang
digunakan pada traksi skeletal 7 kilogram sampai 12
kilogram untuk mencapai efek traksi.
11
b. Imobilisasi fraktur
Setelah fraktur direduksi, fragmen tulang harus
diimobilisasi, atau dipertahankan dalam posisi dan kesejajaran
yang benar sampai terjadi penyatuan. Imobilisasi dapat dilakukan
dengan fiksasi interna atau eksterna. Fiksasi eksterna dapat
menggunakan pembalutan, gips, bidai, traksi kontinu pin dan
teknik gips. Fiksator interna dengan implant logam.
c. Mempertahankan dan mengembalikan fungsi
Latihan otot dilakukan untuk meminimalkan atrofi dan
meningkatkan peredaran darah. Partisipasi dalam aktifitas sehari-
hari diusahakan untuk memperbaiki kemandirian fungsi dan harga
diri.
O. Etiologi
Luka bakar banyak disebabkan karena suatu hal, diantaranya adalah
a. Luka bakar suhu tinggi(Thermal Burn) gas, cairan, bahan padat
Luka bakar thermal burn biasanya disebabkan oleh air panas
(scald) ,jilatan api ketubuh (flash), kobaran api di tubuh (flam), dan
akibat terpapar atau kontak dengan objek-objek panas lainnya(logam
panas, dan lain-lain) (Moenadjat, 2005).
12
pembersih yang sering digunakan untuk keperluan rumah tangga
(Moenadjat, 2005).
13
menggunakan selimut basah pada daerah luka bakar. Jangan
membawa orang dengan luka bakar dalam keadaan terbuka
karena dapat menyebabkan evaporasi cairan tubuh yang
terekspose udara luar dan menyebabkan dehidrasi. Orang
dengan luka bakar biasanya diberikan obat-obatan penahan rasa
sakit jenis analgetik : Antalgin, aspirin, asam mefenamat
samapai penggunaan morfin oleh tenaga medis.
b.Hospital
1) Resusitasi A, B, C.
Setiap pasien luka bakar harus dianggap sebagai pasien trauma,
karenanya harus dicek Airway, breathing dan circulation-nya
terlebih dahulu.
a) Airway - apabila terdapat kecurigaan adanya trauma
inhalasi, maka segera pasang Endotracheal Tube (ET). Tanda-
tanda adanya trauma inhalasi antara lain adalah: riwayat
terkurung dalam api, luka bakar pada wajah, bulu hidung yang
terbakar, dan sputum yang hitam.
b) Breathing - eschar yang melingkari dada dapat
menghambat gerakan dada untuk bernapas, segera lakukan
escharotomi. Periksa juga apakah ada trauma-trauma lain yang
dapat menghambat gerakan pernapasan, misalnya pneumothorax,
hematothorax, dan fraktur costae.
c) Circulation
Lakukan Pengkajian pada tekanan darah, kesadaran, nadi,
dan luka pada kulit
14
2. Penatalaksanaan Pembedahan
Eskaratomi dilakukan juga pada luka bakar derajat III yang
melingkar pada ekstremitas atau tubuh. Hal ini dilakukan untuk
sirkulasi bagian distal akibat pengerutan dan penjepitan dari
eskar. Tanda dini penjepitan berupa nyeri, kemudian kehilangan
daya rasa menjadi kebal pada ujung-ujung distal. Tindakan yang
dilakukan yaitu membuat irisan memanjang yang membuka
eskar sampai penjepitan bebas.
15
4. Bila korban masih sadarkan diri, segera berikan susu atau air untuk
melindungi dinding mulut dan untuk mengencerkan isi perut. Jika ada
luka bakar dan mukosa mulut berwarna putih petanda bahwa racun
korosif.
5. Jangan membuat korban muntah, jika yang tertelan dari bahan korosif
seperti asam kuat dan alkali. Bahan ini akan membuat kerusakan
sewaktu masukn tubuh dan membuat kerusakan yang lebih parah
sewaktu keluar kembali.
1) Jangan memberikan sesuatu melalui mulut jika tidak sadarkan
diri
2) Jangan memberi air garam untuk membuat korban muntah
3) Jika yang tertelan racun bukan korosif, masukkan 3 jari
kebelakang lehernya untuk membuatnya muntah
4) Jangan mencoba membuat penderita yang tidak sadar muntah
5) Awasi korban dari dekat sampai pertolongan datang
2) Jika pasien sadar, tanyakan pada korban bahan dan jenis apa
yang tertelan.
3) Tanyakan kapan waktu racun tertelan.
4) Tanyakan tindakan apa yang sudah dilakukan.
5) Penangan intrahospital pada pasien yang mengalami keracunan
yaitu merangsang muntah pada pasien. Penanganan ini
16
dilakukan pada pasien yang mengalami keracunan nonkorosif
tidak diindikasikan pada keracunan korosif.
a) Dengan menggunakan Sirup ipeca, apomorfin dll
b) Tidak diberikan pada anak usia kurang dari 6 tahun, penderita
koma, penderita tidak mampu reflek muntah,keracunan asam
basa kuat.
c) Dosis
Dewasa : 30 ml atau 2 sendok makan
Ank-anak : 6-12 bulan 10 ml atau 2 sendok teh
>12 bulan ,15ml atau 1 sendok makan
Jika korban belum muntah dalam waktu 30 menit,
pemberian sirup ipcea dapat diulang sekali lagi.
Posisikan korban duduk atau kepala lebih tinggi.
Sirup ipeca mengandung alkaloid emetin dan safelin.
Pemberian Sirup ipeca dalam waktu 1 jam setelah keracunan
dapat mengeluarkan kembali 30-60 % racun.
L. Pengertian Keracunan Inhalasi
17
M. Manifestasi Klinis Keracunan Gas
18
Selagi menunggu bantuan datang:
1) Jika pasien mengalami konvulsi tempatkan di tempat tidur dalam
rungan yang gelap dan jauhkan dari suara bising.
2) Jika terjadi depresi pernafasan berikan pernafasan bantuan.
(Drs. Sartono, Racun & keracunan:194)
1) Terapi primer
a) Airway
Buka jalan nafas bersikan broncial sekret. jika dicurigai seseorang
dengan trauma inhalsi maka sebaiknya dilakukan intubasi cepat
untuk melindungi jalan nafas sebelum terjadi pembengkakan
pembekakan wajah dan faring akan mengalami keparahan 24-48
jam setelah kejadian , dimana jika terjadi edema maka yang
diperlukan adalah trakeostomi atau krikotiroidotomi jika intubasi
oral tidak dapat dilakukan.
b) Breathing
Jika didapatkan tanda-tanda insufisiensi pernafasan seperti susah
nafas, stridor , batuk, retraksi suara nafas bilateral atau anda –tanda
keracunan gas racun maka dibutuhkan oksigen 100% dengan
masker NRM, sampai kadar karboksihemoglobin tidak
membahayakan. Kadar karboksihemoglobin akan berkurang
sampai 50% dalam waktu 1 – 2 jam. Jika kadar karboksi
hemoglobin dalam darah lebih dari 20%, maka di lanjutkan terapi
oksigen hiperbalik hingga kadar karboksi hemoglobin ≤20%. (Drs.
Sartono, Racun & keracunan 2002:194).
c) Circulation
19
Pengukuran tekanan darah dan nadi untk mengetahuti stabilitas
hemodinamik. Untuk mencegah syok hipovolemik diperlukan
resusitasi cairan intravena. Pada pasien dengan trauma inhalasi
biasanya dalam 24 jam pertama digunakan cairan kristaloid 40-
75%
20
N. Keracunan lewat Kulit
a. Pengertian Gigitan Hewan berbisa
Gigitan hewan berbisa adalah gigitan atau serangan yang
diakibatkan oleh gigitan hewan berbisa seperti ular, laba-laba,
kalajengking dll.
Bisa adalah suatu zat atau substansi yang berfungsi untuk
melumpuhkan mangsa dan sekaligus juga berperan pada sistem
pertahanan diri. Bisa tersebut merupakan ludah yang termodifikasi, yang
dihasilkan oleh kelenjar khusus. (Sentra informasi keracunan nasional
badan POM).
21
Penyebaran dan peracunan selanjutnya mempengaruhi susunan
saraf pusat dengan jalan melumpuhkan susunan saraf pusat, seperti
saraf pernafasan dan jantung. Penyebaran bisa ular keseluruh
tubuh, ialah melalui pembuluh limfe.
c) Bisa ular yang bersifat Myotoksin Mengakibatkan rabdomiolisis
yang sering berhubungan dengan maemotoksin. Myoglobulinuria
yang menyebabkan kerusakan ginjal dan hiperkalemia akibat
kerusakan sel-sel otot.
d) Bisa ular yang bersifat kardiotoksin Merusak serat-serat otot
jantung yang menimbulkan kerusakan otot jantung.
e) Bisa ular yang bersifat cytotoksin,dengan melepaskan histamin dan
zat vasoaktifamin lainnya berakibat terganggunya
kardiovaskuler.Bisa ular yang bersifat cytolitik Zat ini yang aktif
menyebabkan peradangan dan nekrose di jaringan pada tempat
gigitan.Enzim-enzim Termasuk hyaluronidase sebagai zat aktif
pada penyebaran bisa.
2) Gigitan kalajengking
Racun kalajengking merupakan campuran kompleks yang terdiri
dari protein, neurotoksin, toksin hemolitik, fosfodiesterase, fosfolipase
A, hyaluroinidase, asetikolinesterase, glikosaminoglikan, histamine,
serotonin , dan zat-zat lain. Neorotaksin dalam racun kalajengking
sangat mematikan bahkann lebih mematikan dibandingkan
neurotoksin dari bisa ular. Neurotoksin adalah komponen Venom atau
racun yang bekerja pada sistem saraf. hasil analisa menunjukan niklai
LD50 beberapa neuroksin kalajengking 10 kali lipat lebih kuat dari
pada sianida.
22
P. Penatalaksanaaan Pra-hospital
1) Aman diri, aman lingkungan, aman pasien.
1) Pasang torniket diatas gigitan, antara kaki atau tangan posisi jantung
harus lebih tinggi dari luka gigitan, pulse dibawah torniket jangan
keracunan2002:283)
Q. Penatalaksanaan intra-hospital
1) terapi primer
a) Airways: jaga jalan nafas, bersihkan dari bronchial sekresi.
b) Breathing: beri oksigen 100% , bila tidak adekuat lakukan
intubasi
c) Circulation: pasang IV line, pantau vital sign
d) Disability : observasi kesadaran klien secara berkala
e) Exposure : observasi keadaan tubuh klien secara berkala
23
2) pada keracunan bisa melalui gigitan binatang berbisa berikan
adrenalin 0,5 mg sereara IM, pada keracunan sengatan lebah bisa
diberikan melalui inhalasi seperti inhaler (Drs. Sartono,racun dan
keracunan2002:284). Ardelaninn berguna untuk menangani reaksi
yang ditimbulkan dari racun seperti pembengkakan, gangguan
pernafasan, kolap dan hilang kesadaran.
3) Setelah diberikan adrenalin lalu pemberian Antidote, Antidote
antibisa berguna untuk menginaktifkan racun bisa, sengatan dan
gigitan binatang berbisa, melawan efek racun yang telah masuk
pada organ target.
24