Anda di halaman 1dari 6

Berdasarkan Sosrodarsono, S.

1981, metode percobaan di lapangan yang umum


dilakukan pemeriksaan dan penyelidikan di lapangan adalah percobaan penetrasi atau
penetration test yang menggunakan alat penetrometer. Cara penggunaan alat tersebut
ialah dengan jalan menekan atau memutar stang – stang yang mempunyai ujung khusus
ke dalam tanah, kita dapat menentukan dalamnya berbagai lapisan tanah yang berbeda
dan mendapatkan indikasi tentang kekuatannya. Penyelidikan semacam ini disebut
percobaan penetrasi dan alat yang dipakai disebut penetrometer statis ( sondir ).
Penetrometer statis di Indonesia yang dipakai secara luas hanyalah alat sondir ( Dutch
Penetrometer ), juga disebut Dutch deep sounding apparatus, yaitu suatu alat statis yang
berasal dari negeri Belanda.

Gambar 2.1. Alat penetrasi konus / sondir

2.1 Tipe Peralatan Sondir


Peralatan sondir yang digunakan adalah mata sondir, yaitu alat khusus
yang dapat melakukan penetrasi ke dalam tanah, konus biasa atau tunggal dank
onus ganda atau bikonus. Untuk bikonus yang biasa digunakan adalah Dutch Cone
Penetrometer jenis ini dengan kapasitas maksimu = 250 kg/cm2. Besarnya cone yang
digunakan dapat berubah – ubah tergantung kebutuhannya atau jenis tanah tersebut.
2.1.1 Konus biasa (mantel konus, standart type )
Pada tipe standar yang diukur hanya perlawanan ujung ( nilai konus )
yang dilakukan dengan hanya menekan stang bagian dalamnya saja. Seluruh
bagian tabung luar dalam keadaan statis ( diam ). Gaya yang dibutuhkan
untuk menekan kerucut ke bawah dibaca alat pengukur ( gauge ). Setelah
pengukuran dilakukan, konus, stang – stang dan casing luarnya saja. Jadi
secara otomatis akan mengembalikan konus tersebut pada posisi yang siap
untuk pengukuran berikutnya.
2.1.2. Bikonus ( friction sleeve atau adhesion jacket type )
Pada tipe bikonus yang diukur adalah baik nilai bikonus maupun
hambatan pelekat. Caranya dengan menekan stang dalam yang menekan
konus ke bawah dan dalam keadaan ini hanya nilai konus yang diukur. Bila
konus telah ditekan ke bawah sedalam 4 cm maka dengan sendirinya akan
mengkait friction sleeve dan ikut membawanya ke bawah bersama – sama
sedalam 4 cm juga, jadi di sini baik nilai konus maupun hambatan pelekat
dapat diukur bersama – sama. Kemudian hanya dengan menekan casing
luarnya saja, konus, friction sleeve dan stang – stang keseluruhannya akan
tertekan ke bawah sampai titik kedalaman dimana akan dilakukan pembacaan
berikutnya. Pada posisi ini secara otomatis kedudukan konus dan friction
sleeve seperti : kedudukan semula dan siap untuk percobaan berikutnya.
Pembacaan dilakukan setiap 20 cm.

Gambar 2.2 Uji sondir di lapangan


2.2 Kelebihan dan Kelemahan Sondir
Keuntungan dalam mempergunakan alat sondir ini adalah :
a. Cukup ekonomis
b. Apabila contoh tanah pada boring tidak bisa diambil ( tanah lunak / pasir )
c. Dapat digunakan menentukan daya dukung tanah dengan baik
d. Adanya korelasi empiris semakin handal
e. Dapat membantu menentukan posisi atau kedalaman pada pemboran.
f. Dalam prakteknya uji sondir sangat dianjurkan didampingi dengan uji lainnya
baik uji lapangan maupun uji laboratorium, sehingga hasil uji sondir bisa
diverifikasi atau dibandingkan dengan uji lainnya.

Menurut Sosrodarsono, 1981, sondir atau Cone Penetration Test memiliki kelebihan
dan kekurangan, antara lain :
a. Dapat dengan cepat menentukan lapisan keras dan diperkirakan perbedaan
lapisan serta cukup baik untuk digunakan pada lapisan yang berbutir halus.
b. Dengan rumus empiris hasilnya dapat digunakan untuk menhitung daya dukung
tiang.
c. Jika terdapat batuan lepas bisa memberikan indikasi lapisan keras yang salah dan
tidak dapat mengetahui jenis tanah secara langsung.
d. Jika alat tidak lurus dank onus tidak bekerja dengan baik maka hasil yang diperoleh
bisa meragukan.

2.3 Tujuan Uji Penetrasi Sondir


Tes sondir dimaksudkan untuk mengetahu perlawanan penetrasi konus /
qc dan hambatan lekat / clef friction ( F ). Perlawanan penetrasi konus adalah
perlawanan tanah terhadap ujung konus yang dinyatakan dalam gaya per satuan
luas. Hambatan lekat adalah perlawanan geser tanah terhadap mantel bikonus dalam
gaya per satuan luas.
Jenis metode sondir dapat dilakukan dengan suatu perhitungan dalam
penentuan suatu nilai Local Friction ( LF ), Friction Ratio ( FR ) dan Total Friction (
TF ) seperti pada rumus ( Sosrodarsono, S, 1981 ) :
1. Cleef friction / hambatan lekat ( HL )
𝑞𝑡−𝑞𝑐
HL = 𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑘𝑜𝑛𝑢𝑠 × 𝑡𝑎ℎ𝑎𝑝 𝑝𝑒𝑚𝑏𝑎𝑐𝑎𝑎𝑛

qt = qc + f

Keterangan :
qc : perlawanan penetrasi konus / conus resistance ( kg/cm2 )
f : gaya friksi tanah terhadap selubung konus ( kg/cm2 )
qt : jumlah perlawanan ( kg/cm2 )
faktor alat : luas konus standart ( 10 cm )
tahap pembacaan : 20 cm
𝑞𝑡−𝑞𝑐
Local Friction = 10
𝑙𝑜𝑐𝑎𝑙 𝑓𝑟𝑖𝑐𝑡𝑖𝑜𝑛
Friction Ratio = 𝑐𝑜𝑛𝑢𝑠 𝑟𝑒𝑠𝑖𝑠𝑡𝑎𝑛𝑐𝑒 × 100 %

Grafik yang dibuat antara lain : perlawanan penetrasi konus ( qc ) pada


setiap kedalaman dan jumlah hambatan pelekat / total friction ( TF ) pada setiap
kedalaman.
Total Friction ( kumulatif ) = HL + LF sebelumnya

BAB IV
PENGOLAHAN DATA
Gambar 2.3 Contoh grafik sondir
Hasil grafik yang dihasilkan pada cone penetration test dapat berupa grafik
yang berbentuk zig – zag pada kedalaman tertentu dan ada grafik yang lebih lembut
pada kedalaman tertentu, hal ini menggambarkan jenis tanah yang ada pada
kedalaman tersebut. Jika terlihat grafik yang berbentuk zig – zag maka jenis tanah
terebut lebih condong ke jenis tanah pasir, tetapi jika grafik lebih membentuk garis
yang lebih lembut hal ini menunjukkan pada kedalaman tersebut jenis tanah lebih
cenderung ke jenis tanah lempung, hal ini disebabkan karena partikel pada pasir lebih
besar daripada lempung.

2.4 Hubungan Empiris Kekuatan Tanah Berdasarkan Uju Penetrasi Sondir


Harga perlawanan konus hasil uji penetrasi sondir pada lapisan tanah /
batuan dapat dihubungkan secara empiris dengan kekuatannya. Pada tanah berbutir
halus ( lempung – lanau ), dapat ditentukan tingkat kekerasan relatifnya. Sedangkan
pada tanah berbutir kasar ( pasir – gravel ) dapat ditentukan tingkat kepadatan
relatifnya.
Konsistensi Conus Resistance ( qc ) Friction Ratio ( FR )

Kg/cm2 %

Sangat lunak / very 3.5


soft
<5

Lunak / soft 5 – 10 3.5

Teguh / firm 10 -35 4.0

Kaku / Stiff 30 – 60 4.0

Sangat kaku / very stiff 60 – 120 6.0


Keras / hard >120 6.0

Tabel 2.1 Konsistensi tanah lempung berdasarkan hasil sondir


( Terzaghi dan Peck, 1984 )

Konsistensi Conus Resistance ( qc ) Friction Ratio ( FR )

Kg/cm2 %

Sangat Lepas ( very <20 2.0


loose )

Lepas / Loose 20 – 40 2.0

Setengah Lepas / 40 – 120 2.0


medium

Padat / dense 120 – 200 4.0

Sangat padat / very >200 4.0


dense

Tabel 2.2 Kepadatan lapisan tanah berdasarkan hasil sondir


( Terzaghi dan Peck, 1948 )

Anda mungkin juga menyukai