Anda di halaman 1dari 8

PROPOSAL TAK STIMULASI PERSEPSI MENGONTROL HALUSINASI

SESI IV: MENGONTROL HALUSINASI : Cara Minum Obant yang Benar.


Di susun oleh : Ari Wahyudi Putra (20150320013)

A. Latar Belakang
Kesehatan mental merupakan hal serius di Indonesia. Hal iniditunjukkan oleh data
hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) yang dilakukan B dan Penelitian dan
Pengembangan Departemen Kesehatan pada tahun 1995 yang antara lain menunjukan
bahwa gangguan mental remajadan dewasa terdapat 140 per 1.000 anggota rumah tangga
dan gangguan mental anak usia sekolah terdapat 104 per 1000 anggota rumah tangga
(Suhamini, 2015). Kesehatan jiwa adalah kondisi yang memungkinan perkembangan fisik,
intelektual dan emosional yang optimal dan perkembangan itu berjalan selaran dengan
keadaan orang lain (UU No.36, 2009).
Halusinasi adalah perasaan tanpa adanya suatu rangsangan (objek) yang jelas dari
luar diri klien terhadap panca indera pada saat klien dalam keadaan sadar atau bangun
(Azizah, 2011). Halusinasi terbagi dalam 5 jenis, yaitu halusinasi penglihatan, halusinasi
penghidu, halusinasi pengecapan, halusinasi perabaan, dan halusinasi pendengaran (Keliat,
Akemat, Helena, & Nurhaeni, 2012). Halusinasi pendengaran adalah halusinasi yang
paling sering dialami oleh penderita gangguan mental, misalnya mendengar suara
melengking, mendesir, bising, dan dalam bentuk kata-kata atau kalimat. Individu merasa
suara itu tertuju padanya, sehingga penderita sering terlihat bertengkar atau berbicara
dengan suara yang didengarnya (Baihaqi, Sunardi, Riksma, & Euis, 2005).
Gangguan halusinasi dapat diatasi dengan terapi farmakologi dan nonfarmakologi
(Keliat, Wiyono, & Susanti, 2011). Terapi nonfarmakologi lebih aman digunakan karena
tidak menimbulkan efek samping seperti obat-obatan, karena terapi nonfarmakologi
menggunakan proses fisiologis (Zikria, 2012).
Program terapi aktivitas kelompok merupakan salah satu asuhan keperawatan
dengan gangguan jiwa, tidak hanya difokuskan pada aspek psikologis, fisik, dan social
tetapi juga kognitif. Ada beberapa terapi modalitas yang dapat di terapkan salah satunya
adalah terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi.
Terapi kelompok merupakan suatu psikoterapi yang dilakukan sekelompok klien
bersama-sama dengan jalan berdiskusi satu sama lain yang di pimpin atau di arahkan oleh
seorang terapis.
Pengertian TAK stimulasi persepsi menurut Budi Anna Keliat dan Akemat (2005)
adalah terapi yang menggunakan aktivitas sebagai stimulus dan terkait dengan pengalaman
atau kehidupan untuk didiskusikan dalam kelompok. Hasil diskusi kelompok dapat berupa
kesepakatan persepsi atau alternative penyelesaian masalah.

B. Tujuan Umum
Adapun tujuan umum dari TAK IV adalalah supaya klien tahu dan mampu melaksanakan
cara minum obat yang benar.

C. Tujuan Khusus
1. Klien dapat mengetahui jenis – jenis obat yang harus diminumnya
2. Klien mengetahui perlunya minum obat secara teratur
3. Klien mengetahui 5 benar minum obat
4. Klien mengetahui efek terapi dan efek samping obat
5. Klien mengetahui akibat jika putus obat

6. Kriteria Klien
Klien sebagai anggota yang mengikuti therapy aktifitas kelompok ini adalah:
1. Klien dengan riwayat schizoprenia dengan disertai gangguan persepsi sensori;
halusinasi.
2. Klien yang mengikuti TAK ini tidak mengalami perilaku agresif atau mengamuk,
dalam keadaan tenang.
3. Klien dapat diajak kerjasama (cooperative).
7. Alat
1. Kursi
2. Sound system
8. Metode
1. Diskusi
2. Tanya jawab
3. Stimulasi
9. Waktu dan Tempat
Hari/tanggal : Sabtu , 24 Maret 2018
Jam : 12.30 WIB s/d 13.00 WIB
Tempat : Ruang Ahinta RSJ Grasia
10. Strategi
1. Menjelaskan cara minum obat yang benar
2. Pasien dapat mengenal dan mengontrol halusinasi
3. Pengambilan kesimpulan
4. Evaluasi

11. Setting Tempat

Keterangan Gambar :

L : Leader

CL : Co Leader

F : Fasilitator

O : Observer

P :Pasien

OP : Operator
12. Pembagian Tugas
a. Peran Leader
1. Memimpin jalannya kegiatan
2. Menyampaikan tujuan dan waktu permainan
3. Menjelaskan cara dan peraturan kegiatan
4. Memberi respon yang sesuai dengan perilaku klien
5. Meminta tanggapan dari klien atas permainan yang telah dilakukan
6. Memberi reinforcement positif pada klien
7. Menyimpulkan kegiatan (Lilik, 2011)

b. Peran Co-Leader
1. Membantu tugas leader
2. Menyampaikan informasi dari fasilitator ke leader
3. Mengingatkan leader tentang kegiatan
4. Bersama leader menjadi contoh kegiatan

c. Peran Observer
1. Mengobservasi jalannya acara
2. Mencatat jumlah klien yang hadir
3. Mencatat perilaku verbal dan non verbal selama kegiatan berlangsung
4. Mencatat tanggapan tanggapan yang dikemukakan klien
5. Mencatat penyimpangan acara terapi aktivitas
6. Membuat laporan hasil kegiatan`

d. Peran Fasilitator
1. Memfasilitasi jalannya kegiatan
2. Memfasilitasi klien yang kurang aktif
3. Mampu memotivasi klien untuk kesuksesan acara
4. Dapat mengatasi hambatan-hambatan yang terjadi dari dalam /luar kelompok
e. Peran Pasien
Kriteria Pasien:
1. Klien yang kooperatif dengan riwayat halusinasi, waham, ilusi
2. Klien dengan gangguan stimulasi persepsi: halusinasi sudah dapat berinteraksi
dengan orang lain
3. Klien yang sehat secara fisik dan bertoleransi terhadap aktivitas
4. Klien tidak membahayakan diri dan orang lain
5. Klien yang telah diberitahu oleh terapis sebelumnya.
6. Klien dapat berkomunikasi verbal dengan baik (Lilik, 2011)

13. Langkah langkah kegiatan


1. Persiapan

a. Terapis mempersiapkan alat dan tempat

b. Terapis membuat kontrak dengan klien

2. Orientasi

a. Salam terapeutik: terapis mengucapkan salam kepada klien

b. Evaluasi / validasi:

1) Terapis menanyakan perasaan klien hari ini

2) Terapis menanyakan apakah jadwal aktivitas telah dikerjakan

(TL TAK sebelumnya).

c. Kontrak

1) Terapis menjelaskan tujuan TAK

2) Terapis menjelaskan aturan main TAK


a) Klien mengikuti dari awal sampai akhir

b) Jika klien akan keluar dari kelompok, harus meminta izin kepada terapis

c) Lama waktu TAK 60 menit

3. Kerja

a. Terapis membagikan contoh obat, sesuai obat yang diberikan kepada masing –
masing klien

b. Terapis menjelaskan pentingnya minum obat secara teratur, sesuai anjuran

c. Terapis meminta klien untuk menjelaskan ulang pentingnya minum obat, secara
bergantian, searah jarum jam, dimulai dari klien yang berada disebelah kiri terapis

d. Terapis mejelaskan akibat jikan tidak minum obat secara teratur

e. Terapis meminta klien menyebutkan secara bergantian akibat jika tidak minum obat
secara teratur

f. Terapis menjelaskan lima benar ketika menggunakan obat: benar obat, benar klien,
benar waktu, benar cara, benar dosis.

g. Terapis menjelaskan efek terapi dan efek samping masing-masing obat sesuai
contoh obat yang yang ada pada klien.

h. Terapi meminta klien menyebutkan jenis obat, dosis masing masing obat, cara
penggunakan , waktu dan efek obat (efek terapi dan efek samping) sesuai dengan
contoh obat yang ada di tangan klien masing-masing. Secara berurutan secara jarum
jam, dimulai dari sebelah kiri terapi.

i. Terapi memberikan pujian dan mengajar klien bertepuk tangan setiap kali klien
menyebutkan dengan benar.
4. Terminasi

a. Evaluasi

1) Menayakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.

2) Memberikan pujian atas keberhasilan kelompok.

b. Tindak lanjut

1) Menganjurkan klien untuk meminum obat secara teratur

2) Menganjurkan jika ada pertanyaan lain tentang obat, klien dapat menghubungi
perawat yg saat itu bertugas.

c. Kontrak yang akan datang

1) Terapi menyepakati kegiatan TAK berikutnya.

2) Terapi menyepakati tempat dan waktu TAk

14. Tata Tertib Pelaksanaan TAK


- Peserta bersedia mengikuti kegiatan TAK sampai selesai
- Berpakaian rapi dan bersih
- Peserta tidak diperkenankan meninggalkan ruangan setelah tata tertib dibacakan
- TAK berlangsung selama 40 menit dari pukul 9.30 sampai 10.10 WIB
- Sebelum acara dimulai yang ingin kebelakang untuk BAB dan BAK dipersilahkan
kekamar mandi dahulu
- Anggota kelompok wajib hadir 5 menit sebelum acara dimulai
- Peserta dan anggota kelompok tidak diperkenankan untuk makan dan minum,
merokok selama acara berlangsung
15. Tindakan Antisipasi Bila Terjadi Hal yang Tidak di Inginkan
1. Bila ada peserta yang direncanakan tidak bisa hadir maka akan diganti oleh cadangan
yang telah dipersiapkan dengan cara ditawarkan terlebih dahulu pada peserta
2. Bila ada peserta yang tidak mentaati tata tertib diperingatkan dan jika tidak bisa
diperingatkan maka harus keluar dari kegiatan setelah dilakukan penawaran
3. Bila ada anggota yang ingin keluar dibiarkan dan diminta persetujuan dan anggota
kelompok yang lain.
4. Bila ada kelompok yang melakukan kegiatan tidak sesuai dengan tujuan leader
memperingatkan dan mengarahkan kembali bila tidak bisa di arahkan terpaksa harus
dikelurkan dari kelompok terapi
5. Bila peserta pasif, leader memotivasi klien dengan dibantu oleh fasilitator

DAFTAR PUSTAKA

Budi Anna Keliat, A. (2005). Keperawatan Jiwa: Terapi Aktivitas Kelompok. Jakarta: EGC.
Budi Anna Keliat, S. M. (2011). Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas. Jakarta: EGC.
Wijayaningsih, K. S. (2015). Panduan Lengkap Praktek Klinik Keperawatan Jiwa.
Jakarta: Trans Info Media.

Anda mungkin juga menyukai